INTERNASIONAL
Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Expor Impor yang diampu oleh
Yuraldi Mahaprasasta, S.E., M.M.
Oleh Kelompok 1 :
Ali Zulfan Yustighfar Firmansyah 195020200111012
Rudi Bida Sulu 195020200111057
Hening Pram Radityo 195020200111063
Satria Yudha Pratama 195020201111004
Rizki Nafi Rahadiyan 195020207111053
JURUSAN MANAJEMEN
2022
A. Licencing/Franchising
Strategi yang menurut beberapa perusahaan menghilangkan hampir semua risiko adalah
dengan melisensikan teknologi untuk biaya. Lisensi bisa efektif dalam situasi di mana
teknologinya unik dan berisiko tinggi. Tentu saja, ada beberapa risiko yang ditanggung,
karena penerima lisensi dapat menolak untuk membayar biaya yang diperlukan sambil terus
menggunakan teknologi. Pendekatan serupa adalah waralaba Starbucks dan MacDonald's
adalah contoh yang menonjol.
1. Licensing
Meskipun lisensi mungkin merupakan cara yang paling tidak menguntungkan untuk
memasuki pasar, risiko dan sakit kepala kurang dari mereka untuk investasi langsung. Ini
adalah cara yang sah untuk memanfaatkan pada kekayaan intelektual di pasar luar negeri,
dan perjanjian semacam itu juga dapat menguntungkan ekonomi negara-negara target.
Lisensi mengambil beberapa bentuk. Lisensi dapat diberikan untuk proses produksi,
penggunaan nama dagang, atau distribusi produk impor. Lisensi dapat dikontrol secara ketat
atau otonom, dan mereka mengizinkan perluasan tanpa: modal besar atau komitmen personel
jika pemegang lisensi memiliki kemampuan yang diperlukan. Tidak semua pengalaman
dengan perizinan berhasil karena beban mencari, mengawasi, dan pemberi lisensi yang
menginspirasi. Durasi perjanjian lisensi sangat tergantung pada teknologi dan ketidakpastian
pasar—lebih banyak ketidakpastian mendukung kontrak yang lebih pendek. Baru penelitian
mulai membahas trade-off seputar hak eksklusif di internasional perizinan. Hak eksklusif
lebih sering diberikan di negara-negara dengan intelektual yang kuat perlindungan hak milik
dan industri dengan tingkat perubahan teknologi yang tinggi.
2. Franchising
Franchising adalah suatu sistem di mana pemegang izin waralaba membayar biaya
dan royalti kepada perusahaan induk (pemilik waralaba) dengan imbalan hak untuk
menggunakan merek dagangnya, untuk menjual produk atau layanannya, dan menggunakan
format dan sistem bisnisnya. Dibandingkan dengan licensing, perjanjian waralaba cenderung
lebih lama. Selain itu, pemilik waralaba menawarkan paket hak dan sumber daya yang lebih
luas yang biasanya mencakup: peralatan, sistem manajerial, manual operasi, pelatihan awal,
persetujuan lokasi dan semua dukungan yang diperlukan bagi pemegang izin waralaba untuk
menjalankan bisnisnya dengan cara yang sama dilakukan oleh pemilik waralaba. Selain itu,
jika licensing melibatkan hal-hal seperti kekayaan intelektual, rahasia dagang, dan lainnya,
maka dalam waralaba, perjanjian ini terbatas pada merek dagang dan pengetahuan
operasional bisnis.
Franchising adalah bentuk lisensi yang berkembang pesat di mana pewaralaba
menyediakan paket standar produk, sistem, dan layanan manajemen, dan franchisee
memberikan pengetahuan pasar, modal, dan keterlibatan pribadi dalam manajemen.
Kombinasi keterampilan memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi kondisi pasar lokal
dan juga memberikan perusahaan induk dengan tingkat pengendalian yang wajar. Kata kunci
dalam kalimat sebelumnya adalah “masuk akal”—perusahaan dalam beberapa tahun terakhir
telah memilih untuk membeli kembali toko dari pewaralaba. Baru-baru ini Starbucks telah
mengambil langkah ini di provinsi barat Cina. Pewaralaba dapat menindaklanjuti pada
pemasaran produk ke titik penjualan akhir. Ini adalah bentuk penting dari pasar vertikal
integrasi. Secara potensial, sistem waralaba memberikan perpaduan efektif dari sentralisasi
keterampilan dan desentralisasi operasional; itu telah menjadi bentuk internasional yang
semakin penting pemasaran.
Keuntungan Licensing/Franchising
Cepat berkembang tanpa banyak risiko dan investasi modal besar
Membuka jalan untuk investasi masa depan di pasar
Mendapatkan penghasilan tambahan untuk pengetahuan teknis dan layanan
Mendapatkan pasar baru yang tidak dapat diakses dengan mengekspor dari fasilitas
yang ada
Risiko politik diminimalkan karena pemegang lisensi biasanya 100% dimiliki secara
lokal
Sangat menarik bagi perusahaan yang baru dalam bisnis internasional.
