Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
KAMPUS TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kepemimpinan dalam Organisasi, Prinsip,
Perkembangan Pendekatan Kepemimpinan, Model, Tipe, dan Gaya Kepemimpinan” pada
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami buat dengan usaha dan kerjasama tim yang baik, walaupun di masa
pandemic saat ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada Dr. Lutfi Nur, S. Pd., M.Pd. selaku
dosen penganmpu Mata Kuliah Kepemimpinan Organisasi Kependidikan.
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, kelengkapan
materi, atau lain sebagainya yang tidak kami sadari. Oleh karena itu, kami sebagai penulis,
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Terlepas dari
hal itu, kami memohon maaft atas segala kekurangan dan kesalahannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, maka ada kegiatan yang disebut
memimpin. Kegiatan memimpin merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan
dalam menjalankan kegiatan organisasi secara keseluruhan. Kegiatan memimpin tersebut
dikenal dengan sebutan kepemimpinan. Kepemimpinan dimaksudkan untuk melakukan
koordinasi dari berbagai macam bagian dan sumber daya organisasi yang ada. Koordinasi
tersebut dilakukan untuk memberdayakan semua sumber daya sesuai dengan kapasitas
masing-masing sehingga semua sumber daya yang ada saling terkait sebagai suatu sistem
untuk mencapai satu tujuan, yaitu tujuan organisasi.
Pemimpin sangat dibutuhkan dalam suatu kelompok atau organisasi. Hal tersebut
karena adanya beberapa alasan. Menurut Rivai (2007: 1) disebutkan bahwa “pemimpin
diperlukan, sedikitnya terdapat empat macam alasan, yaitu: (1) karena banyak orang
memerlukan figur pemimpin, (b) dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil
mewakili kelompoknya, (c) sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan
terhadap kelompoknya, dan (d) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan”. Keempat
alasan tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa tanpa ada pemimpin, maka suatu
kelompok akan terpecah, dan tentunya akan dapat mengancam eksistensi kelompok itu
sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
3. Moejiono (2002)
Moejiono memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh
satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction
theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh
secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan
keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
2
kepemimpinan. Peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dalam setiap lembaga, apakah bisnis, pemerintah
atau organisasi sosial atau kemasyarakatan, pemimpin perlu memiliki kemampuan
berpikir strategik, yaitu keterampilan untuk merumuskan dan mencapai tujuan dan
sasaran spesifik. Suatu keterampilan untuk mengidentifikasi keadaan yang diinginkan
yang realistis, mengakses titik permulaan, menentukan dan menavigasi jalan yang tepat
dari keadaan transisi untuk mencapai keadaan yang diinginkan, maka ada ungkapan yang
menyatakan tiada organisasi tanpa pimpinan. Seperti pendapat Courtois dalam Sutarto
(2006) menyatakan “Kelompok tanpa pimpinan seperti tubuh tanpa kepala, mudah
menjadi sesat, panik, kacau, anarki”. ”Sebagian besar umat manusia memerlukan
pimpinan, bahkan mereka tidak menghendaki yang lain daripada itu” menurut Yung
dalam Sutanto(2006).
B. Prinsip Kepemimpinan
Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi
pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan
sebagai sebuah kompas atau petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu
pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4
dimensi seperti: keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
a. Melayani
Prinsip pertama yang paling penting harus diketahui oleh seorang pemimpin adalah
memberikan pelayanan yang baik sebagai tujuan utama. Dalam teori kepemimpinan,
pemimpin yang efektif harus bisa melayani guna memenuhi kebutuhan dan keinginan,
sehingga meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan prinsip
melayani, seorang pemimpin akan lebih mengutamakan kepentingan orang-orang yang
dipimpinnya (para bawahan, pengikutnya, masyarakat umum) dibanding lebih
mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompok.
