Makalah
Disusun Oleh :
Kelas K – Semester 4
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “MEDIASI”
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga
berterimakasih kepada ibu Helma maraliza,S.E.I.,M.E.Sy. selaku Dosen mata
kuliah Arbitrase Dan Penyelesaian Sengketa Es Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka memenuhi
tugas dari mata kuliah arbitrase dan penyelesaian sengketa ES dan menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Mediasi. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................2
Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................3
Pengertian Mediasi...........................................................................................3
Pengertian Mediator..........................................................................................5
Peran Mediator..................................................................................................6
Topologi Mediator............................................................................................6
Tahap Tahap Mediasi.......................................................................................7
BAB III............................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................9
Kesimpulan ......................................................................................................9
Daftar Pustaka................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mediasi sebagai salah satu metode penyelesaian konflik pada lembaga
peradilan merupakan salah satu cara dalam menekan jumlah penumpukan perkara
di pengadilan. Mediasi tumbuh dan berkembang sejalan dengan tumbuhnya
keinginan manusia dalam menyelesaikan sengketa secara cepat, dan memuaskan
bagi kedua belah pihak dan juga berkeadilan. Makna yang terkandung dari
mediasi adalah bahwa pada dasarnya manusia secara lahiriah tidak menghendaki
dirinya bergelimang konflik dan persengketaan dalam jangka waktu yang lama.
Dikarenakan pada dasarnya, manusia berusaha untuk menghindar dan keluar dari
konflik, meskipun konflik atau persengketaan tidak mungkin dihilangkan dari
realitas kehidupan manusia. Untuk menyelesaikan konflik tersebut diperlukan
suatu instrument hukum yang mengaturnya. Hukum itu merupakan suatu
kebutuhan yang melekat pada kehidupan sosial itu sendiri, yaitu sebagai sarana
untuk melayani hubungan di antara semua anggota masyarakat sehingga terdapat
kepastian dalam lalu-lintas hubungan itu.
Sebagai alternatif penyelesaian sengketa, mediasi menjadi salah satu metode
efektif penyelesaian sengketa yang memiliki banyak manfaat dan keuntungan.
Manfaat dan keuntungan menggunakan jalur mediasi antara lain adalah
bahwa sengketa dapat diselesaikan dengan win-win solution, waktu yang
digunakan tidak berkepanjangan, biaya lebih ringan, dan tetap terpeliharanya
hubungan antara para pihak secara baik dikarenakan telah menyepakati beberapa
poin perdamaian yang telah dirundingkan oleh para pihak yang bersengketa dalam
proses mediasi, yang selanjutnya diterbitkan dalam bentuk akta perdamaian.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mediasi
1. Pengertian Mediasi
Secara etimologis, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa para pihak. Berada ditengah juga bermakna mediator
harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa
secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan dari para pihak yang
bersengketa.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai
proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai
penasihat. Pengertian mediasi dalam KBBI sendiri mempunyai tiga unsur penting.
Pertama, mediasi merupakan penyelesaian sengketa yang terjadi antara dua pihak
atau lebih. Kedua, pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak
dari luar pihak yang bersengketa. Ketiga, pihak yang terlibat dalam penyelesaian
sengketa tersebut bersifat sebagai penasehat dan tidak memiliki kewenangan apa-
apa dalam mengambil keputusan.
Dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 pengertian mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
Dari beberapa definisi mengenai mediasi di atas, maka dapat di ambil
beberapa unsur penting antara lain: Mediasi dilaksanakan untuk menyelesaikan
sengketa dengan jalan perundingan. Terdapat pihak ketiga yaitu mediator yang
keberadaannya diterima oleh para pihak yang bersengketa.
3
a. Tugas mediator adalah membantu para pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian atas sengketa yang terjadi.
b. Kewenangan membuat keputusan adalah atas kesepakatan pihak yang
bersengketa.
c. Mediasi memiliki beberapa ciri khas, yaitu bersifat informal, privat,
voluntary (kesukarelaan).2
Pengertian mediasi secara lebih konkret dapat ditemukan dalam Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 01 Tahun 2008. Mediasi merupakan salah satu proses
penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses
yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan
dan memenuhi rasa keadilan. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di
pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah
penumpukan perkara di pengadilan. Serta memperkuat dan memaksimalkan
fungsi lembaga pengadian dalam penyelesaian sengketa di samping proses
pengadilan yang bersifat memutus.
Kemudian setelah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan prosedur
mediasi di pengadilan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia No 2 Tahun 2003 ternyata ditemukan beberapa permasalahan yang
bersumber dari Peraturan Mahkamah Agung tersebut, sehingga Peraturan
Mahkamah Agung tersebut perlu direvisi dengan maksud untuk lebih
mendayagunakan mediasi yang terkait dengan proses berperkara di pengadilan.
Jadi praktek mediasi dalam pengadilan di Indonesia dimungkinkan terjadi
meskipun hanya dalam pengadilan perdata.
Indonesia selama ini masih memakai Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana buatan Belanda sebagai salah satu sumber hukum pidana. Beberapa Pasal
dalam KUHP perlu dilihat kembali dan dimodifikasi sesuai dengan keadaan
Indonesia dan kondisi masyarakat sekarang ini. Terutama beberapa Pasal dalam
KUHP yang membahas tentang tindak Pidana ringan seperti: pencurian ringan
(PERMA No 2 tahun 2012), penipuan, dan penggelapan dan perbuatan lainnya
yang masih belum bisa memberikan solusi. Dalam memihak kepada keadilan dan
2 Maskur Hidayat, Strategi dan Taktik Medisi Berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (Jakarta: Kencana, 2016), hlm 54
4
kepuasan masyarakat hukum pidana di Indonesia terutama KUHP harus bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan masyarakat serta kondisi di
Indonesia.
