Anda di halaman 1dari 36

ULANGAN TENGAH SEMESTER

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

Dosen Pengampu :
Drs. Ec. Marseto, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 5 Kelas C

Adam Zidni Ilma 21011010116


Vena Tri Pramita 21011010181
Febriyan Athalla 21011010184
Heni Niswatin 21011010197
Aditya Hanan 21011010198
Riska Suci Noviana 21011010217
Muhammad Everest 21011010228

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2022/2023
SOAL
1. Quesnay menulis buku Tableau Economique, Menggambarkan Sistem Perekonomian
suatu Negara seperti layaknya kehidupan Biologis tubuh manusia, antara satu bagian
dalam tubuh dengana bagian yang lain membentuk suatu kesatuan yang harmonis.
Begitu juga proses dan gejala kehidupan ekonomi jika dilihat dalam hubungan antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain membentuk suatu keseluruhan dengan
hukum tersendiri. Sehingga Quesnay membagi masyarakat ke dalam 4 golongan.
Sebutkan dan Jelaskan?
2. Adam Smith dalam bukunya yang terkenal dengan judul The Wealth of Nations,
diterangkan bahwa orang tidak perlu membuat sendiri barang-barang yang kalau
dibeli lebih rendah harganya daripada di buat sendiri. Begitu juga kalau barang-
barang luar negeri lebih rendah dari barang-barang ciptaan barang dalam negeri, lebih
baik membelinya dari Luar Negeri, dibandingkan membeli buatan Dalam Negeri yg
harganya lebih tinggi. Dengan adanya hal tersebut maka pandangan Adam Smith akan
menimbulkan kejadian-kejadian dalam perekonomian sebagai berikut dan Jelaskan?
A. Hakekat Manusia Serakah
B. Mekanisme Pasar Bebas
C. Teori Nilai/Value Theory
D. Teori Pembagian Kerja
E. Teori Akumulasi Kapital
3. Sebutkan dan jelaskan pandangan-pandangan para ahli ekonomi di bawah ini :
A. Thomad Ronert Malthus
B. David Ricardo
C. Jean Baptiste Say
D. John Stuart Mill
4. Pemikiran-Pemikiran Ekonomi beraliran Sosialis secara garis besar dapat dipilih atas
3 kelompok, Sebutkan dan Jelaskan!
5. Pembaharuan terhadap Marxisme oleh Vladimir Ilich Lenin adalah bapak revolusi
Rusia, dengan karya tulisnya The Development of Capitalism in Rusia dan Lenin
mendirikan negara komunis pertama di Rusia melalui Revolusi Bolshevik. Jelaskan
Revolusi Bolshevik di bawah ini :
A. Kapitalisme Monopoli dan Imperialisme
B. Teori Pembangunan yang tak Seimbang

1
C. Revisionisme
D. Aliran Kiri Baru/The New Left

2
JAWAB
1. Quena Membagi Masyarakat ke dalam 4 golongan yaitu

1. Kelas masyarakat produktif.


2. Kelas tuan tanah.
3. Kelas yang tidak produktif atau steril, terdiri dari saudagar dan pengrajin.
4. Kelas masyarakat buruh atau labor yang menerima upah dan gaji dari tenaganya. 

Bagi Quesnay, hukum ekonomi yang berkesesuaian dengan hukum ala mini


menjadikan alam, dalam hal ini tanah, sebagai satusatunya sumber kemakmuran rakyat.
Temasuk pula didalamnya kegiatan pertanian, peternakan dan pertambangan. Kelas tuan
tanah dianggapnya sebagai pengisap belaka sebab memperoleh hasil tidak melalui kerja.
Kegiatan industry hanya mengubah bentuk atau sifat barang. Kegiatan perdagangan pun
dianggap tidak produktif. Hal ini karena ia melihat para pedagang hanya memindahkan
barang dari satu tempat ketempat lain. Karena kaum petani yang paling produktif dari ke
empat golongan tersebut, Quesnay menganjurkan agar kebijaksanan kebijaksanaan yang
diambil oleh pemerintah harus ditujukan terutama untuk meningkatkan taraf kehidupan para
petani.

2.A Hakekat Manusia Serakah


Kenyataan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah sudah dikenal oleh
pemikir-pemikir masa Yunani Kuno, terutama oleh Plato. Pemikiran yang sama juga
dilontarkan oleh Bernard de Mandeville (1670-1733) dalam bukunya yang telah menjadi
klasik: The Fable of the Bees tahun 1714. Adam Smith, seperti halnya Mandeville, juga
percaya bahwa pada hakikatnya manusia rakus, egoistis, selalu ingin mementingkan diri
sendiri. Walaupun asumsi mereka tentang hakikat manusia sama, konklusi mereka berbeda
seperti bumi dan langit. Mandeville menganggap sifat rakus manusia yang selalu lebih
mementingkan diri sendiri ini akan memberikan dampak sosial-ekonomi negative bagi
masyarakat. Untuk menghindari dampak negative ini, Mandeville menganjurkan adanya
campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith tidak anti dengan sifat
egoistis manusia, malahan menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sikap egoistis manusia ini tidak
akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas.

3
Menurut penjelasannya lebih lanjut, setiap orang yang menginginkan laba dalam jangka
panjang (artinya serakah), tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga pasar.

Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia, bukan berarti kita harus
menolak berbisnis dengan orang lain. Hal ini hanya akan menghancurkan diri sendiri.

2.B. Mekanisme Pasar Bebas


Adam Smith mengemukakan teori bahwa mekanisme pencapaian tingkat
kemakmuran dapat tercapai melalui kekuatan tangan tak terlihat (invisible hand), yaitu tanpa
adanya campur tangan pemerintah, dimana mekanisme pasar akan menjadi alat alokasi
sumber daya yang efisien. Teori ini merupakan salah satu fondasi dalam ideologi pasar bebas
yang mengunggulkan peran swasta dan mengharamkan program pemerintah, seperti pada
masa pemerintahan Ronald Reagan dan Bush I di Amerika Serikat.

Mekanisme pasar adalah sebuah sistem yang menentukan terbentuknya harga, yang di
dalam prosesnya dapat dipengaruhi oleh berbagai hal di antaranya adalah permintaan &
penawaran, distribusi, kebijakan pemerintah, pekerja, uang, pajak dan keamanan.Dalam
prosesnya tersebut diharuskan adanya asas moralitas, antara lain : persaingan yang sehat (fair
play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice).

Dalam penjelasan berikut ini penulis akan menjelaskan empat faktor yang menurut
Adam Smith, dapat mempengaruhi proses berjalannya mekanisme pasar.

 Teori Harga
Smith mengajukan sebuah teori harga yang ia sebut sebagai teori harga
alamiah. Harga alamiah adalah harga pasar dalam kerangka
equilibrium(keseimbangan) yang panjang sebagai hasil kekuatan-kekuatan alamiah
dalam suatu masyarakat. Dalam definisi lain tentang harga alamiah Smith
menjelaskan harga alamiah adalah harga yang timbul apabila segala sesuatu
berlangsung dengan sendirinya, dalam arti pada suatu masyarakat dimana terdapat
kebebasan bertindak, di mana semua orang bebas untuk menghasilkan apa yang
diinginkannya, dan menukar apa yang disukainya.
 Teori Nilai
Adam Smith dalam Wealth of Nations menjelaskan teori nilai berdasarkan
nilai dari suatu pekerjaan, dan terutama sekali tenaga kerja, menurut Adam Smith
tenaga kerja adalah merupakan sebab dan sekaligus alat pengukur nilai. Suatu barang

4
bisa punya nilai pakai yang lebih tinggi daripada nilai tukar, dan sebaliknya. Ukuran
nilai tukar sebenarnya adalah kerja, begitu pernyataan Smith. Ukuran nilai tukar
sebuah komoditas adalah jumlah kerja yang memungkinkan seseorang membeli atau
menguasai komoditas yang lain dalam pasar. Dengan ini Smith maksudkan bahwa
kerja adalah ukuran alamiah dan faktor terakhir yang menentukan nilai suatu
barang.Nilai tukar atau harga dari suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja
(labor) yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut.
 Spesialisasi Kerja
Smith cukup banyak memberikan perhatian pada produktivitas tenaga kerja.
Dari hasil pengamatannya yang cukup mendalam, Smith mengambil kesimpulan
bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui apa yang disebutnya
dengan pembagian kerja (division of labour). Pembagian kerja akan mendorong
spesialisasi, di mana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan
bakat dan kemampuannya masing-masing. Menurut Smith, bukan perbedaan kodrati
dalam hal bakat dan ketidakmampuan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
yang menjadi cikal bakal dari pembagian kerja. Justru pembagian kerja adalah
konsekuensi niscaya dari kecenderungan tertentu dalam hakikat manusia yaitu
kecenderungan untuk berdagang dan mempertukarkan satu barang dengan barang
lainnya.
 Negara
Definisi Negara Menurut Adam Smith Membahas lebih lanjut mengenai
peran negara, dalam kaitannya dengan penegakan keadilan. Sejatinya Adam Smith
tidak membedakan secara tegas antara pemerintah dan negara. Keduanya dapat
dipertukarkan. Alasannya mungkin karena dalam kenyataan praktis peran negara
dijalankan oleh (birokrasi) pemerintah. Kita akan melihat bahwa di satu pihak campur
tangan negara yang berlebihan dan distorsif akan merugikan, tetapi di pihak lain
negara justrusangat dibutuhkan untuk bisa menjamin keadilan bagi semua. Di satu
pihak sistem kebebasan kodrati dan keadilan menolak campur tangan negara, tetapi di
pihak lain dalam sistem sosial yang sama peran negara sangat sentral.

2.C. Teori Nilai/Value Theory


Menurut Smith, barang mempunyai dua nilai. Pertama, nilai guna (value in use);
kedua, nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh
jumlah tenaga (labor) yang diperlu kan untuk menghasilkan barang tersebut. Bagaimana

5
menentukan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu ba rang? Smith,
menyatakan untuk mengukur tenaga labor yang dicurah kan untuk menghasilkan suatu
barang atau jasa tidak bisa hanya diukur dari jam atau hari kerja saja. Hal itu karena
keterampilan setiap orang tidak sama. Untuk itu, ia menggunakan "harga" labor sebagai alat
ukur, yaitu upah yang diterimanya dalam menghasilkan barang ter sebut. Tingkat upah
sekaligus menentukan perbedaan tingkat keteram pilan labor. Kalau A menerima upah
Rp10.000,00 dan B menerima upah Rp5.000,00 per hari, ini mencerminkan bahwa
keterampilan atau skill si A dua kali lebih tinggi dari keterampilan si B.

