Disusun oleh :
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
A. Definisi............................................................................................................4
B. Etiologi............................................................................................................4
C. Patofisiologi.....................................................................................................5
D. Pathway...........................................................................................................7
E. Manifestasi klinis...........................................................................................10
F. Penatalaksaan................................................................................................11
A. Pengkajian....................................................................................................14
B. Diagnosa.......................................................................................................18
C. Intervensi.......................................................................................................26
D. Implementasi.................................................................................................33
E. Evaluasi..........................................................................................................41
BAB IV PENUTUP...............................................................................................44
A. Kesimpulan.................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit kardiovaskuler atau cardiovascular disease (CVD) menempati
peringkat pertama penyebab kematian di dunia melebihi penyakit yang lain.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit tidak menular yang paling sering
menyebabkan kematian. Menurut data WHO (2011), penyakit jantung iskemik
dan stroke menempati urutan pertama dan kedua tersering yang menyebabkan
kematian di seluruh dunia dengan presentasi 12,9% dan 11,4% dengan total
kematian yang diakibatkannya sebesar 13,2 juta jiwa. Prevalensi penyakit
kardiovaskular cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan hingga
tahun 2030 penyakit kardiovaskular akan menyebabkan kematian lebih dari 23
juta jiwa per tahun (WHO, 2013). Di negara-negara berkembang, CVD
menyebabkan lebih dari 80% kematian dengan proporsi hampir sama antara pria
dan wanita, sekitar 9,4 juta kematian terjadi setiap tahunnya, 51% diantaranya
disebabkan oleh stroke dan 45% disebabkan penyakit jantung koroner (WHO,
2013).
1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner?
2. Jelaskan penyebab terjadinya penyakit jantung koroner?
3. Bagaimana proses perjalanan terjadinya penyakit jantung koroner?
4. Bagaimana gambaran pathway penyakit jantung koroner?
5. Apa saja tanda dan gejala yang dapat menimbulkan penyakit jantung
koroner?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner?
7. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
8. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit
jantung koroner?
9. Sebutkan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
10. Jelaskan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
11. Jelaskan evaluasi keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
C. Tujuan
1. Mampu memahami maksud penyakit jantung koroner
2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit jantung koroner
3. Mampu menjelaskan proses perjalanan terjadinya penyakit jantung
koroner
4. Mampu menjelaskan gambaran pathway penyakit jantung koroner
5. Mengetahui tanda dan gejala yang dapat menimbulkan penyakit jantung
koroner
6. Mengetahui penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner
7. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
2
8. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
9. Mampu melakukan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
10. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
11. Mampu menjelaskan evaluasi keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner?
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada
pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah
(aterosklerosis) (P2PTM Kemenkes RI, 2021).
B. Etiologi
4
disebabkan oleh pengumpulan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak
pada dinding pembuluh darah. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Plak akan
semakin besar sehingga aliran darah ke otot jantung semakin sedikit dan semakin
sulit. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang
dibutuhkan. Ketika jaringan kurang asupan, maka hal itu akan direspon sel
sebagai apa yang kita kenal dengan (nyeri dada khas) yang disebut dengan angina,
atau jika arteri koronaria tersumbat total maka pasien dapat jatuh ke dalam kondisi
serangan jantung. Serangan jantung inilah yang merupakan kegawatan medis
karena menyebabkan kerusakan jantung permanen atau bahkan kematian.
C. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta dan arteri-arteri serebral.
5
matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi
sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima.
Selain itu, kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan terdapat lapisan lemak di arteri. Apabila cedera dan inflamasi terus
berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(trombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan
yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh
mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-
arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia
(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel- sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Pembentukan Trombus monosit 4 makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh
Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian
6
D. Pathway
Jenis
Usia Kelamin Obesitas Genetik Stres
Lipoprotein tertimbun
di endothelium
LDL meningkat
LDL teroksidasi
Plak
Aterosklerosis
7
Penyempitan arteri koroner
Kebutuhan oksigen
miokard menurun
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Hipoksia Metabolisme anaerob
perifer
8
Penurunan curah Curah jantung menurun Merangsang pusat Impuls ke korteks
jantung pernafasan serebri
Ansietas
9
E. Manifestasi klinis
1. Angina Pectoris
Yaitu rasa nyeri dada dan sesak napas yang disebabkan gangguan suplai
oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan otot jantung. Sakit angina yang
khas itu adalah sesak napas di tengah dada yang bisa menyebar sampai
leher dan rahang, pundak kiri atau kanan, lengan, dan bahkan sampai
punggung. Keadaan ini terutama terjadi pada saat latihan fisik atau adanya
stres.
