Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEPEMIMPINAN PADA BALAI DIKLAT
LAMPUNG

Proposal yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


dalam Penilaian Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Program

JESYCA TARA ADELLA

1911030323

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2021 M/ 1442 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


limpahan rahmat dan hidayahNya , penulis dapat menyelesaikan proposal
yang berjudul “Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan
Kepemimpinan Pada Balai Diklat Lampung” ini dengan baik. Proposal
ini merupakan salah satu syarat dalam memenuhi sebagian persyaratan
dalam penilaian tugas akhir mata kuliah Evaluasi Program.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi Desmayana
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Program, karena
atas bimbingan dan arahannya proposal ini bisa terselesaikan. Penulis
juga berterimakasih kepada rekan-rekan S1 yang telah memotivasi dan
banyak membantu penulis dalam penyusunan proposal ini.
Penulis berharap proposal ini dapat berguna bagi diri pribadi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, sehingga dapat
berperan dalam perkembangan keilmuan dalam bidang pendidikan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis berharap adanya masukan dari para pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Bandar Lampung, 20 Desember 2021

Jesyca Tara Adella

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B. Fokus Penelitian.................................................................. 3
C. Rumusan Masalah.............................................................. 3
D. Kegunaan Penelitian........................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK


A. Konsep Evaluasi Program................................................... 5
B. Konsep Program yang Dievaluasi....................................... 12
1. Evaluasi Kinerja............................................................. 12
2. Layanan Akademik........................................................ 15
3. Pendidikan dan Latihan (Diklat)..................................... 16
C. Model Evaluasi Program..................................................... 18
D. Hasil Penelitian yang Relevan............................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian................................................................. 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................. 25
C. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian...................... 25
D. Instrumen Penelitian........................................................... 26
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data........................... 26
F. Teknik Analisis Data............................................................ 28

iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 30

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara.................................................. 32
Lampiran 2 : Angket/Kuesioner......................................................... 33

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia saat ini


dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis
dan mempengaruhi birokrasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah
satu perubahan lingkungan strategis yang dimaksud adalah penerapan
paradigma kepemerintahan yang baik (good governance) yang
memberikan nuansa peran dan fungsi yang seimbang antara pemerintah,
swasta dan masyarakat, dengan prinsip-prinsip tertentu. Menurut
Hartatiningsih (2004:5) prinsip yang mendasarinya antara lain
“transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas”.
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance)
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Dalam
rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance)
dibutuhkan sumber daya aparatur yang bermutu dan profesional. Oleh
karena itu, setiap organisasi pemerintah berupaya membangun Sumber
Daya Manusia (SDM) agar dapat bekerja secara profesional dan memiliki
kompetensi yang tinggi, sebab SDM yang berkompeten menjadi syarat
unggulan organisasi sekaligus pendukung daya saing organisasi dalam
memasuki globalisasi yang kompetitif dan dinamis.
Untuk dapat membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil tersebut perlu
dilakukan suatu pembinaan yang sifatnya berkelanjutan terhadap pegawai
negeri sipil yakni dari sejak pertama diangkat sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil sampai menjelang pensiun. Salah satu bentuk pembinaan
yang diberikan kepada pegawai negeri sipil adalah melalui program
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pendidikan

1
dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil ini merupakan proses
penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan Pelatihan menjadi
penting untuk mewujudkan aparatur yang kompeten dan profesional, agar
mampu menghasilkan kinerja optimal melalui transformasi pengetahuan,
sikap dan keterampilan tertentu agar memenuhi syarat dan cakap dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Balai Pendidikan dan Pelatihan Lampung sebagai lembaga teknis
daerah yang memiliki tugas pokok merumuskan kebijakan teknis dan
pengendalian di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur daerah yang
meliputi perencanaan, penyelenggaraan diklat serta pengembangan
sistem diklat dituntut untuk lebih berperan aktif dalam mendukung
program pemerintah di bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia
aparatur yang tangguh dan dapat memberikan kontribusi positif dalam
tugas pekerjaan yang dihadapinya. Untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya Balai Pendidikan dan Pelatihan Lampung melaksanakan
pengembangan program Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat IV. Dalam sistem kediklatan, evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh lembaga diklat
untuk mengetahui keefektifan atau keberhasilan sebuah program
pelatihan. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan feed-back
dalam memperbaiki dan menyempurnakan program diklat. Pada dasarnya
evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan
pertimbangan dalam program secara keseluruhan.
Balai Pendidikan dan Pelatihan Lampung menghadapi tugas-tugas
dan tantangan dan tuntutan pelayanan yang tidak ringan di masa yang
akan datang. Hal itu disebabkan karena semakin berkembangnya
kebutuhan para stakeholder sebagai akibat dari perkembangan kehidupan
masyarakat. Untuk itu Balai Pendidikan dan Pelatihan Lampung
(selanjutnya dalam penulisan ini disebut Balai Diklat Lampung) sebagai
penyedia layanan perlu mengambil langkah-langkah persiapan dan

2
perencanaan yang matang dalam mewujudkan sasaran-sasaran program
pendidikan dan pelatihan yaitu agar yaitu terwujudnya sumber daya
aparatur yang berkemampuan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
jabatannya. Sehingga peran lembaga kediklatan sebagai wahana
pembinaan dan pengembangan sumber daya aparatur menjadi amat
penting pula.
Apabila dikaji dari beberapa pelayanan yang harus disediakan
dalam penyelenggaraan status kediklatan, maka pelayanan akademik
merupakan pelayanan yang secara langsung berpengaruh pada produk
inti (core product) yaitu sumber daya aparatur negara pada jajaran
pemerintah daerah propinsi Lampung yang terlatih.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan
beberapa fokus penelitian yang mengarah pada proses pelaksanaan
evaluasi diklat. Dalam sistem kediklatan sebagaimana dikemukakan oleh
Budiandono, terdapat terdapat lima proses yang saling berhubungan,
yaitu : proses penentuan kebutuhan diklat, proses penetapan
pelembagaan diklat, proses perencanaan desain program diklat, proses
pelaksanaan penyelenggaraan diklat, dan proses pelaksanaan evaluasi
Diklat. (Budiandono,1986:24).
Penelitian di sini diarahkan pada proses pelaksanaan evaluasi
penyelenggaraan diklat jenjang Diklat Kepemimpinan, yaitu pelayanan
akademik penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV pada Balai Diklat
Lampung tahun 2013.

