Anda di halaman 1dari 14

IMAM SYAFI’I FIQIH MAWARIS

Diajukkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Waris


Dosen Pengampu: Prof.Damrah Khair

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kelas K/Semester 4

1. Vera Rosdiana (1921030517)


2. Saras Wati Putri (1921030546)
3. Ikhsan Nugraha (1921030580)
4. Peni Mifta Yanti (1921030519)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT, yang
telah memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih Mawaris”
yang berjudul “Imam Syafi’I dan Fiqh Mawaris ” juga untuk khalayak ramai
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat. Makalah ini disusun dengan segala kemampuan dan semaksimal
mungkin.
Namun, penulis menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
sebagai penyusun makalah ini penulis mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen “Fiqh mawaris” yang kami harapkan
sebagai bahan koreksi untuk kami.

Lampung,13 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Hukum Kewarisan Menurut Imam syafi’i...........................................................3

1. Biografi Singkat...........................................................................................3

2. Pendidikan dan pengalaman Imam Syafi'i ...................................................4

3. Kepandaian.....................................................................................................

4. Kitab -kitab Imam Syafi’i...............................................................................

B. Fiqh mawaris 8

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

B. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Warisan atau kewarisan sudah sangat popular dalam bahasa Indonesia.


Kata ini diambil dari kata bahasa Arab ‫ورث‬- ‫يرث‬- ‫ ارثا‬yang artinya mewarisi.
Secara terminologi, hukum waris Islam ialah hukum yang berhubungan
dengan pembagian harta, dan bagian-bagian yang wajib bagi masing-masing
ahli waris.Hukum waris Islam mengatur peralihan harta dari seseorang yang
telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup. Dalam kitab al-
Mawarits fi Asy-Syari’ah al-Islamiyah disebutkan bahwa perpindahan harta
dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya tidaklah hanya sebatas harta
tetapi juga mencakup tanah dan hak-hak lainnya yang sah.

Dalam beberapa literatur hukum Islam, ditemukan beberapa istilah untuk


menamakan hukum Kewarisan Islam; seperti fiqh mawaris, ilmu faraidh, dan
hukum kewarisan. Hal yang paling penting dalam mempelajari hukum waris
Islam adalah menyangkut pembagian dan cara memperolehnya, apabila
dianalisis ketentuan hukum waris Islam, yang menjadi sebab seseorang
mendapatkan warisan dari simayit (ahli waris).

1
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana biografi imam syafii ?


2. Apa saja kitab karya imam syafii ?
3. Bagaimana ahli waris menurut imam syafii ?
4. Apa pengertian fiqh mawaris ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana biografi imam syafii


2. Untuk mengetahui kitab karya imam syafii
3. Untuk mengetahui ahli waris menurut imam syafii
4. Untuk mengetahui pengertian fiqh mawaris

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Kewarisan Menurut Imam Syafi’i


1. Biografi Singkat
Imam Syafi‟i adalah pendiri mażhab Syafi‟i dan salah satu empat
Imam yang beraliran sunni. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin
Idris bin „Abbas bin „Utsman bin Syafi‟i bin as-Sa`ib bin Ubaid bin
Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muthalib bin „Abdul Manaf bin
Qusayy bin Kilab. Nama Syafi‟i diambilkan dari nama kakeknya,
Syafi‟i dan Quṣay bin Kilab adalah juga kakek Nabi Muhammad saw.
Pada Abdul Manaf nasab Asy-Syafi‟i bertemu dengan Rasulullah
saw. 1
Imam Syafi‟i dilahirkan pada tahun 150 H di tengah–tengah
keluarga miskin di palestina sebuah perkampungan orang-orang
Yaman.2 Ia wafat pada usia 55 tahun (tahun 204 H), yaitu hari kamis
malam jum‟at setelah shalat maghrib, pada bulan Rajab, bersamaan
dengan tanggal 28 juni 819 H di Mesir. 3
Ayahnya meninggal saat ia masih sangat kecil kemudian ibunya
membawanya ke Makkah, di Makkah kedua ibu dan anak ini hidup
dalam keadaan miskin dan kekurangan, namun si anak mempunyai
cita-cita tinggi untuk menuntut ilmu, sedang si ibu bercita-cita agar
anaknya menjadi orang yang berpengetahuan, terutama pengetahuan

1
Djazuli,Ilmu fiqih penggalian,Perkembangan Dan Penerapan Hukum
Islam,Jakarta:Kencana,Cet.Ke-5
2005,h.129
2
M Alfatih Suryadilaga,Studi Kitab Hadist,Yogyakarta,Teras,Cet.ke-1 ,2003,h.86.
3
M Bahri Ghazali dan Djumaris,Perbandingan Mazhab,Jakarta:Pedoman Ilmu,Cet,ke-
1,1992,h,79.

