Anda di halaman 1dari 12

ALAT BEDAH ANASTESI

BRONCHOSCOPY, LAPAROSCOPY,
DAN ATHROSCOPY

OLEH:
IDA BAGUS GEDE SINDHU GIRI NATHA
NIM 19081012

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTROMEDIK


UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tidak terhingga dihaturkan ke hadapanIda Sang


Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulisan paper yang berjudul “Alat Bedah Anastesi” dapat diselesaikan sesuai
harapan.
Tulisan Paper ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
menempuh salah satu mata kuliah Bedah Anastesi pada semester ganjil
2020/2021. Dengan mengerahkan segala pemikiran dan upaya yang ada, termasuk
bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak, baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari tulisan paper ini masi jauh dari yang sempurna. Hal ini
disebkan oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan menulis,
mencari sumber dan pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
perbaikan sangat diharapkan. Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seiring berkembangnya teknologi khususnya di bagian medis yaitu sesuatu
yang sangat berguna dalam sebuah rumah sakit, keberadaan alat yang canggih
sangat diperlukan tujuannya adalah untuk mendukung kinerja para dokter dengan
aman dan nyaman. Salah satu alat tersebut diantaranya Bronchoscopy,
Lapatoscopy, Athroscopy. Di zaman saat ini secara tidak langsung juga membuka
peluang untuk terus menciptakan peralatan medis yang lebih baik. Berikut ulasan
alat bedah anastesi yang perlu kita ketahui.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang diambil dalam paper ini:
1. Apa yang dimagsud dengan Bronchoscopy ?
2. Apa yang dimagsud dengan Lapatoscopy ?
3. Apa yang dimagsud dengan Athroscopy ?

1.3 Tujuan
Dengan dibuatnya paper ini kami berharap agar dapat memenuhi tujuan
kami untuk menambah wawasan dan memahami materi tentang Bedah
anastesi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bronchoscopy

Bronkoskopi adalah prosedur kesehatan yang dilakukan dengan


memasukkan alat bernama bronkoskop melalui tenggorokan, laring, trakea ke
dalam bronkus untuk melihat bagian toraks (dada). Tindakan ini dapat dilakukan
untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit serta mengambil sampel
jaringan atau mukus melalui tindakan yang disebut biopsi

Bronkoskop dimasukkan melalui mulut atau hidung. Alat ini dilengkapi dengan
cahaya untuk menerangi jalan masuk, menunjukkan bronkus paru-paru, dan
memperjelas gambar yang terlihat. Bronkoskop juga dilengkapi dengan kamera
yang mengambil gambar organ tubuh, yang nantinya digunakan untuk evaluasi.

Ada dua jenis bronkoskop yang digunakan untuk bronkoskopi: kaku atau lentur.
Bronkoskop yang lentur akan menyebabkan sedikit atau tidak ada
ketidaknyamanan. Pasien dapat menjalani bronkoskopi dengan hanya sedikit obat
penenang atau bius lokal. Sedangkan bronkoskop yang kaku membutuhkan bius
total. Namun, bronkoskop yang kaku dibutuhkan ketika pasien mengalami batuk
yang disertai banyak darah.

Beberapa rumah sakit menyediakan bronkoskopi virtual, yaitu CT scan yang juga
diarahkan pada bronkus. Pasien akan berbaring di meja pemeriksaan saat alat
pemindai bergerak di sekitar tubuh untuk mengambil gambar dari dada dan trakea
secara rinci. Walaupun pemindaian ini memberikan hasil yang baik, namun
informasi yang rinci tentang saluran udara dan paru-paru hanya bisa didapatkan
melalui bronkoskopi biasa.

