Anda di halaman 1dari 9

11

KONFLIK PERKAWINAN

a. Latar Belakang

Studi ini menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konflik


perkawinan. Kami merangkum data-data yang kami dapatkan dari artikel
ilmiah dengan kata kunci “conflict”, “marital” dan “factor in marital
conflicts” dalam rentang waktu pencarian 2012-2017. Salah satu isu paling
penting yang mempengaruhi stabilitas perkawinan adalah fungsi seksual,
status ekonomi dan konflik pekerjaan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
adalah jenis kelamin dan karakter kepribadian. Kami mendapatkan bahwa
laki-laki memiliki aspek positif lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan
pada konflik perkawinan.

b. Metode

Studi ini merupakan systematic review dari artikel ilmiah yang kami cari
dengan kata kunci “conflict”, “marital” dan “factors in marital conflict”
dalam rentang waktu 2012-2017. Kami meyusun systematic review dengan
merangkum 5 artikel ilmiah dengan berbagai design mengenai konflik
perkawinan yang kami dapatkan dari database google scholar dan pubmed
pada tahun 2014-2017.
12

c. Hasil
SYSTEMATIC REVIEW TABLE : MARITAL CONFLICT

Authors Settin Yea Design Purpose Participants Intervention Outcome


g r
Kellie ST. USA 2017 Retrospective Mengetahui 208 individu Questionnaire 157 subjek
Cyr Brisini, research transisi pada (104 laki-laki menggunakan penelitian
Denise design perkawinan dan 104 sofware survey melaporkan
Haunani dengan perempuan) online: mengalami transisi
Solomon, menggabungkan diundi dari ketidakpastian di pernikahan
Jon model turbulensi sample hubungan saat ini, mereka,
Nussbaum hubungan dan qualtric yang interferensi dari mengungkapkan 10
model transisi telah menikah pasangan dan kategori transisi,
pengalaman hidup selama turbulensi yang paling sering
minimal 10 hubungan. diawali dengan isu
tahun kesehatan dan
kematian orang
tercinta.
51 individu (25%)
dari 208 subjek
penelitian
dilaporkan belum
pernah mengalami
transisi pada
pernikahan mereka,
paling tidak sudah
berjalan selama 10
tahun.
13

Makiko Jepang 2014 Analisis Mengetahui Data Menggunakan Status ekonomi


Fuwa multilevel dari hubungan antara
International model hirarki linear perempuan tidak
data cross sumber daya
Social Survey untuk melakukan berhubungan secara
sectional ekonomi wanitaProgramme analisis multilevel intrinsik dengan
dengan attitude
tahun 2002 terhadap hubungan berkurangnya
mereka terhadap
dari 31 negara. antara status ketertarikan
perkawinan Sampel ekonomi perempuan terhadap
meliputi dan attitude pernikahan.
14.827 perempuan terhadap
responden pernikahan.
perempuan
usia 18-64
tahun.
James USA 2014 Representative Mengetahui Data National Mengumpulkan Kepositivan suami
Iveniuk, study pengaruh Social Life data dari NSHAP dan kesehatan fisik
Linda J. kesehatan dan Health dan tahun 2005-2006 berhubungan
Waite dan karakter Aging Project dengan 3005 dengan laporan istri
Edward kepribadian gelombang responden dengan mengenai kualitas
Laumann, terhadap konflik 2010-2011 respons sebesar perkawinan, tetapi
Martha K. perkawinan dari kedua 75,5%. Gelombang tidak berlaku
Mcclintock, pasangan pada kedua tahun 2010- sebaliknya.
Andrew D. 955 2011, 38 responden Baik kepositivan
Tiedt pernikahan meninggal, 115 suami maupun istri
dan kohabitasi dalam kesehatan tidak berhubungan
dyads yang terlalu buruk dengan perbedaan
untuk diinterview dalam konflik
kembali dan 311 pernikahan.
tidak diinterview Istri dari seorang
14

kembali karena suami yang


berbagai alasan ekstrovert lebih
termasuk menolak. sering melaporkan
konfliknya
dibandingkan orang
lain.
Torkzahrani Iran 2016 Systematic Mengetahui Sampel 4109 Merangkum fungsi Masalah setelah
SH, Banaei review pengaruh fungsi dengan rata- seksual setelah kelahiran anak
m, Ozgoli G, seksual setelah rata 274 kelahiran anak di berhubungan
Azad M, kelahiran anak sampel per Iran dengan dengan durasi
Emamhadi dalam konflik studi menggunakan perkawinan,
MA perkawinan database google frekuensi hubungan
scholar, SID, seksual tiap
Magiran, Medlib, minggu, waktu
Irandoc, Iranmedex hubungan seksual
pertama setelah
kelahiran anak dan
tipe persalinan.
Berdasarkan
hubungan menyusui
dan paritas pada
fungsi seksual
perempuan yang
merupakan risiko
tinggi percerainan,
pendidikan seks
setelah kelahiran
anak terutama 6
15