2. Angina Pectoris tidak stabil
Yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang tiba-tiba terasa
pada waktu istirahat atau terjadi lebih berat secara mendadak atau bila
angina pectoris sudah ada sebelumnya, namun menjadi lebih berat.
Biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding sebelumnya.
Keadaan ini harus diwaspadai karena bisa berlanjut menjadi berat, bahkan
menjadi infark miokard.
3. Infark Miokard
Yaitu kerusakan otot jantung akibat blokade arteri koroner yang terjadi
secara total dan mendadak. Biasanya terjadi akibat ruptur plak
aterosklerosis di dalam arteri koroner. Secara klinis ditandai dengan nyeri
dada seperti pada angina pectoris, namun lebih berat dan berlangsung lebih
lama sampai beberapa jam. Pada infark miokard, biasanya terjadi tanpa
dicetuskan oleh latihan dan tidak hilang dengan pemakaian nitrat.
Biasanya disertai komplikasi seperti : gangguan irama jantung, renjatan
jantung (syok kardiogenik), gagal jantung kiri, bahkan kematian mendadak
(sudden death).
4. Sindrom koroner akut
Yaitu spektrum klinis yang terjadi mulai dari angina, pektoris tidak stabil
sampai terjadi infark miokard akut.
5. Mudah lelah
10
Jika jantung tidak efektif memompa darah, maka aliran darah ke otot
selama melakukan aktivitas akan berkurang sehingga menyebabkan
penderita merasa lelah dan lemah.
6. Pusing dan pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut jantung atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa darah sangat buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Emosi atau nyeri kuat yang
mengaktifkan sistem saraf juga bisa menyebabkan pingsan. Namun, tidak
semua pingsan merupakan gejala penyakit jantung. Jadi harus diperhatikan
pula gejala-gejala lain yang menyertainya.
F. Penatalaksaan
1. Farmakologi
a. Analgetik yang disebabkan biasanya golongan narkotik (morfin)
diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara
pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 -2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
b. Nitrat dengan efek vasodilatasi akan menurunkan venous return
sehingga menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Disamping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
koroner sehingga akan meningkatkan suplai oksigen. Nitrat dapat
diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan
dengan peroral atau intravena.
c. Aspirin sebagai antitrombolitik sangat penting diberikan. Dianjutkan
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
d. Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut
adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini disadari oleh proses patogenesanya,
dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner.
Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat
trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue
11
plasminogen streptokinase activator complex), urokinase , ASPAC
(anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-
chain urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik
terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan
infark. Terapi ini masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset
serangan infark.
e. Betabloker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga
akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Disamping itu
betabloker juga mempunyai efek anti aritmia.
2. Non-farmakologi
a. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
b. Olahraga dapat meningkatkan kadal HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat
karena
1) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
2) Menurunkan berat badan sehingga lemak-lemak tubuh yang
berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL
kolesterol
3) Menurunkan tekanan darah
4) Meningkatkan kesegaran jasmani
5) Diet merupakan langkah pertama penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi
seimbang, makan makanan yang dapat menurunkan kadar
kolesterol dengan menetapkan diet rendah lemak.
6) Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah
kesehatan kardiovaskuler yang telah di ikuti secara luas adalah dari
AHA dan NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk
memperbaiki profil lemak darah pada batas-batas normal. Terapi
diet dasar atau tingkat 1 dapat menurunkan 10% dari total kalori
dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh majemuk
(poly-unsatured faty acid), bila kadar total kolesterol darah turun
12
10% atau lebih dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet
dianggap berhasil dan perlu dipertahankan. Namun, apabila
penurunan < 10% diet dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10
minggu, dan pada akhir dilakukan test darah. Bila hasilnya belum
juga mencapai sasaran, mungkin sesekali tubuh tidak cukup
responsif terhadap diet dan individu perlu berkonsultasi dengan
dokter mengenai kemungkinan pemakaian obat.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal masuk RS dan diagnosa medis. Biasanya usia >40 tahun
berisiko terkena penyakit jantung coroner dan lebih banyak terjadi pada
laki-laki daripada perempuan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang harus diperhatikan antara lain sesak napas, nyeri dada
menjalar ke arah lengan, cepat lelah, batuk lendir atau berdarah, pingsan,
berdebar-debar, dan lainnya.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Perjalanan penyakit sejak keluhan hingga klien meminta pertolongan,
meliputi: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa kali keluhan terjadi,
bagaimana sifat keluhan, kapan dan apa penyebab keluhan, keadaan
apa yang memperburuk dan memperingan keluhan, bagaimana usaha
untuk mengatasi keluhan sebelum meminta pertolongan, berhasilkah
tindakan tersebut. Biasanya didapatkan keluhan nyeri, maka dikaji
dengan PQRST.
b. Riwayat penyakit terdahulu (RPD)
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya: seperti nyeri dada,
hipertensi, DM, dan hyperlipidemia, apakah pasien pernah dirawat
sebelumnya,
c. Riwayat tambahan
Riwayat keluarga, riwayat pekerjaan, riwayat geografi, riwayat alergi,
kebiasaan social, kebiasaan merokok.
4. Kesehatan fungsional
14
a. Nutrisi dan metabolic: mengalami nafsu makan menurun dan porsi
makan berkurang
b. Eliminasi: BAK normal, dengan konsistensi cair (biasa berkemih 4-6
kali sehari), BAB normal, dengan konsistensi padat (biasanya 1-2 kali
sehari)
c. Aktivitas dan latihan: aktivitas sehari-hari berkurang bahkan berhenti
melakukan aktivitas
d. Istirahat tidur: dapat terjadi gangguan tidur (insomnia)
e. Persepsi dan konsep diri: pasrah dengan keadaan, merasa tidak berdaya
5. Pemeriksaan fisik (umum)
a. Keadaan umum: KU baik/sedang/lemah
b. Kesadaran: Compos mentis, Apatis, Stupor, Koma
c. Vital sign: TD: _mmHg, RR: _x/mnt, N: _x/mnt, S: _℃. Biasanya
mengalami peningkatan tekanan darah 124/91 mmHg sampai dengan
137/97 mmHg, terjadi peningkatan nadi 100-112 x/menit, terjadi
peningkatan respirasi 16-20 x/menit.
d. Kepala:
1) Rambut: kaji kebersihan
2) Telinga: kaji indra pendengaran, kesimetrisan, kebersihan, adakah
lesi
3) Hidung: ada tidaknya septuminasi, polip dan pernapsan cuping
hidung
4) Mata: kaji indra penglihatan, konjungtiva anemis atau tidak, kaji
bentuk dan kesimetrisan mata
5) Mulut dan gigi: kaji bentuk bibir, kesimetrisan, adakah lesi atau
pembesaran tonsil, mukosa bibir, kelengkapan gigi dan kebersihan
mulut
6) Leher: ada tidaknya benjolan dan pembesaran kelenjar thyroid
e. Thoraks:
1) Inspeksi: lihat adanya jejas, warna kulit, lihat gerak pengembangan
dada, adakah kelainan, lihat adanya retraksi dada
15
2) Palpasi: kaji pengembangan dada, rasakan adakah perbedaan antara
dada kanan dan kiri, adakah fraktur
3) Perkusi: normalnya bunyi sonor
4) Auskultasi: normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan
ada suara tambahan atau tidak
f. Kardiovaskuler;
1) Inspeksi jantung:
- Bentuk precordium: simetris/cekung/cembung
- Denyut apeks jantung: dalam keadaaan normal, dengan sikap
duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus terlihat di dalam
ruangan intercostal V
- Denyut nadi dada: apabila di dada bagian atas terdapat
denyutan, maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di
ruang intercostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah
ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.
- Denyut vena: vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena
jugularis interna dan eksterna
2) Palpasi jantung
- Pemeriksaan iktus cordis: pada keadaan normal, iktus cordis
dapat teraba pada ruang intercostal kiri V, agak ke medial (2
cm) dari linea midklavikularis kiri.