2.D Teori Pembagian Kerja (division of labor)


Menurut pandangan Smith, pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; brang akan
memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Adanya
spesialisasi, setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara
sendiri-sendiri. Akan tetapi, menghasilakn satu jenis barang yang kelebihan barang atas
kebutuhan sendiri itu diperdagangkan di pasar. Pembagian kerja ini menyebabkan setiap
orang ahli di bidangnya masing-masing. Dengan demikian. produktivitas meningkat,
sehingga hasil produksi secara total juga akan meningkat.

2.E Teori Akumulasi Kapital


Adam Smith menjelaskan cara terbaik untuk meningkatkan laba ialah dengan
melakukan investasi, yaitu membeli mesin dan peralatan. Dengan adanya mesin dan
peralatan, produktivitas labor akan semakin meningkat. Produktivitas labor ini berarti
peningkatkan produksi perusahaan jika semua perusahaan melakukan hal yang sama,
output nasional atau kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula. Smith
menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bag pembangunan ekonomi. Maka
sistem ekonomi klasik oleh smith ini sering disebut sistem ekonomi liberal, juga sering
disebut sistem ekonomi kapitalisme. Teori akumulasi capital ini sangat di kritik oleh
pakar-pakar sosialis, terutama oleh Karl Marx.

3.A Thomas Robert Malthus (1766-1834)

Biografi

6
Malthus lahir pada 13 Februari 1766 di Surrey, Inggris dalam keluarga kaya. Nama
Thomas Robert adalah nama yang dia terima saat pembaptisannya, sehingga dia lebih dikenal
sebagai Thomas Malthus.

Pada 1784, Malthus masuk Universitas Cambridge untuk menjalani Pendidikan pada
jurusan matematika dan bahasa. Dan kemudian lulus pada tahun 1788 dan menjadi pendeta di
Gereja Inggris. Namun, setelah 6 (enam) tahun menjadi pendeta, tepatnya pada tahun 1804,
Malthus memutuskan untuk menikahi seorang wanita bernama Hariett Eckersall dan tidak
lagi menjadi imam. Malthus dan istrinya memiliki tiga anak dan memiliki kehidupan
pernikahan yang damai.

Pada tahun 1805, Malthus diangkat sebagai profesor sejarah modern dan ekonomi
politik di East India Company College di Haileybury. Jadi Malthus memegang posisi teratas
di fakultas ekonomi sampai kematiannya pada tanggal 29 Desember 1834 karena serangan
jantung.

Beberapa karya Malthus yang terkenal adalah bukunya yang berjudul Essay on
Population yang dicetak pertama kali pada tahun 1978, dan dicetak hingga pada cetakan ke-
enam. Malthus menghabiskan sisa hidupnya untuk mempertahankan dan merevisi tesis
overpopulasinya, dan dia juga menulis banyak buku lainnya seperti The Principles of
Political Economy pada tahun 1820.

Sumbangan Pemikiran Malthus


Kependudukan
Dalam bukunya Essay on Population Malthus menuliskan tentang: (1) populasi
manusia cenderung bertambah sesuai dengan deret ukur atau secara geometri (1, 2, 4, 8, 16,
32, …); (2) sedangkan untuk produksi makanan (Sumber Daya Alam) cenderung bertambah
menurut deret hitung atau secara aritmatika (1, 2, 3, 4, 5, 6, …). Sehingga yang terjadi adalah
krisis di mana sumber daya alam tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia yang terus
bertambah.

Menurut Malthus kemudian adalah persediaan sumber daya alam bertambah dalam
kondisi yang terus menurun, sedangkan permintaan dari penduduk yang terus bertambah
meningkat lebih cepat pada tingkat geometris. Menurutnya lagi bahwa jumlah populasi
manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) bahwa terjadi penurunan tajam dalam tingkat
kematian bayi karena berkurangnya penyakit berkat kemajuan ilmu pengetahuan terutama
dibidang kedokteran; (2) adanya peningkatan usia harapan hidup dikarenakan meningkatnya
7
harapan hidup, seperti adanya terobosan dalam pengobatan, peningkatan sanitasi, perawatan
kesehatan dan gizi, serta penurunan angka kecelakaan.

Malthus berpendapat bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi hanya akan
mendorong lebih banyak anak. Ketika pendapatan perkapita meningkat, populasi akan
meningkat lebih cepat, sehingga mengurangi pendapatan per kapita sampai batas subsistensi.

Namun pada kenyataannya masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi malah


cenderung memiliki lebih sedikit anak, hal tersebut salah satu penyebabnya adalah persoalan
keyakinan bahwa dengan memiliki banyak anak harapannya adalah sebagai aset berharga
pada masa yang akan datang, namun dengan adanya pendapatan yang tinggi tidak lagi
membutuhkan banyak anak, selain itu membesarkan anak dianggap membutuhkan biaya yang
cukup mahal. Di lain sisi pendapatan yang tinggi berarti juga pendidikan yang tinggi
sehingga pemahaman tentang pengendalian kelahiran juga lebih baik.

Hukum Pendapatan yang Menurun

Malthus mengembangkan konsep kelangkaan, yang menurutnya sarana untuk


menopang kebutuhan hidup manusia dibatasi oleh sumber daya alam, terutama tanah. Sumber
daya alam memiliki tren penurunan yang konstan, yang saat ini lebih dikenal sebagai “hukum
pendapatan yang semakin berkurang”. Ini mengacu pada fakta bahwa jika orang memasukkan
lebih banyak modal atau tenaga kerja ke dalam area tanah tertentu, peningkatan output atau
output akan semakin melambat.

Namun, ini didasarkan pada asumsi bahwa "faktor lain tetap tidak berubah", seperti
teknologi dan kualitas sumber daya lainnya, dan ini diabaikan oleh Malthus sebagai
kemajuan teknologi pertanian, penemuan mineral baru, dan sumber daya alam baru lainnya
dan peran harga dalam menentukan tingkat penipisan sumber daya.

3.B DAVID RICARDO (1772-1923)

Biografi

David Ricardo adalah anak ketiga dari 23 bersaudara dari keluarga


Yahudi yang bernama Abraham Israel Ricardo yang bekerja sebagai
seorang pialang, dia lahir di London pada tahun 1772. Pada usia ke
21 david sempat diusir oleh ibunya dikarenakan menikahi seorang
wanita pengikut Quaker. Namun di usia ke 42, David menjadi

8
seorang pengusaha sukses dan menjadi tuan tanah desa, dia membeli tanah perkebunan yang
sangat luas yang bernama Gatcomb Park di Gloucestershire.

David tertarik dengan ilmu ekonomi dimulai sejak 1799, ketika dia tinggal di Bath
saat dia memulai membaca The Wealth of Nation Adam Smith. Pada tahun 1817 dia
mempublikasikan buku karya yang berjudul “On the Principle of Political Economy and
Taxation”.

Di usianya ke 51 tepat pada tahun 1823, David meninggal secara mendadak


dikarenakan infeksi telinga. Dia meninggalkan seorang istri dan tujuh anak

Sumbangan Pemikiran

Pemikiran Moneter

David Ricardo Saat periode 1809 Inggris mengalami Inflasi yang cukup tinggi,
sehingga David mencoba menawarkan solusi dengan menuliskan pemikiran ekonomi
pertamanya pada tahun1811 yang berjudul “The High Price of Bullion”, dalam bukunya
tersebut dia mengatakan bahwa penyebab inflasi tersebut dikarenakan Bank of England
menerbitkan uang kertas (bank note) secara berlebihan. David Ricardo sependapat dengan
Teori Kuantitas Uang seperti David Hume, yang menyatakan bahwa “tingkat harga
dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang yang beredar”.

Untuk menjaga stabilitas moneter suatu negara, David Ricardo berpendapat sistem
moneter harus menggunakan “standar nilai tukar emas”, artinya uang yang beredar di suatu
negara baik dalam bentuk simpanan ataupun kredit dapat dikonversikan dengan harga emas
yang sudah ditetepkan, dengan tujuan agar harga emas tetap sama nilainya dengan uang
kertas (Bank Note).

Dalam bukunya David Ricardo mengatakan secara tegas bahwa “Pihak yang
mengeluarkan uang kerta harus mengatur pengeluarannya itu berdasarkan harga emas, buka
berdasarkan kuantitas uang kerta yang beredar”.

Hukum Pendapatan Yang Menurun

Karya lain David Ricardo adalah tulisannya yang berjudul “Essay on the Influence of
Low Price of Corn on the Profits of Stock” yang terbit pada tahun 1815 menuliskan hasil
pemikiran Ricardo tentang kelangkaan tanah akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

9
Saat ini model Ricardo ini lebih di kenal dengan istilah “The Law of Deminishing
Return (LDR)” yaitu hukum pendapatan yang semakin berkurang. Sebelum kita memahami
hukum ini, terlebih dahulu kita harus ketahui asumsi-asumsi yang ada di dalamnya, yaitu
pertama, tanah adalah faktor produksi utama (contohnya seperti pertanian); kedua, upah tetap
riil yang konstan pada level subsisten berdasarkan “hukum upah besi”; ketiga, kapital atau
modal tetap (satu peralatan yang diperuntukkan untuk satu tenaga tenaga kerja menghasilkan
jumlah satuan produk yang tetap).

The Law of Deminishing Return menyatakan bahwa “jika satu macam input atau
faktor produksi terus-menerus ditambahkan sedangkan input yang lain tetap (konstan), maka
pada mulanya akan menghasilkan total produksi yang semakin besar (increasing return), akan
tetapi jika sudah mencapai pada titik tertentu (maksimum) maka tambahan produksi
(marginal produc) akan semakin berkurang hingga menghasilkan output yang semakin
menurun (deminishing return)”.

Keunggulan Komparatif

Dalam konteks perdagangan internasional, David Ricardo adalah sosok yang sangat
mendukung perdagangan bebas, di mana kontribusinya terlihat ketika dia mengembangkan
“hukum keuntungan komparatif” yang dituliskannya pada buku On the Principle of Political
Economy and Taxation. Hukum tersebut menyatakan bahwa “perdagangan bebas akan
menguntungkan kedua belah pihak, dan yang saling mengejutkan adalah perdagangan bebas
akan membuat suatu negara melakukan spesialisasi meskipun suatu negara memiliki
keuntungan absolut dalam produk tertentu.

David Ricardo memberi contoh dan ilustrasi seperti ini: jika terdapat dua negara yang
saling bekerja sama dan memiliki keunggulan produk masing-masing, seperti Inggris dengan
produk pakaiannya, dan portugal dengan produk minumannya, perhatikan tabel di bawah ini:

Jika melihat tabel di atas, artinya negara Inggris untuk memproduksi 1 (satu) unit
pakaian membutuhkan 50 orang tenaga kerja, sedangkan portugal hanya membutuhkan 25
orang tenaga kerja; namun untuk memproduksi 1 unit minuman, Inggris membutuhkan 200
orang tenaga kerja sedangkan Portugal membutuhkan 25 orang tenaga kerja. Jika dilihat dari

10
kondisi tersebut pada dasarnya Portugal memiliki keunggulan absolut di kedua produk
dibandingkan Inggris.