bulan pertama
setalah persalinan
dapat membantu
mencegah disfungsi
seksual setelah
persalinan.
Kathrin USA 2014 Prospective Mengevaluasi Sampel 1532 Interview terhadap Laki-laki mendapat
Boerner, study perbedaan pada individu telah sample selama 2 skor tinggi pada hal
Daniela S. laki-laki dan menikahdari jam positif dan skor
Jopp, perempuan dari 4 detroit, suami rendah pada hal
Deborah positif dan 9 berusia 65 negatif.
Carr, Laura negatif telaah tahun atau
Sosinsky, perkawinan, lebih tua
Se-kang Kim mengidentifikasi
perbedaan profil
perkawinan
konseptual dan
statistikal
16

d. Diskusi

Penelitian yang dilakukan oleh Brisini, dkk pada tahun 2017


mengidentifikasi 10 kategori transisi, dan kami menemukan bahwa sebagian
besar ukuran kualitas hubungan selama transisi, keterlibatan dalam aktivitas
proses transisi, dan pengalaman transisi berbeda secara signifikan sebagai
fungsi tipe transisi. Selain itu, kami mengamati hubungan yang signifikan
antara persepsi orang tentang hubungan mereka selama transisi, aktivitas
proses transisi, dan besarnya dan valensi transisi. Sebagai poin terakhir, kami
mencatat implikasi praktis dari temuan ini untuk membantu perkawinan
sepanjang rentang kehidupan. Studi ini mendokumentasikan transisi yang
dialami oleh pasangan suami istri dan memeriksa perilaku spesifik yang
digunakan untuk menghadapi transisi tersebut. Meskipun bersifat eksploratif,
hasilnya memiliki potensi untuk menginformasikan keputusan dan perilaku
konselor dan pasangan menikah selama transisi hubungan. Pertama, transisi
tidak semuanya dialami secara merata. Konselor dan intervensionis
perkawinan harus memberikan perhatian khusus terhadap potensi dampak
negatif transisi yang melibatkan relokasi pekerjaan, krisis yang melibatkan
anak-anak, dan transisi tersebut lebih jarang sehingga memiliki kemungkinan
peningkatan stigmatisasi. Kedua, walaupun temuannya bersifat korelasional,
hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa pasangan yang sudah menikah
dapat memperoleh keuntungan dari usaha langsung untuk (a) menghabiskan
waktu bersama (meningkatkan interaksi), (b) terlibat dalam hubungan bicara
(merasa terhubung), (c) Membingkai perubahan dalam kehidupan mereka
dengan cara yang positif (merasa berada), dan (d) memberikan indikator
komitmen relasional dan nonverbal (meningkatkan kepercayaan diri). Studi
ini menyoroti kegunaan penelitian lebih lanjut untuk menilai penerapan
model transisi yang mengalami transisi marital (Brisini, 2017).

Penelitian oleh Fuwa pada tahun 2014 menggunakan studi multilevel


analisis untuk menguji hubungan antara status ekonomi perempuan dan
attitude mereka terhadap perkawinan di 31 negara. Hipotesis yang disusun
17

oleh Fuwa dalam studinya menyebutkan bahwa negara-negara memiliki


perbedaan dalam hubungan antara status ekonomi perempuan dengan attitude
mereka terhadap perkawinan dan usahanya dalam mengurangi konflik
pekerjaan-keluarga. Dalam studinya didapatkan bahwa hubungan antara
pendapatan perempuan dan attitude mereka terhadap perkawinan adalah
negatif. Perempuan yang bekerja dengan jam kerja singkat kemungkinan
meresa bahwa mereka tidak harus memilih antara pekerjaan dan keluarga.
Sehingga perempuan yang secara ekonomi mandiri kemungkinan berpikir
bahwa perkawinan merupakan suatu pilihan yang menarik. Dalam temuannya
Fuwa menyatakan bahwa bukan status ekonomi perempuan yang mengurangi
ketertarikan terhadap perkawinan, melainkan inkompatibilitas antara
pekerjaan dan keluarga yang mengurangi aspirasi perkawinan perempuan.
Selain itu, komitmen negara dalam menyediakan pelayanan perawatan anak
dan pengaturan jadwal kerja yang kompatibel dengan kehidupan keluarga
memiliki pengaruh besar terhadap persepsi perempuan dengan status ekonomi
yang tinggi (Fuwa, 2014).