Bronkoskopi dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik rawat jalan. Tindakan ini
tetap dapat dilakukan walaupun pasien menggunakan tabung makanan.
Prinsip Kerja
Bronkoskop dimasukkan melalui mulut atau hidung. Alat ini dilengkapi
dengan cahaya untuk menerangi jalan masuk, menunjukkan bronkus paru-paru,
dan memperjelas gambar yang terlihat. Bronkoskop juga dilengkapi dengan
kamera yang mengambil gambar organ tubuh, yang nantinya digunakan untuk
evaluasi.
Tujuan pemeriksaan Bronchoscopy
1. Menilai keadaan percabangan bronkus.
2. Mengambil spesimen untuk diagnostik, antara lain;
a) Bilasan bronkus, spesimen untuk diagnostik (sitologi dan
mikrobiologi) dan membersihkan bronkus dari sekret,
darah, atau bekuan darah.
b) Sikatan bronkus, untuk mendapatkan spesimen pembuatan
sediaan apus sitologi dan pemeriksaan mikrobiologi.
c) Biopsi forsep, untuk mengambil spesimen dari mukosa
trakeobronkial (pemeriksaan histopatologi).
d) Trans Bronchial Needle Aspiration (TBNA), untuk
mendapatkan spesimen sitologi dari lesi yang menekan
trakeobronkial.
3. Melakukan tindakan terapeutik, seperti pengangkatan benda asing untuk
membebaskan saluran nafas.
Beberapa Komplikasi Bronkoskopi
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada tindakan bronkoskopi antara lain :
A. Infeksi
Sebagai resiko terbesar terjadinya infeksi karena bronkoskop melewati
faring dimana mengandung berbagai variasi dan banyak mikroorganisme.
Kemungkinan infeksi juga dapat disebabkan oleh hilangnya refleks batuk
dan berkurangnya mukosilia akibat penggunaan anestesi. Kemungkinan
infeksi yang masif mudah terjadi apabila yang diaspirasi adalah pus
(nanah).
B. Aspirasi
Hilangnya refleks batuk juga dapat menimbulkan aspirasi,terutama pada
usia tua. Demikian pula dengan pemberian lidocaine dalam jumlah besar
mudah menyebabkan letargi (lesu) pada usia tua. Oleh sebab itu, pasien
dianjurkan untuk puasa beberapa jam dan makanan baru boleh diberikan
apabila kemungkinan terjadi aspirasi sudah tidak ada dan kemampuan
menelan pasien sudah kembali seperti semula. Beberapa jam setelah
dilakukan bronkoskopi tetap saja ada kemungkinan terjadinya aspirasi
yang disebabkan oleh karena muntah.
C. Bronkospasme
Pada pasien asma atau COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease),
bronkoskop dapat merangsang terjadinya bronkospasme.dalam keadaan ini
antikolinergik (misalnya sulfas atropin) dapat bermanfaat.
D. Hipoksemia
Pada paru dengan faal yang minimal, tindakan bronkoskopi dapat
menyebabkan hipoksemia yang memerlukan terapi oksigen.
E. Pneumotoraks
Pneumotoraks dapat terjadi terutama pada tindakan biopsi pada bronkus
terminal yang dapat menyebabkan robeknya pleura viseralis. Batuk selama
tindakan bronkoskopi juga dapat menimbulkan pneumotoraks.
Pneumotoraks ini umumnya kecil dan akan hilang dengan sendirinya
kecuali pada penggunaan ventilator, maka tekanan udara yang tinggi dapat
menyebabkan “tension pneumotoraks”.
F. Pneumotoraks
Perdarahan yang kecil (bloody hemoptysis) sering terjadi dalam 24-48 jam
setelah bronkoskop. Perdarahan yang banyak hampir tidak pernah terjadi,
kecuali bila ditemukan kelainan pembekuan darah. Kontraindikasi
terhadap adanya perdarahan, yakni bila trombosit lebih rendah dari 50.000.

2.2 Laparoscopy
Laparoskopi adalah jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah
untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan
yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi lubang kunci atau
operasi invasif minimal.
Melalui tindakan laparoskopi dengan menggunakan alat laparoskop,
pasien bisa menghindari sayatan besar yang biasa dilakukan pada operasi
konvensional. Laparoskop berbentuk seperti sebuang tabung kecil. Alat ini
dilengkapi dengan cahaya dan kamera berfungsi untuk menyampaikan gambar
bagian dalam perut atau panggul ke monitor di luar.
Cara ini banyak dipilih karena memiliki beberapa keuntungan. Di
antaranya adalah waktu pemulihan lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan
perdarahan setelah operasi, dan mencegah timbulnya jaringan parut.