Namun David Ricardo berfikir lain, hal kedua negara tersebut akan lebih saling
diuntungkan jika berspesialisasi dalam satu produk dan kemudian melakukan perdagangan.
Misalkan jika Portugal mengakomodasikan 25 orang tenaga kerjanya yang memproduksi
pakaian dialihkan untuk memproduksi minuman, maka portugal akan memiliki 50 orang
tenaga kerja yang memproduksi minuman, sehingga Portugal dapat memproduksi 2 unit
minuman. Sedangkan untuk Inggris jika mengalihkan 100 orang tenaga kerjanya dari
memproduksi minuman menjadi memproduksi pakaian maka akan terdapat 150 orang yang
memproduksi pakaian dan 100 orang memproduksi minuman, artinya Inggris akan
menghasilkan 3 unit pakaian dan ½ unit minuman.

Dari perhitungan di atas, jika kedua negara tersebut kemudian melakukan


perdagangan, maka ternyata akan menghasilkan total output yang lebih besar, yaitu untuk
produksi pakaian menghasilkan total produk kedua negara sebanyak 3 unit dan produk
minuman kedua negara menjadi 2½ unit minuman, sehingga jika dibandingkan dengan
pembagian kerja seperti di tabel 6.1 maka yang awalnya total produk sebesar 4 unit sekarang
menjadi 5 ½ unit, yang artinya terdapat 1 ½ tambahan unit untuk total produk. Perhatikan
tabel di 6.2 (perubahan dari tabel 6.1):

Sehingga kesimpulan dari teori Ricardo ini adalah bahwa “perdagangan antar kedua
negara akan menaikkan output total, bahkan ketika suatu negara memiliki keuntungan
alamiah di atas negara lainnya” 110, dan ternyata temuan ini juga berlaku bukan hanya
perdagangan antar negara, namun juga dapat diaplikasikan dalam hal pekerjaan dalam negeri
yaitu terkait spesialisasi pekerjaan.

Distribusi Pendapatan, Bukan Pertumbuhan

Perbedaan antara Smith dengan Ricardo adalah jika Smith berfokus pada
pertumbuhan, maka Ricardo berfokus pada distribusi pendapatan. Perbedaan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

11
Menurut model Harmoni Kepentingan Adam Smith menjelaskan bahwa pekerja,
kapitalis, dan pemilik tanah bekerja sama untuk menghasilkan barang dan jasa.

Dalam model Konflik Kelas yang dipaparkan oleh David Ricardo, menurutnya
pekerja, kapitalis, dan pemilik tanah saling bersaing untuk mendapatkan bagian barang dan
jasa yang diproduksi.

Teori Upah Besi (Iron Wage Theory)

Teori upah subsitensi (hukum besi) oleh David Ricardo yaitu upah ditentukan oleh
interaksi penawaran dan permintaan akan buruh. Lebih lanjut diasumsikan bahwa bila
pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat subsisten111, maka penduduk akan
bertambah lebih cepat dari laju pertambahan makanan dan kebutuhan lain. Jika angkatan
kerja bertambah maka akan bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan
mencari kerja. Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan.

Teori upah besi merupakan upah riil dalam jangka Panjang yang cenderung
berpengaruh terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan pekerja.
Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena tanpa subsisten, buruh tidak akan
mampu bekerja.

Iron Wage Theory ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang
belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan permintaan tenaga kerja
12
sehingga para penganggur akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha
akan disulitkan dengan kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan
penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya merupakan indikasi
adanya kekakuan upah (wage rigidity).

Teori Nilai Kerja

Tentang teori nilai kerja, Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu barang
ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang. Biaya itu
berupa biaya yang dikeluarkan untuk bahan mentah dan upah buruh yang besarnya hanya
cukup untuk dapat bertahan hidup atau yang disebut upah alami alami (natural wage). Kalau
harga yang ditetapkan lebih besar dari pada biaya-biaya, maka dalam jangka pendek
perusahaan akan menikmati laba ekonomi. Dengan tingginya laba yang didapatkan, maka
akan menarik perusahaan lainnya untuk masuk pasar, yang berarti produksi akan meningkat,
sehingga terjadi kelebihan produksi di pasar.

Kelebihan penawaran barang akan mendorong harga-harga turun pada keseimbangan


semula dikarenakan biaya-biaya bahan mentah relatif konstan. Oleh sebab itu Ricardo
menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat upah alami.
Tingkat upah alami ini ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan setempat, tingkat upah alami ini
naik proporsional dengan standar hidup masyarakat. Akan tetapi, teori yang semula
dimaksudkan untuk menjelaskan tentang nilai tukar suatu barang atau komoditas ini akan
diterangkan kemudian oleh kaum sosialis yang kemudian mereka menganggap teori Ricardo
adalah sebagai Teori Upah Besi (Iron Wages Theory), yang mengikat kaum buruh pada suatu
lingkaran setan.

Kalau Smith telah beralih dari teori biaya tenaga kerja dalam menjelaskan harga
relatif yang statis. Sedangkan Ricardo menjelaskan harga relatif yang dinamis. Menurut
Ricardo peningkatan tarif impor akan menggurangi laba dan ini berakibat menurunkan
akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi menjadi rendah. Dari sini pula Ricardo
menemukan bahwa teori nilai Adam Smith tidak dapat menjelaskan. Ricardo sependapat
dengan orang yang setuju dengan kebijakan proteksi bahwa proteksi akan menghasilkan upah
uang yang lebih tinggi.

Ricardo ingin menjelaskan kekuatan-kekuatan yang menentukan harga relatif untuk


kapan saja dalam rangka tujuan itu Ricardo kembali ke teori nilai tenaga kerja. Nilai suatu
barang atau jumlah barang lain yang dapat dipertukarkan dengannya tergantung pada jumlah

13
relatif tenaga kerja yang ditentukan untuk menghasilkan barang tersebut, bukan besar
kecilnya jumlah upah yang dibayarkan pada tenaga kerja.

Tetapi teori nilai ini hanya berlaku untuk barang-barang yang dapat diproduksi
kembali dengan bebas. Berkat pengaruh Ricardo, timbul gerakan anti corn law antara tahun
1820-1850, gerakan yang menentang diaturnya tata niaga jagung di Inggris. Gerakan ini
dipimpin oleh Cobden dan Bright serta didukung oleh Ricardo dari pihak akademis. Pengaruh
ajaran Ricardo sampai ke Jerman, mereka yang percaya bahwa perdagangan harus bebas dari
campur tangan pihak manapun (pemerintah maupun swasta), mendirikan suatu aliran
pandangan ekonomi tersendiri yang dikenal dengan aliran Manchester.

Kesukaran yang dihadapi Ricardo dalam merumuskan teori, yaitu:

1. Pengukuran kuantitas tenaga kerja

2. Tenaga kerja dengan ketrampilan yang berbeda-beda

3. Perhitungan kapital dalam menentukan harga

4. Perhitungan lahan sebagai input menentukan harga 5. Perhitungan laba dalam permintaan
harga

Teori Sewa Tanah

Sewa tanah menurut Adam Smith merupakan suatu harga monopoli, Ricardo
sependapat dengan Smith tetapi ia menguraikan lebih lanjut. Seandainya tanah berlimpah
ruah jumlahnya seperti halnya udara, maka setiap orang dapat memiliki tanah sehingga pasti
tidak ada harganya. Tanah akan menjadi “barang bebas”. Para petani yang pertama tentu
memilih lahan yang paling subur. Akan tetapi setelah lahan subur tersebut habis, maka
manusia akan mengambil lahan yang tidak begitu subur. Setelah itu, lahan yang subur
memiliki harga yang cukup tingi dikarenakan tiap jengkal tanah akan memberikan hasil yang
lebih banyak, sementara tidak ada lagi lahan yang seperti itu tersedia. Jika proses yang
demikian itu berlangsung terus dan lahan yang kurang suburpun telah dimiliki orang, maka
harga lahan yang subur akan makin meningkat. Lahan yang paling tidak subur akan diolah
menjadi lahan pertanian hanya jika hasilnya dapat menutup biaya yang telah dikeluarkan
untuk mengerjakan tanah tersebut.

Hasil olahan tersebut memang hanya sebesar itu, tidak lebih. Oleh karena itu, sewa
atas tanah yang lebih subur bukanlah pembayaran atau balas jasa bagi tanaga kerja tetapi

14
lebih merupakan pembayaran yang timbul hanya karena pemilikan suatu sumber daya alam
yang langka. Pembayaran demikian itu oleh Ricardo dinamakan sewa (land rent) bukanlah
suatu balas jasa atau imbalan bagi faktor produksi.

Barang siapa yang memiliki atau menguasai tanah yang mutu lahannya lebih baik dari
pada tanah terakhir (land on the margin), mereka itu memperoleh rejeki berupa surplus di atas
biaya. Surplus tersebut semakin besar dengan semakin baiknya mutu lahan. Dengan begitu,
pihak yang memilki atau menguasai tanah yang subur, sebenarnya semacam menerima rejeki
nomplok dari adanya tekanan kebutuhan dan permintaan yang semakin meningkat.

Dalam teorinya tentang sewa tanah, Ricardo menjelaskan bahwa “jenis tanah berbeda-
beda; ada yang subur, kurang subur, hingga yang tidak subur sama sekali. Produktivitas tanah
yang subur lebih tinggi dan dengan demikian untuk menghasilkan satuan unit produksi
diperlukan biaya (biaya rata-rata dan biaya marginal) yang lebih rendah pula. Semakin rendah
tingkat kesuburan tanah jelas semakin tinggi pula biaya rata-rata dan biaya marginal untuk
mengelolah tanah tersebut. Semakin tinggi biaya maka keuntungan per hektar tanah menjadi
kecil pula. Dengan demikian, maka tinggi rendahnya sewa tanah bergantung pada tingkat
kesuburan tanahnya”. Sewa tanah yang berbeda disebut dengan (deferential rent) sehingga
teori David Ricardo disebut dengan juga dengan istilah “Teori Sewa Tanah Differensial”.

Dengan penjelasan di atas maka layak jika sewa untuk tanah yang lebih subur lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Meskipun Ricardo sependapat
dengan Adam Smith bahwa harga alamiah untuk setiap barang didasarkan pada biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut namun Ricardo tidak setuju jika
sewa tanah dimasukkan ke dalam harga alamiah sebagai biaya produksi. Akan tetapi, Ricardo
memasukkannya ke dalam harga alamiah biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
membangun gedung dan mesin (modal).

