Salah satu indicator penting untuk mengukur dan mengetahui tingkat derajat Kesehatan
Masyarakat adalah angka kematian (Mortalitas).Dimana indicator ini menunjukan tingkat
pelayanan Kesehatan sertakondisi social ekonomi Masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh Program KIA/ KB untuk Puskesmas Muka tahun
2018 ada kematian anak Balita di Rumah sakit akibat sepsis Gizi buruk, kematian Bayi
untuk UPTD Puskesmas Muka Tahun 2019 tidak ada kematian
Banyak Faktor yang mempengaruhi AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan
faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas ataua kesibiltas dan pelayanan
Kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta ketersediaannya Masyarakat untuk
merubah perilaku kehidupan tradisional kenorma kehidupan modern dalam bidang
Kesehatan, ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap AKB. Dengan
menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberikan gambaran adanya
Peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Angka kematian Ibu Maternal diperoleh dari berbagai survey yang dilaksanakan
secara khusus. Dengan dilakukan Suvei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian menjadi
lebih luas suvei sebelumnya.
Dari Laporan KIA KB didapat data UPTD Puskesmas Muka pada tahun 2020 ada
kasus kematian satu orang dikelurahan Muka disebabkan karena Hipertensi ( Pre Eklamsi )
Hal ini harus dipertahankan dalam memberikan pelayanan dan penemuan kasus Risti Ibu
Hamil supaya dapat ditangani sedini mungkin.
Penyaki tmenular yang selalu muncul dalam sepuluh besar Penyakit di UPTD
Puskesmas Muka dalam beberapa tahun ini adalah Salaran Infeksi Pernapasan Akut.
Beberapa catatan penting bila dikaitkan dengan kunjungan rawat jalan adalah Penyakit
Infeksi saluran Pernapasan Atas selalu mendapat urutan paling Tinggi /terbanyak . Hal ini
menjadi masalah yang belum terselesaikan dan harus menjadi masalah prioritas.
12
Sepuluh Besar Penyakit yang ada di UPTD Puskesmas Muka untuk Tahun 2020 dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
Gangguan lain pada Kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan 737
Myalgia 1,554
0 500 1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,0004,5005,000
1. Diare
Angka kesakitan Diare pada tahun 2020 target penemuan untuk semua umur yaitu
perkiraan 1.216 orang, untuk kasus balita perkiraan penemuan kasus yaitu 543 kasus.
Pasien penemuan dan dilayani untuk kasus semua umur yaitu sebanyak 222 kasus, yaitu
sekitar 18,3%, untuk kasus Balita ditemukan dan dilayani yaitu sebanyak 29 orang yaitu
sekitar 5,3%. Kasus yang ditemukan dan dialayani belum mencapai target yaitu seharusnya
100%, Hal ini disebabkan karena keadaan Pandemi Covid 19 sehingga pelayanan baik di
dalam Gedung maupun di luar Gedung ada kendala dalam memberikan pelayanan harus
memperhatikan Protokol kesehatan sehingga ada pembatasan pelayanan secara otomatis
pencapaian programpun tidak maksimal, disamping kerjasama pemegang program dan
bidan desa belum maksimal dalam pencatat dan pelaporan. Untuk itu perlu adanya inovasi
pelayanan yang maksimal akan tetapi program harus tetap berjalan dan mencapai target.
Untuk lebih jelasnya maka bisa dilihat pada Grafik di bawah ini.