Kelemahan Licensing/Franchising
Kehilangan kendali atas pembuatan lisensi dan operasi; yang mana menyebabkan
hilangnya kualitas
Penghasilan lebih rendah dari pada mode entri lainnya
Risiko merek dagang dan reputasi hancur karena mitra tidak kompeten
Mitra asing juga dapat menjadi pesaing dengan menjual produksinya di tempat-
tempat dimana pemberi lisensi sudah berada.
1. Perusahaan Cabang
Perusaahaan cabang atau branch company dalam Willis (2021) adalah bagian dari
perusahaan besar dan beroperasi sama seperti pusatnya yang ada di beberapa wilayah.
Perusahaaan cabang berfungsi untuk melayani, penetrasi, menjangkau penjualan yang ada di
tempat lain dan dapat dijadikan strategi responsiveness dan market development. Perusahaan
cabang menggunakan identitas perusahaan, sumber daya dan sistem yang sama, branding
yang sama (Willis, 2021), status hukum yang sama, dan investasi modal serratus persen dari
perusahaaan induk. Dalam hal ekspor, perusahaan cabang dapat menjadi pilihan ketika
direct export, di mana perusahaan cabang berada di luar negeri menjadi perantara barang.
2. Anak Perusahaan
kepemilikannya ditangani oleh perusahaan bisnis lain. Anak perusahaan adalah perusahaan
yang berdiri sendiri secara hukum dan sahamnya dimiliki seratus persen oleh perusahaan
lain (Hill, 2011). Anak perusahaan dalam Willis (2021), memiliki hukum sebagai entitas
yang berbeda, memiliki unit keuangan sendiri, pelaporan ke perusahaan induk, dan dapat
Act 2001.
2. Holding company mengontrol lebih dari 50% jumlah vote pada general meeting
Berikut merupakan keuntungan anak perusahaan diambil dan dimodifikasi dari Hill
(2011).
teknologi, anak perusahaan akan sering menjadi entry mode yang disukai
brand equity.
lokasi dan mengejar economy of scale. Perusahaan induk beserta rantai anak
chain surplus atau supply chain profit melalui cost efficiency atau
memaksimalkan value-added.
Kentungan lainnya adalah karena kontrol besar yang dimiliki perusahaan induk, anak
menurut Legal Information Institute Cornell Law School, skema dari joint venture
sendiri merupakan suatu organisasi hukum yang berupa kemitraan jangka pendek. Dimana
terdapat beberapa pihak yang bersama-sama melakukan transaksi guna memperoleh
keuntungan bersama. Pada umumnya, dalam kerja sama tersebut, kedua belah pihak atau
lebih akan menyumbangkan aset dan berbagi risiko bersama. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa joint venture merupakan suatu bentuk upaya patungan modal antara dua perusahaan
atau lebih, baik dari dalam maupun luar negeri.
Walaupun berbentuk kerja sama, akan tetapi skema joint venture tidak dapat berlaku
dalam waktu yang tidak terbatas. Pada umumnya, perjanjian kerja sama tersebut memiliki
batasan waktu tertentu. Begitu pula dalam proses berlangsungnya kerja sama tersebut,
dimana masing-masing perusahaan yang terlihat akan tetap mempertahankan identitas
perusahaan mereka. Selain itu, skema dari joint venture juga berlaku secara terbatas sesuai
dengan bagaimana persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat. Sehingga nanatinya
perusahaan akan kembali pada kedudukannya masing-masing apabila tujuan joint venture
mereka telah tercapai.
b) Terdapat Modal.
Dalam joint venture masing-masing pihak memberikan modal untuk disetor dan
digunakan bersama untuk kegiatan pengoprasian perusahaan baru.
c . Lebih Hemat
Dapat kita ketaui bahwasanya dua perusahaan yang memutuskan untuk melakukan
sistem kerja sama dalam bentuk joint venture mungkin saja mempertimbangkan untuk
penghematan biaya. Mulai dari segi biaya promosi, produksi, dan lainnya.
1. MERGER
Ada banyak konsep dan defi nisi mengenai merger dan akusisi tersebut tetapi secara
umum, merger dapat didefi nisikan sebagai sebuah gabungan antara dua organisasi atau
lebih, dimana hanya ada satu perusahaan yang bertahan. Definisi merger ini juga sering
dikenal sebagai statutory merger atau merger hukum. Secara defi nisi UU Perseroan Terbatas
Pasal 1 butir 9, maka Merger dapat didefi niskan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan
oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah
ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih
kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Contoh perusahaan yang
melakukan merger adalah merger antara XL dengan AXIS pada tahun 2014.