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas,
dirumuskan masalah dalam penelitian ini :
1. Bagaimana kinerja pelayanan akademik dalam penyelenggaraan
Diklatpim Tingkat IV di Balai Pendidikan dan Pelatihan Lampung ?

3
2. Aspek pelayanan akademik apa yang menjadi kendala dalam
pelayanan akademik Diklatpim Tingkat IV di Balai Pendidikan dan
Pelatihan Lampung ?
3. Bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas kinerja pelayanan
akademik dalam penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV di Balai
Pendidikan dan Pelatihan Lampung?

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian evaluatif tentang program Diklatpim Tingkat IV di Balai


Pendidikan dan Pelatihan Lampung ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah
keilmuan berdasarkan kajian empirik tentang pelayanan di bidang
pendidikan dan pelatihan aparatur.
2. Sebagai bahan masukan bagi lembaga Balai Diklat Lampung dan
instansi lain yang berkompeten di bidang kediklatan aparatur agar
dapat lebih memantapkan peran lembaga kediklatan secara tepat.

4
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Evaluasi Program

Secara teoritis evaluasi menurut Zainal Arifin (2009:5) adalah


“suatu proses sistemis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai
dan arti) dari sesuatu”. Evaluasi merupakan kegiatan mencari sesuatu
yang berharga tentang sesuatu; dan dalam mencari sesuatu tersebut, juga
mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu
program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Evaluasi merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan. Ada tiga konsep yang sering dipakai
dalam melakukan evaluasi, yakni tes, pengukuran, dan penilaian (test,
measurement,and assessment).
Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3) program didefinisikan
sebagai “suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang”. Dalam konsep ini, terdapat tiga pengertian penting
yang perlu ditekankan dalam menentukan suatu program, yakni:
a. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan,
b. Terjadi dalam waktu yang relatif lama
c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan orang banyak

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal, melainkan


kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan.
Program merupakan sebuah sistem dimana sistem itu sendiri merupakan
satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang saling

5
kait mengkait dan bekerja satu dengan yang lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sistem. Program terdiri dari komponen
yang saling kait mengkait dan saling menunjang dalam rangka mencapai
suatu tujuan.
Menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Suharsimi Arikunto,
(2009: 4) “evaluasi program merupakan upaya menyediakan informasi
untuk disampaikan pada pengambil keputusan”. Dalam bidang
pendidikan, Tyler mengemukakan bahwa evaluasi program merupakan
proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan dapat tercapai.
Dengan demikian evaluasi program pendidikan merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara cermat untuk mengetahui
mengetahi efektivitas masing-masing komponennya. Ada empat
kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam
pelaksanaan sebuah program keputusan yaitu menghentikan program,
merevisi program, melanjutkan program, atau menyebarluaskan program.
Evaluasi program pembelajaran merupakan suatu proses untuk
mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi
pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun
produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan
hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran
sesuai dengan hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran dapat dikatakan
efektif/berhasil. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai
dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran
dikatakan kurang efektif/ berhasil.

1. Elemen-elemen Evaluasi Program


Evaluasi merupakan tahapan dalam sebuah pelatihan dimana hasil
dari evaluasi menjadi informasi bagi perancang pelatihan untuk membuat
pelatihan yang lebih baik. Untuk mengetahui keberhasilan sebuah
pelatihan, ada beberapa tahapan proses yang harus diacapi dalam

6
sebuah proses evaluasi. Menurut Brinkerhoff (1986:10) ada tujuh elemen
yang harus dilakukan dalam proses evaluasi antara lain :
1. Penentuan fokus yang dievaluasi (focusing the evaluation)
2. Penyusunan desain evaluasi (desaigning the evaluation)
3. Pengumpulan informasi (collecting information)
4. Analisis dan Intepretasi informasi (analyzing and interpreting)
5. Pembuatan laporan (reporting information)
6. Pengelolaan informasi (managing evaluation)
7. Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation)

Dari pengertian di atas menunjukan bahwa dalam melakukan


evaluasi, pada tahap awal perlu untuk mengetahui fokus tentang apa yang
harus dievaluasi dan desain evaluasi yang akan digunakan. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi suatu kejelasan tentang apa yang akan
dievaluasi sehingga berakibat pada penekanan tentang tujuan
diadakannya evaluasi. Selanjutnya diadakan pengumpulan informasi
berupa data-data, menganalisis, dan membuat interpretasi terhadap data
yang terkumpul dan selanjutnya membuat laporan. Hasil evaluasi tersebut
di evaluasi mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam melaksanakan
evaluasi secara keseluruhan.

2. Prinsip-prinsip Evaluasi Program


Prinsip-prinsip umum evaluasi menurut Zainal Arifin (2009:30-31)
antara lain “kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif dan
praktis”.
a) Kontinuitas
Evaluasi harus dilakukan secara kontinu, karena proses pendidikan
juga merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Hasil evaluasi
yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan
dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat

7
diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan
peserta didik.

b) Komprehensif
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh pada suatu objek. Jika
objek tersebut adalah peserta didik, maka secara keseluruhan
kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

c) Adil dan Objektif

Evaluasi harus dilakukan secara adil dan objektif. Evaluasi harus


didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya
bukan hasil manipulasi atau rekayasa.

d) Kooperatif

Pelaksanaan evaluasi harus melibatkan berbagai pihak yang


terlibat dalam proses evaluasi tersebut. Hal tersebut dimaksudkan
agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-
pihak tersebut merasa dihargai.

e) Praktis

Alat evaluasi harus praktis dengan kata lain mudah digunakan baik
oleh perancang alat evaluasi maupun orang lain yang akan
menggunakan alat evaluasi tersebut.

3. Tujuan Evaluasi Program


Tujuan evaluasi menurut Soebagio Atmodiwirio (2005:207) evaluasi
bertujuan untuk : “(a). Mendapatkan dan menganalisa informasi untuk
mengetahui pencapaian tujuan jangka panjang dan jangka pendek. (b).
Mengetahui pengaruh program pendidikan dan pelatihan terhadap
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas instansi peserta diklat”.

