Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 7) menjelaskan bahwa peminatan peserta
didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang
keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Pelayanan arah
peminatan studi peserta didikmerupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan
menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati.
Neviyarni (2013: 132) menjelaskan bahwa pemilihan dan penentuan arah peminatan peserta
didik adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian proses yang dilalui dalam
pengambilan pilihan dan keputusan didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di
lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa peminatan peserta didik merupakan
serangkaian proses untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau
kegiatan studi yang berlandaskan keinginan hati yang kuat berdasarkan potensi yang dimiliki peserta
didik, yang dengan pilihan tersebut akan membantu peserta didik untuk menjalani karir di masa
depannya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 14) menjelaskan bahwa secara umum tujuan
peminatan peserta didik adalah membantu peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK
menanamkan, memantapkan minat mata pelajaran, serta mengembangkannya sampai menempuh ke
perguruan tinggi.
Tujuan peminatan peserta didik adalah mengarahkan peserta didik SMA/MA untuk
memahami dan mempersiapkan diri bahwa: 1) Pendidikan di SMA/MA merupakan wadah untuk
menyiapkan peserta didik yang mandiri menuju manusia dewasa di dalam masyarakat.
Dalam buku Pedoman Peminatan Peserta Didik dijelaskan bahwa aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik SMA/MA dan
SMK dapat meliputi prestasi belajar, prestasi non akademik, nilai ujian nasional, pernyataan minat
peserta didik, cita-cita, perhatian orang tua dan diteksi potensi peserta didik (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 19).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2014 diketahui bahwa guru BK adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi
di bidang Bimbingan dan Konseling.
Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 03/V/PB/2010 Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 1 disebutkan bahwa “Guru bimbingan dan konseling
atau konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh
dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik”.
Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa guru bimbingan
dan konseling/konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik satuan
pendidikan formal
Gladding (2012: 483) mengemukakan bahwa guru BK di sekolah menengah atas
berkonsentrasi pada tugas-tugas sebagai berikut: a. Menyediakan pelayanan konseling langsung
secara individual, kelompok, dan untuk sekolah secara keseluruhan, b. Menyediakan layanan
dukungan dan pendidikan bagi orang tua, c. Menyediakan konsultasi dan program-program
pelatihan jabatan kepada guru dan staf, d. Menyampaikan bimbingan kelas (lebih dari 25% waktu
mereka seperti disarankan oleh Model Nasional ASCA), e. Memfasilitasi rujukan ke lembaga di luar
lingkungan sekolah, f. Membuat jaringan ke sekolah-sekolah lanjutan dan perusahaan, dan g.
Memberikan saran akademis.
ABKIN (2013: xxxiii-xli) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 23-30) secara
bersama menyebutkan bahwa pelaksanaan program peminatan peserta didik terdiri atas
pengumpulan data, informasi peminatan (layanan informasi/orientasi arah peminatan), identifikasi
dan penetapan arah peminatan, penyesuaian, serta monitoring dan tindak lanjut.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 23) menjelaskan bahwa ketepatan dalam
pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik memerlukan berbagai macam data atau informasi
tentang diri peserta didik.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 26) menjelaskan bahwa dalam kurikulum
2013 minimal ada dua hal yang menjadi pertimbangan penetapan peminatan peserta didik, yaitu
pilihan dan kemampuan peserta didik.
Adapun peran guru BK dalam kegiatan peminatan peserta didik berkaitan dengan prosedur
pelaksanaan peminatan peserta didik itu sendiri, yaitu pengumpulan data, informasi peminatan,
identifikasi dan penetapan arah peminatan, penyesuaian, serta monitoring dan tindak lanjut.
Pelayanan arah peminatan siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam
program pelayanan BK pada satuan pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Penetapan pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, pilihan lintas mata pelajaran, dan pilihan
pendalaman mata pelajaran adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan
pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang
yang ada di lingkungannya.
Permasalahan akan terjadi jika peserta didik tidak mampu untuk menetukan pilihan peminatan
kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, dan peminatan pendalaman materi mata
pelajaran, sehingga akan menghambat proses pembelajaran.

B. Saran
Untuk mencegah terjadinya masalah pada diri peserta didik, maka diperlukan adanya pelayanan
BK yang membantu memandirikan peserta didik melalui pengambilan keputusan terkait dengan
memilih, menentukan, meraih serta mempertahankan karier agar dapat mewujudkan kehidupan yang
berguna dan bermanfaat bagi warga masyarakat melalui upaya kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2013). Panduan khusus bimbingan dan konseling: pelayanan arah peminatan
peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK). Jakarta: PB-ABKIN.
Coleman, H.L.K. & Yeh, C. (2011). Handbook of school counseling. In H.L.K. Coleman &
C. Yeh (Eds.). New York: Taylor & Francis Group.
Depdiknas. (2007). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan
konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: Depdiknas.
Febriani, R., Ibrahim, Y., & Ifdil. (2015). Hubungan persepsi siswa tentang proses peminatan
dengan aspirasi karir siswa.Jurnal Konseling dan Pendidikan, 3 (1), 29 – 34.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. (2011). Bimbingan dan Konseling. (Edisi Ketujuh).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gladding, S.T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh. (Edisi Keenam). Jakarta: PT.
Indeks.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman peminatan peserta didik.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Melmambessy, R. (2017). Pelaksanaan proses peminatan berdasarkan implementasi
kurikulum 2013 terhadap tingkat kepuasan peserta didik. Jurnal Bimbingan dan
Konseling Terapan, 1 (1), 1 – 8.
Neviyarni. (2013). Optimalisasi potensi peserta didik dalam implementasi kurikulum 2013
dengan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah. Dalam M.E.
Wibowo., N. Dantes., & N.K. Suarni. (Eds.). Prosiding Kongres XII, Konvensi
Nasional XVIII Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dan Seminar
Internasional Konseling (130-136). Denpasar: PB ABKIN bekerja sama dengan
PERKAMA International dan Undiksha.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 03/V/PB/2010 Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan
Pada Pendidikan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Setiawati, M. & Wibowo, M.E. (2016). Persepsi guru BK tentang Pelayanan arah peminatan
peserta didik dalam kurikulum 2013. Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application, 5 (4), 33 – 38.
Yusuf, A.M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai