Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Dosen Pengampu : Yeni Yulistanti, S.Kep. Ns. M.Tr.Kep

Disusun oleh :

1. Yosie Maulida K. (P1337420719025)


2. Rizkika Puspita Sari (P1337420719034)
3. Roy Khana Syerly (P1337420719039)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN 
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................1

B. Rumusan masalah............................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................4

A. Definisi............................................................................................................4

B. Etiologi............................................................................................................4

C. Patofisiologi.....................................................................................................5

D. Pathway...........................................................................................................7

E. Manifestasi klinis...........................................................................................10

F. Penatalaksaan................................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................14

A. Pengkajian....................................................................................................14

B. Diagnosa.......................................................................................................18

C. Intervensi.......................................................................................................26

D. Implementasi.................................................................................................33

E. Evaluasi..........................................................................................................41

BAB IV PENUTUP...............................................................................................44

A.    Kesimpulan.................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang 
Penyakit kardiovaskuler atau cardiovascular disease (CVD) menempati
peringkat pertama penyebab kematian di dunia melebihi penyakit yang lain.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit tidak menular yang paling sering
menyebabkan kematian. Menurut data WHO (2011), penyakit jantung iskemik
dan stroke menempati urutan pertama dan kedua tersering yang menyebabkan
kematian di seluruh dunia dengan presentasi 12,9% dan 11,4% dengan total
kematian yang diakibatkannya sebesar 13,2 juta jiwa. Prevalensi penyakit
kardiovaskular cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan hingga
tahun 2030 penyakit kardiovaskular akan menyebabkan kematian lebih dari 23
juta jiwa per tahun (WHO, 2013). Di negara-negara berkembang, CVD
menyebabkan lebih dari 80% kematian dengan proporsi hampir sama antara pria
dan wanita, sekitar 9,4 juta kematian terjadi setiap tahunnya, 51% diantaranya
disebabkan oleh stroke dan 45% disebabkan penyakit jantung koroner (WHO,
2013).

Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi masalah kesehatan dunia.


Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian yang paling sering di
Eropa dengan jumlah kematian per tahun sekitar 1,8 juta jiwa. Begitu juga di
Indonesia, angka kejadian penyakit kardiovaskular terus meningkat setiap
tahunnya. Penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi di Indonesia adalah PJK
dengan insidensi 1,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Peningkatan angka
kejadian PJK dapat menyebabkan pembiayaan kesehatan di Indonesia meningkat
dari tahun-tahun sebelumnya. Pembiayaan kesehatan terbesar di Indonesia adalah
pembiayaan pasien dengan penyakit jantung dapat dicegah (Kementerian
Kesehatan RI, 2017). Pencegahan PJK akan lebih efektif apabila dilakukan
dengan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner?
2. Jelaskan penyebab terjadinya penyakit jantung koroner?
3. Bagaimana proses perjalanan terjadinya penyakit jantung koroner?
4. Bagaimana gambaran pathway penyakit jantung koroner?
5. Apa saja tanda dan gejala yang dapat menimbulkan penyakit jantung
koroner?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner? 
7. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
8. Sebutkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit
jantung koroner?
9. Sebutkan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
10. Jelaskan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
11. Jelaskan evaluasi keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
koroner?
 
C. Tujuan 
1. Mampu memahami maksud penyakit jantung koroner
2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit jantung koroner
3. Mampu menjelaskan proses perjalanan terjadinya penyakit jantung
koroner
4. Mampu menjelaskan gambaran pathway penyakit jantung koroner
5. Mengetahui tanda dan gejala yang dapat menimbulkan penyakit jantung
koroner
6. Mengetahui penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner
7. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner

2
8. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
9. Mampu melakukan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
10. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner
11. Mampu menjelaskan evaluasi keperawatan pada pasien dengan penyakit
jantung koroner?

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada
pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah
(aterosklerosis) (P2PTM Kemenkes RI, 2021).

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan adanya


plak yang menumpuk di dalam arteri koroner sehingga terjadi penyempitan atau
sumbatan yang mensuplai oksigen ke otot jantung (Ghani, 2016).

Penyakit jantung koroner merupakan keadaan koroner yang menyempit


dan tersumbat, sehingga menyebabkan aliran darah ke area jantung yang disuplai
arteri tersebut berkurang (Black & Hawks, 2014).

Menurut American Heart Association, penyakit jantung koroner (coronary


heart disease/CHD) adalah istilah umum untuk penumpukan plak pada arteri
koroner yang dapat menyebabkan serangan jantung. Pembentukan plak dikenal
dengan istilah aterosklerosis, yaitu dimana pada pembuluh darah koroner jantung
terdapat perubahan variabel intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak
(lipid), kompleks karbohidrat, darah dan hasil produk darah, jaringan fibrus, dan
deposit kalsium. Tumpukan lipid dapat membentuk trombus sehingga dapat
menyumbat aliran darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan aliran
darah ke miokardium. Penurunan fungsi miokardium dapat menyebabkan
penurunan cardiac output sehingga oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak dapat
terpenuhi. 

B. Etiologi 

Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri koronaria (arteri yang


memasok darah ke otot jantung) menjadi mengeras dan menyempit. Hal ini

4
disebabkan oleh pengumpulan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak
pada dinding pembuluh darah. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Plak akan
semakin besar sehingga aliran darah ke otot jantung semakin sedikit dan semakin
sulit. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang
dibutuhkan. Ketika jaringan kurang asupan, maka hal itu akan direspon sel
sebagai apa yang kita kenal dengan (nyeri dada khas) yang disebut dengan angina,
atau jika arteri koronaria tersumbat total maka pasien dapat jatuh ke dalam kondisi
serangan jantung. Serangan jantung inilah yang merupakan kegawatan medis
karena menyebabkan kerusakan jantung permanen atau bahkan kematian. 

C. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta dan arteri-arteri serebral.

Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan


disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada
sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabilitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
trigliserida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit
ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang
kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan
trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan
B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant
(penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, 3 pembekuan dan fibrosis.
Pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi
diantara sel-sel endotel ke ruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang

5
matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi
sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima.

Selain itu, kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan terdapat lapisan lemak di arteri. Apabila cedera dan inflamasi terus
berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(trombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan
yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh
mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-
arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia
(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel- sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Pembentukan Trombus monosit 4 makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh
Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian

6
D. Pathway

Jenis
Usia Kelamin Obesitas Genetik Stres

Kurang Diabetes Hiperlipidemia Hipertensi Merokok


aktivitas fisik Mellitus

Lipoprotein tertimbun
di endothelium

LDL meningkat

LDL teroksidasi

Plak

Aterosklerosis

7
Penyempitan arteri koroner

Oksigenasi terganggu Aliran darah terganggu Resistensi aliran darah


meningkat

Suplai oksigen ke arteri Penurunan kemampuan pembuluh


koroner menurun vaskuler untuk melebar

Kebutuhan oksigen
miokard menurun
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Hipoksia Metabolisme anaerob
perifer

Asam laktat meningkat Nyeri akut


Penurunan perfusi meningkat
jaringan Merangsang
pH sel menurun
pelepasan nociceptor

Oksigen ke perifer Asidosis respiratorik


menurun Aktifitas serabut saraf
(A delta & C fiber)
Kontraksi miokard
Merangsang
menurun
komoreseptor perifer Impuls ke medulla
spinalis

8
Penurunan curah Curah jantung menurun Merangsang pusat Impuls ke korteks
jantung pernafasan serebri

Aktivitas pernafasan Persepsi nyeri


Mekanisme
meningkat
kompensasi pertahanan
curah jantung menurun Angina pektoris
Ketidakefektifan pola Dispnea
nafas
Refleks simpatis
vasokonstriksi Intoleransi
aktivitas Stabel NSTEMI
angina
Retensi natrium dan air
meningkat
Unstabel STEMI
angina
Kelebihan volume
Edema
cairan

Ansietas

Sumber: LeMone, Priscillia, Keren M. Burke, dan Gerene Bauldoff, 2019.

9
E. Manifestasi klinis
1. Angina Pectoris 
Yaitu rasa nyeri dada dan sesak napas yang disebabkan gangguan suplai
oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan otot jantung. Sakit angina yang
khas itu adalah sesak napas di tengah dada yang bisa menyebar sampai
leher dan rahang, pundak kiri atau kanan, lengan, dan bahkan sampai
punggung. Keadaan ini terutama terjadi pada saat latihan fisik atau adanya
stres.   
2. Angina Pectoris tidak stabil 
Yaitu bila nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang tiba-tiba terasa
pada waktu istirahat atau terjadi lebih berat secara mendadak atau bila
angina pectoris sudah ada sebelumnya, namun menjadi lebih berat.
Biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding sebelumnya.
Keadaan ini harus diwaspadai karena bisa berlanjut menjadi berat, bahkan
menjadi infark miokard.
3. Infark Miokard 
Yaitu kerusakan otot jantung akibat blokade arteri koroner yang terjadi
secara total dan mendadak. Biasanya terjadi akibat ruptur plak
aterosklerosis di dalam arteri koroner. Secara klinis ditandai dengan nyeri
dada seperti pada angina pectoris, namun lebih berat dan berlangsung lebih
lama sampai beberapa jam.  Pada infark miokard, biasanya terjadi tanpa
dicetuskan oleh latihan dan tidak hilang dengan pemakaian nitrat.
Biasanya disertai komplikasi seperti : gangguan irama jantung, renjatan
jantung (syok kardiogenik), gagal jantung kiri, bahkan kematian mendadak
(sudden death).
4. Sindrom koroner akut 
Yaitu spektrum klinis yang terjadi mulai dari angina, pektoris tidak stabil
sampai terjadi infark miokard akut.
5. Mudah lelah

10
Jika jantung tidak efektif memompa darah, maka aliran darah ke otot
selama melakukan aktivitas akan berkurang sehingga menyebabkan
penderita merasa lelah dan lemah.
6. Pusing dan pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut jantung atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa darah sangat buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Emosi atau nyeri kuat yang
mengaktifkan sistem saraf juga bisa menyebabkan pingsan. Namun, tidak
semua pingsan merupakan gejala penyakit jantung. Jadi harus diperhatikan
pula gejala-gejala lain yang menyertainya.