Grafik 4. Angka Penemuan Kasus Diare Per Kelurahan /Desa Pada Semua Umur
Dan Balita di UPTD Puskesmas Muka Tahun 2020
13
531
600 458
500
400 227
300
128
200 54 40
100
0
MUKA BOJONG HERANG BABAKAN KARET
KASUS BDB
18 17 17
16
14
12
12
10
8
6
6
4 3
2
0
2016 2017 2018 2019 2020
14
Bila dilihat dari grafik diatas tentang penemuan kasus DBD dari tahun 2016 sampai dengan
2020 Kenaikan dan Penurunan kasus, untuk satu tahun terakhir terjadi penurunan dari
tahun 2019 ke tahun 2020 yaitu dari jumlah kasus 17 menjadi 12 kasus yang ditemukan ,
Walaupun terjadi penurunan akan tetapi harus tetap adanya perhatian khusus dimana
Masyarakat harus selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan lingkungannya, terutama
dalam melaksanakan program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
3. Penyakit HIV/AIDS
Penemuan Kasus HIV/AIDS terus meningkat, meskipun berbagai upaya pencegahan
dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tinggi mobilitas penduduk atau wilayah
menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku
seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalah gunaan NAPZA melalui suntikan
secara simultan telah memperbesar tingkat resiko peneybaran HIV/AIDS.
Jumlah penderita HIV/AIDS sebagai fenomena Gunung es , yaitu jumlah penderita
yang ada / dialporkan lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya. Hal ini berarti jumlah
Kasus HIV/AIDS yang ada di Indonesia secara pasti belum dapat di pastikan. Untuk
pemeriksaan HIV harus dialkukan dulu VCT ( Voulentery Conseling Testing atau Test
Sukarela. Dimana Pasien dating untuk memriksakan dirinya karena merasa berisiko dengan
tanpa ada paksaan dari siapapun. Di Puskesmas Muka yang telah memeriksakan diri untuk
mengikuti kenseling yaitu dari berbagai komunitas yaitu dari waria, LSL, PSK , Ibu Hamil
dan dari Masyarakat Umum. Puskesmas Muka juga melakukan Mobile VCT ke Posyandu
atau ketempat –tempat yang berisiko bersama LSM. Dari Hasil laporan dari Laboratorium
Puskesmas Muka melakukan pemeriksaan HIV secara VCT yaitu sebanyak 512 orang dan
ditemukan yang Reaktif yaitu sebanyak 18 orang, untuk lebih jelasnya , maka bisa dilihat
pada grafik di bawah ini.
Grafik 6. Penemuan Kasus HIV/AIDS di UPTD Puskesmas Muka berdasarkan
Pada Kelompok Umur Tahun 2020
PENEMUAN HIV BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
7
6 6
6
5
5
4 LAKI-LAKI
PEREMPUAN
3
2
1
1
0
15-19 20-24 25-49
15
4. Penyakit Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual merupakan pintu masuk terjadinya HIV, maka pelayanan
IMS juga sangatlah penting, Puskesmas Muka mengadakan Pelayanan Pemeriksaan IMS
yaitu setiap hari senin sampai hari Kamis. Pasien yang dilayani dari berbagi komunitas
yaitu dari Komunitas LSL, Waria, PSK dan Masyarakat Umum. Pasien yang dating ada
yang diadampingi oleh LSM ada juga yang datang sendiri karena adanya keluhan sakit,
Tahun 2020 pemeriksaan IMS sebanyak 413 ditemuka penyakit Sifilis 2 orang.
5. Penyakit TB Paru
Menurut Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab umum, selain
menyerang Paru, TB dapat menyerang organ lain ( Extra Pulmonary ). Berdasarkan data
dari Pemegang Program TB Paru UPTD Puskesmas Muka pada tahun 2020 jumlah
penemuan TB BTA (+) adalah 24 kasus, BTA Negatif Rongten Positif sebanyak 61,
Kategori Anak 15 kasus, Untuk lebih jelasnya maka akan disajikan pada grafik dibawah
ini .
Chart
SUSPEK Title
BTA +
86
66
31
12 8 4
Bila dilihat dari Hasil Penjaringan Susp Pasien TB Paru dengan Penemuan Hasil BTA
Positif dapat dilihat dari Suspek TB Paru ditemukan 10% BTA Positif, hal ini menunjukan
bahwa penjaringan untuk Kasus TB Paru untuk di dua kelurahan dan di satu Desa sudah
sesuia dengan standar , Apabila dilihat dari Target Penemuan Kasus Yaitu 98 Kasus,
untuk Penemuan Wilayah UPTD Puskesmas Muka Belum mencapai taget akan tetapi,
Pelayanan dan penemuan Kasus dan Pencapaian Program sudah mencapai target, Hal ini
16
disebabkan karena Pasien yang berobat ke Puskesmas Muka Banyak yang dari dari Luar
Wilayah.
