Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah yang
mudah tumbuh di mana saja dan disukai hampir oleh semua lapisan masyarakat.
Selain untuk konsumsi buah segar, buah pepaya matang juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan.
Menurut data Deptan (2006), konsumsi pepaya pada tahun 2005 mencapai 2,28
kg/kapita/tahun.
Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) meskipun upaya pemenuhan
kebutuhan buah pepaya terus mengalami peningkatan, ternyata masih banyak
kendala yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kemampuan adaptasi tanaman
yang rendah terhadap cekaman lingkungan. Kondisi tanah yang kurang subur dan
drainase yang kurang baik akan menyebabkan tanaman mudah layu dan akhirnya
mati.
Tanah yang subur adalah tanah yang secara konsisten dapat memberikan
hasil tanpa penambahan pupuk. Jenis tanah tertentu mempunyai potensi kesuburan
yang tinggi, tapi karena tidak dilakukan perbaikan terhadap tingkat kesuburannya
maka hanya diperoleh hasil dengan aras sedang. Hasil akan dapat ditingkatkan
diantaranya dengan pemupukan dan perbaikan sistem pertanaman (Sutanto, 2005).
Kesuburan tanah ini, baik di daerah beriklim sedang maupun tropis, ditentukan
oleh komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem pertanian yang saling
mempengaruhi (Robertson dan Grandy, 2006). Menurut Sitompul dan Guritno
(1995) istilah pengaruh merupakan perkataan yang umum digunakan untuk
menggambarkan kejadian yang mungkin terjadi pada tanaman dengan perubahan
lingkungan. Penggunaan istilah pengaruh memberikan penekanan pada
lingkungan (apakah faktor lingkungan tersebut berpengaruh, bagaimana
pengaruhnya dan sampai sejauh mana pengaruhnya).
Sanchez (1976) menyampaikan bahwa penggunaan pupuk untuk
memperbaiki hasil dan memperpanjang masa pertanaman seharusnya ekonomis
dalam keadaan tertentu. Namun, usaha pemupukan saja, baik organik mupun
kimia ataupun kombinasi keduanya, belum cukup untuk menunjang optimalisasi
pertumbuhan tanaman terkait dengan daya tahan tumbuhnya di lingkungan yang
suboptimum terutama saat masih bibit. Berdasarkan perhitungan ternyata biaya
pemupukan mencapai 40% sampai 60% dari seluruh biaya perawatan. Mengingat
jumlah biaya yang dipakai sangat tinggi, maka suatu sistem pengendalian dan
pelaksanaan pemupukan yang rasional sangat diperlukan, sehingga efektivitas
sebagai sasaran utama pelaksanaan pemupukan dapat tercapai. Pelaksanaan
pemupukan yang buruk juga akan berakibat menurunnya jumlah produksi bahkan
akan mengakibatkan kerusakan. Perlu diterapkan cara aplikasi pupuk yang tepat
dan efisien agar tanaman dapat menyerap lebih banyak unsur hara secara
sempurna sehingga dapat meningkatkan asupan hara tanaman tanpa mengubah
dosis yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, telah ditemukan teknologi baru sistem
konservasi tanah yang dinamakan Lubang Resapan Biopori (LRB). Teknik ini
mempunyai banyak keunggulan, salah satunya adalah sebagai tempat
pengomposan praktis di lapang dan sebagai sarana perbaikan drainase lahan.
Lubang yang dibentuk dapat mencegah terjadinya aliran permukaan dan kompos
yang terdapat di dalam LRB dapat dimanfaatkan oleh tanaman sebagai pupuk
tambahan yang dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman (Tim
Biopori IPB, 2007).
Di sisi lain, bibit pepaya yang bersifat rentan saat pindah tanam
membutuhkan asupan hara yang cukup dengan kondisi tanah yang optimal untuk
pertumbuhannya. Permintaan pasar yang tinggi dan semakin banyak penelitian
terkait pemuliaan tanaman pepaya mendorong ketersediaan lahan yang subur
untuk pertanaman pepaya. Penggunaan LRB sebagai alternatif perbaikan
kesuburan tanah perlu dikaji lebih lanjut terutama terkait jumlahnya per tanaman
dan pengaruhnya terhadap vigor bibit tanaman pepaya.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pemupukan
melalui lubang resapan biopori terhadap vigor bibit tanaman pepaya (Carica
papaya L.)
Hipotesis
1. Perlakuan aplikasi pupuk memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
vigor bibit tanaman pepaya.
2. Perlakuan aplikasi memasukkan pupuk ke dalam 3 LRB/tanaman
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa LRB (0
LRB/tanaman) maupun 2 LRB/ tanaman.

Anda mungkin juga menyukai