8
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2001 :11) “evaluasi atau
penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan”. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa
tujuan evaluasi adalah untuk mengukur sebuah hasil dari suatu program
apakah sesuai dengan tujuan atau tidak, dan sebagai bahan masukan dan
informasi dalam perancangan program pelatihan selanjutnya. Ada empat
hal yang ditekankan pada pendapat tersebut antara lain:
1. Menunjuk pada penggunaan metode penelitian.
2. Menekankan pada hasil suatu program.
3. Penggunaan kriteria untuk menilai.
4. Kontribusi terhadap pengambilan keputusan dan perbaikan
program pada masa yang akan datang.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan objektif,
informasi yang terkumpul berupa proses pelaksanaan pelatihan, hasil
yang telah dicapai, dan efesiensi evaluasi itu sendiri. Dari informasi
tersebut, memiliki maksud untuk mengetahui apakah program pelatihan
dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu hasil evaluasi digunakan
untuk kepentingan penyusunan program pelatihan selanjutnya dan
penyusunan kebijakan tentang program pelatihan.

4. Manfaat Evaluasi Program


Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari
evaluator untuk pengambilan keputusan (decision maker).Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safruddin AJ (2009:22) mengemukakan ada empat
kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam
pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu : a) Menghentikan
program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada
manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
b) Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai
dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit). c) Melanjutkan

9
program, karena pelaksanaan program menunjukan bahwa segala
sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil
yang bermanfaat. d) Menyebarluaskan program (melaksanakan program
di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena
program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika
dilaksanakan lagi ditempat dan waktu yang lain.

5. Evaluator Program
Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk menjadi
evaluator program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menentukan asal
evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan
dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan
tersebut evaluator dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
evaluator dalam dan evaluator luar.

Tabel. Evaluator Program

Evaluator
Kelebihan Kekurangan
Program

Evaluator Dalam 1. Memahami betul 1. Adanya unsur


(Internal Evaluator) program yang akan subjektivitas dari
dievalusi sehingga evaluator
kekhawatiran utuk
tidak tahu sasaran 2. Karena sudah
tidak perlu ada. mengetahui seluk
beluk program, jika
2. Evaluator adalah evaluator yang
orang dalam, ditunjuk kurang sabar,
sehingga pengambil kegiatan evaluasi
keputusan tidak akan dilaksanakan
perlu banyak dengan tergesa-gesa
mengeluarkan dana sehingga kurang
untuk membayar cermat
petugas evaluasi

10
Evaluator Luar 1. Evaluator luar dapat 1. Evaluator luar adalah
(External bertindaksecara orang baru yang
Evaluator) objektif selama berusaha mengenal
melaksanakan dan mempelajari
evaluasi dalam seluk beluk program.
mengambil Mungkin sekali pada
keputusan. Apapun waktu terdapat
hasil evaluasi tidak penjelasan atau
akan ada respons mempelajari isi
emosional karena kebijakan, ada hal-hal
tidak ada keinginan yang kurang jelas,
untuk dampak ketidak
memperlihatkan jelasan orang luar
bahwa program memungkinkan
tersebut berhasil. kesimpulan yang
Kesimpulan yang akanmempertahankan
dibuat akan lebih kredibilitas
sesuai dengan kemampuannya.
keadaan dan Dengan begitu,
kenyataan evaluator akan
bekerja secara serius
2. Seorang ahli yang dan hati-hati. diambil
dibayar, biasanya kurang tepat.
akan
mempertahankan 2. Pemborosan,
kredibilitas pengambil keputusan
kemampuannya. harus mengeluarkan
Dengan begitu, dana yang cukup
evaluator akan banyak untuk
bekerja secara membayar evaluator
serius dan hati-hati. luar

Sumber: Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, (2009:24)

B. Konsep Program yang Dievaluasi

11
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka dalam
penelitian ini terdapat beberapa teori dalam kajian pustaka mengenai
konsep program yang dievaluasi. Teori evaluasi kinerja, teori pelayanan
akademik dan penyelenggaraan diklat, teori aparatur pelayanan publik
dan kompetensi.

1. Evaluasi Kinerja
Sebelum memahami evaluasi kinerja, sebaiknya dipahami kedua
kata evaluasi dan kinerja.

a. Evaluasi
Evaluasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
menentukan nilai (Suharso, 2005: 136). Dalam Kamus Besar Balai
Pustaka evaluasi adalah ”penilaian” (Tim Balai Pustaka,1989:238). Istilah
evaluasi dalam Modul Sitem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(Edisi Kedua) yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),
pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment). Suatu evaluasi
mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dari analisis, yaitu:
fokus nilai, interdependensi fakta nilai, orientasi masa kini dan masa
lampau, dualitas nilai.

1) Fokus Nilai. Evaluasi ditujukan kepada pemberian nilai dari


sesuatu kebijakan, program maupun kegiatan. Evaluasi terutama
ditujukan untuk menentukan manfaat atau kegunaan dari suatu
kebijakan, program maupun kegiatan, bukan sekedar usaha untuk
mengumpulkan informasi mengenai sesuatu hal. Ketepatan suatu
tujuan maupun sasaran pada umumnya merupakan hal yang perlu
dijawab. Oleh karena itu suatu evaluasi mencakup pula prosedur
untuk mengevaluasi tujuan dan sasaran itu sendiri.
2) Interdependensi Fakta - Nilai. Suatu hasil evaluasi tidak hanya
tergantung kepada ”fakta” semata namun juga terhadap ”nilai”.

12
Untuk memberi pernyataan bahwa suatu kebijakan, program atau
kegiatan telah mencapai hasil yang maksimal atau minimal bagi
seseorang, kelompok orang atau masyarakat; haruslah didukung
dengan bukti-bukti (fakta) bahwa hasil kebijakan, program dan
kegiatan merupakan konsekuensi dari tindakan-tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi/memecahkan suatu masalah tertentu.
Dalam hal ini kegiatan monitoring merupakan suatu persyaratan
yang penting bagi evaluasi.
3) Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Evaluasi diarahkan pada
hasil yang sekarang ada dan hasil yang diperoleh masa lalu.
Evaluasi tidaklah berkaitan dengan hasil yang diperoleh di masa
yang akan datang. Evaluasi bersifat retrospektif, dan berkaitan
dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukan (ex-post).
Rekomendasi yang dihasilkan dari suatu evaluasi bersifat
prospektif dan dibuat sebelum tindakan dilakukan (ex-ante).
4) Dualitas Nilai. Nilai yang ada dari suatu evaluasi mempunyai
kualitas ganda, karena evaluasi dipandang sebagai tujuan
sekaligus cara. Evaluasi dipandang sebagai suatu rekomendasi
sejauh berkenaan dengan nilai-nilai yang ada (misalnya kesehatan)
dapat dianggap sebagai intrinsik (diperlukan bagi dirinya) ataupun
ektrinsik (diperlukan karena kesehatan mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan yang lain).(LAN, 2004: 237-238). Slameto dalam
Evaluasi Pendidikan menjelaskan bahwa evaluasi merupakan sub
sistem dari sistem pengajaran yang terdiri dari: Tujuan – Materi –
Proses Belajar Mengajar (PBM) – Evaluasi. Selanjutnya
diterangkan bahwa Materi dan PBM dirancang untuk mencapai
Tujuan. Sedang evaluasi memegang peran penting yaitu untuk
menjamin relevansi Materi dan PBM dan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan. Tujuan dimaksud adalah perubahan siswa
kearah yang positif. (Slameto, 2001:5). Lebih lanjut diterangkan
bahwa syarat-syarat evaluasi ada 8 yaitu: Sahih (valid),