Oleh karena itu, dalam menerima keuntungan pemilik modal mengamnbil sesuatu
yang dihasilkan tenaga kerja. Dengan demikian, menurut Ricardo terjadi konflik antara
majikan dan buruh mengenai masalah pembagian keuntungan. Sewa pada hakekatnya
mengurangi keuntungan. Dalam jangka panjang keuntungan cenderung menurun ke titik nol,
sementara para tuan tanah akan memperoleh surplus tanpa harus bersusah payah bekerja
untuk mendapatkannya.

15
Teori David Ricardo di sini memang memperhitungkan tinggi rendahnya sewa tanah
berdasarkan tingkat kesuburan tanah dan belum memperhitungkan letak tanah yang ternyata
juga mampu mempengaruhi tinggi rendahnya sewa tanah.

3.C JEAN BAPTISTE SAY (1767-1832)

Biografi Singkat J.B Say

J. B. Sayy adalah tokoh ekonomi penting Prancis yang lahir di Lyon,


Prancis pada tahun 1767 tepat sembilan tahun sebelum The Wealth of
Nation dicetak. Say berasal dari keluarga protestan di Prancis selatan
yang pindah ke Jenewa dan kemudian menetap di Paris. Pada usia 15
tahun di mana saat itu adalah puncak dari Revolusi Prancis, konsep
pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Autobiography Benjamin Franklin, dia mengagumi
Franklin sebagai salah satu model warga negara dengan prinsipprinsipnya, yaitu
penghematan, pendidikan, dan kehidupan moral yang diajarkannya. Pada tahun 1799 saat Say
menginjak usia ke 32, dia menjadi anggota Tribunat Napoleon, di mana saat itu Napoleon
adalah diktator yang haus kekuasaan dengan menentang kebijakan laissez faire Say dan
karenanya kemudian mengeluarkan Say dari Tribunat pada tahun 1806 setelah terbit karya
Say yang berjudul A Treatise on Political Economy, or the Production, Distribution, and
Consumtion of Wealth. Napoleon bahkan melarang penyebaran buku tersebut. Namun
meskipun Napoleon melarang penyebaran buku tersebut, pada kenyataannya, edisi pertama
buku tersebut yang diterbitkan pada tahun 1803 naik cetak hingga edisi keempat

Buku Say mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1821 dan
dianggap lebih ringkas, jelas dan lebih baik dari pada The Wealth of Nation Smith. Kemudian
menjadi populer di Amerika Serikat hingga tahun 1880.

Pada usia ke 65, Say dikenal sebagai “ekonom yang hidup di masamasa sulit”, dia
menyaksikan revolusi Amerika dan Perancis, kekuasaan politik Napoleon, dan hidup di awal
Revolusi Industri. Dia menciptakan istilah “entrepreneur” yang kini menjadi kata modern
dalam ekonomi dan bisnis, dan Say memang kenyataannya adalah seorang entrepreneur.

Setelah jatuhnya Napoleon pada tahun 1815 Say diangkat menjadi seorang profesor
ekonomi politik di Perancis pertama di Conservatories des Arts et Metiers kemudian pada
tahun 1830 diangkat menjadi ketua jurusan ekonomi politik di College de France Paris dan
menulis sebuah textbook yang sangat populer yang kini dikenal dengan “hukum pasar”, yaitu

16
sebuah teori ekonomi makro klasik yang menitikberatkan pada produksi, perdagangan, dan
tabungan sebagai kunci bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Say meninggal pada
tahun 1832 di Prancis pada usia 65 tahun.

Sumbangan Pemikiran J.B Say

J. B. Say adalah pendukung utama pemikiran Adam Smith tentang sistem ekonomi,
kebebasan alamiah, dan pembatasan campur tangan pemerintah, dan juga sependapat dengan
konsep kapitalisme laissez faire. Bahkan analisis Say dianggap lebih mendalam dari Smith
dan David Ricardo, bahkan Say membangun landasan baru dalam memberikan kontribusi
pemikiran ekonomi klasik. Adapun kontribusi Say adalah sebagai berikut : (1) Penyusunan
teori berdasarkan fakta dan observasi; (2) menyusun teori “utilitas subjektif” sebagai
pengganti “teori nilai kerja”; (3) peran vital “entrepreneur”; (4) “hukum pasar Say”

Fakta dan Observasi dalam Menyusun Teori Menurut J.B Say

Menurut Say, penyusunan teori-teori ekonomi saat itu jauh dari kenyataan, meskipun
tidak dianggapnya sepenuhnya keliru. Say memilih model deduksi yang ketat dalam
menyusun teori-teorinya, meskipun menurutnya model ini harus selalu diuji dengan observasi
untuk mengetahui apakah model itu realistik, benar ataukah tidak. Menurut Say semua teori
dan model perlu terus menerus diuji dengan fakta dan observasi.

Beberapa kritik Say terhadap pembentukan teori, adalah terhadap pemikiran David
Ricardo yang tertuang dalam buku On the Principles of Political Economy and Taxation
(1817), hasil pemikiran Ricardo dalam buku tersebut dianggap Say “penilaian yang
serampangan” dan menyusun “sistem sebelum fakta ditemukan”, akibatnya ilmu ekonomi
terbawa ke konsep yang berbahaya yang disebut dengan “Kejahatan Ricardian”.

Kritik Say selain kepada sahabatnya David Ricardo, juga dia tunjukkan kepada Robert
Malthus, bahwa “Lebih baik berpegang pada fakta dan konsekuensi ketimbang silogisme.
Say bahkan mengatakan dan memuji Adam Smith bahwa Smith dalam menyusun prinsip
ekonomi politik dengan cara yang paling rasional, dan didukung dengan contoh yang jelas.

Say juga mengkhawatirkan bentuk pemikiran-pemikiran matematika ekonomi saat itu,


Say mengatakan bahwa “kita selalu disesatkan dalam ekonomi politik apabila kita
memandang fenomena berdasarkan perhitungan matematika”.

17
Menurut say ekonomi adalah ilmu kualitatif, bukan kuantitatif, maka tidak tunduk
pada “kalkulasi matematika”. Dilihat dari sisi penawaran menurutnya tergantung pada
“perubahan kekayaan”, kualitas, jumlah persediaan barang, modal (kapital), tingkat bunga,
ekspor, serta stabilitas hukum dan pemerintahan. Jika ditinjau dari sisi permintaan, jumlah
yang diminta akan tergantung kepada perubahan selera, gaya hidup konsumen, kondisi
ekonomi secara umum, dan barang pengganti (subtitusi).

Teori Nilai Utilitas

Pendapat Say tentang teori nilai berbeda dengan teori nilai yang disampaikan oleh
David Ricardo. Menurut Say “ukuran nilai yang tetap tidak masuk akal”. Sebalikanya Say
mengambil pendekatan dengan mengemukakan teori nilai utilitas yang subjektif. Utilitas
(utility) adalah cara konsumen menilai suatu barang atau jasa, sedangkan produsen membuat
nilai atau utilitas dengan mengubah input menjadi output untuk menutupi biaya produksi.
Namun Say tidak mengungkapkan teori utilitas masrginal, tetapi dia mengakui bahwa “yang
menentukan harga atau nilai suatu barang atau jasa adalah utilitasnya, bukan biayanya” .

Entrepreneur

Istilah entrepreneur pertama kali diperkenalkan oleh Say, yang secara harfiah artinya
“orang yang mengurus kuburan”. Tetapi karena mengandung makna yang ambivalen, maka
entrepreneur diterjemahkan sebagai “petualang”, yang maknanya adalah citra petualang
komersial atau petualang kapitalis, yaitu orang yang mengkombinasikan modal, pengetahuan,
dan tenaga kerja untuk menghasilkan dan mengelola bisnis demi mendapatkan laba (profit).

Berbeda dengan Smith yang seorang ekonom tapi tidak pernah menjalankan suatu
bisnis, sedangkan J. B Say adalah seorang pengusaha atau entrepreneur, dia memiliki pabrik
kapas, oleh sebab itu dia memasukkan konsep ini sebagai bagian dari model ekonomi yang
dikembangkannya. Say juga memperkenalkan tentang distribusi barang dengan istilah
“master-agen” atau “adventurer”yaitu seorang agen ekonomi yang berbeda dengan tuan tanah
dan buruh.

Untuk meraih suatu kesuksesan, menurut Say seorang entrepreneur harus mempunyai
“penilaian, ketabahan, dan pengetahuan yang luas”, dia harus “berani mengambil resiko” dan
harus sadar bahwa selalu ada “kemungkinan untuk gagal”, namun jika entrepreneur tersebut
dapat keluar dari kegagalannya maka dia akan mendapatkan kesuksesan yang begitu besar.

18
Menurut Say lagi, entrepreneur adalah “seseorang yang berusaha mendapatkan laba
maksimal dengan mencari peluang sebesar-besarnya”

Hukum Pasar Say

Salah satu buah pemikiran J. B Say yang fenomenal adalah disebut dengan Hukum
Say, yaitu “…Supply creates it’s own demand …” yang artinya “Penawaran akan
menciptakan permintaannya sendiri”.

Di sini kita coba mendalami maksud dari hukum Say ini dengan melihat asal-usulnya.
Berawal dari doktrin kaum merkatilis bahwa uang, keseimbangan pasar, akan menghasilkan
suatu kekayaan dan pertumbuhan ekonomi. Namun ketika terjadi depresi ekonomi banyak
orang yang mengeluhkan kurangnya pasokan uang, dan kemudian solusinya bagi mereka
adalah dengan mendapatkan uang lebih banyak dan kemudian membelanjakannya kembali,
maka perekonomian akan segera pulih kembali.

Dari doktrin merkantilis tersebut, maka Say mencoba membuktikan bahwa yang
menciptakan permintaan bukanlah uang, melainkan produk barang atau jasa. Menurut Say
uang hanyalah alat tukar, dan penyebab riil dari depresi ekonomi bukanlah kekurangan uang,
tetapi kurangnya penjualan oleh para petani, pengusaha, dan produsen barang atau jasa
lainnya. Dalam bukunya Say mengatakan bahwa “Penjualan tidak bisa dikatakan sepi karena
uang yang langka, tetapi karena produk lainnya juga menurun…” (Say 1971 dalam Skousen
2009) dalam buku sebelumnya, Say juga mengatakan, “Yang memfasilitasi penjualan
bukanlah melimpahnya uang, melainkan banyaknya produk lain… uang tak lebih dari saluran
tukar, ketika pertukaran selesai, maka yang terjadi adalah seorang membayar suatu produk
dengan produk”

Menurut Say, dia tidak percaya dengan adanya “kelebihan produksi” atau “kelebihan
persediaan” sehingga terjadi penurunan ekonomi, yang ada adalah “produksi salah
diarahkan”. Menurutnya meskipun terlalu banyak produk yang dihasilkan dan permintaannya
sedikit, dapat terjadi pertumbuhan ekonomi ketika harga dan biaya telah menyesuaikan
sendiri dengan struktur permintaan baru, sehingga konsumen akan memiliki kemampuan
membeli barang dana produsen kembali mendapatkan profit.