Cara Kerja

Laparoskopi diagnostik dapat dilakukan di rumah sakit atau pusat bedah


yang memiliki peralatan memadai. Prosedur ini membutuhkan bius total, yang
berarti pasien akan tertidur dan tidak merasakan sakit selama prosedur.
Pertama, dokter bedah akan membuat sayatan kecil, biasanya di bawah
pusar. Lalu, tabung khusus dimasukkan melalui sayatan tersebut untuk
mengalirkan gas karbon dioksida. Tujuannya adalah untuk memompa organ. Pada
beberapa kasus, dokter bedah juga menyuntikkan zat pewarna melalui tabung;
biasanya pada laparoskopi leher rahim untuk memeriksa tuba fallopi.
Kemudian, video kamera kecil dimasukkan melalui tabung. Kamera ini
digerakkan di dalam tubuh untuk mengambil gambar dari organ dalam. Hasilnya
akan digunakan oleh dokter untuk mencari penyakit atau kelainan pada tubuh.
Tergantung pada kondisi setiap pasien, dokter dapat menggunakan alat
bedah lain dan membuat sayatan tambahan. Jika ditemukan masalah tertentu,
seperti pertumbuhan abnormal, maka dokter akan mengambil sampel jaringan dari
lapisan perut. Sampel ini akan dianalisis dengan biopsi.
Untuk mengakhiri pemeriksaan, dokter bedah akan mengeluarkan
laparoskop dan alat lainnya. Lalu, sayatan akan dijahit. Area pemeriksaan akan
diberi perban untuk perlindungan dan kenyamanan pasien selama pemulihan.
Suatu hal yang wajar jika bekas sayatan terasa nyeri selama beberapa hari.
Namun, karena sayatan yang dibuat sangat kecil, nyeri tidak akan terlalu
menyakitkan. Biarpun begitu, dokter dapat memberikan obat pereda nyeri bagi
pasien yang membutuhkan.
Laparoskopi diagnostik biasanya dilakukan secara rawat jalan, yang berarti
pasien tidak perlu menginap di rumah sakit. Namun, biasanya pasien dianjurkan
untuk diantarkan pulang agar keamanannya terjaga.

Tujuan
Laparoskopi sering digunakan untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis
sumber masalah yang terjadi pada bagian panggul atau perut. Tindakan ini
biasanya dilakukan ketika metode noninvasif tidak mampu memberikan hasil
yang akurat. Pada beberapa kasus, masalah yang terjadi pada perut bisa
didiagnosis dengan menggunakan USG, CT Scan, dan MRI.
Tindakan laparoskopi dilakukan ketika tes-tes di atas tak bisa memberikan
informasi yan diperlukan tim medis. Prosedur ini bisa digunakan untuk
mengambil biopsi atau sampel jaringan dari organ tertentu di bagian perut.
Biasanya, dokter merekomendasikan tindakan ini untuk pemeriksaan organ hati,
empedu, pankreas, perut, dan panggul. Melalui cara ini, dokter mendeteksi adanya
tumor atau cairan pada rongga perut, penyakit hati, dan penyakit lain yang
berkaitan dengan organ pada bagian tersebut.