13
keterandalan (reliable), obyektif, seimbang, membedakan
(discriminable), norma, fair dan praktis (Slameto, 2001:19-21).

b. Kinerja
Kinerja berasal dari bahasa Inggris ”performance”. Dalam Kamus
Lengkap Inggris–Indonesia, Indonesia-Inggris, diartikan: pertunjukan,
perbuatan, daya guna, prestasi, pelaksanaan, penyelenggaraan,
pagelaran (Adi Gunawan, 2002:279). Kalau Performance Standard artinya
”penilaian prestasi”, standar-standar pekerjaan (Moekijat,1980:413).
Menurut Thomas C. Ale Winl dalam A. Dale Timpe, penyusunan standar
kinerja yang bersumber pada uraian jabatan akan memberi peluang
kepada pengawas dan karyawan untuk membuat sebuah uraian tugas
yang dinamis untuk pekerja.

Selanjutnya dia menyarankan bahwa penilaian kinerja harus


mengkaji kinerja kerja karyawan. (Ale Winl,1982: 544). Dimaksud dengan
kinerja dalam penelitian ini adalah tingkat capaian prestasi dari suatu
program atau kegiatan tertentu dari tugas kediklatan.

c. Evaluasi Kinerja
Evaluasi Kinerja dalam konteks Laporan Akuntabilitas Kinerja,
evaluasi kinerja dilakukan setelah tahapan Penetapan Indikator Kinerja
dan Penetapan Capaian Kinerja. Evaluasi kinerja diartikan sebagai suatu
proses umpan balik atas kinerja yang lalu dan mendorong adanya
produktivitas di masa yang akan datang (Kosasih, 2004:22). Evaluasi
Kinerja merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan Pengukuran Kinerja
dan pengembangan Indikator Kinerja. Oleh karena itu dalam melakukan
Evaluasi Kinerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator
yang telah ditetapkan bersama.(Kosasih, 2004:3)
Evaluasi Kinerja merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan satuan organisasi/kerja dalam melaksanakan
tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Evaluasi Kinerja

14
merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau kegagalan
pencapaian kinerja. Dalam melakukan evaluasi kinerja, hasilnya agar
dikaitkan dengan sumber daya (inputs) yang berada di bawah
wewenangnya seperti SDM, dana/keuangan, sarana-prasarana, metode
kerja dan hal lain yang berkaitan. (Kosasih, 2004:3).

2. Pelayanan Akademik
Pengertian makna akademik dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia (Tri Kurnia Nurhayati, 2005:23) dijelaskan: Akademik : bersifat
akademi; akademis. Sedang Akademis dimaknai sebagai: soal-soal
akademis: mengenai (berhubungan) dengan akademis; bersifat ilmiah;
bersifat ilmu pengetahuan; bersifat teori; tanpa arti praktis yang langsung.
Pelayanan akademik menurut Atmodiwiryo, (1993:68) disebut dengan
istilah kegiatan akademik. Selanjutnya dengan menyitir pendapat Kenneth
R. Robinson dinyatakan bahwa tahapan-tahapan pendidikan dan
pelatihan itu pertama, menentukan tujuan, kebijakan dan strategi diklat.
Kedua, proses diklat yang terdiri dari: - menentukan kebutuhan diklat; -
Merencanakan program; - Kegiatan Belajar dan Perilaku; Metode dan
teknik diklat; - evaluasi dan tindak lanjut diklat.

Dalam Encyclopaedia of Management Training, tahapan-tahapan


pengembangan sistem Pembelajaran ditegaskan: The various stages in
the Instructional Sistems Development approach used by the American
services will already be familiar to training staff. a. Analysis training need
are derived in relation to the requirement of each task job. Appropriate
performance criteria are established; b. Design – objectives are difined,
structure, sequencing, determined, test devised; c. Development learning
media and methode are selected and training materials developed. d.
Implementation – the instructional plan is put into effect; e. Control – the
programmes are evaluated and sistem modivited as necessary.

15
Bermacam macam pendekatan dalam pengembangan system
pembelajaran yang sudah tidak asing lagi bagi para pelaksana di Amerika
Serikat, antara lain: a) Analisis kebutuhan Diklat yang dihubungkan
dengan kebutuhan masing-masing tugas dari jabatan yang dipangku,
mendekati kinerja yang telah ditentukan;b) Penentuan disain tujuan,
struktur maupun penetapan urutan sebagai dasar uji coba; c)
Pengembangan media dan metode pembelajaran diseleksi, selanjutnya
bahan diklat dikembangkan. d) Dalam pelaksanaan pembelajaran
berorientasi pada hasil belajar. e) Pengendalian terhadap program dapat
dievaluasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Pelayanan akademik,
dalam pandangan peneliti meliputi pelayanan inti (core service)
penyediaan kurikulum, rekrutmen peserta, rekrutmen widyaiswara,
penyiapan hardware dan software, proses belajar mengajar, evaluasi
proses belajar mengajar. Pelayanan akademik merupakan tugas utama
kediklatan yang secara langsung mempengaruhi pada proses kediklatan
dan hasil kediklatan meliputi persiapan dan pelaksanaan.

3. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)


Menurut Oemar Hamalik, (2005:10), konsep sistem pelatihan
secara operasional adalah: Proses yang meliputi serangkaian tindak
(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian
bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional
kepelatihan dalam satuan waktu tertentu yang bertujuan meningkatkan
kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektivitas, produktivitas dalam suatu organisasi. Sehingga
dengan demikian pelatihan terdapat unsur-unsur : proses – disengaja –
dalam rangka pemberian bantuan – sasaran (peserta) – pelatih yang
profesional – satuan waktu tertentu – bertujuan meningkatkan
kemampuan tenaga kerja – terkait dengan pekerjaan tertentu.