Analisis di atas membuat Say berhasil membuat penemuan penting, yaitu “Produksi
adalah penyebab komsumsi, atau dengan kata lain, output yang meningkat akan
memperbesar pengeluaran konsumen”.

19
Secara ringkas menurut hukum Say dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebuah negara tidak dapat memiliki terlalu banyak kapital/modal;


2. Investasi adalah bagian terpenting untuk pertumbuhan ekonomi;
3. Konsumsi bukan hanya tidak menambah kekayaan, tetapi juga menghambat
penambahan kekayaan;
4. Permintaan disebabkan karena adanya produksi;
5. Kekurangan permintaan (over-produksi) bukan penyebab gangguan
perekonomian. Karena gangguan perekonomian ada dikarenakan barang tidak
diproduksi dalam proporsi yang tepat.

Pertumbuhan Ekonomi

Kunci untuk mendapatkan standar hidup yang lebih tinggi yaitu menaikkan
pendapatan atau produktivitas. Prinsip tersebut juga berlaku pada suatu bangsa. Menciptakan
produk baru yang lebih baik akan membuka pasar baru dan menaikan konsumsi. Oleh sebab
itu mendorong konsumsi tidak bermanfaat bagi perdagangan, karena kesulitannya terletak di
dalam penyediaan sarana, bukan menstimulasi keinginan untuk mengonsumsi. Jadi menurut
Say “pemerintah yang baik akan menstimulasi produksi, sedangkan pemerintah yang buruk
akan menstimulasi konsumsi”.

Konsep Tabungan menurut Say

Seperti paparan-paparan sebelumnya di mana Say tidak sependapat dengan konsep


peningkatan konsumsi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang secara terbalik dapat
diartikan bahwa Say juga tidak sependapat jika “penghematan” dianggap dapat menurunkan
pengeluaran dan output, karena definisi konsumsi adalah menggunakan utilitas, maka
tabungan adalah cara pengeluaran yang lebih baik. Alasannya adalah tabungan dapat dipakai
sebagai modal produksi dan investasi.

3.D JOHN STUART MILL (1806-1873)

Biografi Singkat J.S Mill

John Stuart Mill dilahirkan di Pentonville - London, anak sulung dari


Skotlandia filsuf, sejarawan dan imperialis yang bernama James Mill
(1773 – 1836) dan ibunya yang bernama Harriet Burrow. Ayah Mill
adalah seorang pendidik besar di abad 19, oleh sebab itu pendidikan

20
Mill didapatkan di rumahnya sendiri dimana gurunya adalah ayahnya sendiri, sehingga Mill
tidak memiliki pendidikan formal.

Pada usia tiga tahun, Mill memperlajari bahasa Yunani, dan diusia ke delapan dia
sudah dapat membaca karya Plato, dan semenjak itu dia lancar dalam berbicara dan menulis
dalam bahasa latin, sehingga berikutnya sangat cepat dalam mempelajari kalkulus, geometri,
dan filsafat. Selain itu Mill juga menekuni Principia Mathematica karya Newton saat dia
masih berusia 11 tahun, namun Mill tidak mempelajari pendidikan agama, tetapi Mill diajari
utilitarianisme Benthem , yang mempengaruhi tulisannya menjadi seorang radikal filosofis.
Di usia 14 tahun dia mulai mempelajari ilmu ekonomi klasik, terutama mempelajari karya-
karya David Ricardo.

Karya yang dianggap sebagai puncak prestasinya adalah yang berjudul “On Liberty”
yang ditulis bersama istrinya yang berisi sebuah ajakan penuh emosi bagi toleransi sosial
terhadap perbedaan-perbedaan individual dan ekspresi kebebasan. Buku tersebut dia
persembahkan untuk istrinya yang meninggal karena tuberkolosis pada tahun 1858, satu
tahun sebelum buku tersebut terbit. Beberapa karya lain Mill adalah Principles of Political
Economy diselesaikan pada tahun 1848, Considerations on Representative Government
diselesaikan pada tahun 1861, dan Utilitarianism, diselesaikan pada tahun 1863. Pada tahun
1869 dia mempublikasikan The Subjection of Women. Dan pada tahun 1873 Mill meninggal
karena demam dan pembengkakan kulit pada usia 67 tahun dan dimakamkan di sebelah
makam istrinya

Sumbangan Pemikiran J.S Mill

Utilitarianisme

Utilitarianisme merupakan paham buah dari hasil pandangan dan pemikiran Mill
tentang manusia dan masyarakat yang diterima sebagai landasan moral, utilitis, atau prinsip
kebahagiaan yang menganggap bahwa tindakan dikatakan benar jika sebanding dengan
kecenderungan untuk mendorong kebahagiaan, dan dikatakan salah jika sebanding dengan
kecendrungan untuk menghasilkan ketidakbahagiaan.

Universalisme etis merupakan konsep utilitarian yang mengedepankan kebahagiaan


orang lain. Prinsip tersebut memang cukup relevan dalam aktifitas ekonomi, selain Mill
menerima pasar bebas konsep dari Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan
kebahagiaan orang lain dalam persaingan ekonomi pasar menjadi tujuan Mill tersendiri.

21
Kondisi pasar bebas yang cenderung bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan Mill dengan
pemberlakuan nilai moralitas bersama, dimana prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh
setiap pelaku pasar, pelaku usaha, produsen, distributor, hingga tataran konsumen. Pasar
bebas memang cenderung melahirkan kondisi menang atau kalah, namun diantara dua belah
pihak diharapkan harus tetap mampu menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan
bersama, dan itulah konsekuensi atas universalisme etis menurut Mill.

Ekonomi & Politik

Dalam karyanya Principles of Political Economy yang terbit pada tahun 1848, Mill
menuliskan tentang masalah produksi yang merupakan bagian dari kegiatan ekonomi, dalam
hal pemenuhan kebutuhan masyarakat dan keinginan pasar. Mill juga orang yang pertama
mengemukakan ide tentang konsep elastisitas permintaan, yang kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh Marshall. Dua sumbangan lain yang terkenal adalah permintaan timbal balik
dalam perdagangan internasional dan membedakan hukum-hukum produksi dan distribusi.

Mill adalah orang yang berupaya untuk memahami masalah ekonomi sebagai suatu
masalah sosial. Masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam
kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam
negeri dan persaingan antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan
kredit (Mikhael dua: 2008)118. Sehingga menurutnya uang adalah kekuasaan, dan untuk
memenuhi kebutuhannya maka manusia membutuhkan kekuasaan tersebut. Mill,
menganggap kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan kebutuhan fisik
semata, melainkan kegiatan produksi yang berkelanjutan.

Di dalam buku tersebut, Mill banyak menyinggung masalah produksi dan buruh yang
menjadi tema besar saat itu, menurutnya hukum produksi ditetapkan secara objektif namun
hukum distribusi adalah variabel. Di situ dia mencoba menghubungkan konsep universalisme
etis dengan kegiatan produksi dan kehidupan buruh. Menurutnya kondisi buruh dalam proses
produksi harus diperhatikan serta pemenuhan kebutuhan.

Buruh adalah orang yang berhak menerima upah atas apa yang dikerjakannya,
menurut Mill bahwa tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal
yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan
mendorong tingkat upah yang cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga

22
kerja dengan penawaran tenaga kerja, pemikiran Mill tersebut yang hingga saat ini disebut
dengan Teori Dana Upah.

Menurut Mill penawaran selalu identik dengan permintaan, dan dia menerapkan pola
pikir baru bahwa produksi tidaklah harus ditentukan dengan permintaan pasar, sehingga
baginya tidak ada istilah overproduksi yang selama ini dicegah oleh kebanyakan orang.
Adapun pendapat Mill lainya bahwa kemakmuran ekonomi tidak ditentukan oleh permintaan
konsumen, dan produksi menurut Mill merupakan sebuah basis yang memungkinkan
terjadinya kerja sama diantara pengusaha.

Mill dalam hal pemikiran pembagian kerja sejalan dengan Adam Smith yang hidup
lebih awal darinya, namun Mill menambahkan bahwa peran wanita sebagai kondisi yang
memungkinkan terjadinya pembagian kerja di sektor riil. Mill juga menjelaskan apabila suatu
ekonomi berjalan mandek atau stagnan, maka menurut mesti digiatkan lagi konsep
kebahagiaan. Menurutnya kegiatan ekonomi pada masa stagnan haruslah difokuskan pada
pengentasan kemiskinan dan upaya pencegahan dari ketidakadilan ekonomi.

Dalam sektor riil, Mill mencoba menggambarkan 3 bidang pekerjaan yang


dianggapnya ideal, yakni; pertanian, perusahaan, dan bank. Pertanian berkaitan dengan tanah,
pemilik tanah, dan pekerja, yang tentunya saling berhubungan. Di sana juga memunculkan
penguasaan atas tanah, atau dalam sistem kepemilikan tanah yang mencoba digantikan oleh
Mill dengan sistem baru, yakni sistem pertanian yang bernuansa kompetitif. Pada perusahaan,
Mill mengidealkan perusahaan yang besar, dan penuh dengan persaingan usaha. Selain itu,
ada pula bank di mana bank sangat berperan dalam kondisi ekonomi yang stagnan. Dapat
pula memainkan peran strategisnya dalam mencairkan modal sekaligus mencegah jatuhnya
harga. Sementara fungsi utamanya adalah menghidupkan kembali iklim spekulasi bisnis yang
sehat.

4. Kelompok Pemikiran Sosial


Sosialisme dengan kapitalisme begitu identik dengan perbedaannya yang begitu
tajam. Kapitalisme yang sering kita sebut dengan “aliran klasik” yang tumbuh dari slogan
laissez faire sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh para sosialis. Karl Marx yang
dapat dikatakan bapak sosialisme merupakan orang yang pertama kali menyebut laissez faire
sebagai “aliran klasik”, dimana sebutan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan
pendekatan Marxis120 di bidang ekonomi, karena selain sebutan tersebut Marx menciptakan
23
beberapa kosakata-kosakata cenderung kritis terhadap klasik, seperti: Nilai surplus;
reproduksi; borjuis dan proletarian; materialisme historis; ekonomi vulgar; kapitalisme
monopoli. Bahkan dia adalah orang yang menyebut para pendukung pemikiran laissez faire
adalah “kapitalisme”. Sosialisme muncul sebagai model alternatif untuk para ekonom klasik
yang dimaksudkan untuk menunjukkan secara “ilmiah” bahwa sistem kapitalisme
mengandung cacat fatal, yakni hanya menguntungkan kapitalisme dan bisnis besar dengan
mengeksploitasi buruh, dan kapitalisme akan mengalami krisis yang pada akhirnya akan
menghancurkan dirinya sendiri. Kritik yang dikemukakan oleh sosialis berhubungan dengan
doktrin laissez faire dengan pengendalian tangan tak kentara (invisible hand) dan intervensi
pemerintah. Pemikiran yang dibahas adalah tentang teori nilai, pembagian kerja, teori
kependudukan, dan the law of deminishing return, dan kritiknya karena asumsi bahwa
negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan bangsa. Pandangan mereka terhadap
kapitalis dan pemilik tanah adalah pihak yang melakukan eksploitasi terhadap pekerja,
dikarenakan jika semua nilai adalah produk dari tenaga kerja, maka semua profit yang
diterima oleh kapitalis dan pemilik tanah pastilah merupakan “nilai surplus” yang diambil
secara tidak adil dari pendapatan kelas pekerja. Hal tersebut diperkuat oleh Adam Muller
mengatakan bahwa pembagian kerja telah membawa pekerjaan ke dalam perbudakan dan
tenaga kerja layaknya sebuah mesin. Sosialis cenderung memandang mesin dan teknologi
secara negatif. Akumulasi kapital (modal) akan terus bertambah besar guna menghadapi
persaingan dan menjaga agar upah tidak naik. Sosialis mengkritisi juga tentang krisis
kapitalisme, menurut sosialis biaya yang turun, profit yang menurun, kekuatan monopolistik,
berkurangnya konsumsi, pengangguran besar-besaran kelas proletariant semua kondisi ini
akan menciptakan krisis yang lebih destruktif dan ekstensif dan depresi bagi sistem kapitalis.
(Marx dan Engels 1964 [1848]), dan semua hal tersebut disebabkan oleh teori nilai kerja
klasik.

Mungkin di sini Anda akan merasa kaget bahwa Mill yang merupakan tokoh ekonomi
penganut Smith juga memiliki kritik terhadap pemikiranpemikiran klasik. Kritik ini berawal
dari Mill yang berkeinginan untuk memperkenalkan teori distribusi, kemudian Ia
mengawalinya dengan melakukan diskusi bersama tokoh-tokoh sosialisme. Dia keberatan
dengan kapitalisme dan merasa bahwa properti pribadi tidak selalu diperoleh secara adil atau
layak. Menurutnya, terdapat tiga sistem sosialis

1. Sosialisme Utopian: masyarakat kooperatif, seperti yang dikembangkan oleh Robert


Owen, Saint-Simon, dan Fourier.

24
2. Sosialisme revolusioner: kelompok radikal, termasuk komunis, yang berusaha
merebut kekuasaan dengan paksa, menasionalisasikan industri, dan mencabut hak
milik pribadi.
3. Sosialisme Fasis: regulasi birokrasi dan kontrol industri dan alat-alat produksi,
distribusi dan perdagangan, seperti yang didukung oleh Fabian Society dan Partai
Buruh Inggris

5.A Kapitalisme Monopoli dan Imperialisme

Teori kapitalisme monopoli negara awalnya adalah sebuah doktrin Marxis yang dipopulerkan


setelah Perang Dunia II. Lenin telah mengklaim pada 1916 bahwa Perang Dunia I telah
mengubah kapitalisme laissez-faire menjadi kapitalisme monopoli, tetapi ia tidak
merumuskan teori yang rinci mengenai hal tersebut. Istilah ini sendiri merujuk kepada sebuah
lingkungan di mana negara melakukan campur tangan dalam ekonomi untuk melindungi
bisnis-bisnis oligopolistik dan monopolistik dari ancaman.
Dalam buku Monopoly Capital: An Essay on the American Economic and Social
Order tersebut, Baran dan Paul Sweezy berpendapat bahwa meskipun Lenin telah
mengembangkan teori dari Marx dengan menaruh tekanan khusus pada masalah imperialisme
seperti pada monopoli kapitalisme, namun usaha mereka untuk menganalisa monopoli dalam
konteks hukum-hukum gerak ekonomi kapitalis belum dibahas. Marx maupun Engels belum
secara lengkap memasukkan monopoli ekonomi dalam teori ekonomi aliran Marx. Baran dan
Sweezy mencoba menelusuri masalah monopoli ini dengan mempelajari penyerapan surplus
ekonomi yang mereka rumuskan sebagai perbedaan antara produksi masyarakat dan biaya
produksinya.
Surplus ekonomi tersebut pada tahun 1929 sebesar 46,9 persen dari GNP, dan
meningkat menjadi sebesar 56,1 persen tahun 1963. (Spechler, 1990) Penelitian mereka
selanjutnya, terpusat pada perusahaan-perusahaan raksasa dengan mengamati kekuatan riil
manajemen perusahaan serta orangorang yang mencurahkan semua waktu mereka untuk
kepentingan perusahaan. Manajemen adalah suatu entitas yang dapat menghidupi dirinya
sendiri, dan tiap generasi manajer mengorbitkan dan melatih pengganti-pengganti mereka.
Baran dan Sweezy menemukan bahwa tiap perusahaan mencari kemandirian keuangan
sehingga tidak perlu menggunakan modal dari Bank untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Baran dan Sweezy menekankan perhatian mereka pada modal perusahaan daripada modal

25
dari Bank.Mereka juga membedakan analisa mereka dari analisa Lenin, bahwa kapitalis riil
dewasa ini bukanlah penguasa individual melainkan perusahaan berbadan hukum. Mereka
mengusulkan suatu perubahan tatanan sebagai bentuk perlawanan umum terhadap sistem
dunia kapitalis dan perjuangan meletakkan dasar sosialis. Kemenangan Cina, Aljazair, Cuba,
Vietnam dan Korea adalah contoh tentang kaum reformis yang mencoba memecahkan
masalah yang hadapi dalam sistem dunia kapitalis.
Baran dan Sweezy berpendapat bahwa sistem monopoli terus stagnan seperti pada
tahun 1930-an kalau bukan karena keberadaan faktor pengimbang yang berfungsi untuk
menyerap surplusyang lain tidak dapat diinvestasikan. Faktor-faktor tersebut adalah: zaman
penemuan; ekspor modal; usaha penjualan; belanja pemerintah, belanja terutama militer,
perang dan akibatnya mereka, serta Perang Dingin. Penemuan, mesin uap, kereta api, dan
mobil, menonjol karena mereka membuka daerah baru peluang, termasuk industri minyak,
baja, karet, dan lain-lain. Dengan kapasitas mereka untuk memberikan peluang investasi yang
menguntungkanuntuk menyerap surplus dan memungkinkan sistem kapitalis untuk meluas
dan sejahtera. Modal yang gagal menemukan peluang investasi yang menguntungkan dalam
negeri,berusaha mencari tempat lain. Kecenderungan sejarah untuk modal akan mencari
keuntungan tertinggi, menuju ke negara-negara kolonial. Hal tersebut oleh Lenin dianalisis
sebagai "tahap tertinggi kapitalisme," imperialisme. Imperialisme baru abad kesembilan
belas, ditandai dengan ekspor modal, dan konflik di antara kekuatan imperialis yang akhirnya
mengakibatkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Imperialisme muncul sebagai perkembangan dan kelanjutan langsung dari
karakteristik-karakteristik fundamental kapitalisme secara umum. Tetapi kapitalisme hanya
menjadi kapitalisme imperialisme pada sebuah tahapan tertentu dan paling tinggi dari
perkembangannya, ketika beberapa karakteristik fundamentalnya mulai berubah menjadi
kebalikannya, ketika fitur-fitur dari epos transisi dari kapitalisme ke sebuah sistem sosial dan
ekonomi yang lebih tinggi telah mengambil bentuk dan menunjukkan diri mereka dalam
semua bidang.
Secara ekonomi, hal utama di dalam proses ini adalah pergeseran kapitalisme
persaingan bebas oleh kapitalisme monopoli. Persaingan bebas adalah fitur utama dari
kapitalisme dan produksi komoditas secara umum; monopoli adalah kebalikan dari
persaingan bebas, menciptakan industri skala-besar dan menggeser industri kecil,
menggantikan industri skala-besar dengan industri yang berskala bahkan lebih besar, dan
membawa konsentrasi produksi dan kapital ke sebuah titik dimana darinya telah tumbuh dan
sedang tumbuh monopoli: kartel-kartel, sindikat-sindikat, dan perserikatan-perserikatan

26
perusahaan, dan lalu mereka merger dengan kapital dari lusinan bank yang memanipulasi
ribuan juta dolar. Pada saat yang mana, monopoli-monopoli ini, yang telah tumbuh dari
persaingan bebas, tidak menghapus persaingan bebas, tetapi eksis di atasnya dan bersamanya,
dan oleh karenanya menyebabkan sejumlah antagonisme-antagonisme, friksi-friksi, dan
konflik-konflik yang sangat akut dan intens. Monopoli adalah transisi dari kapitalisme ke
sebuah sistem yang lebih tinggi.
5.B. Teori Pembangunan yang Tidak Seimbang
Menurut pandangan Karl Marx dan Rostow berkenaan dengan teori perubahan dan 3
pertumbuhan bertahap. Kedua pakar ini perlu dibicarakan secara khusus, karena
kontribusinya yang cukup besar terhadap permikiran tentang perubahan sosial dan
pembangunan. Dalam hal ini, Marx mewakili dasar-dasar pandangan klasik sedangkan
Rostow dianggap mewakili pandangan modern. Kemudian dilanjutkan dengan teori
Modernisasi, yang disusul dengan kritik terhadap teori ini. Selanjutnya, diskusi diarahkan
kepada kemunculan teori Keterbelakangan dan Ketergantungan sebagai reaksi terhadap
berbagai kelemahan teori Modernisasi. Hal ini dilakukan untuk melihat pasang-surut teori-
teori pembangunan, sejak kelahiran teori Modernisasi awal Tahun 1950an, sampai
kemunculan teori Ketergantungan dan New Comparative Political Economy (NCPE) awal
1980an. Secara ringkas, kritik yang tajam terhadap kegagalan teori Modernisasi tidak
seluruhnya benar, hal ini dapat dibuktikan secara empiris dalam bagian selanjutnya. Apabila
dipahami dengan seksama, pandangan NCPE sesungguhnya merupakan kebangkitan dari
teori Modernisasi yang telah dianggap gagal di Amerika Latin, dimana teori ini seolah-olah
telah banyak melakukan penyesuaian sepanjang waktu.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata
pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang,
mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis,
modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan
pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Ada dua hal utama
dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter kaum Marxis Klasik. Pertama, negara
pinggiran yang pra-kapitalis adalah kelompok negara yang tidak dinamis dengan cara
produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya kapitalisme, yaitu Eropa.
Kedua, negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh negara pusat yang membawa
kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran adalah seorang putri
cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan mengembangkan potensi kecantikannya