Komplikasi Laparoscopy

Laparoskopi diagnostik memiliki sejumlah resiko dan kemungkinan komplikasi,


yaitu:

1) Infeksi
2) Organ tertusuk dan bocor
3) Pendarahan pada rongga perut
4) Efek samping dari obat bius yang digunakan
5) Peradangan pada dinding perut
6) Penggumpalan darah
Apabila terjadi komplikasi serius saat laparoskopi, dokter bedah mungkin
perlu melakukan laparotomi darurat atau bedah terbuka. Komplikasi yang dapat
terjadi setelah laparoskopi diagnostik dapat menyebabkan gejala berikut:

a. Nyeri perut yang terus memburuk


b. Demam
c. Menggigil
d. Kulit kemerahan
e. Pembengkakan
f. Pendarahan
g. Keluarnya nanah dari bekas sayatan
h. Muntah terus-menerus
i. Mual yang tak kunjung hilang
j. Batuk yang tak kunjung berhenti
k. Sesak napas
l. Retensi urin
m. Pening

2.3 Athroscopy

Artroskopi adalah prosedur bedah yang dilakukan dengan membuat lubang


sayatan sebesar lubang kunci untuk memasukkan alat bernama artroskop.
Prosedur ini bertujuan untuk mendiagnosis dan menangani sejumlah gangguan
sendi. Artroskop adalah alat berupa selang kecil yang dilengkapi senter dan
kamera. Alat ini berfungsi untuk menangkap gambaran sendi dan menampilkan
gambarnya di layar monitor. Dari layar tadi, dokter bisa mengetahui jenis cedera
yang dialami pasien dan menentukan penanganan yang sesuai.

Indikasi Artroskopi
Prosedur artroskopi biasanya dilakukan untuk memeriksa dan
menangani gangguan sendi di bahu, siku, panggul, pergelangan tangan,
pergelangan kaki, dan lutut. Beberapa gangguan sendi yang bisa didiagnosis dan
ditangani dengan artroskopi adalah:
1) Frozen shoulder
2) Carpal tunnel syndrome
3) Gangguan sendi rahang (tempomandibular disorder)
4) Robekan pada tulang rawan di bahu (labral tears)
5) Peradangan pada bantalan sendi bahu (bursitis)
6) Sindrom nyeri bahu (shoulder impingement syndrome)
7) Robekan pada otot dan tendon di bahu (rotator cuff tendon tears)
8) Kerusakan tulang rawan di tempurung lutut (chondromalacia)
9) Robekan pada tulang rawan di lutut (meniscal tears)
10) Cedera ligamen lutut anterior (ACL tears)

Cara Kerja
Arthroscopy hanya membutuhkan luka yang kecil sekitar 5mm, pada 2-3
tempat, yang dibuat disekitar lutut.cara kerja nya adalah suatu kamera seratoptik
akan dimasukan ke dalam lutut dan dipaparkan di monitor sehingga dokterakan
melihatnya dan menilainya melalui monitor tsb. Kelainan putusnya ligament atau
robeknya meniscus akan terpantau di monitor dan kemudian dilakukan tindakan
perbaikan seperti rekonstruksi ACL/PCLatau penjahitan meniscus.

Komplikasi Artroskopi
Artroskopi merupakan prosedur yang aman. Meski demikian, pada beberapa
kasus, prosedur ini dapat menimbulkan komplikasi berupa:
a) Perdarahan di dalam sendi
b) Infeksi di dalam sendi (septic arthritis)
c) Kerusakan jaringan sendi dan sekitarnya akibat penggunaan alat-alat
bedah selama tindakan artroskopi
d) Penggumpalan darah di tungkai (DVT)
e) Emboli paru, yaitu penyumbatan pembuluh darah di paru-paru akibat
gumpalan darah yang terlepas dari area lain
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada alat Bronkoskop, laparoskop dan athroskop merupakan
alat kesehatan yang berperan penting sehingga dokter dapat maksimal dalam
melakukan diagnosa kepada pasien. Alat Bronkoskop, laparoskop dan athroskop
memiliki peranan masing-masing dalam menunjang tugas dokter dalam
mendiagnosa suatu penyakit pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

https://rsud.banjarkota.go.id/layanan-unggulan/bronkoskopi/
https://www.docdoc.com/id/info/procedure/pemeriksaan-laparoskopi
https://www.omnihospitals.com/articles/index/15#:~:text=Arthroscopy%20hana
%20membutuhkan%20luka%20yang,dan%20menilainya%20melalui%20monitor
%20tsb.

Anda mungkin juga menyukai