3
memberdayakan, dan membantu dalam mengembangkan kapasitas pribadi secara penuh
dari para pengikutnya. Menurut Larry C. Spears, mengacu pada pemikiran Greenleaf,
terdapat sepuluh karakteristik yang menjadi inti pengembangan kepemimpinan yang
melayani yaitu:
b. Membuat keputusan
Pembuatan keputusan merupakan tugas paling utama yang harus dilakukan oleh
seorang pemimpin. Membuat keputusan merupakan fungsi-fungsi dasar dari berpikir,
dimana proses penggunaan pikiran dalam mengarahkan pada suatu tindakan untuk
menetapkan suatu pilihan. Pembuatan keputusan dan pemecahan masalah adalah salah
satu tugas dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus mampu melakukan
pebyelesaian masalah dan memberikan keputusan yang cerdas. Ada lima langkah dalam
proses pengambilan keputusan yaitu:
4
3) Pengembangan dan evaluasi alternatif
4) Pemilihan alternatif terbaik
5) Implementasi keputusan dan evaluasi terhadap hasil-hasil
c. Keteladanan
Pemimpin yang menunjukkan pengaruh yang baik dan memberikan nilai positif bagi
organisasi dan para pengikutnya, akan mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinnya.
Keteladanan seorang pemimpin ditunjukkan melalui sikap dalam memberikan inspirasi,
membimbing dan memotivasi para bawahan, memiliki kemampuan luas, kreatif, visioner,
bekerja secara jujur dan ikhlas, serta memiliki perhatian dan kepedulian. Pemimpin harus
menjadi panutan, dan bisa diikuti kepribadiannya bagi orang-orang yang dipimpinnya.
d. Bertanggung jawab
Menjadi pemimpin merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban sebagai
bentuk dari amanah, dukungan atau kepercayaan orang lain yang memiliki harapan
kepada seorang pemimpin tersebut untuk melakukan perubahan yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Tanggung jawab seorang pemimpin terdiri dari dua tahap yaitu:
e. Bekerja sama
Pemimpin yang efektif akan mampu menciptakan budaya kerja sama tim yang baik
diantara anggota organisasi, melakukan komunikasi yang efektif dengan para bawahan,
serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Dengan terciptanya kerja sama yang baik,
maka seluruh pekerjaan akan diselesaikan dengan tepat waktu, tujuan yang diinginkan
dapat dicapai. West menetapkan indikator-indikator kerja sama tim yaitu:
f. Menciptakan perubahan
Pemimpin harus membuat terobosan-terobosan baru, sehingga tercapaianya suatu
pembaharuan fundamental baik di tubuh organisasi, produk atau jasa, maupun bagi orang-
orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki inovatif dan kreatifitas akan
menghindari pola kerja yang bersifat rutinitas (monoton sehingga tidak memberikan arah
perkembangan yang baik bagi yang dipimpinnya. Dengan kreatifitas pemimpin juga akan
5
berani menciptakan peluang-peluang dan berani menghadapi tantangan-tantangan besar
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
1. Pendekatan Sifat
Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin
bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun
temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat,
pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari
menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun
dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat
dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga
yang saat itu berkuasa.
Kemudian timbul teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory” (teori dari Fisik).
Kemudian timbul lagibahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga
setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki
pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan
semacam ini dinamakan pendekatan sifat. Adapun sifat-sifat yang baik yang harus
dimiliki seorang pemimpin yaitu:
Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas
selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu
6
cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut
pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan
lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis. Pandangan
kllasik menganggap sikap pegawai itu pasif dalam arti enggan bekerja, malas, takut
memikul tanggung jawab, bekerja berdasarkan perintah. Sebaliknya pandangan modern
pegawai itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab.
3. Pendekatan Kontingensi
Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best Way” (Satu yang terbaik),
artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk
segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki cirri khusus bahkan
organisasi yang sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda,
pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin
dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan
perilaku kepepimpinan yang berbeda.