F. Penatalaksaan 
1. Farmakologi
a. Analgetik yang disebabkan biasanya golongan narkotik (morfin)
diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara
pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 -2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
b. Nitrat dengan efek vasodilatasi akan menurunkan venous return
sehingga menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen
demam. Disamping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
koroner sehingga akan meningkatkan suplai oksigen. Nitrat dapat
diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan
dengan peroral atau intravena.
c. Aspirin sebagai antitrombolitik sangat penting diberikan. Dianjutkan
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
d. Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut
adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini disadari oleh proses patogenesanya,
dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri koroner.
Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat
trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue

11
plasminogen streptokinase activator complex), urokinase , ASPAC
(anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-
chain urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik
terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan
infark. Terapi ini masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset
serangan infark.
e. Betabloker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga
akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Disamping itu
betabloker juga mempunyai efek anti aritmia.
2. Non-farmakologi
a. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
b. Olahraga dapat meningkatkan kadal HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat
karena
1) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
2) Menurunkan berat badan sehingga lemak-lemak tubuh yang
berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL
kolesterol
3) Menurunkan tekanan darah
4) Meningkatkan kesegaran jasmani
5) Diet merupakan langkah pertama penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi
seimbang, makan makanan yang dapat menurunkan kadar
kolesterol dengan menetapkan diet rendah lemak.
6) Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah
kesehatan kardiovaskuler yang telah di ikuti secara luas adalah dari
AHA dan NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk
memperbaiki profil lemak darah pada batas-batas normal. Terapi
diet dasar atau tingkat 1 dapat menurunkan 10% dari total kalori
dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh majemuk
(poly-unsatured faty acid), bila kadar total kolesterol darah turun

12
10% atau lebih dan memenuhi batas yang ditargetkan, diet
dianggap berhasil dan perlu dipertahankan. Namun, apabila
penurunan < 10% diet dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10
minggu, dan pada akhir dilakukan test darah. Bila hasilnya belum
juga mencapai sasaran, mungkin sesekali tubuh tidak cukup
responsif terhadap diet dan individu perlu berkonsultasi dengan
dokter mengenai kemungkinan pemakaian obat. 

13
BAB III

TINJAUAN KASUS
 
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal masuk RS dan diagnosa medis. Biasanya usia >40 tahun
berisiko terkena penyakit jantung coroner dan lebih banyak terjadi pada
laki-laki daripada perempuan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang harus diperhatikan antara lain sesak napas, nyeri dada
menjalar ke arah lengan, cepat lelah, batuk lendir atau berdarah, pingsan,
berdebar-debar, dan lainnya.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Perjalanan penyakit sejak keluhan hingga klien meminta pertolongan,
meliputi: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa kali keluhan terjadi,
bagaimana sifat keluhan, kapan dan apa penyebab keluhan, keadaan
apa yang memperburuk dan memperingan keluhan, bagaimana usaha
untuk mengatasi keluhan sebelum meminta pertolongan, berhasilkah
tindakan tersebut. Biasanya didapatkan keluhan nyeri, maka dikaji
dengan PQRST.
b. Riwayat penyakit terdahulu (RPD)
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya: seperti nyeri dada,
hipertensi, DM, dan hyperlipidemia, apakah pasien pernah dirawat
sebelumnya,
c. Riwayat tambahan
Riwayat keluarga, riwayat pekerjaan, riwayat geografi, riwayat alergi,
kebiasaan social, kebiasaan merokok.
4. Kesehatan fungsional

14
a. Nutrisi dan metabolic: mengalami nafsu makan menurun dan porsi
makan berkurang
b. Eliminasi: BAK normal, dengan konsistensi cair (biasa berkemih 4-6
kali sehari), BAB normal, dengan konsistensi padat (biasanya 1-2 kali
sehari)
c. Aktivitas dan latihan: aktivitas sehari-hari berkurang bahkan berhenti
melakukan aktivitas
d. Istirahat tidur: dapat terjadi gangguan tidur (insomnia)
e. Persepsi dan konsep diri: pasrah dengan keadaan, merasa tidak berdaya
5. Pemeriksaan fisik (umum)
a. Keadaan umum: KU baik/sedang/lemah
b. Kesadaran: Compos mentis, Apatis, Stupor, Koma
c. Vital sign: TD: _mmHg, RR: _x/mnt, N: _x/mnt, S: _℃. Biasanya
mengalami peningkatan tekanan darah 124/91 mmHg sampai dengan
137/97 mmHg, terjadi peningkatan nadi 100-112 x/menit, terjadi
peningkatan respirasi 16-20 x/menit.
d. Kepala:
1) Rambut: kaji kebersihan
2) Telinga: kaji indra pendengaran, kesimetrisan, kebersihan, adakah
lesi
3) Hidung: ada tidaknya septuminasi, polip dan pernapsan cuping
hidung
4) Mata: kaji indra penglihatan, konjungtiva anemis atau tidak, kaji
bentuk dan kesimetrisan mata
5) Mulut dan gigi: kaji bentuk bibir, kesimetrisan, adakah lesi atau
pembesaran tonsil, mukosa bibir, kelengkapan gigi dan kebersihan
mulut
6) Leher: ada tidaknya benjolan dan pembesaran kelenjar thyroid
e. Thoraks:
1) Inspeksi: lihat adanya jejas, warna kulit, lihat gerak pengembangan
dada, adakah kelainan, lihat adanya retraksi dada

15
2) Palpasi: kaji pengembangan dada, rasakan adakah perbedaan antara
dada kanan dan kiri, adakah fraktur
3) Perkusi: normalnya bunyi sonor
4) Auskultasi: normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan
ada suara tambahan atau tidak
f. Kardiovaskuler;
1) Inspeksi jantung:
- Bentuk precordium: simetris/cekung/cembung
- Denyut apeks jantung: dalam keadaaan normal, dengan sikap
duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus terlihat di dalam
ruangan intercostal V
- Denyut nadi dada: apabila di dada bagian atas terdapat
denyutan, maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di
ruang intercostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah
ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden.
- Denyut vena: vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena
jugularis interna dan eksterna
2) Palpasi jantung
- Pemeriksaan iktus cordis: pada keadaan normal, iktus cordis
dapat teraba pada ruang intercostal kiri V, agak ke medial (2
cm) dari linea midklavikularis kiri.
- Pemeriksaan getaran/thrill: terjadinya getaran saat systole atau
diastole, getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi
- Pemeriksaan gerakan trachea: pada aneurisma aorta, denyutan
aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba
3) Perkusi Jantung
Normalnya terdengar pekak
4) Auskultasi Jantung
Bunyi jantung: I dan II

16
- BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris
dari bilik pada permulaan systole
- BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta
dan pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole
g. Abdomen:
1) Inspeksi: adakah lesi/tidak, warna kulit, umbilicus menonjol/masuk
2) Palpasi: nyeri tekan pada abdomen/tidak
3) Perkusi: suara timpani/hipertimpani
4) Auskultasi: bising usus normal/tidak (5-20 x/menit)
h. Integument
1) Inspeksi: amati turgor dan warna kulit, lembab/tidak
2) Palpasi: akral hangat/dingin, CRT normal <2 detik
i. Ekstremitas:
1) Inspeksi: kekuatan tonus otot, kelengkapan jari-jari
2) Palpasi: adakah odema/tidak
j. Genetalia: terpasang kateter/tidak
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan selama terjadinya nyeri adalah
a. Pantau takikardi atau disritmia dengan saturasi
b. Rekam EKG lengkap T inverted, ST elevasi atau depresi dan Q
patologis
c. Pemeriksaan laboratorium, kadar enzim jantung Creatinin kinase (CK),
Creatinin kinase M-B(CKMB), Laktat dehidrogenase (LDH)
d. Fungsi hati, serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan
serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT)
e. Profil lipid Low desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty
lipoprotrein (HDL)
f. Foto thorax, echocardiografi, kateterisasi jantung.

17
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
mengeluh nyeri.
Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintentitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
a. Agen pencedera fisiologis
b. Agen pencedera kimiawi
c. Agen pencedera fisik

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a. Mengeluh nyeri

Objektif:

a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif: (tidak tersedia)

Objektif:

a. Tekanan darah meningkat


b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berpikir terganggu
e. Menarik diri

18
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium ditandai dengan
Definisi:
Ketidakadekkuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Penyebab:
a. Perubahan irama jantung
b. Perubahan frekuensi jantung
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a. Palpitasi
b. Lelah
c. Dispnea
d. Ortopnea
e. Batuk

Objektif:

a. Bradikardia/takikardia
b. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
c. Edema
d. Tekanan darah meningkat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

a. Cemas

19
b. Gelisah

Objektif:

a. Murmur jantung
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah ditandai dengan turgor kulit menurun.
Definisi:
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
Penyebab:
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsistensi hemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
f. Kurang aktivitas fisik

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif: (tidak tersedia)

Objektif:

a. Pengisian kapiler >3detik


b. Nadi perifer menurun atau tidak teraba
c. Akral teraba dingin
d. Warna kulit pucat
e. Turgor kulit menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

a. Parastesia
b. Nyeri ekstremitas

20
Objektif:

a. Edema
b. Penyembuhan luka lambat
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
ditandai dengan dyspnea
Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi tidak adekuat.
Penyebab:
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromoskuler
f. Gangguan neurologis
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energy
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a. Dispnea

Objektif:

a. Penggunaan otot bantu pernapasan


Fase ekspirasi memanjang

21
b. Pola napas abnormal

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

a. Ortopnea

Objektif:

a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Kapasitas vital menurun
d. Tekanan ekspirasi menurun
5. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena ditandai
dengan ortopnea, dyspnea, Paroxysmal Nocturnal Dispnea (PND), edema
anasarka dan/atau edema perifer.
Definisi:
Peningkatan volume cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.
Penyebab:
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kalebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a. Ortopnea
b. Dispnea
c. Paroxysmal Nocturnal Dispnea (PND)

Objektif:

a. Edema anasarka dan/atau edema perifer

22
b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c. JVP meningkat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif: -

Objektif:

a. Distensi vena jugularis


b. Hepatomegali
c. Oliguria
d. Intake lebih banyak dari output
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat.
Definisi:
Ketidakcukupan energi untuk aktivitas sehari-hari.
Penyebab:
a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a. Mengeluh lelah

Objektif:

a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrirahat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

23
a. Dispnea saat/setelah aktivitas
b. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c. Merasa lemah

Objektif:

a. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


b. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d. Sianosis
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan 
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.
Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab:
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi
Objektif:
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor

24
Subjektif:
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
Objektif:
a. Frekuensi napas meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Muka tampak pucat
e. Suara bergetar

25
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Identifikasi lokasi,
1 Nyeri akut Setelah dilakukan karakteristik,
berhubungan dengan tindakan durasi, frekuensi,
agen pencedera keperawatan kualitas, intensitas
fisiologis ditandai diharapkan masalah nyeri
dengan mengeluh nyeri akut dapat 2. Monitor tanda-
nyeri, tekanan darah teratasi dengan tanda vital
meningkat kriteria hasil: 3. Berikan teknik
1. Keluhan nonfarmakologis
(SDKI, Nyeri Akut, nyeri untuk mengurangi
D.0077, hal. 172) menurun rasa nyeri.
2. Frekuensi 4. Anjurkan
  nadi menggunakan
membaik anelgetik secara
3. Tekanan tepat
darah 5. Kolaborasi dengan
membaik pemberian
analgetik
(SLKI, Tingkat
Nyeri, L.08066, hal. (SIKI, Manajemen
145) Nyeri, I. 08238, hal. 201)

2. Penurunan curah Setelah dilakukan Observasi


jantung berhubungan tindakan
dengan perubahan keperawatan 1. Monitor tekanan
kontraktilitas ditandai diharapkan masalah darah
dengan perubahan penurunan curah 2. Monitor EKG 12
irama jantung jantung dapat teratasi sadapan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor aritmia
(SDKI, Penurunan 4. Monitor nilai
Curah Jantung, 1. Gambaran laboratorium
D.0008, hal.34) EKG aritmia jantung
menurun 5. Periksa tekanan
2. Dispnea darah sebelum dan
menurun sesudah
3. Tekanan pemberian obat
darah Terapeutik

26
membaik
1. Posisikan pasien semi
(SLKI, Curah fowler atau fowler dengan
Jantung, L.02008, kaki ke bawah atau posisi
hal. 20) nyaman

  2.   Berikan diet jantung yang


sesuai (mis: batasi asupan
kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan
tinggi lemak)

3. Berikan oksigen untuk


mempertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi

1. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
1. Anjurkan berhenti
merokok, jika
merokok

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi
jantung

(SIKI, Perawatan
Jantung, I.02075, hal.
317)

27
3 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif berhubungan tindakan
dengan peningkatan keperawatan 1. Identifikasi faktor
tekanan darah ditandai diharapkan masalah risiko gangguan
dengan pengisian perfusi perifer tidak sirkulasi (mis:
kapiler >3 detik, nadi efektif dapat teratasi diabetes, perokok,
perifer menurun atau dengan kriteria hasil: hipertensi)
tidak teraba, akral
teraba dingin, warna 1. Denyut nadi Terapeutik
kulit pucat. perifer
menurun 1. Lakukan hidrasi
(SDKI, Perfusi 2. Warna kulit
Perifer Tidak pucat Edukasi
Efektif, D.0009, hal. menurun
1. Anjurkan berhenti
37) 3. Pengisian
merokok
kapiler
2. Anjurkan olahraga
membaik
rutin
(SLKI, Perfusi
(SIKI, Perawatan
Perifer, L.02011,
Sirkulasi, I.02079, hal.
hal. 84)
345)

4 Pola napas tidak Setelah dilakukan Observasi


efektif berhubungan tindakan
dengan hambatan keperawatan 1. Monitor pola
upaya napas ditandai diharapkan masalah napas
dengan dispnea pola napas tidak 2. Monitor bunyi
efektif dapat teratasi napas tambahan
(SDKI, Pola Napas dengan kriteria hasil:
Tidak Efektif, Terapeutik
D.0005, hal. 26) 1. Dispnea
menurun 1. Pertahankan
2. Frekuensi kepatenan jalan
napas napas dengan
membaik head-tilt dan chin-
3. Kedalaman lift (jaw thrust jika
napas curiga trauma
membaik servikal)
2. Posisikan semi
(SLKI, Pola Napas, fowler atau fowler
L.01004, hal. 95) 3. Berikan oksigen,
jika perlu

28
Edukasi

1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

(SIKI, Manajemen
Jalan Napas, I.01011,
hal. 186)

5 Hipervolemia Setelah dilakukan Observasi 


berhubungan dengan tindakan
gangguan aliran balik keperawatan 1. Periksa tanda dan
vena ditandai dengan diharapkan masalah gejala
ortopnea, dyspnea, hipervolemia dapat hipervolemia (mis.
Paroxysmal Nocturnal teratasi dengan ortopnea, dispnea,
Dispnea (PND), kriteria hasil: edema, JVP
edema anasarka meningkat)
dan/atau edema 1. Asupan 2. Identifikasi
perifer. meningkat penyebab
2. Edema hipervolemia
(SDKI, menurun 3. Monitor status
Hipervolemia, 3. Asites hemodinamik
D.0022, hal. 62) menurun (mis. frekuensi
4. Tekanan jantung, tekanan
darah darah, MAP, CVP.
membaik PAP, PCWP, CO,
dalam CI), jika tersedia
rentang 4. Monitor intake
120/80- dan output cairan
139/89
mmHg
5. Denyut nadi

29
radial
membaik Terapeutik
dalam
rentang 60- 1. Timbang berat
100x/menit badan setiap hari
pada waktu yang
(SLKI, sama
Keseimbangan 2. Batasi asupan
Cairan, L.05020, cairan dan garam
hal. 41) 3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30-
40°

Edukasi

1. Anjurkan melapor
jika haluan urin
<0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
2. Ajarkan cara
membatasi cairan

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian diuretik
2. Kolaborasi
penggantian
kalium akibat
diuretik

(SIKI, Manajemen
Hipervolemia, I.03114,
hal. 181)

6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observasi


berhubungan dengan tindakan
ketidakseimbangan keperawatan 1. Identifikasi
suplai darah dan diharapkan masalah gangguan fungsi
oksigen ditandai intoleransi aktivitas tubuh yang
dengan mengeluh dapat teratasi dengan mengakibatkan
lelah, frekuensi kriteria hasil: kelelahan
jantung meningkat 2. Monitor kelelahan
>20% dari kondisi 1. Frekuensi fisik dan

30
emosional
istrirahat. nadi menurun
2. Keluhan lelah Terapeutik
(SDKI, Intoleransi menurun
Aktivitas, D.0056, 3. Dispnea saat 1. Sediakan
hal. 128) aktivitas lingkungan
menurun nyaman dan
4. Dispnea rendah stimulus
setelah (mis. cahaya,
aktivitas suara, kunjungan)
menurun 2. Sediakan latihan
rentang gerak
(SLKI, Toleransi pasif dan/atau
Aktivitas, L.05047, aktif
hal. 149)
Edukasi

1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

(SIKI, Mananjemen
Energi, I.05178, hal.
176)

7 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Observasi


dengan ancaman tindakan
terhadap kematian keperawatan 1. Identifikasi saat
ditandai dengan  diharapkan masalah tingkat ansietas
merasa khawatir ansietas dapat berubah (mis.
dengan akibat dari teratasi dengan kondisi, waktu,
kondisi yang dihadapi, kriteria hasil: stressor)
tampak gelisah, 2. Identifikasi
tampak tegang. 1. Perilaku kemampuan

31
mengambil
(SDKI, Ansietas, gelisah keputusan
D.0080, hal. 180) menurun 3. Monitor tanda-
2. Perilaku tanda ansietas
tegang (verbal dan
menurun nonverbal)
3. Konsentrasi
membaik Terapeutik

(SLKI, Tingkat 1. Ciptakan suasana


Ansietas, L.09093, terapeutik untuk
hal. 132) menumbuhkan
kepercayaan
2. Pahami situasi
yang membuat
ansietas
3. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan

Edukasi

1. Anjurkan keluarga
untuk bersama
pasien
2. Anjurkan untuk
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian obat
ansietas

(SIKI, Reduksi Ansietas,


I.09314, hal. 387)

32
D. Implementasi 

Tanggal/Jam No. Tindakan Respon


DX

       1 1. Mengidentifikasi DS: klien dan keluarga bersedia


lokasi, dilakukan tindakan keperawatan
karakteristik,
durasi, frekuensi,  
kualitas, intensitas
nyeri DO:

2. Memonitor 1.   hasil
tanda- pemeriksaan nyeri
tanda vital menggunakan PQRST

2.   hasil pengukuran TTV berupa


3. Memberikan teknik
nonfarmakologis TD,N,S, dan RR
untuk mengurangi
rasa nyeri. 3.   dapat menggunakan teknik
relaksasi distraksi dan  kompres
4. Menganjurkan hangat
menggunakan
anelgetik 4.   pemberian analgetik sesuai
secara
tepat prinsip 6 benar

5. Berkolaborasi 5.   jenis analgetik yang diberikan


dengan pemberian kepada klien sesuai dengan
analgetik kolaborasi dari dokter dan
farmasi.
 

       2 Observasi DS: klien dan keluarga bersedia


dilakukan tindakan keperawatan
1.   Memonitor tekanan
darah DO:

2.   Memonitor EKG Observasi :


12 sadapan
1.   hasil pemeriksaan tekanan
3.   Memonitor aritmia darah

4.   Memonitor nilai 2.   melalui hasil gambaran EKG

33
laboratorium 3.   melalui hasil gambaran EKG
jantung
4.   melalui gambaran hasil EKG
5.   Memeriksa tekanan
darah sebelum dan 5.   hasil pemeriksaan TD
sesudah pemberian sebelum dan sesudah
obat pemberian obat

Terapeutik  

1.   Memposisikan Terapeutik
 
pasien semi fowler
atau fowler dengan 1.   klien duduk dengan posisi
kaki ke bawah atau semi fowler atau fowler
posisi nyaman
2.   membatasi asupan untuk diet
2.         Memberikan diet jantung yang sesuai
jantung yang sesuai
(mis: batasi asupan 3.   pantau saturasi oksigen
kafein, natrium, secara berkala
kolesterol, dan
 
makanan tinggi
lemak) Edukasi
3.         Memberikan
1.   edukasi dan diskusi kepada
oksigen untuk klien dan keluarga terkait
mempertahankan aktivitas fisik
saturasi oksigen
>94% 2.   edukasi mengenai bahaya
rokok dan penyakit-penyakit
Edukasi yang ditimbulkan karena
merokok
1.   Menganjurkan
beraktivitas fisik  
secara bertahap
Kolaborasi
1.   Menganjurkan
berhenti merokok, 1.   jenis antiaritmia yang sesuai
jika merokok dengan kondisi klien
dikolaborasikan dengan
Kolaborasi dokter dan farmasi
1.   Berkolaborasi 2.   melakukan rujukan ke
pemberian rehabilitasi jantung untuk
antiaritmia, jika
perlu

34
2.   Merujuk ke penanganan lebih lanjut
program
rehabilitasi jantung  

       3 Observasi DS: klien dan keluarga bersedia


dilakukan tindakan keperawatan
1.   Mengidentifikasi
faktor risiko  
gangguan sirkulasi
(mis: diabetes, DO :
perokok,
hipertensi) Observasi

Terapeutik 1.   Mengetahui faktor yang


menyebabkan klien
1.         Melakukan hidrasi mengalami risiko gangguan
sirkulasi
Edukasi
 
1.   Menganjurkan
berhenti merokok Terapeutik

2.   Menganjurkan 1.   Memberikan hidrasi kepada


olahraga rutin klien sesuai kebutuhan

   

Edukasi

1.   Edukasi mengenai bahaya


rokok dan penyakit-penyakit
yang ditimbulkan karena
merokok

2.   Edukasi tentang manfaat


berolahraga dan diskusikan
olahraga sesuai kondisi klien

       4 Observasi DS: klien dan keluarga bersedia


dilakukan tindakan keperawatan
1.   Memonitor pola

35
napas  

2.   Memonitor bunyi DO:


napas tambahan
Observasi
Terapeutik
1.   Mengetahui pola napas klien
1.   Mempertahankan
kepatenan jalan 2.   Memeriksa apakah ada bunyi
napas dengan head- tambahan pada napas klien
tilt dan chin-lift
(jaw thrust jika  
curiga trauma
servikal) Terapeutik

2.   Memposisikan semi 1.   Jika klien dicurigai memiliki


fowler atau fowler trauma serivakal maka
dilakukan posisi jaw thrust,
3.   Memberikan jika normal beri posisi head-
oksigen, jika perlu tilt dan chin lift. Agar jalan
napas tetap.
Edukasi
2.   Lakukan posisi semi fowler
1.   Menganjurkan atau fowler pada klien
asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak 3.   Oksigen sesuai kebutuhan
ada kontraindikasi
 
 
 
 
Edukasi
Kolaborasi
1.   Diskusi dan edukasi kepada
1.   Berkolaborasi klien dan keluarga tentang
pemberian kebutuhan asupan cairan
bronkodilator, kurang lebih 2000ml/hari,
ekspektoran, namun perlu disesuaikan
mukolitik, jika kembali dengan kondisi klien
perlu.
 

Kolaborasi

1.   Dosis pemberian terapi


bronkodilator, ekspetoran,

36
dan mukolitik di
kolaborasikan dengan dokter
dan farmasi

       5 Observasi DS: klien dan keluarga bersedia


dilakukan tin dakan keperawatan
1.   Memeriksa tanda
dan gejala  
hipervolemia (mis.
ortopnea, dispnea, DO:
edema, JVP
meningkat) Observasi

2.   Mengidentifikasi 1.   Mengetahui hasil dari


penyebab pemeriksaan jika ada tanda-
hipervolemia tanda hipervolemia

3.   Memonitor status 2.   Mengetahui penyebab


hemodinamik (mis. hipovolemia terjadi
frekuensi jantung,
tekanan darah, 3.   Memeriksa secara berkala
MAP, CVP. PAP, status hemodinamik(jika ada)
PCWP, CO, CI),
4.   Memantau input dan output
jika tersedia
klien
4.   Memonitor intake
 
dan output cairan
Terapeutik
Terapeutik
1.   Mengetahui perkembangan
1.   Menimbang berat
berat badan klien
badan setiap hari
pada waktu yang 2.   Memantau dan membatasi
sama asupan garam klien
2.   Membatasi asupan 3.   Memposisikan kepala klien
cairan dan garam saat tidur lebih tinggi dari
biasanya
3.   Meninggikan
kepala tempat tidur  
30-40°
Edukasi
Edukasi
1.   Memberitahu keluarga jika

37
1.   Menganjurkan urin keluar kurang dari
melapor jika haluan normal harap segera melapor
urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 2.   Diskusi dan edukasi dengan
jam keluarga dan klien
bagaimana cara membatasi
2.   Mengajarkan cara cairan
membatasi cairan
 
Kolaborasi
Kolaborasi
1.   Berkolaborasi
pemberian diuretik 1.   Berkolaborasi dengan dokter
dan farmasi tentang
2.   Berkolaborasi pemberian terapi diuretik
penggantian kalium
akibat diuretik 2.   Berkolaborasi dengan dokter
dan farmasi terapi
penggantian kalium karena
diuretik

  6 Observasi DS: klien dan keluarga bersedia


dilakukan tindakan keperawatan
1. Mengidentifikasi
       
gangguan fungsi  
tubuh yang
mengakibatkan DO:
kelelahan
Observasi
2.         Memonitor
kelelahan fisik dan 1. Mengetahui hal yang
emosional mengakibatkan kelelahan
pada fungsi tubuh
Terapeutik
2. Memantau fisik dan
1.         Menyediakan emosional klien
lingkungan nyaman
dan rendah  
stimulus (mis.
cahaya, suara, Terapeutik
kunjungan)
1.   Memindahkan klien ke
2.         Menyediakan ruangan yang nyaman dan
latihan rentang rendah stimulus, serta

38
gerak pasif membatasi kunjungan
dan/atau aktif
2.   Memfasilitasi klien untuk
Edukasi melakukan ROM pasif atau
aktif
1.   Menganjurkan tirah
baring  

2.   Menganjurkan Edukasi
melakukan aktivitas
secara bertahap 1.   Diskusi dan edukasi dengan
klien dan keluarga mengenai
Kolaborasi tirah baring

1.   Berkolaborasi 2.   Diskusi dan edukasi dengan


dengan ahli gizi klien dan keluarga mengenai
tentang cara aktivitas klien
meningkatkan
asupan makanan  

  Kolaborasi

1.   Memantau peningkatan
asupan makan klien dengan
ahli gizi

  7 Observasi DS: klien dan keluarga bersedia


dilakukan tindakan keperawatan
1.   Mengidentifikasi
saat tingkat ansietas  
berubah (mis.
kondisi, waktu, DO:
stressor)
Observasi
2.   Mengidentifikasi
kemampuan 1.   Mengetahui kecemasan yang
mengambil dialami klien
keputusan
2.   Mengetahui pilihan
3.   Memonitor tanda- keputusan klien
tanda ansietas
(verbal dan 3.   Memantau adanya tanda-
nonverbal) tanda kecemasan

39
Terapeutik  

1.   Menciptakan Terapeutik
suasana terapeutik
untuk 1.   Membina hubungan saling
menumbuhkan percaya dengan klien
kepercayaan
2.   Mengetahui keaadaan yang
2.   Memahami situasi membuat klien cemas
yang membuat
ansietas 3.   Pendekatan kepada klien