27
setelah disentuh oleh pangeran tampan. Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat
dengan ketampanan yang dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian
dibantah oleh teori Dependensi.
Bantahan teori Dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini juga ada dua hal.
Pertama, negara pinggiran yang prakapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda
dengan dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara kapitalis yang
telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai kemajuan yang
diinginkannya. Kedua, 29 justru karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju
terhadap negara Dunia Ketiga, maka negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena
tergantung kepada negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format
“neokolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga tanpa
harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief Budiman, 2000:62-63). Teori
Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya, teori ini lebih
merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh ECLA (United Nation
Economic Commission for Latin Amerika) pada masa awal tahun 1960-an. Lembaga tersebut
dibentuk dengan tujuan untuk mampu menggerakkan perekonomian di negaranegara
Amerika Latin dengan membawa percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti berhasil
di Eropa.
Teori Dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis
Klasik tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran
neomarxisme yang kemudian menopang keberadaan teori Dependensi ini. Tentang
imperialisme, kaum Marxis Klasik melihatnya dari sudut pandang negara maju yang
melakukannya sebagai bagian dari upaya manifestasi Kapitalisme Dewasa, sedangkan 30
kalangan Neo-Marxis melihatnya dari sudut pandang negara pinggiran yang terkena akibat
penjajahan. Dalam dua tahapan revolusi, Marxis Klasik berpendapat bahwa revolusi borjuis
harus lebih dahulu dilakukan baru kemudian revolusi proletar. Sedangkan Neo-Marxis
berpendapat bahwa kalangan borjuis di negara terbelakang pada dasarnya adalah alat atau
kepanjangan tangan dari imperialis di negara maju. Maka revolusi yang mereka lakukan tidak
akan membawa perubahan di negara pinggiran, terlebih lagi, revolusi tersebut tidak akan
mampu membebaskan kalangan proletar di negara berkembang dari eksploitasi kekuatan alat-
alat produksi kelompok borjuis di negara tersebut dan kaum borjuis di negara maju.
5.C REVISIONISME
Revolusi bolshevik tentang revisionisme , yaitu dalam pemikiran Marxis, awalnya
merupakan upaya akhir abad ke-19 dari Eduard Bernstein untuk

28
merevisi doktrin Marxis. Menolak teori nilai kerja,determinisme ekonomi , dan pentingnya
perjuangan kelas, Bernstein berpendapat bahwa pada saat itu masyarakat Jerman menyangkal
beberapa prediksi Marx: dia menegaskan bahwa kapitalisme tidak berada di ambang
kehancuran, kapital tidak dikumpulkan. oleh sedikit orang, kelas menengah tidak
menghilang, dan kelas pekerja tidak menderita oleh “kesengsaraan yang meningkat.”

Revisionisme Bernstein menimbulkan kontroversi besar di antara Sosial Demokrat


Jerman pada zamannya. Dipimpin oleh Karl Kautsky ( qv ), mereka secara resmi menolaknya
(Kongres Hanover, 1889). Namun demikian, revisionisme memiliki dampak besar pada
kebijakan praktis partai.

Setelah Revolusi Bolshevik , istilah revisionisme mulai digunakan oleh kaum


Komunis sebagai label untuk jenis-jenis penyimpangan tertentu dari pandangan-pandangan
Marxis yang mapan. Jadi, misalnya, gagasan dan kebijakan independen Komunis Yugoslavia
diserang sebagai “revisionisme modern” oleh para kritikus Soviet, yang tidak bersalah
sebagai revisionisme oleh Komunis Tiongkok.

5.D Aliran Kiri Baru

pemikiran ini adalah pemikiran yang berflot pada pergerakan kiri, yang juga
berideologi seperti marxisme, sosialisme demokrasi, ataupun komunisme. Lahir dari
komunitas yang merasa teralienasi oleh kaum minoritas, pengikut ideology new left ini
menginginkan perubahan dalam ruang lingkup sosial lewat cara-cara yang radikal, anarkis
lewat perjuangan kelas. Pemikiran ini adalah hasil dari revitalisasi dari para akademisi,
aktivis maupun ideology dari ajaran-ajaran Karl Marx seperti mengenai kelas, perjuangan
kelas, perkembangan kapitalisme,revolusi sosial, materialism historis yang disesuaikan
dengan episode sejarah mereka sendiri. New left sendiri lahir dan mulai dikenal pertama di
wilayah Amerika Serikat dan Eropa sekitar tahun 1960-an. Pemikiran ini diinspirasi oleh
pemberontakan putus asa kaum miskin dan kaum negro, oleh kemuakan moral oleh
kehidupan mewah yang dipelopori oleh orang-orang kulit putih, dan oleh keseganan kepada
rasionalisasi kekerasan yang inheren dalam kekuatan militer dan kekuasaan teknologi.
Gerakan ini percaya akan kebebasan dan demokrasi dan mereka siap untuk
memperjuangkannya.

Jelas bahwa aspek kunci dari pemikiran kiri baru adalah pengembangan dari ideology
marxisme tradisonal. Kiri baru berkembang dari protes terhadap keprihatinan para marxis
yang berhubungan dengan penindasan berbasis kelas, untuk mengikutsertakan teori neo-

29
marxis abad ke-20. Neo-Marxisme, seperti yang ditemukan pada konsep teori kritis Frankfurt
school, memperluas kerangka kritik Marxis pada wilayah kehidupan yang Karl Marx sendiri
tidak perhatikan dalam Marxisme tradisional, seperti gender, ras, dan orientasi seksual.

Selain itu, kiri baru juga sangat berhati-hati untuk membedakan pergerakkannya
dengan pergerakkan kiri lama yang berasal dari zaman sebelum PD II. Seperti yang kita
ketahui, kiri lama diasosiasikan dengan komunisme atau berbagai bentuk sosialisme dan
sampai pada batas tertentu kepada sindikalisme anarkis. Maka kiri baru, pemikiran dan
sikapnya sama kritisnya baik terhadap budaya borjuis maupun terhadap Marxisme klasik.
Gerakan ini berakar pada perasaan moral yang tulus dan murni, ditunjukan untuk
mengembalikan kedudukan keluhuran budi dan kemuliaan pribadi di dalam masyarakat.

Dengan bermotifkan suatu kemuakan terhadap kemewahan tanpa keluhuran. Mereka


menginginkan untuk mendapatkan keindahan dan menikmati demokrasi, lebih percaya
kepada kreativitas dibanding konsensus, harapan akan nilai-nilai kebersamaan dalam suatu
masyarakat, dan menolak birokrasi yang telah mengalami depersonalisasi, keinginan untuk
membentuksuatu masyarakat tandingan, lembaga-lembaga yang pararel dan tidak hanya
untuk diintegrasikan ke dalam lembaga yang dominan, permusuhan terhadap apa yang
dibayangkan sebagai dehumanisasi dan alienasi masyarakat yang terbelenggu uang, lebih
menyukai gaya interpersonal yang swadaya, terasa intens dan memanusiakan manusia,
termasuk pengungkapan dan percobaan seksual sepenuhnya.

Penjelasan lebih lengkap yaitu

1. Aspek-aspek yang menyangkut mengenai gerakan kiri baru

Suatu aspek menarik dari Kiri Baru adalah cara dengan mana mereka bereaksi
terhadap sistem universitas pada umumnya dan pada pendekatan fungsional sosioligi pada
khususnya. Dimulai dengan mahasiswa Universitas California Berkeley yang
mengorganisasikan suatu pembinaan masih untuk membela hak mereka berpartisipasi dalam
politik, khususnya untuk memprotes perang Vietnam. Pada tahun 1964-an, gerakan ini
menyebar ke berbagai Universitas di Perancis, Jerman, Tokyo, Madrid, Roma, Warsawa, dan
mencapai puncaknya pada pendudukan gedung perpustakaan fakultas hukum Universitas
Columbia New York tahun 1968, yang diikuti pemogokan selama 2 bulan dan perkelahian
antara mahasiswa dengan polisi dan pihak kampus. Serangan terhadap kampus ini adalah
untuk menentang berbagai peraturan tunggal intervensi kolot dalam urusan-urusan pribadi
mahasiswa yang hidup di kampus. Di Nantes, Perancis, pemimpin-pemimpin mahasiswa

30
mengundang para ahli keluarga berencana, dengan bantuan mereka disusun teori-teori politik,
sosial dan revolusi. Wilhelm Reich, memulai suatu kampanye pendidikan seks di kampus-
kampus, berkulminasi dengan masuknya mahasiswa pria pria secara paksa ke asrama putri.
Gerakan itu justru menantang landasan utama pendidikan Universitas dalam suatu
masyarakat borjuis, yang dipandang tidak lain hanya sebagai persiapan dari suatu minoritas
berprivilese untuk kembali ke dalam kelas penguasa. Universitas mereka bandingkan dengan
mesin-mesin pembuat sosis yang menghasilkan manusia-manusia tanpa suatu kebudayaan
yang nyata, dan tak mampu berfikir untuk diri mereka sendiri, tetapi dilatih untuk
menempatkan diri ke dalam system ekonomi dari suatu masyarakat yang sudah sangat terdiri
ke dalam system ekonomi dari suatu masyarakat yang sudah sangat indutrialisasi. “sang
mahasiswa boleh saja membanggakan almamaternya, namun sebenarnya ia hanya dicekoki
kebudayaan (culture) seperti seekor angsa yang dicekoki biji-bijian untuk kemudian
dipersembahkan diatas altar nafsu makan borjuis”. ( Cohn-Bendit, obsolete Communism, The
Left Wing Alternative, McGraw Hill Book Co. halaman 1968, halaman 27)

Bagi generasi baru ini, kapitalisme dan modernitas dianggap telah melahirkan
distorsi-distorsi kemanusiaan dan penindasan. Kapitalisme membuat manusia sekedar mesin-
mesin pencetak uang, egois, kehilangan hati nurani dan merusak keharmonisan hubungan-
hubungan social emosional sesame manusia. Dalam konteks ini mereka menuduh ajaran-
ajaran agama Protestan (etika protestan) sebagai salah satu sumber malapetaka merajalelanya
kapitalisme dalam masyarakat Amerika.

Agama (Protestan) telah merusak insting-insting alamiah manusia seperti kebebasan


seks. Nilai-nilai agama mengecam keras segala hubungan seks diluar pernikahan yang
direstui lembaga-lembaga keagamaan (Gereja). Dan hal itu, bagi generasi baru ini
mengekang naluri-naluri alamiah manusia. Mereka percaya pada teori Sigmund Freud
mengenai libido sexualism yang berprinsip bahwa dorongan-dorongan seks merupakan
bagian dari insting alamiah manusia yang tidak boleh direpresi. Merepresi insting seksual
menyebabkan deviasi psikologis dalam kehidupan masyarakat manusia. Penolakan agama
terhadap kebebasan menyalurkan insting seksual ini berakibat pada lahirnya generasi yang
dihinggapi berbagai gejala neurotic.