Fromont E. Kast, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu system yang terdiri dari
sub sistem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi menunjukkan
pendekatan dalam organisasi adanya natar hubungan dalam sub system yang terdiri daari
sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa
azas-azsa organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka
dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi
dengan gaya kepemimpinan tersendiri.
4. Pendekatan Terpadu
a. Perpeduan antara teori motivasi jenjang kebutuhan teori tingkat kematangan bawahan
dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
b. Perpaduan teori motivasi 2 faktor teori tingkat kematangan bawahan, dengan
pendekatan situasional.
c. Perpaduan antar 4 sistem manajemen, teori tingkat kematangan bawahan dengan
pendekatan situasional
d. Perpaduan antara teori x dan y, teori tingkat kematangan bawahan dengan
kematangan situasional
e. Perpaduan antara pola perilaku A dan B, tori tingkat kematangan bawahan dengan
pendekatan kepemimpinan situasional
f. Perpaduan antara 4 anggapan tentang orang, teori kematangan bawahan dengan
kepemimpinan situasional
7
g. Perpaduan antara teori “Ego State”, teori tingkat kematangan bawahan dengan
pendekatan kepemimpinan situasional
h. Perpaduan antara teori”Life Position” , teori tingkat kematangan bawahan dengan
pendekatan kepemimpinan situasional
i. Perpaduan antara teori system control, teori tingkat kematangan bawahan dengan
pendekatan kepemimpinan situasional.
j. Perpaduan antara teori dasar daya, teori tingkat kamatangan bawahan dengan
pendekatan kepemikmpinan situasional.
k. Perpaduan antara teori “Parent effektiviness training”, teori tingkat kematangan
bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
l. Perpaduan antara teori pertumbuhan organisasi dengan pendekatan kepemimpinan
situasional.
D. Model-Model Kepemimpinan
Berbagai literatur kepemimpinan senantiasa berusaha memberikan penjelasan
bagaimana model dan gaya kepemimpinan yang efektif dan sesuai situasi di mana
lembaga atau organisasi itu dipimpin. Meskipun pengalaman menunjukkan sangat sulit
sekali menentukan model dan gaya kepemimpinan yang efektif dan sesuai untuk suatu
lembaga maupun organisasi. Sulitnya menentukan model dan gaya kepemimpinan karena
sulit nya mendefinisikan arti kepemimpinan. Hal ini menurut Yukl (2001:3) konsep
kepemimpinan selalu kabur atau kembali menjadi tidak jelas, karena artinya yang
kompleks dan mendua, konsep ini tidak ada yang tuntas mendefinisikannya.
Pemimpin efektif akan terus belajar bagaimana cara memengaruhi perilaku pengikut
secara efektif dalam lingkungan yang tidak menentu dilakukan dengan perkataan,
perbuatan nyata, dan kemampuan mewu judkan visi yang hendak dituju di masa depan.
Pemimpin berusaha menciptakan model kepemimpinan yang membawa perubahan,
memberi inspirasi kepada anggota mengem bangkan kemampuan kreativitas, inovatif,
efektif, dan menyenangkan. Adapun Model-Model kepemimpinan diantaranya :
8
2. Model Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan yang memotivasi bawahan atau pengikut dengan. minat-minat
pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai
itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange process) tidak langsung menyentuh
substansi perubahan yang dikehendaki. Kepemimpinan transaksional harus memiliki
informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus
memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya.
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu
menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi, disamping itu pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada
penyelesaian tugas-tugas organisasi.
9
menerapkan gaya kepemimpinan, seorang pemimpin lebih berpedoman pada kesiapan
karyawan untuk menerima gaya tersebut. Salah satu Teori Kepemimpinan Situasional
adalah yang dikemukakan oleh Hersey and Blanchard's yang dikenal dengan Hersey and
Blanchard's Situational Leadership Model. Teori ini pada awalnya disebut the life cycle
theory of leadership. Didasarkan atas anggapan bahwa pemimpin perlu merubah perilaku
mereka sesuai dengan tingkat kesiapan atau kematangan bawahan/pengikut.