- Pemeriksaan getaran/thrill: terjadinya getaran saat systole atau
diastole, getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi
- Pemeriksaan gerakan trachea: pada aneurisma aorta, denyutan
aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba
3) Perkusi Jantung
Normalnya terdengar pekak
4) Auskultasi Jantung
Bunyi jantung: I dan II
16
- BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris
dari bilik pada permulaan systole
- BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta
dan pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole
g. Abdomen:
1) Inspeksi: adakah lesi/tidak, warna kulit, umbilicus menonjol/masuk
2) Palpasi: nyeri tekan pada abdomen/tidak
3) Perkusi: suara timpani/hipertimpani
4) Auskultasi: bising usus normal/tidak (5-20 x/menit)
h. Integument
1) Inspeksi: amati turgor dan warna kulit, lembab/tidak
2) Palpasi: akral hangat/dingin, CRT normal <2 detik
i. Ekstremitas:
1) Inspeksi: kekuatan tonus otot, kelengkapan jari-jari
2) Palpasi: adakah odema/tidak
j. Genetalia: terpasang kateter/tidak
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan selama terjadinya nyeri adalah
a. Pantau takikardi atau disritmia dengan saturasi
b. Rekam EKG lengkap T inverted, ST elevasi atau depresi dan Q
patologis
c. Pemeriksaan laboratorium, kadar enzim jantung Creatinin kinase (CK),
Creatinin kinase M-B(CKMB), Laktat dehidrogenase (LDH)
d. Fungsi hati, serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan
serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT)
e. Profil lipid Low desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty
lipoprotrein (HDL)
f. Foto thorax, echocardiografi, kateterisasi jantung.
17
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
mengeluh nyeri.
Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintentitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
a. Agen pencedera fisiologis
b. Agen pencedera kimiawi
c. Agen pencedera fisik
Subjektif:
a. Mengeluh nyeri
Objektif:
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Objektif:
18
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium ditandai dengan
Definisi:
Ketidakadekkuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Penyebab:
a. Perubahan irama jantung
b. Perubahan frekuensi jantung
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload
Subjektif:
a. Palpitasi
b. Lelah
c. Dispnea
d. Ortopnea
e. Batuk
Objektif:
a. Bradikardia/takikardia
b. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
c. Edema
d. Tekanan darah meningkat
Subjektif:
a. Cemas
19
b. Gelisah
Objektif:
a. Murmur jantung
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah ditandai dengan turgor kulit menurun.
Definisi:
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
Penyebab:
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsistensi hemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
f. Kurang aktivitas fisik
Objektif:
Subjektif:
a. Parastesia
b. Nyeri ekstremitas
20
Objektif:
a. Edema
b. Penyembuhan luka lambat
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
ditandai dengan dyspnea
Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi tidak adekuat.
Penyebab:
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromoskuler
f. Gangguan neurologis
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energy
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan
Subjektif:
a. Dispnea
Objektif:
21
b. Pola napas abnormal
Subjektif:
a. Ortopnea
Objektif:
a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Kapasitas vital menurun
d. Tekanan ekspirasi menurun
5. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena ditandai
dengan ortopnea, dyspnea, Paroxysmal Nocturnal Dispnea (PND), edema
anasarka dan/atau edema perifer.
Definisi:
Peningkatan volume cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.
Penyebab:
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kalebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis
Subjektif:
a. Ortopnea
b. Dispnea
c. Paroxysmal Nocturnal Dispnea (PND)
Objektif:
22
b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c. JVP meningkat
Subjektif: -
Objektif:
Subjektif:
a. Mengeluh lelah
Objektif:
Subjektif:
23
a. Dispnea saat/setelah aktivitas
b. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c. Merasa lemah
Objektif:
24
Subjektif:
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
Objektif:
a. Frekuensi napas meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Muka tampak pucat
e. Suara bergetar
25
C. Intervensi
1. Identifikasi lokasi,
1 Nyeri akut Setelah dilakukan karakteristik,
berhubungan dengan tindakan durasi, frekuensi,
agen pencedera keperawatan kualitas, intensitas
fisiologis ditandai diharapkan masalah nyeri
dengan mengeluh nyeri akut dapat 2. Monitor tanda-
nyeri, tekanan darah teratasi dengan tanda vital
meningkat kriteria hasil: 3. Berikan teknik
1. Keluhan nonfarmakologis
(SDKI, Nyeri Akut, nyeri untuk mengurangi
D.0077, hal. 172) menurun rasa nyeri.