2. Pehaman tentang Kiri Baru

Irvin Howe mendefinisikan New Left sebagai gerakan popular, namun tidak
terstruktur, sporadic dan Unwell Organised. Ia buktikan bahwa gerakan ini pernah mencoba

31
membentuk organisasi nasional yang solid dalam konferensi di Chicago pada musim panas
1967, namun gagal. Paska konferensi New Left semakin dilanda perpecahan serius.
Kelompok Kiri terpecah dalam berbagai faksi kecil.

New Left memiliki doktrin atau ajaran Fundamental. Pertama, kecenderungan anti


militerisme yang kuat. New Left berprinsip militerisme dalam segala bentuknya harus
dilawan karena bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi seperti egitarianisme,
perjuangan anti kekerasan, kebebasan dan kemerdekaan individu dan lain-lain.

Militerisme menurut mereka bagian dari otoritarianisme. Anti militerisme New Left
dibuktikan dalam aksi di lapangan social dan politik. Di Amerika Serikat New Left monolak
kebijakan luar negeri pemerintah yang mengirim pasukan militer untuk bertempur di
Indocina, khususnya Vietnam. New Left mengencam intervensi Amerika di Vietnam sebagai
imperialism yang bermaksud menghancurkan peran rakyat revolusioner.

Kedua, anarkisme. Yaitu doktrin dan pergerakan yang menolak segala bentuk otoritas
politik dan percaya tatanan social bias dibentuk tanpe mengharuskan adanya otoritas politik
itu. Anarkis dilakukan karena penolakan unsur-unsur dasar yang membentuk Negara seperti
batas-batas Negara, kedaulatan Negara yang mengatur semua orang yang berada dalam
wilayah Negara, kedaulatan Negara yang mengatur semua orang dalam suatu ruang lingkup
Negara, monopoli Negara atas alat-alat koersi dan gagasan mengenai bangsa sebagai bentuk
tertinggi dalam komunitas politik.

Ketiga, menolak konsep dictator proletariat stalinis dan birokrasi Negara-negara


Komunis Eropa Timur dengan anggapan bahwa dictator proletariat ala komunisme
mengekang kebebasan warga Negara, sumber berbagai penindasan Negara terhadap individu
atas nama kepentingan mayoritas (proletariat). Di zaman Stalin berkuasa, jutaan warga
Negara Uni Soviet menjadi korban kekejaman penguasa komunis. Dictator proletariat adalah
tirani mayoritas terhadap minoritas. Penolakan atas dictator proletariat inilah yang membuat
New Left secara ideologis berbeda dengan komunisme.

Keempat, menentang setiap upaya pembentukan system. Sebuah system dalam


pandangan New Left mematikan kebebasan, kreativitas dan menghilangkan keunikan-
keunikan yang ada pada setiap individu. New Left menolak teori system karena dianggap
memberikan justifikasi akademis bagi struktur kekuasaan mapan yang menindas. Di Amerika
tuduhan seperti itu ditunjukan antara lain kepada teorisi system (social) terkemuka Talcott
Parsons pada decade 1950-an. Tidak hanya kepada Parsons yang memang berideologi

32
berbeda dengan New Left, tokoh-tokoh radikal Kiri sendiri yang bekerja melalui system juga
dikecam keras. Inilah nasib yang dialami radikalis seperti Michael Harrinton dan Bayard
Rustin yang dituduh Trotsky, melakukan ‘pengkhianatan intelektual’ dan dijuluki ‘kaum
liberal mapan. Kritik serupa ditujukan kaum New Left terhadap komunisme karena ideology
ini juga bercita-cita membentuk system pasca revolusi proletariat.

Perjuangan hari ini, seperti yang ditunjukkan oleh para pembela kiri baru, adalah
bukan melawan feodalisme dan kelas penguasanya, juga bukan terhadap situasi ekonomi
dibawah masyarakat industry. Kita sekarang hidup dalam apa yang dapat digambarkan
sebagai masyarakat pasca industry, dengan suatu system difusi yang kompleks yang
mengelompokkan semua segi kehidupan masyarakat dan organisasi. Perjuangan hari ini tidak
bersifat ekonomis maupun politis, melainkan untuk melestarikan kepribadian dan
kemanusaan manusia yang menghadapi “kediktatoran kekuatan-kekuatan yang tak bisa
dipecahkan dan selalu hadir, yang cenderung mengintegrasikan dan mengasimilasi semua
unsur (termasuk manusia) ke dalam system” tujuan dari perjuangan hari ini adalah untuk
merebut kembali otonomi pribadinya, mungkin cara baik untuk mencapainya adalah dengan
bekerja sama dengan dan hidup diantara mereka yang dilupakan, yang miskin dan tertindas.
Penekanan Kiri Baru adalah pada aspek-aspek kemanusiaan dan pembebasan dari
perjuangan, kebebasan individual dipandang sebagai lebih penting daripada struktur ekonomi
dan politik. Kiri Baru percaya pada apa yang mereka sebut dengan “demokrasi partisipatif”.
Secara bertahap gerakan tersebut menjelma menjadi “kekuatan mahasiswa”, dan mulai
memandang dirinya sebagai suatu gerakan yang melampaui politik, bertujuan melancarkan
revolusi social, suatu upaya dalam mendirikan masyarakat yang pararel. Gerakan ini
kemudian lebih tertarik kepada perubahan social daripada kemapanan masyarakat, dan siap
meriskir kerusuhan apabila dibenarkan oleh nilai-nilai lebih tinggi pada siapa ia telah
menyerahkan kepercayaannya.

Kritikan terhadap pemikiran New Left

Setelah membahas tentang New Left. Bisa dilihat bahwa secara tematik kritik
terhadap New Left bisa diperas dalam beberapa tema. Pemikiran ini menolak ortodok
ekonomi neoliberal. Saat ini, di lembaga –lembaga perguruan tinggi, komunitas bisnis dan
media-media keuangan yang memiliki otonomi besar dari media-media cetak milik
pemerintahan, paham ekonomi neoklasik menempati posisi arus utama. Dengan demikian,

33
teori ekonomi neoklasik menjadi pilar utama dalam menopang gerak maju reformasi, dengan
menyediakan fakta-fakta ilmiah sebagai pendukungnya.

Selanjutnya dalam segi anarkisme, pergerakan ini menolak akan kekerasan yang
dilakukan oleh kaum mayoritas terhadap kaum minoritas. Namun, kita juga harus memahami
maksud-maksud dari pergerakkan ini. Karena setiap pergerakkan untuk bisa eksis dan
mendapatkan simpati dari masyarakat biasanya mereka melakukan cara-cara yang simpatik
terhadap kaum yang teralienasi dan menolak birokrasi yang dihuni oleh kaum proletariat
sehingga dukungan yang hadir untuk pergerakkan ini sifatnya bisa diharapkan mencapai
militansi yang dapat merusak pemerintahan hari ini sehingga para pengikut pemikiran ini
dapat naik untuk menggantikan pemerintahan hari ini dengan system-sistem yang mungkin
kita sendiri tidak tahu seperti apa karena dalam kampanye pemikirannya mereka hanya terus
menerus mengkritik tanpa ada konsep-konsep yang pasti untuk memperbaiki system yang
ada.

Selain itu, mungkin unsur rasisme yang memang pada tahun 60-an sedang
membudaya bisa menjadi bahan untuk para penggiat pemikiran Kiri Baru ini untuk menarik
simpatik masyarakat dengan cara membela para kaum-kaum korban rasisme. Mereka yang
selalu menyangkal bahwa Kiri Baru tidak dapat disamakan dengan pemikiran Kiri Lama yang
juga dikenal dengan komunisme, mungkin saja hanya sebagai sanggahan para penggiat Kiri
Baru agar pemikiran Kiri Baru ini dapat diterima oleh masyarakat banyak karena seperti yang
kita ketahui bahwa pemikiran Kiri Lama atau Marxisme, telah dihujani dengan banyak kritik
dari berbagai kalangan yang pada akhirnya pemikiran ini dianggap sebagai pemikiran sesat
dan sangat tidak relevan digunakan pada era seperti sekarang ini.

Yang lebih mencurigakan lagi adalah bagaimana pemikiran ini lahir tidak dilandasi
dengan unsur menginginkan kekuasaan melainkan untuk melawan para penguasa. Bila kita
analisis dengan logika, bahwa hal-hal seperti ini hanyalah sanggahan mereka yang ingin
merebut kekuasaan dengan cara yang lebih smooth atau menginginkan penyebaran yang luas
kepada pemikiran ini dahulu sebelum akhirnya setelah memiliki banyak pengikut yang
tersebar di sseluruh dunia mereka akan melakukan pemberontakan besar-besaran di dunia ini.
Seperti yang kita ketahui, revolusi yang dilakukan oleh pemikiran kiri pastilah tidak jauh dari
tindakan-tindakan anarkisme walaupun mereka (gerakkan Kiri Baru) terus
mengkampanyekan bahwa mereka anti radikal dan hanya ingin menaikkan harkat dan
martabat kaum yang teralienasi.

34
Seperti yang kita ketahui juga, bahwa para penggiat gerakkan ini lebih mencinta
kehidupan seperti kehidupan kaum Eropa pada zaman dulu (barbar). Mereka sangat mencinta
hidup yang santai dengan gaya yang mungkin bila dipercaya sebagai pemimpin mereka tidak
bisa apa-apa. Walaupun mereka sangat menolak akan kehidupan seks bebas atau seks diluar
nikah, mungkin ini hanyalah cara mereka untuk menarik simpati dan sekaligus menjelekkan
ajaran suatu agama. Pemikiran Kiri Baru adalah misi baru dari pemikiran Kiri Lama. Namun
pada saat ini, mereka lebih mengkonsepkan pemikiran Kiri Lama dengan cara-cara yang
lebih modern dan menghunus ke pemikiran anak-anak muda yang notabene adalah orang
yang memang sering kali tidak sepemikiran dengan para orang tua.

Dari pemikiran ini, kita harus betul-betul detail memahami konsep-konsep


kepentingan yang mereka bangun. Karena hal ini juga demi kebaikan generasi muda dan
masa depan dunia ini apabila manusia hidup tidak lagi dilandasi atas ajaran agama dan hanya
mementingkan kepentingan konyol seperti menginginkan kebebasan namun dengan cara
keras adalah salah satu contoh yang tidak harus kita jalani.

Seperti yang kita ketahui bahwa pemikiran Kiri Baru rata-rata menjangkit kalangan
mahasiswa. Oleh sebab itu, pendapat dari para mahasiswa tentang pemikiran ini adalah salah
satu kajian yang baik untuk para mahasiswa agar para mahasiswa yang tidak terlalu
memahami tentang pemikiran Kiri Baru ini, seperti saya, dapat bertransformasi ilmu dengan
mahasiswa lainnya yang lebih memahami tentang pemikiran New Left ini.

35

Anda mungkin juga menyukai