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila berdasarkan fungsi dan tujuan
yang sesuai. Seorang pemimpin harus berusaha menjadi bagian dari kelompok atau
organisasi yang dipimpinya (Northouse, 2018). Organisasi yang dipimpinnya dapat
digolongkan dalam berbagai tipe atau bentuk yang dikemukakan oleh beberapa pendapat
dari para ahli diantaranya :
Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi otokrat
berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi (Siagian, 2007). Dimana setiap perintah dan
kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya dan harus dilakukan.
Seorang pemimpin yang autokratik adalah seorang yang sangat egois, egoisme yang
sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga
sesuai dengan keinginannya apa yang secara subjektif diinterprestasikan sebagai
kenyataan.
2. Tipe Peternalistik
3. Tipe Kharismatik
Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi daya tarik yang bisa untuk
mempengaruhi orang lain. Sehingga ia mempunyai pengikut yang besar jumlahnya
(Kartono, 2010). Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang di
kagumi oleh orang banyak pengikut tersebut tidak selalu menjelaskan secara kongkrit
mengapa tipe pemimpin yang kharismatik sangat dikagumi. Orang cenderung
mengatakan bahwa orang orang tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan
orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota
organisasi atau instansi yang di pimpin oleh orang kharismatik, tidak mempersoalkan
10
nilai-nilai yang dianut, sikap perilaku dan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang
kharismatik mengunakan otokratik para bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada
seorang pemimpin yang kharismatik.
5. Tipe Militeristis
Banyak mengunakan sistem perintah, sistem komando dari atasan ke bawahan yang
sifatnya keras, sangat otoriter dan menghendaki bawahan agar selalu patuh. Tipe ini
sifatnya kemiliteran, hanya gaya warnanya yang mencontoh gaya kemiliteran tetapi
dilihat lebih seksama tipe ini mirip dengan tipe otoriter (Kartono, 2010).
F. Gaya-Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan atau style of leadership merupakan cara seorang pemimpin
melaksanakan fungsi kepemimpinannya atau menjalankan fungsi managemennya dalam
memimpin bawahanannya. Adapun gaya-gaya kepemimpinan diantaranya :
Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam
memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota
organisasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya
kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas dari perilaku pemimpin didalam
melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan
seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi adanya karakter pribadinya. Kepemimpinan
delegatif merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk
bawahannya yang mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang
untuk sementara waktu tak bisa dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab.
11
3. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang
interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya
dapat berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan
dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini,
pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah
membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya.
Gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin
diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab akan dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya sekedar melaksanakan tugas yang sudah diberikan. Tipe kepemimpinan
yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang telah
diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya
ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar
mendapatkan kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik orang.
Mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang akan membangkitkan semangat.
Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat
menyenangi akan perubahan dan adanya tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar dari
tipe kepemimpinan model ini dapat di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang
Nyaring Bunyinya. Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada
mereka.
12
Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan
menggunakan kepribadian putih ini yang hanya bisa melihat kedua sisi dengan jelas, Apa
yang dapat menguntungkan dirinya dan juga dapat menguntungkan lawannya. Kesabaran
dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis
ini. Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan.
Mereka dapat menerima perlakuan yang tak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-
pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya akan meninggalkan si pemimpin.
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka
hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap
segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk
kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Orang-orang akan datang karena
kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti
ini ialah emosinya, Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat
tampak sedih dan sangat mengerikan. kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan
dan bersahabat.
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam
memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam
mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya untuk pembuatan keputusan didasarkan
pada suatu proses analisis, terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan.
Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih menekankan pada rencana-rencana
rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan
logika dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta
kuantitatif.
Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir
serta kurang mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan
model ini biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan standar yang
tinggi.