James, dkk pada tahun 2014 menyebutkan bahwa istri dari seorang suami
yang ekstrovert cenderung lebih mudah melaporkan konflik perkawinannya.
Istri-istri juga dilaporkan lebih sering mengalami konflik ketika suami
ekstrovert dan rendah dalam pengukuran yang disebut dengan positivitas.
Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin antara laki-
laki dan perempuan dalam menghadapi konflik pernikahan, perempuan
cenderung dapat membagi masalahnya dengan teman atau mengalihkan
perhatiannya dari masalah pernikahan ke anak-anaknya.

Studi oleh Torjzahrani Sh, dkk pada tahun 2016 menyebutkan bahwa salah
satu isu terpenting dalam stabilitas perkawinan adalah fungsi seksual, dimana
masalah tersebut dapat mengarah ke perceraian atau perpisahan. Kehamilan
dan persalinan merupakan periode penting dalam hidup perempuan yang
menyebabkan perubahan hormonal dan perubahan fisik dimana perubahan
tersebut dapat mempengaruhi fungsi seksual. Efek menyusui dan paritas pada
18

fungsi seksual perempuan merupakan faktor risiko tertinggi untuk perceraian


sehingga edukasi seks setelah melahirkan terutama 6 bulan pertama setelah
persalinan dapat membantu mencegah disfungsi seksual setelah persalinan.

Boerner, dkk., pada tahun 2014 menyatakan bahwa perbedaan jenis


kelamin memiliki perbedaan bentuk dari interaksi perkawinan, ekspektasi,
dan persepsi serta implikasi terhadap studi yang dilakukan pada orang dewasa
lanjut yang telah menikah. Karakteristik positif yang diuji pada studi ini
adalah : cinta pasangan terhadap responden, responden dapat membuat
pasangan merasa dicintai, pasangan ingin mendengarkan responden dan
responden ingin mendengarkan pasangan. Sedangkan karakter negatif pada
studi ini adalah: responden kecewa dengan perkawinan, pasangan sangat
kritis terhadap responden, responden merupakan pasangan yang kritis, konflik
pada perkawinan, responden merasa dekat tetapi terkadang kecewa, pasangan
terlalu banyak menuntut, kesulitan serius pada perkawinan, pasangan tidak
memperlakukan responden dengan baik, responden tidak memperlakukan
pasnagan dengan baik. Dari hasil studi disimpulkan bahwa perempuan lebih
mudah mengetahui dan berespons terhadap interaksi negatif dibandingkan
laki-laki. Laki-laki yang melaporkan kesulitan dalam perkawinannya
kemungkinan merasa bahwa istri-istri mereka gagal memenuhi ekspektasi
mereka dan membuat para suami merasakan ketidakpuasan dalam
perkawinan mereka. Sedangkan perempuan memiliki ekspektasi lebih rendah
dibandingkan laki-laki dan kemungkinan sudah menduga paling tidak ada
akan ada beberapa perubahan negatif pada perkawinan mereka. Namun
perempuan memiliki hubungan sosial dengan teman-teman dan saudara serta
anak yang dapat membantu mereka mengkompensasi hubungan mereka
dengan suaminya.

e. Kesimpulan

Salah satu isu paling penting yang mempengaruhi stabilitas perkawinan


adalah fungsi seksual, status ekonomi dan konflik pekerjaan. Faktor lain yang
19

dapat mempengaruhi adalah jenis kelamin dan karakter kepribadian. Kami


mendapatkan bahwa laki-laki memiliki aspek positif lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan pada konflik perkawinan. Istri dari seorang
suami yang ekstrovert cenderung lebih mudah melaporkan konflik
perkawinannya. Laki-laki yang melaporkan kesulitan dalam perkawinannya
kemungkinan merasa bahwa istri-istri mereka gagal memenuhi ekspektasi
mereka dan membuat para suami merasakan ketidakpuasan dalam
perkawinan mereka. Sedangkan perempuan memiliki ekspektasi lebih rendah
dibandingkan laki-laki dan kemungkinan sudah menduga paling tidak ada
akan ada beberapa perubahan negatif pada perkawinan mereka. Namun
perempuan memiliki hubungan sosial dengan teman-teman dan saudara serta
anak yang dapat membantu mereka mengkompensasi hubungan mereka
dengan suaminya.

Anda mungkin juga menyukai