16
Menurut Kenneth R. Robinson dalam Atmodiwirio (1993: 2),
dinyatakan: Training, Therefore we are seeking by an instructional or
experiential means to developt a person behavior pattern in the areas of
knowledge, skill, or attitude in order to achieve a desire, standard.
Selanjutnya dikutip pula pendapat dari Robert L. Craig yang menyatakan,
training sebagai: What is more important is the man ability to past on other
the knowledge and skill gained in mastering circustomcess ….. when the
massage was received by another successfully, we said that learning took
place and knowledge or skill was transfered. ( Atmodiwirio,1993:2).

Menurut James E Gardner menyatakan pula bahwa Diklat lebih


menekankan kepada belajar. Training can be defined broadly is the
techniques and arrangements aimed at fostering and expedieting learning.
The focus is on learning. (Atmodiwirio, 1993:3)Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian juncto Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 31 berbunyi: “Untuk mencapai
daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan
dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri
Sipil yang bertujuan meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian,
kemampuan, dan keterampilan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai
Negeri Sipil pada pasal 1 disebutkan bahwa: Pendidikan dan pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah
proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Di Indonesia penyelenggaraan dan
tanggung jawab pendidikan diatur dalam Keppres Nomor 34 Tahun 1972
tentang Tanggung Jawab Fungsional Pendidikan dan Latihan, dan
ditindaklanjuti dengan Inpres Nomor 15 Tahun 1974 Tentang Pelaksanaan
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972, diatur bahwa :

17
a. Secara menyeluruh bersama-sama Team Koordinasi Pembinaan
Pendidikan dan Latihan, yang terdiri Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai Ketua merangkap Anggota, Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi sebagai Anggota dan Ketua
Lembaga Administrasi Negara sebagai Anggota.
b. Secara khusus mengenai pendidikan umum dan kejuruan bersama-
sama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; mengenai latihan
keahlian dan kejuruan tenaga kerja bukan Pegawai Negeri
bersama-sama Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
mengenai pendidikan khusus bagi Pegawai Negeri bersama-sama
Ketua Lembaga Administrasi Negara. Dalam lampiran IV,
disebutkan bahwa pendidikan yang dilakukan bagi Pegawai Negeri
untuk meningkatkan kepribadian, pengetahuan dan
kemampuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan yang
pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri. Sedang latihan Pegawai
Negeri ialah bagian yang dilakukan bagi Pegawai Negeri untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
tuntutan persyaratan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri.

C. Model Evaluasi Program

Model evaluasi pelatihan digunakan untuk menjawab dua


pertanyaan pokok, yaitu :

1) Apakah tujuan mengalami perubahan atau tidak dalam kriteria


2) Apakah perubahan tersebut dapat dihubungkan dengan program
pelatihan atau tidak
Ada dua strategi untuk menentukan apakah memang terjadi
perubahan setelah pelatihan, yaitu membandingkan cara peserta
melakukan pekerjaannya setelah pelatihan dengan cara mereka sebelum

18
menjalani pelatihan dan membandingkan pengetahuan, perilaku atau hasil
dari kelompok yang terlatih dengan kelompok yang tidak terlatih. Dalam
studi evaluasi banyak ditemukan model-model evaluasi dengan format
dan sistematika yang berbeda. Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safruddin AJ serta Zaenal Arifin (2009:73)
membedakan model evaluasi menjadi delapan yaitu :

a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.


b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
c. Formative Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh
Michael Scriven.
d. Countenence Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
f. CSE-UCLA Evaluation Model.
g. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam.
h. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.
Dari keseluruhan model evaluasi tersebut, model evaluasi pelatihan
akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Evaluasi Model CIPP

Pada tahun 1965, Stufflebeam mengembangkan model CIPP


(Context, Input, Prosess and Product) dengan mengevaluasi ESEA (the
Elementary and Secondary Education Act). Stufflebeam memandang
bahwa evaluasi memiliki fungsi yang strategis untuk memperbaiki sebuah
program, bukan untuk tujuan lainnya. Model CIPP bersifat lentur dapat
diaplikasikan di berbagai sektor, seperti dunia usaha, pendidikan,
manajemen, dan lain sebagainya. Terdapat empat komponen yakni
context, input, process dan product, dalam mengevaluasi sebuah program
termasuk program pendidikan. Konsep evaluasi model CIPP (Context,
Input, Process, and Product) merupakan model evaluasi yang dimana

19
proses pelaksanaannya sesuai dengan dimensi system pendidikan yang
mencakup konteks, input, proses, dan produk.

a) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)

Context Evaluation menurut Suharsimi Arikunto (2009:46), adalah


“sebuah upaya untuk mengkungan, kebutuhan yang belum
dipenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek”.
Terdapat empat pertanyaan yang dapat diajukan dalam evaluasi
konteks yakni :

a. Keperluan apa saja yang belum terpenuhi oleh program ?


b. Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai
oleh program ?
c. Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu
masyarakat ?
d. Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai ?

b) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)

Input Evaluation merupakan tahap kedua dari model CIPP.


Evaluasi masukan menunjukkan adanya kesiapan awal sebuah
program untuk memetakan kemampuan apa saja yang dimiliki
untuk berlangsungnya sebuah proses. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan untuk program pendidikan yang menyangkut
masukan mengarah pada ”pemecahan masalah” yang mendorong
diselenggarakannya program yang bersangkutan. Oleh karena itu
masukan meliputi : sumber daya manusia, sumber daya uang,
sumber daya peralatan, dan sumber daya yang lainnya.

c) Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Dalam model CIPP, evaluasi proses menunjuk pada apa kegiatan


yang dilakukan dalam program; siapa orang yang ditunjuk sebagai

20
penanggungjawab program; dan kapan program tersebut akan
selesai atau berakhir. Evaluasi proses diarahkan pada seberapa
jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah
terlaksana sesuai dengan rencana. Stufflebeam menawarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk evaluasi proses menyangkut :

a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan waktu


yang telah ditetapkan ?
b. Apakah orang yang ditunjuk dan terlibat dalam
pelaksanaan program akan sanggup menangani
kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan
jika program dilanjutkan ?
c. Apakah sarana-dan prasarana yang disediakan
dimanfaatkan secara optimal ?
d. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemukan selama
pelaksanaan program dan kemungkinan jika program
dilanjutkan ?

d) Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)

Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi


program. Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang
menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan setelah
melalui sebuah proses dalam program. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dalam evaluasi produk adalah :

a. Apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sudah tercapai ?


b. Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan
berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan ?
c. Dalam hal-hal apakah berbagai kebutuhan sudah terpenuhi ?
Sebuah model evaluasi manapun memiliki kelebihan dan
kekurangan baik dalam proses aplikasi maupun hasilnya. Model CIPP

21
memiliki beberapa keunggulan dalam beberapa hal yakni: bersifat
komprehensif, atau menyeluruh karena objek dan sasaran evaluasi tidak
terbatas pada hasil atau output semata melainkan juga mencakup
konteks, masukan, proses, dan juga hasil atau produk.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian kediklatan di luar Balai Diklat Lampung yang


relevan, antara lain:

1. Penelitian dilakukan pada tahun 2004, oleh Fitriyadi bertujuan


menganalisis sejauh mana pengaruh kompetensi ketrampilan
(skill), pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (ability) yang
dimiliki karyawan terhadap kinerja karyawan PD. Bangun Banua,
Propinsi Kalimantan Selatan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
ada pengaruh kompetensi Skill, Knowledge, Ability yang dimiliki
karyawan terhadap kinerja karyawan PD. Bangun Banua ini.
Sedangkan rancangan penelitian adalah tipe penelitian penjelasan
(explanatif research). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
kompetensi skill teknis, kompetensi skill non teknis, kompetensi
knowledge dan kompetensi ability (kompetensi SKA) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan
terhadap peningkatan kinerja karyawan PD. Bangun Banua. Hal ini
dapat dilihat dari nilai F sebasar 10,277 dengan p = 0,000.
Pengaruh seluruh variabel kompetensi (kompetensi SKA) terhadap
kinerja karyawan adalah 43,2%. Variabel kompetensi skill teknis
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0,222 dengan p =
0,036. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,185 dan p = 0,020
variabel kompetensi skill non teknis mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan PD Bangun Banua Variabel
kompetensi knowledge mempunyai pengaruh yang sangat

22
signifikan bagi peningkatan kinerja karyawan perusahaan daerah
ini, dimana dari nilai koefisien regresi sebesar 0,295 dengan p=
0,002. Variabel kompetensi knowledge ini merupakan variabel yang
mempunyai pengaruh terbesar terhadap peningkatan kinerja
karyawan dibandingkan dengan ketiga variabel kompetensi lainnya.
Variabel kompetensi ability mempunyai pengaruh yang signifikan
bagi peningkatan kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
koefisien regresi sebesar 0,182 dengan p = 0,041. Variabel ini
mempunyai pengaruh yang paling kecil diantara ketiga variabel
kompetensi lainnya.

2. Penelitian studi evaluatif terhadap efektivitas pelaksanaan Diklat


Administrasi Umum tahun 2000-2001. Penelitian ini
mendiskripsikan dan menganalisis efektivitas pelaksanaan diklat
administrasi umum di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya. Pelaksanaan dimaksud meliputi kegiatan pra diklat,
kegiatan penyelenggaraan diklat serta kegiatan pasca diklat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan diklat berjalan efektif
dengan indikator adanya persiapan yang matang, penyelenggaraan
yang lancar dan hasilnya sesuai dengan harapan.

3. Penelitian efektivitas implementasi kebijakan pendidikan dan


pelatihan kepemimpinan tingkat IV dalam meningkatkan kinerja
pejabat structural eselon-4 di lingkungan pemerintah kabupaten
Sukabumi. Dilakukan pada tahun 2004. Secara umum dapat
disimpulkan, bahwa implementasi kebijakan Diklatpim IV belum
dapat dilaksanakan secara efektif, sehingga belum dapat
memberikan pengaruh yang optimal terhadap peningkatan kinerja
pejabat struktural eselon-4. Perbaikan-perbaikan pada tahap
inputs, process, outputs, dan outcomes perlu segera dilakukan
pemerintah dengan mempertimbangkan penerapan Diklatpim IV

23
berorientasi kinerja. Studi Kasus Evaluasi Pasca Diklat Terhadap
Alumni Diklat Pim III Angkatan I, II, III Tahun 2004 Dilingkungan
Badan Diklat Daerah Propinsi Jawa Barat. Dari analisis data
disimpulkan bahwa: Penerapan Sistem Manajemen Mutu/ SMM
ISO 9001:2000 memilki pengaruh terhadap Efektivitas
Penyelenggaraan Diklat di lingkungan Badan Diklat Daerah
Propinsi Jawa Barat. Kapasitas Peserta memiliki pengaruh
terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Diklat dilingkungan Badan
Diklat Daerah Propinsi Jawa Barat. Demikian pula Penerapan
Sistem Manajemen Mutu / SMM ISO 9001:2000 dan Kapasitas
Peserta secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
Efektivitas Penyelenggaraan Diklat di lingkungan Badan Diklat
Daerah Propinsi Jawa Barat.

E. Kriteria Evaluasi
Evaluasi program mempunyai ukuran keberhasilan, yang dikenal
dengan istilah kriteria. Istilah ‘kriteria’ dalam penilaian sering juga dikenal
dengan kata ‘tolok ukur’ atau ‘standar’. Arti nama-nama yang digunakan
tersebut dapat segera dipahami bahwa kriteria, tolok ukur atau standar,
adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal
sesuatu yang diukur. Kriteria atau standar dapat pula disamakan dengan
‘takaran’. Tentang batas yang ditunjuk oleh kriteria, Suharsimi Arikunto
dan Cepi Safrudin (2009:30) mengungkapkan bahwa hal itu berarti “batas
maksimal yang harus dicapai”.
Permasalahan di dalam kriteria evaluasi program adalah aturan
tentang bagaimana menentukan peringkat-peringkat kondisi atau
rentangan-rentangan nilai agar data yang diperoleh dapat dipahami oleh
orang lain dan bermakna bagi pengambil keputusan dalam rangka
menentukan kebijakan lebih lanjut.