3
agama islam. Oleh karena itu si ibu berjanji akan berusaha sekuat
tenaga untuk membiayai anaknya selama menuntut ilmu.
Imam asy-Syafi‟i adalah seorang yang tekun dalam menuntut ilmu,
dengan ketekunannya itulah dalam usia yang sangat muda yaitu 9
tahun ia sudah mampu menghafal al-Qur‟ān, disamping itu ia juga
hafal sejumlah hadiṡ. Diriwayatkan bahwa karena kemiskinannya,
Imam Syafi‟i hampir-hampir tidak dapat menyiapkan seluruh
peralatan belajar yang diperlukan, sehingga beliau terpaksa mencari-
cari kertas yang tidak terpakai atau telah dibuang yang masih dapat
digunakan untuk menulis.4
Setelah selesai mempelajari al-Qur‟ān dan hadiṡ, asy-Syafi‟i
melengkapi ilmunya dengan mendalami bahasa dan sastra Arab.
Untuk itu ia pergi ke pedesaan dan bergabung dengan Bani Huzail,
suku bangsa Arab yang paling fasih bahasanya. Dari suku inilah, asy-
Syafi‟i mempelajari bahasa dan syair-syair Arab sehingga ia benar-
benar menguasainya dengan baik.5
Syafi‟i menuntut ilmu di Makkah dan mahir disana. Ketika
Muslim bin Khalid az-Zanji memberikan peluang untuk berfatwa,
Syafi‟i merasa belum puas atas jerih payahnya selama ini. Ia terus
menuntut ilmu hingga akhirnya pindah ke Madinah dan bertemu
dengan Imam Malik. Sebelumnya ia telah mempersiapkan diri
membaca kitab alMuwaththa‟ (karya Imam Malik) yang sebagian
besar telah dihafalnya. Ketika Imam Malik bertemu dengan Imam
Syafi‟i, Malik berkata, “Sesungguhnya Allah swt telah menaruh
cahaya dalam hatimu, maka jangan padamkan dengan perbuatan
maksiat.” Mulailah Syafi‟i belajar dari Imam Malik dan senantiasa
bersamanya hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H. 76
2. Pendidikan Dan Pengalaman Imam Syafi’i asy-Syafi‟i
Selain mengadakan hubungan yang erat dengan para gurunya di
Makkah dan Madinah, juga melawat ke berbagai negeri. Di waktu
4
H Muslim Ibrahim,Pengantar Fiqih Muqaran,Yogyakarta:Erlangga,1989,h.88.
5
Lahmuddin Nasution,Pembaharuan Hukum Islam Dalam mazahab Syafi’I,Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,2001,h.17.
6
Az-Zahabi,Siyar A’LAM an-Nubalaa’(maktabah syamilah)Juz 10,h:Op.Cit.Juz:10

4
kecil beliau melawat ke perkampungan Huzail dan tinggal bersama
mereka selama sepuluh tahun sehingga bisa bahasa Arab yang tinggi
yang kemudian digunakan untuk menafsirkan al-Qur‟ān.
Beliau belajar fiqih pada Muslim bin Khalid az-Janji dan mempelajari
hadiṡ pada Sofyan bin „Unaiyah „Ulama hadiṡ di Makkah dan pada
Malik bin Anas di Madinah. Pada masa itu pemerintahan berada di
tangan Harun ar-Rasyid dan pertarungan sedang menghebat antara
keluarga „Abbas dan keluarga „Ali
Pada tahun 195 H beliau kembali ke Irak sesudah ar-Rasyid
meninggal dunia dan Abdullah ibn al-Amin menjadi khalifah. Pada
mulanya beliau pengikut Maliki, akan tetapi setelah beliau banyak
melawat ke berbagai kota dan memperoleh pengalaman baru, beliau
mempunyai aliran tersendiri yaitu mazhab “qadimnya” sewaktu beliau
di Irak dan mazhab “ jadidnya “sewaktu beliau sudah di Mesir.

3. Kepandaian Imam Syafi’i


a. Beliau adalah seorang ahli dalam bahasa arab, kesusastraan,
syair dan sajak. Tentang syairnya ( ketika baliau masih remaja
yaitu pada usia 15 tahun ) sudah diakui oleh para „ulama‟ ahli
syair. Kepandaian dalam mengarang dan menyusun kata yang
indah dan menarik serta nilai isinya yang tinggi, menggugah
hati para ahli kesusastraan bahasa Arab, sehingga tidak sedikit
ahli syair pada waktu itu yang bela jar kepada beliau.
b. Kepandaian Imam Syafi‟i dalam bidang fiqih terbukti dengan
kenyataan ketika beliau berusia 15 tahun, sudah termasuk
seorang alim ahli fiqih di Makkah, dan sudah diikutsertakan
dalam majelis fatwa dan lebih tegas lagi beliau disuruh
menduduki kursi mufti
c. Kepandaian dalam bidang hadiṡ dan ilmu tafsir. Pada waktu
itu beliau boleh dikatakan sebagai seorang ahli tentang tafsir.
Sebagai bukti. Apabila Imam Sofyan bin Uyainah pada waktu
mengajar tafsir al-Qur‟an 61 menerima pertanyaan-pertanyaan

5
tentang tafsir agak sulit, guru besar itu segera berpaling dan
melihat kepada beliau dulu, lalu berkata kepada orang yamg
bertanya:” hendaklah engkau bertanya kepada pemuda ini”.
Sambil menunjuk tempat duduk Imam Syafi‟i7

4. Kitab-Kitab Imam Syafi’i


Kitab-kitab karangan asy-Syafi‟i di bidang fiqih terdiri dari dua
kategori:
a. Pertama, kitab yang memuat qaul qadim, untuk kitab ini yang
mendokumentasikan tidak banyak. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Kurdi, hanya ada satu buah kitab saja yang terkenal
dengan judul “ al-Hujjah”,
b. kedua, kitab yang memuat qaul jadid.
Adapun untuk qaul jadid Imam Syafi‟i banyak diabadikan pada
empat karya besarnya: al-Umm, al-Buwaiti, al-Imla‟ dan
MukhtasharMuzani. Empat kitab ini merupakan kitab induk yang
memuat naṣ dan kaidah-kaidah pokok Imam Syafi‟i yang disajikan
sebagai pedoman di dalam memahami, mengkaji dan
mengembangkan mażhab.

5. Ahli Waris Menurut Imam Syafi’i


Kewarisan menurut Imam Syafi‟i sama dengan „Ulama Sunni, yang
pembagiannya sebagai berikut:8 Jika dilihat dari segi bagian-bagian
yang diterima, dapat dibedakan kepada:
a. Żu al-Farā‟iḍ
Żu al-Farā‟iḍ adalah ahli waris yang mendapatkan bagian waris
yang telah ditentukan bagiannya masing-masing oleh al-Qur`ān,
as-Sunnah dan Ijma‟. Adapun bagiannya dalam al-Qur`ân
adalah: ½, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 dan 2/3. 13 Kata “al-Farāiḍ“
adalah Fa‟il dari “Faraḍa “ yang bermakna kewajiban,

7
As-Sofadi,al -Wafi bi al-Wafiyat,maktabah syamilah ,Juz.6.H.221

8
Abdullah Siddiq, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia, h. 68

6
kemudian dikonotasikan pada Farîḍatan surat an. Żu al-Farāiḍ
secara keseluruhan terdiri dari sepuluh ahli waris, yang
digolongkan dalam aṣhāb an-Nasabiyah (kelompok orang yang
berdasarkan nasab) yaitu: ibu, nenek, anak perempuan, cucu
perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan (kandung
dan seayah), walad al-umm (saudara laki-laki dan perempuan
seibu), ayah bersama anak laki-laki atau ibnu al-ibni (cucu laki-
laki dari anak laki-laki), kakek ṣahîh (ayahnya ayah) dan asbab
al-furūḍ assababiyah (kelompok orang yang menjadi ahli waris
sebab perkawinan) yaitu: suami dan istri.
b. Aṣabah
Aṣabah dalam bahasa arab berarti kerabat seseorang dari pihak
bapak karena menguatkan dan melindungi atau kelompok yang
kuat.
c. Żu al-Arhām
al-Arhām adalah bentuk jama‟ dari raḥmun, dalam bahasa arab
berarti tempat pembentukan/menyimpan janin dalam perut ibu.
Kemudian dikembangkan artinya menjadi kerabat„, baik
datangnya dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu. Pengertian ini
tentu disandarkan karena adanya rahim yang menyatukan asal
mereka. Dengan demikian lafaẓ raḥmun umum digunakan
dengan makna „kerabat„, baik dalam bahasa arab ataupun dalam
istilah syari‟at Islam.9