13
anggota perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada suatu kerja dan
usaha. yang dilakukan berdasarkandengan visi yang jelas.
Inti dari teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan
seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan
para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah
mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Teori kepemimpinan
situasional akan bertumpu pada dua konsep yang fundamental yaitu tingkat kesiapan/
kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang otoriter yang
merupakan tipe pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap para
anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik yaitu lebih
banyak dalam menggunakan sistem perintah atau komando, keras dan sangat begitu
otoriter, kaku dan seringkali untuk kurang bijaksana; menghendaki adanya kepatuhan
yang mutlak dari bawahan; sangat menyenangi suatu formalitas, upacara-upacara ritual
dan tanda-tanda kebesaran yang terlalu berlebihan; menuntut adanya sebuah disiplin yang
keras dan kaku dari para bawahannya; tidak menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya; dan komunikasi hanya dapat berlangsung searah.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin sangat dibutuhkan dalam suatu kelompok atau organisasi. Kepemimpinan
tentu saja sangat penting bagi jalannya organisasi karena jika sebuah organisasi berjalan
tanpa adanya unsur kepemimpinan yang baik, maka setiap masalah yang muncul dalam
berjalannya organisasi tersebut akan sulit untuk diselesaikan secara cepat dan efisien,
yang mengakibatkan tujuan organisasi tersebut terhambat dan kepuasan dari tercapainya
tujuan tersebut persentasenya sangat rendah.
Seorang pemimpin perlu mempunyai sifat-sifat yang baik. Adapun sifat-sifat yang
baik yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu: bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, cakap, cerdik dan jujur, sehat jasmani dan rohani, tegas, berani, disiplin dan efisien,
bijaksana dan manusiawi, berilmu, bersemangat tinggi, berjiwa matang dan berkemauan
keras, mempunyai motivasi kerja tinggi, mampu berbuat adil, mampu membuat rencana
dan keputusan, memiliki rasa tanggung jawab yang besar, mendahulukan kepentingan
orang lain, dsb.
B. Saran
Disaat sekarang ini, dalam menentukan seorang pemimpin atau apabila ingin menjadi
seorang pemimpin sebaiknya perhatikan sifat- sifatnya, karakter, model, tipe, dan gaya
kepemimpinan dari calon pemimpin itu karena apabila salah memilih pemimpin,
organisasi tidak akan dapat mencapai tujuannya dan jalannya suatu organisasi juga akan
berantakan. Dalam memilih seorang pemimpin diharuskan mempunyai keahlian dan
pengetahuan yang sangat luas. Seorang pemimpin harus memiliki sikap dan perilaku yang
baik, karena seorang pemimpin menjadi panutan atau contoh untuk bawahannya, seorang
pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, jujur dan rasa tanggung jawab yang besar
terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Karima, Z., Shafira, A., Ayu, A., & Salma, J. (2018). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Pengembangan Mutu Pendidikan Perspektif Islam. Tarbiyah Wa Ta'lim: Jurnal
Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 5(1), 17-28.
Mattayang, B. (2019). Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis. JEMMA
(Journal of Economic, Management and Accounting), 2(2), 45-52.
Purnomo, E., IP, S., SE, M., & Saragih, H. J. Teori Kepemimpinan Dalam.
Sagala, H. S., & Sos, S. (2018). Pendekatan & Model Kepemimpinan. Prenada Media.
Soliha, E., & Hersugondo, H. (2008). Kepemimpinan Yang Efektif Dan Perubahan
Organisasi. Fokus Ekonomi, 7(2), 24400.
Umar, T. (2011). Pengaruh outbond training terhadap peningkatan rasa percaya diri
kepemimpinan dan kerjasama tim. Jurnal Ilmiah SPIRIT, 11(3).
Wirda, F., & Azra, T. (2012). Pengaruh gaya kepemimpinan situasional dan motivasi kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan Politeknik Negeri Padang. POLI BISNIS, 4(1), 24-
33.
16