6. Penyakit Kusta
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertemuan tahun 2000
sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan di
masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita di Indonesia dan
Indonesia merupakan urutan ke 3 penderita terbanyak di dunia.Masih tingginya
astimasi masyarakat terhadap penyakit Kusta. Akibat dari kondisi ini sebagian dari
penderita dikucilkan sehingga tidak dapat mendapatkan akses pelayanan kesehatan
serta lapangan pekerjaan. Untuk Wilayah Puskesmas Muka untuk pasien Kusta tahun
2020 tidak ditemukan kasus Kusta.
a. Tetanus Neonatorum
Kasus Tetanus Neonatorum sangat erat kaitannya dengan proses terjadinya
persalinan bagi ibu. Kebersihan pada waktu pertolongan persalinan sangatlah
penting untuk dilakukan selain immunisasi TT pada Bumil . Pada Tahun 2020
di wilayah kerja Puskesmas Muka tidak ditemukan kasus Tetanus Nenatorum.
b. Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar
Biasa, selama tahun 2020 tidak ditemukan kasus campak yang dilayani di UPTD
Puskesmas Muka baik dari dalam dan luar wilayah
c. Difteri
Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan immunisasi, pada
tahun 2020 tidak ditemukan kasus Difteri di UPTD Puskesmas Muka
d. Pertusis
Pertusis penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi, pada tahun 2020 di
Puskesmas Muka tidak ditemukan penyakit Pertusis.
e. Hepatitis B
17
Kasus Hepatitis B dilaporkan untuk tahun 2020 diketemukan kasus 2 Kasus
Hepatitis B, Namun kasus Hepatitis B digambarkan Fenomena Gunung es
dimana suluit sekali penemuan kasusnya.
8. Filariasis
Kasus penderita Filariasis pada tahun 2020 tidak ditemukan kasus di Puskesmas
Muka.
9. Acute Flacid Paralysis
Kasus AF pada penderita yang berumur ≤ 15 tahun di Puskesmas Muka pada tahun
2020 tidak ditemukan.
10. Malaria
Pada tahun 2020 ini tidak ada kasus Malaria di Puskesmas Muka dilaporkan
40
30
20
10
0 0 0
0
MUKA BOJONG HERANG ABAKAN KARET
18
Status Gizi masyarakat daapt diukur melalui beberapa indicator antara lain bayi
dengan berat badan lahir arendah (BBLR), status Gizi balita, status Gizi Wanita Usia
Subur, Kekurangan Energi Kronis (KEK)
BBLR
6
5
5
2
1
1
0
0
MUKA BOJONG HERANG BABAKAN KARET
Status Gizi Balita merupakan salah astu indicator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran
secara anthropometri menggunakan indeks Berat badan menurut Umur (BB/TB) yaitu
sebanyak 412 kasus yaitu sekitar 10,7%, Pemeriksaan berdasarkan TB/U sebanyak 616
yaitu sekitar 16,0% , dan pemeriksaan bersadarkan BB/U sebanyak 524 kasus yaitu sekitar
213,6%, .
Grafik 10 Kasus Balita Gizi Kurang (BB/U) dan Balita Kurus (BB/TB)
19
di Puskesmas Muka tahun 2020
250 229
200 BALITA GIZI KURANG
200 BALITA PENDEK
BALITA KURUS
150
117
101 94
100 92
82
50
0
MUKA BOJONG HERANG BABAKAN KARET
Dari Hasil penimbangan yang ditemukan kasus TB/U yang paling banyak yaitu
kelurahan Muka Yaitu mencapai 315 Kasus , hal ini harus menjadi perhatian jangan sampai
menjadi kasus Gizi Buruk di Puskesmas , Hai ini perlu adanya kejasama berbagai lintas
sector dalam penanganannnya.
20