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendiskripsikan status kinerja pelayanan akademik dalam


penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV di Badan Diklat Lampung.
2. Mengetahui aspek-aspek pelayanan akademik yang mana dalam
penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV di Badan Diklat Lampung
yang kinerjanya perlu ditingkatkan.
3. Mengetahui cara peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja
pelayanan akademik dalam penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV
di Badan Diklat Lampung yang akan datang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Diklat Lampung yang


beralamat di Jl. Pahoman, Bandar Lampung. Waktu pelaksanaan
penelitian ini adalah pada bulan Oktober - Desember 2013.

C. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian


Ditinjau dari segi tujuan, maka penelitian ini merupakan penelitian
evaluasi. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian
(research question) yang antara lain mengkaji bagaimanakah status
kinerja pelayanan akademik penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV.
Apakah penyelenggaraannya khususnya dalam hal pelayanan akademik
telah dilaksanakan sesuai standar yang ditentukan serta pada indikator
input, indikator proses maupun indikator output. Diharapkan pula dapat

25
dijangkau penelitian evaluasi program dengan indikator outcomes melalui
pembandingan antara rencana tingkat capaian dengan realisasinya.
Setelah diketahui status kinerja pelayanan akademik, maka selanjutnya
memungkinkan untuk dilakukan analisis efisiensi dengan cara
membandingkan kinerja input dengan output. Sedang analisis efektivitas
dari pelayanan akademik pada Diklatpim Tingkat IV, dengan cara
membanding konsistensi antara output sasaran dan tujuan. Selanjutnya
penelitian ini menggunakan perspektif pendekatan deskriptif kualitatif,
dengan teknik analisis kinerja. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode penelitian studi dokumentasi dan
observasi serta metode wawancara, serta angket.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2002:84).
Instrumen penelitian perlu dibedakan dengan metode penelitian, karena
ada keterkaitan antara keduanya sehingga sering dikacaukan, yaitu
bahwa dalam menerapkan metode penelitian dipergunakan instrumen
penelitian (Iqbal Hasan, 2002:77).
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Peneliti sendiri;
2. Pedoman Review Dokumen
3. Pedoman Observasi
4. Pedoman Wawancara

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Agar proses pengumpulan data berlangsung secara teratur, logis,
sistematis dan sukses, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
peneliti, yaitu:

26
1. Mempersiapkan instrumen
2. Mempersiapkan sumber data
3. Mempersiapkan operator instrumen
4. Melaksanakan pengumpulan data ( Prasetya Irawan, 1999: 211).
Dalam penelitian ini berhubung menggunakan pendekatan
kualitatif, maka peneliti tidak menggunakan operator instrumen,
kolektornya adalah peneliti sendiri. Adapun mekanisme pengumpulan
datanya pertama-tama peneliti merekonstruksi pengamatan selama ini,
kemudian menelaah teori dari kepustakaan yang relevan, selanjutnya
mempelajari dokumen tentang standar penyelenggaraan diklat, dokumen
laporan penyelenggaraan diklat, dan laporan hasil evaluasi tentang
penyelenggaraan. Di samping itu peneliti mengarahkan dan mengamati
jalannya fokus group discussion dari peserta diklat yang ditentukan guna
membahas pengalaman mereka dalam mengikuti diklat dan saran
pemikiran mereka terkait dengan penyelenggaraan diklat. Dari semua
hasil telaah direkam dalam catatan lapangan, selanjutnya peneliti
mereduksi catatan lapangan dengan mengkonfirmasi konsep-konsep yang
ditemukan di lapangan melalui indept interview atau wawancara
mendalam dengan sejumlah informan terpilih.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan teknik membandingkan antara


standar baku dengan realitas yang ditemukan dilapangan. Pengolahan
data intrumen, dilakukan dengan mencermati catatan lapangan hasil
wawancara, kemudian dikelompokkan informasi tentang proses pelayanan
yang senyatanya dilakukan, selanjutnya informasi tersebut dipetakan
menurut prinsip-prinsip manajemen kualitas pelayanan. Kemudian
memaknai fenomena yang terjadi. Pengolahan data pada masing-masing
instrumen, dilakukan dengan membandingkan antara kesesuaian realitas
inputs dengan standar baku input, sehingga diketahui keseuaian atau

27
tidak sesuainya. Selanjutnya dikembangkan untuk mengetahui tingkat
kesesuaiannya dalam bentuk persentase.

Realisasi
Kinerja = x 100%
Standar Input

Pengolahan data intrumen aspek penguasaan materi/ujian,


dilakukan dengan melakukan reduksi dalam aspek sikap dan perilaku
dengan bobot 40% dan aspek akademik/penguasaan materi dengan
bobot 60%. Dari 40 peserta dari instrumen, dilihat pada nilai akhir.

NILAI AKHIR PESERTA = NILAI SP X BOBOT (40%) + NILAI AK X


BOBOT (60%)

Dari nilai akhir kemudian dicari nilai akhir rata-rata kelas dengan :

RATA-RATA NA = NAP X JML PSRT : JML PSRT

Selanjutnya rata – rata nilai akhir ditransfer ke nilai interval dan


criteria sebagai acuan nilai patokan, seperti yang telah ditetapkan dalam
Keputusan Kepala LAN Nomor: 541/XIII/10/6/2001, hal. 50 mengenai
kualifikasi kelulusan sebagai berikut:

NILAI INTERVAL KRITERIA KUALIFIKASI

 92,5 -100 : Sangat memuaskan Lulus


 85,0 – 92,4 : Memuaskan Lulus
 77,5 – 84,9 : Baik sekali Lulus
 70,0 – 77,4 : Baik Lulus
 0 – 70,0 : Tidak Baik Tidak lulus

Pengolahan data intrumen penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja


dalam pola pikir dan cara kerja, dilakukan dengan menghitung total skor
dan memasukkan dalam kategori.

TOTAL SKOR KATEGORI

28
 05 – 06 : Bagus
 07 – 09 : Belum bagus
 10 – 13 : Kurang bagus
 14 – 20 : Tidak bagus

Untuk penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja dalam perilaku bekerja,


dilakukan dengan menghitung total skor dan memasukkan dalam kategori.

TOTAL SKOR KATEGORI

 17 – 20 : Bagus
 21 – 30 : Belum bagus
 31 – 45 : Kurang bagus
 46 – 68 : Tidak bagus

Dari data yang telah ditemukan dan berbagai informasi dari informan
peneliti mengelompokkan menurut indikator kegiatan yang terdiri dari
indikator inputs, indikator proses, indikator outputs, dan indikator
outcomes.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2000), Manajemen Penelitian, Edisi Baru, Cetakan


ke V, Jakarta: PT Rineka Cipta.