2. Frekuensi 4. Anjurkan
nadi menggunakan
membaik anelgetik secara
3. Tekanan tepat
darah 5. Kolaborasi dengan
membaik pemberian
analgetik
(SLKI, Tingkat
Nyeri, L.08066, hal. (SIKI, Manajemen
145) Nyeri, I. 08238, hal. 201)
26
membaik
1. Posisikan pasien semi
(SLKI, Curah fowler atau fowler dengan
Jantung, L.02008, kaki ke bawah atau posisi
hal. 20) nyaman
Edukasi
1. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
1. Anjurkan berhenti
merokok, jika
merokok
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi
jantung
(SIKI, Perawatan
Jantung, I.02075, hal.
317)
27
3 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif berhubungan tindakan
dengan peningkatan keperawatan 1. Identifikasi faktor
tekanan darah ditandai diharapkan masalah risiko gangguan
dengan pengisian perfusi perifer tidak sirkulasi (mis:
kapiler >3 detik, nadi efektif dapat teratasi diabetes, perokok,
perifer menurun atau dengan kriteria hasil: hipertensi)
tidak teraba, akral
teraba dingin, warna 1. Denyut nadi Terapeutik
kulit pucat. perifer
menurun 1. Lakukan hidrasi
(SDKI, Perfusi 2. Warna kulit
Perifer Tidak pucat Edukasi
Efektif, D.0009, hal. menurun
1. Anjurkan berhenti
37) 3. Pengisian
merokok
kapiler
2. Anjurkan olahraga
membaik
rutin
(SLKI, Perfusi
(SIKI, Perawatan
Perifer, L.02011,
Sirkulasi, I.02079, hal.
hal. 84)
345)
28
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
(SIKI, Manajemen
Jalan Napas, I.01011,
hal. 186)
29
radial
membaik Terapeutik
dalam
rentang 60- 1. Timbang berat
100x/menit badan setiap hari
pada waktu yang
(SLKI, sama
Keseimbangan 2. Batasi asupan
Cairan, L.05020, cairan dan garam
hal. 41) 3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30-
40°
Edukasi
1. Anjurkan melapor
jika haluan urin
<0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
2. Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian diuretik
2. Kolaborasi
penggantian
kalium akibat
diuretik
(SIKI, Manajemen
Hipervolemia, I.03114,
hal. 181)
30
emosional
istrirahat. nadi menurun
2. Keluhan lelah Terapeutik
(SDKI, Intoleransi menurun
Aktivitas, D.0056, 3. Dispnea saat 1. Sediakan
hal. 128) aktivitas lingkungan
menurun nyaman dan
4. Dispnea rendah stimulus
setelah (mis. cahaya,
aktivitas suara, kunjungan)
menurun 2. Sediakan latihan
rentang gerak
(SLKI, Toleransi pasif dan/atau
Aktivitas, L.05047, aktif
hal. 149)
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
(SIKI, Mananjemen
Energi, I.05178, hal.
176)
31
mengambil
(SDKI, Ansietas, gelisah keputusan
D.0080, hal. 180) menurun 3. Monitor tanda-
2. Perilaku tanda ansietas
tegang (verbal dan
menurun nonverbal)
3. Konsentrasi
membaik Terapeutik
Edukasi
1. Anjurkan keluarga
untuk bersama
pasien
2. Anjurkan untuk
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
ansietas
32
D. Implementasi
2. Memonitor 1. hasil
tanda- pemeriksaan nyeri
tanda vital menggunakan PQRST
33
laboratorium 3. melalui hasil gambaran EKG
jantung
4. melalui gambaran hasil EKG
5. Memeriksa tekanan
darah sebelum dan 5. hasil pemeriksaan TD
sesudah pemberian sebelum dan sesudah
obat pemberian obat
Terapeutik
1. Memposisikan Terapeutik
pasien semi fowler
atau fowler dengan 1. klien duduk dengan posisi
kaki ke bawah atau semi fowler atau fowler
posisi nyaman
2. membatasi asupan untuk diet
2. Memberikan diet jantung yang sesuai
jantung yang sesuai
(mis: batasi asupan 3. pantau saturasi oksigen
kafein, natrium, secara berkala
kolesterol, dan
makanan tinggi
lemak) Edukasi
3. Memberikan
1. edukasi dan diskusi kepada
oksigen untuk klien dan keluarga terkait
mempertahankan aktivitas fisik
saturasi oksigen
>94% 2. edukasi mengenai bahaya
rokok dan penyakit-penyakit