2. AKUISISI
Sedangkan untuk definisi akusisi sendiri, akusisi merupakan salah satu jenis merger
dimana salah satu perusahaan mengambil alih kepemilikan perusahaan lain sehingga
meskipun nama target perusahaan tetap ada tetapi kepemilikannya telah beralih kepada
perusahaan yang mengakusisi. Proses ini sering dikenal juga dengan nama subsidiary
merger. Secara defi nisi UU PT Pasal 1 butir 11, maka akuisisi atau pengambilalihan dapat
didefi niskan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas Perseroan tersebut. Contoh perusahaan yang melakukan akusisi adalah
Philip Morris Internasional yang mengakuisisi PT HM Sampoerna
Merger muncul
pada akhir abad ke 19 di
Amerika Serikat dan sejak
saat itu telah terjadi kasus-kasus
merger dalam gelombang tertentu.
Gelombang yang pertama
dimulai dengan horizontal merger pada awal 1900an dan telah dikenal sebagai merger for
monopoly. Perusahaan-perusahaan dengan stand alone market share berkonsolidasi
membentuk suatu monopoli yang besar sehingga memicu adanya hukum antitrust di
Amerika Serikat. Hukum antitrust yang ketat dimulai pada 1904 dan perang dunia pertama
telah menjadi faktor yang menghentikan gelombang merger ini.
Gelombang merger yang kedua juga terjadi di Amerika Serikat selama dekade
1920an dan dikarakteristikan sebagai vertical merger. Dalam periode ini, perusahaan
automobil raksasa bermunculan dan sektor public utility juga ikut terlibat. Salah satunya
adalah Ford yang menguasai perusahaan supplier hingga tahap end user production,
misalnya perakitan. Great Depression pada tahun 1929 tampaknya menjadi factor
berakhirnya gelombang ini.
Selanjutnya pada 1960an muncul gelombang ketiga, merger of conglomerate. Pada masa ini
banyak perusahaan mengadopsi konsep diverisifi kasi dan mengembangkan business line.
Saham dari perusahaan conglomerate menurun secara signifi kan pada akhir 1960an dimana
memaksa berhentinya pertumbuhan transaksi ini.
Gelombang keempat, terjadi pada 1980an disebut disciplinary merger. Disebut
demikian karena merger-merger pada masa ini sebagian besar terjadi pada lingkungan
hostile takeover yang melibatkan replacement dari manajer perusahaan target. Industri yang
paling berpengaruh oleh gelombang ini adalah Banking and Financial Services
Pada tahu 1990an, gelombang ke-5 melibatkan merger untuk memperbesar ukuran
perusahaan. Pemicunya adalah adanya keyakinan bahwa ukuran adalah hal yang penting
dalam persaingan. Kebanyakan dari merger-merger ini tidak murni horizontal atau murni
conglomerate. Sebaliknya, mereka menunjukkan market extension dari
perusahaanperusahaan dalam industri yang sama yang melayani non competing market saat
ini atau yang berbeda. Faktor kunci yang memfasilitasi gelombang ini adalah market
deregulation dan privatization. Faktor penting lainnya adalah technology shock dari revolusi
internet. Merger-merger dalam gelombang ini paling mempengaruhi industri Banking dan
Financial Services, telekomunikasi, entertainment, media dan teknologi. Pada akhir 2000
gelombang ini mengalami perlambatan yang tampaknya disebabkan collapse pada internet
stocks dan masalah fi nansial pada industri telekomunikasi.
Akhirnya, dari 2002 hingga saat ini terdapat peningkatan mergermerger raksasa
pada industri telekomunikasi. Hingga sekarang belum ada yang dapat menginterupsi
gelombang merger ini. Alasannya mungkin karena pasar fi nancial yang menurun justru
membuat perusahaan target lebih murah dan merupakan waktu yang tepat untuk
mengakuisisi. Akuisisi raksasa baru-baru ini terjadi saat Facebook mengakuisisi Whatsapp
senilai $19 miliar dengan cash dan saham. Meskipun saat akuisisi terdapat
tantangantantangan yang dihadapi Facebook karena banyak yang mencemaskan penggunaan
personal data user Whatsapp oleh Facebook. Namun Facebook mengatakan bahwa Facebook
dan Whatsapp akan tetap berjalan sebagai perusahaan terpisah dan menghargai ketentuan
privacy yang ada, termasuk tidak menggunakan user data untuk tujuan advertising. Hal ini
dikarenakan Facebook memperoleh sebagian besar revenue dengan menunjukkan iklan yang
sesuai target user berdasarkan umur, gender dan ciri-ciri lainnya. Akuisisi ini tergolong
berhasil karena Whatsapp mengumumkan bahwa mereka telah mencapai 500 juta pengguna
aktif tak lama setelah diakuisisi, dimana pertumbuhan tercepat terjadi pada negara-negara
seperti Brazil, India, Mexico dan Russia. Akuisisi ini disebut juga menjadi salah satu cara
Facebook melakukan ekspansi ke Eropa dan negara-negara berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Cateora, Philip R. Gilly, Mary C. Graham, John L.2011 International Marketing 15th
edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Hill, C. W. L. 2011. International Business: Competing in the Global Marketplace. 8th ed.
McGraw-Hill Irvin. New York.
Willis, T. 2021. What’s the Difference Between a Branch and a Subsidiary? (2021 Update).
https://lawpath.com.au/blog/whats-the-difference-between-a-branch-and-a-subsidiary.