B. Fiqh mawaris
1. Pengertian fiqh mawaris
Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata
miras (‫وارث‬bb‫)م‬, yang merupakan mashdar (infinitif) dari kata :
warasa – yarisu – irsan – mirasan. Maknanya menurut bahasa
adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain,
atau dari suatu kaum kepada kaum lain.
9
M. Ali al-Ṣabuni, al-Mawarìṡ fi al-Syari‟at al-Islamiyyah „ala Ḍau‟ al-Kitab wa al-Sunnah, h.
144

7
Sedangkan maknanya menurut istilah yang dikenal para
ulama ialah, berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang
meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang
ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang
berupa hak milik yang legal secara syar’i.
Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum
Islam adalah pemindahan hak milik dari seseorang yang telah
meninggal kepada ahli waris yang masih hidup sesuai dengan
ketentuan dalam al-Quran dan al-Hadis.
Sedangkanm istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan ilmu fiqih
yang mempelajari siapa-siapa ahli waris yang berhak menerima
warisan, siapa yang tidak berhak menerima, serta bagian-bagian
tertentu yang diterimanya
Fiqih Mawaris juga disebut Ilmu Faraid, diambil dari lafazh
faridhah, yang oleh ulama faradhiyun semakna dengan lafazh
mafrudhah, yakni bagian yang telah dipastikan kadarnya. Jadi
disebut dengan ilmu faraidh, karena dalam pembagian harta
warisan telah ditentukan siapa-siapa yang berhak menerima
warisan, siapa yang tidak berhak, dan jumlah (kadarnya) yang akan
diterima oleh ahli waris telah ditentukan10

10
https://dianamonikablog.wordpress.com/2016/05/31/mawaris-pengertian-mawaris-sebab-
pewarisan-sayarat-dan-rukun-pewarisa/

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Imam Syafi‟i adalah pendiri mażhab Syafi‟i dan salah satu empat
Imam yang beraliran sunni. Imam Syafi‟i dilahirkan pada tahun 150 H di
tengah–tengah keluarga miskin di palestina. Kitab-Kitab Imam Syafi’i.
Kitab-kitab karangan asy-Syafi‟i di bidang fiqih terdiri dari dua kategori:
Pertama, kitab yang memuat qaul qadim kedua, kitab yang memuat qaul
jadid. Ahli Waris Menurut Imam Syafi’i dapat dibedakan kepada: Żu al-
Farā‟iḍ, Asabah dan zu al arham.

B. Saran
Kami menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan maka dari itu
kami membutuhkan saran dari dosen dan teman agar bisa menjadi lebih
baik lagi dalam membuat karya ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

9
Az-Zahabi,Siyar A’LAM an-Nubalaa’(maktabah syamilah)Juz 10,h:Op.Cit.Juz:10

Djazuli,Ilmu fiqih penggalian,Perkembangan Dan Penerapan Hukum


Islam,Jakarta:Kencana,Cet.Ke-5 2005,h.129

H Muslim Ibrahim,Pengantar Fiqih Muqaran,Yogyakarta:Erlangga,1989,h.88.

Lahmuddin Nasution,Pembaharuan Hukum Islam Dalam mazahab Syafi’I,Bandung:PT Remaja


Rosdakarya,2001,h.17.

M Alfatih Suryadilaga,Studi Kitab Hadist,Yogyakarta,Teras,Cet.ke-1 ,2003,h.86.

M Bahri Ghazali dan Djumaris,Perbandingan Mazhab,Jakarta:Pedoman Ilmu,Cet,ke-1,1992,h,79.

https://dianamonikablog.wordpress.com/2016/05/31/mawaris-pengertian-mawaris-sebab-
pewarisan-sayarat-dan-rukun-pewarisa

10

Anda mungkin juga menyukai