Edukasi yang ditimbulkan karena
merokok
1. Menganjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi
1. Menganjurkan
berhenti merokok, 1. jenis antiaritmia yang sesuai
jika merokok dengan kondisi klien
dikolaborasikan dengan
Kolaborasi dokter dan farmasi
1. Berkolaborasi 2. melakukan rujukan ke
pemberian rehabilitasi jantung untuk
antiaritmia, jika
perlu
34
2. Merujuk ke penanganan lebih lanjut
program
rehabilitasi jantung
Edukasi
35
napas
Kolaborasi
36
dan mukolitik di
kolaborasikan dengan dokter
dan farmasi
37
1. Menganjurkan urin keluar kurang dari
melapor jika haluan normal harap segera melapor
urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 2. Diskusi dan edukasi dengan
jam keluarga dan klien
bagaimana cara membatasi
2. Mengajarkan cara cairan
membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Berkolaborasi
pemberian diuretik 1. Berkolaborasi dengan dokter
dan farmasi tentang
2. Berkolaborasi pemberian terapi diuretik
penggantian kalium
akibat diuretik 2. Berkolaborasi dengan dokter
dan farmasi terapi
penggantian kalium karena
diuretik
38
gerak pasif membatasi kunjungan
dan/atau aktif
2. Memfasilitasi klien untuk
Edukasi melakukan ROM pasif atau
aktif
1. Menganjurkan tirah
baring
2. Menganjurkan Edukasi
melakukan aktivitas
secara bertahap 1. Diskusi dan edukasi dengan
klien dan keluarga mengenai
Kolaborasi tirah baring
Kolaborasi
1. Memantau peningkatan
asupan makan klien dengan
ahli gizi
39
Terapeutik
1. Menciptakan Terapeutik
suasana terapeutik
untuk 1. Membina hubungan saling
menumbuhkan percaya dengan klien
kepercayaan
2. Mengetahui keaadaan yang
2. Memahami situasi membuat klien cemas
yang membuat
ansietas 3. Pendekatan kepada klien
3. Menggunakan
pendekatan yang
tenang dan Edukasi
meyakinkan
1. Diskusi dan edukasi kepada
Edukasi keluarga tentang pentingnya
dukungan keluarga terhadap
1. Menganjurkan klien
keluarga untuk
bersama pasien 2. Diskusi bersama klien untuk
mengungkapkan perasaannya
2. Menganjurkan dan hal yang dipersepsikan
untuk
mengungkapkan
perasaan dan
Kolaborasi
persepsi
1. Berkolaborasi dengan dokter
Kolaborasi
dan farmasi terkait
1. Berkolaborasi pemberian obat ansietas yang
pemberian obat sesuai
ansietas
40
E. Evaluasi
2. Frekuensi nadi
membaik antara
60-100x/menit
3. Tekanan darah
membaik dalam
batas normal
sistole 100-
140mmHg
diastole 60-90
mmHg
Sistole 100-
140mmHg
Diastole 60-
90mmHg
41
3. Perfusi perifer tidak efektif 1. Denyut nadi
berhubungan dengan peningkatan perifer menurun
tekanan darah ditandai dengan
pengisian kapiler >3 detik, nadi 2. Warna kulit
perifer menurun atau tidak teraba, pucat menurun
akral teraba dingin, warna kulit
pucat. 3. Pengisian
kapiler membaik
3. Kedalaman
napas membaik
4. Tekanan darah
membaik dalam
rentang 120/80-
139/89 mmHg
5. Denyut nadi
radial membaik
dalam rentang
60-100x/menit
42
dengan ketidakseimbangan suplai menurun, dalam
darah dan oksigen ditandai dengan batas normal 60-
mengeluh lelah, frekuensi jantung 100x/menit
meningkat >20% dari kondisi
istrirahat. 2. Keluhan lelah
menurun
3. Dispnea saat
aktivitas
menurun
4. Dispnea setelah
aktivitas
menurun
3.Konsentrasi
membaik
43
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
44
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, S. H., Sari, E. A., & Mirwanti, R. (2018). Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner Pada Masyarakat Pangandaran. Jurnal Keperawatan BSI, VI(2), 176–
183. http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Wahidah, & Harahap, R. A. (2021). PJK (penyakit jantung koroner) dan SKA
(sindrome koroner akut) dari prespektif epidemiologi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6(1), 54–65.
45