________________. (2005), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi


Revisi, Cetakan Kelima, Jakarta: Bumi Aksara.

Atmodiwirio, Soebagio, (1993), Manajemen Training, Pedoman Praktis


Bagi Penyelenggara Training, Cet.1, Jakarta: Balai Pustaka.

Budiandono, D. (1986), Perencanaan dan Penyelenggaraan Latihan


Tenaga Kerja, Jakarta: Penerbit Bhatara Karya Aksara.

Dale A. Timpe (1982), Kinerja, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia,


Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

David Osborne dan Peter Plastrik, (2000), Memangkas Birokrasi, Lima


Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, Edisi Revisi,
Jakarta: PPM;

Derek Lockwood, Prof. Eng, (1994), Desain Pelatihan Efektif, Bagi


Supervisor dan Manajemen Madya, Jakarta: PT Gramedia.

Drucker Foundation, (2000), The Leader of The Future, Cetakan ketiga,


Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Indonesia, LANRI, (2004), Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah, Edisi Kedua, Jakarta: LAN; Indonesia, MENPAN,
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/01/M.PAN/01/2007, Pedoman Evaluasi
Pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja Pada Instansi
Pemerintah.

Iqbql Hasan, M, Ir. M.M. (2002), Pokok-Pokok Materi, Metodologi


Penelitian, Dan Aplikasinya, Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

Jitendra, MD (1999), Encyclopaedia of Management Training, Vol.1, New


Delhi: Anmol Publikation Pvt.LTD;

30
Oemar Hamalik, Dr. (2005), Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu,
Cetakan ke 3, Jakarta: Bumi Aksara.

Panitia Istilah Manajemen LPMM, (1994), Kamus Istilah Manajemen,


Cetakan I, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989,


Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 2, Jakarta: Balai Pustaka.

Prasetya Irawan, M.Sc. Dr, (1999), Logika Penelitian dan Prosedur


Penelitian, Pengantar Teori dan Panduan Prktis Penelitian
Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: STIA-LAN PRESS.

Purwanto, Drs. M.Pd, Atwi Suparman, Prof. Dr. M.Sc., (1999), Evaluasi
Program Diklat, Jakarta: SETIA LAN, Press.

Tri Kurnia Nurhayati, S.S., M.Pd., (2005), Kamus Lengkap Bahasa


Indonesia, Dengan Ejaan Yang Disempurnakan, Jakarta: Esha
Media.

Slameto, Drs. (2001), Evaluasi Pendidikan, Cetakan ketiga, Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Spencer & Spencer, (1993), Competency Assessment Methode, USA:


Addison Wesley Publishing Inc.

Sugiyono. DR, (2002), Metode Penelitian Administrasi, Cetakan


Kesembilan, Bandung: Penerbit Alfabeta.

31
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA
STANDAR PELAYANAN AKADEMIK

Informan :
1. Kepala Balai Diklat Lampung;
2. Kasi Diklat Tenaga Administrasi;
3. Asisten Bidang Akademik

Pertanyaan:
1. Jenis pelayanan apa saja yang diberikan oleh Balai Diklat Lampung?
Bagaimana cara yang digunakan untuk mengenali kebutuhan
pelayanan tersebut khusunya untuk Diklatpimp IV ?
2. Instansi mana saja yang menjadi Pelanggan bagi Balai Diklat lampung
?
3. Bagaimana Balai Diklat Lampung membangun komunikasi dengan
pelanggan dan teknik apa yang digunakan untuk mengidentifikasi
harapan pelanggan ?
4. Apa Visi dan Misi Balai Diklat Lampung dan bagaimana prosedur
perumusannya serta ditetapkan melalui produk hukum apa ?
5. Langkah apa saja yang dilakukan oleh Balai Diklat lampung dalam
menetapkan :
a. Proses dan Prosedur
b. Prasyarat
c. Sarana dan Prasarana
d. Waktu
e. Biaya Pelayanan
6. Dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan akademik,
meskipun telah dikelola secara memadai namun masih ada saja
kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan harapan
pelanggan. Menghadapi hal demikian bagaimana Balai Diklat
mengelola pengaduan pelanggan. Bagaimana mekanisme pengaduan
pelanggan harus disampaikan ?
7. Pertanyaan selanjutnya diajukan sesuai perkembang kebutuhan di
lapangan dan diajukan kepada informan/pihak-pihak yang terkait.

32
Lampiran 2

KUESIONER PEMBERDAYAAN DIKLAT


BAGI ALUMNI DIKLATPIM TINGKAT IV

Petunjuk Pengisian:
1. Mohon kuesioner berikut mendapat pengisian secara singkat dan
jelas sesuai keadaan yang sebenarnya.
2. Informasi Anda sangat penting dan berarti bagi kami akan berfungsi
sebagai feedback bagi penyempurnaan Diklat serta peningkatan
pelayanan dalam penyelenggaraan Diklat pada umumnya dan
diklatpim IV pada khususnya.
3. Kami sangat berterima kasih atas kesediaan Anda mengisi
kuesioner ini.
4. Partisipasi Anda merupakan kebanggaan kami untuk meningkatkan
mutu menuju kemajuan bersama.

Kuesioner :
1. Menurut pengalaman Anda secara pribadi diklatpim IV yang telah
Anda ikuti beberapa waktu yang lalu sejauh mana telah menambah
kemampuan Anda dalam melaksanakan tugas ?
2. Menurut Anda bagaimana tanggapan atasan langsung Anda terhadap
diri Anda. Kesan apa yang paling kuat terkait dengan pemberdayaan
diri Anda setelah mengikuti Diklat?
3. Apakah yang terjadi ketika Anda menerapkan pengetahuan dan
kemampuan yang Anda peroleh dalam diklatpim IV, dalam
pelaksanaan tugas dan jabatan yang Anda pangku?
4. Apakah Anda telah mendapat promosi jabatan setelah mengikuti
diklatpim IV ? Menurut Anda apa sebabnya?
5. Menurut Anda apakah yang prioritas perlu segera dilakukan
perbaikan/penyempurnaan ? Jelaskan saran Anda terkait dengan :
a. Seleksi peserta dan pemanggilan peserta:
b. Pelayanan regristrasi:
c. Pelayanan asrama:
d. Kurikulum:
e. Sarana belajar:
f. Pelayanan Akademik:
g. Widyaiswara:

33

Anda mungkin juga menyukai