2. Tujuan Mediasi
Tujuan dilakukan mediasi adalah menyelesaikan sengketa antara para
pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan imparsial. Mediasi dapat
mengantarkan para pihak pada perwujudan kesepakatan damai yang permanen
dan lestari, mengingat penyelesaian sengketa melalui mediasi menempatkan
kedua belah pihak pada posisi yang sama, tidak ada pihak yang dimenangkan atau
pihak yang dikalahkan (win-win solution).3
2. Mediator
Pihak ketiga disebut mediator atau penengah, mempunyai tugas membantu
pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi tidak
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Dalam mediasi, seorang
mediator berperan membantu para pihak yang bersengketa dengan melakukan
identifikasi persoalan yang dipersengketakan, mengembangkan pilihan, dan
mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan kepada para pihak untuk
mencapai kesepakatan. Mediator dalam menjalankan perannya hanya memiliki
kewenangan untuk memberikan saran atau menentukan proses mediasi dalam
mengupayakan penyelesaian sengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan dan
peran menentukan dalam kaitannya dengan isi persengketaan, ia hanya menjaga
bagaimana proses mediasi dapat berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan
(agreement) dari para pihak.
Mediator memiliki kewajiban untuk memacu para pihak agar bisa
menemukan penyelesaian secara damai, namun kewenangan mediator itu hanya
3 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasiona,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm 24
5
sebatas memfasilitasi para pihak untuk menemukan penyelesainnya sendiri, para
pihak akan menentukan seperti apa materi perdamaian itu akan dibuat. Pada
prinsipnaya mediator dilarang untuk melakukan intervensi terhadap kesepakatan
yang mereka kehendaki sepanjang kesepakatan itu tidak melanggar undang-
undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Setiap butir-butir kehendak yang
disepakati oleh para pihak, mediator harus membantu menuangkannya dalam
suatu dokumen kesepakatan damai yang akan dikukuhkan dan disepakati dalam
akta perdamaian.
2. Tipologi Mediator
Moore dalam bukunnya Christopher mengatakan mediator dapat
dibedakan menjadi tiga tipologi: social network authoritative mediators,
independent mediator. Tipologi pertama Mediator berperan mediator dengan para
pihak yang bersengketa.
6
Tipologi kedua mediator adalah mereka yang membantu para pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan memiliki posisi yang
kuat sehingga mereka mempunyai kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir
dalam proses mediasi. Akan tetapi authoritative mediators selama menjalani
peranya tidak menggunakan kewenangan atau pengaruhnya, hal ini disebabkan
adanya keyakinan bahwa penyelesaian senngketa bukanlah para mediator tapi
pada para pihak yang bersengketa.
Tipologi ketiga (indepedent), mediaotor dapat menjaga jarak antara para
pihakmaupun dengan persoalan yang telah dihadapi, mediator semacam ini lebih
banyak ditemukan didalam masyarakat. Budaya AK yang mengajarkan tentang
kemandirian maka nantinya akan melahirkan mediator-mediator yang
professional.
Mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari
keinginan dan inisiatif para pihak, sehingga mediator berperan membantu mereka
dalam mencapai kesepakatan-kesepakatan . Dalam membantu pihak yang
bersengketa, mediator bersifat imparsial atau tidak memihak. Kedudukan
mediator seperti ini sangat penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan yang
penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan yang memudahkan mediator
dalam melakukan kegiatan mediasi. Kedudukan mediator yang tidak netral, tidak
hanya menyulitkan kegiatan mediasi tetapi dapat membawa kegagalan.
3. Tahapan Mediasi
a. Memulai proses mediasi
a) Mediator memperkenalkan diri dan para pihakMenekankan adanya
kemauan para pihak utk. menyelesaikan masalah melalui mediasi
b) Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator
c) Menjelaskan prosedur mediasi
d) Menjelaskan pengertian kaukus
e) Menjelaskan parameter kerahasiaan
f) Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi
g) Menjelaskan aturan perilaku dalam proses perundingan
h) Memberikan kesempatan kpd. para pihak utk. bertanya dan menjawabnya
b. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
7
a) Mengidentifikasi topik2 umum permasalahan, menyepakati subtopik
permasalahan yg. akan dibahas dan menentukan urutan subtopik yg. akan
dibahas dlm. proses perundingan
b) Menyusun agenda perundingan
c. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi dapat dilakukan dengan dua cara:
BAB III
PENUTUP
8
Kesimpulan
Secara etimologis, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa para pihak.
Tujuan dilakukan mediasi adalah menyelesaikan sengketa antara para
pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan imparsial. Mediasi dapat
mengantarkan para pihak pada perwujudan kesepakatan damai yang permanen
dan lestari, mengingat penyelesaian sengketa melalui mediasi menempatkan
kedua belah pihak pada posisi yang sama, tidak ada pihak yang dimenangkan atau
pihak yang dikalahkan.
Pihak ketiga disebut mediator atau penengah, mempunyai tugas membantu
pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi tidak
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Dalam mediasi, seorang
mediator berperan membantu para pihak yang bersengketa dengan melakukan
identifikasi persoalan yang dipersengketakan, mengembangkan pilihan, dan
mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan kepada para pihak untuk
mencapai kesepakatan. Mediator dalam menjalankan perannya hanya memiliki
kewenangan untuk memberikan saran atau menentukan proses mediasi dalam
mengupayakan penyelesaian sengketa.
Tahapan Mediasi:
Daftar pustaka
9
Abbas, Syahrizal. 2011. Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum
Nasiona,. Jakarta: Kencana
Hidayat, Maskur. 2016. Strategi dan Taktik Medisi Berdasarkan PERMA No. 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Jakarta: Kencana
Sumartono, Gatot . 2006. Arbitrase dan mediasi Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
10