3.   Menggunakan  
pendekatan yang
tenang dan Edukasi
meyakinkan
1.   Diskusi dan edukasi kepada
Edukasi keluarga tentang pentingnya
dukungan keluarga terhadap
1.   Menganjurkan klien
keluarga untuk
bersama pasien 2.   Diskusi bersama klien untuk
mengungkapkan perasaannya
2.   Menganjurkan dan hal yang dipersepsikan
untuk
mengungkapkan  
perasaan dan
Kolaborasi
persepsi
1.   Berkolaborasi dengan dokter
Kolaborasi
dan farmasi terkait
1.   Berkolaborasi pemberian obat ansietas yang
pemberian obat sesuai
ansietas
 
 

40
E. Evaluasi 

Tanggal/Jam No. DX Evaluasi Paraf

      1.   Nyeri akut berhubungan dengan 1.   Keluhan nyeri  


agen pencedera fisiologis ditandai menurun
dengan mengeluh nyeri, tekanan menjadi sedang
darah meningkat. atau tidak nyeri

  2. Frekuensi nadi
membaik antara
60-100x/menit

3. Tekanan darah
membaik dalam
batas normal

        sistole 100-
140mmHg

        diastole 60-90

mmHg

      2.    Penurunan curah jantung 1.   Gambaran EKG  


berhubungan dengan perubahan aritmia menurun
kontraktilitas ditandai dengan
perubahan irama jantung 2.   Dispnea
menurun
 
3.   Tekanan darah
membaik dalam
batas normal

        Sistole 100-

140mmHg

  Diastole 60-
     

90mmHg

41
      3.   Perfusi perifer tidak efektif 1.   Denyut nadi  
berhubungan dengan peningkatan perifer menurun
tekanan darah ditandai dengan
pengisian kapiler >3 detik, nadi 2.   Warna kulit
perifer menurun atau tidak teraba, pucat menurun
akral teraba dingin, warna kulit
pucat. 3.   Pengisian
kapiler membaik
 
 

      4.   Pola napas tidak efektif berhubungan 1.   Dispnea  


dengan hambatan upaya napas menurun
ditandai dengan dispnea
2.   Frekuensi napas
  membaik dalam
batas normal 12-
20x/menit

3.      Kedalaman

napas membaik

      5.    Hipervolemia berhubungan dengan 1.   Asupan  


gangguan aliran balik vena ditandai meningkat
dengan ortopnea, dyspnea,
Paroxysmal Nocturnal Dispnea 2.   Edema menurun
(PND), edema anasarka dan/atau
edema perifer. 3.   Asites menurun

  4.   Tekanan darah
membaik dalam
rentang 120/80-
139/89 mmHg

5.   Denyut nadi
radial membaik
dalam rentang
60-100x/menit

      6.   Intoleransi aktivitas berhubungan 1. Frekuensi nadi  

42
dengan ketidakseimbangan suplai menurun, dalam
darah dan oksigen ditandai dengan batas normal 60-
mengeluh lelah, frekuensi jantung 100x/menit
meningkat >20% dari kondisi
istrirahat. 2. Keluhan lelah
menurun
 
3. Dispnea saat
aktivitas
menurun

4.     Dispnea setelah
aktivitas
menurun

      7.   Ansietas berhubungan dengan 1.   Perilaku gelisah  


ancaman terhadap kematian ditandai menurun
dengan  merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, 2.   Perilaku tegang
tampak gelisah, tampak tegang. menurun

  3.Konsentrasi
membaik

43
BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Menurut American Heart Association, penyakit jantung koroner (coronary


heart disease/CHD) adalah istilah umum untuk penumpukan plak pada arteri
koroner yang dapat menyebabkan serangan jantung. Pembentukan plak dikenal
dengan istilah aterosklerosis, yaitu dimana pada pembuluh darah koroner jantung
terdapat perubahan variabel intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak
(lipid), kompleks karbohidrat, darah dan hasil produk darah, jaringan fibrus, dan
deposit kalsium. Tumpukan lipid dapat membentuk trombus sehingga dapat
menyumbat aliran darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan aliran
darah ke miokardium. Penurunan fungsi miokardium dapat menyebabkan
penurunan cardiac output sehingga oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak dapat
terpenuhi.

Sebagai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien


dengan penyakit jantung koroner tentunya perlu dilakukan pengkajian
keperawatan agar dapat menentukkan diagnosa keperawatan, terdapat beberapa
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan penyakit jantung
koroner antara lain :

- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan


mengeluh nyeri, tekanan darah meningkat.
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
ditandai dengan perubahan irama jantung
- Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat.
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan dyspnea
- Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena ditandai
dengan ortopnea, dyspnea, Paroxysmal Nocturnal Dispnea (PND), edema
anasarka dan/atau edema perifer.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istrirahat.
- Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan 
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah,
tampak tegang.

44
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianingsih, & Suamiarty. (2020) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Penyakit Jantung Koroner. Bogor : Wijaya Husada 

P2TM Kemenkes RI. (2021). Diakses pada


http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/yuk-kenali-apa-itu-penyakit-jantung-koroner-pjk#:~:text=Adalah
%20gangguan%20fungsi%20jantung%20akibat,dinding%20pembuluh%20darah
%20(Aterosklerosis). 

Pratiwi, S. H., Sari, E. A., & Mirwanti, R. (2018). Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner Pada Masyarakat Pangandaran. Jurnal Keperawatan BSI, VI(2), 176–
183. http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Wahidah, & Harahap, R. A. (2021). PJK (penyakit jantung koroner) dan SKA
(sindrome koroner akut) dari prespektif epidemiologi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6(1), 54–65.

45

Anda mungkin juga menyukai