Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI KELEMBAGAAN

(ELEMBAGA)
PENGAMPU
TATUNG M TAUFIK
(0812.2650.3399)
EKONOMI KELEMBAGAAN, Paradigma, Teori, dan Kebijakan, oleh Prof.
Dr. Ahmad Erani Yustika, Penerbit; Erlangga, Penetakan; PT. Gelora
Aksara Pratama, Jakara, 2012.
WIRAUSAHA, Pemberdayaan dan Perkuatan KELEMBAGAAN di Sektor
Industri Menengah dan Kecil, Oleh; Muhammad Djamal, Edisi; Pertama,
Cetakan ke-1, Penerbit; Expert, Yogyakarta, 2017.
GOOD GOVERNANCE SEBAGAI SUATU KONSEP DAN MENGAPA PENTING
DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA: Suatu Pendekatan Ekonomi
Kelembagaan, Oleh; Bayu Kharisma, Universitas Pajajaran, Buletin Studi
Ekonomi 19(1):9-30, February 2014.
EKONOMI KELEMBAGAAN BARU DAN KEBIJAKAN SEKTOR PUBLIK
BEBERAPA CONTOH KASUS, Oleh; Syofyan, Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sumatera Utara
BAB. XI
EKONOMI KELEMBAGAAN
DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN EKONOMI

1. Keunggulan Komperatif dan Kompetitif.


2. Substitusi Impor dan Promosi Ekspor.
3. Sentralisasi dan Desentralisasi.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

PADA LEVEL MAKRO, FOKUS DARI ELEMBAGA ADALAH MENYIAPKAN


DASAR PRODUKSI, PERTUKARAN, DAN DISTRIBUSI DARI BERBAGAI
ASPEK, HUKUM, EKONOMI, POLITIK, DAN SOSIAL. PADA TITIK INI,
SETIAP NEGARA PERLU MENYIAPKAN BERAGAM STRATEGI
PEMBANGUNAN EKONOMI SEBAGAI DASAR PENYESUSUNAN
KELEMBAGAAN EKONOMI. SEHINGGA STRATEGI PEMBANGUNAN
EKONOMI HARUS DIPIKIRKAN SECERMAT MUNGKIN. KARENA
AKAN BERIMPLIKASI KEPADA FORMULASI KESEPAKATAN
KELEMBAGAANNYA PADA LEVEL MIKRO.
PADA PERSPEKTIF ELEMBAGA, STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
DIANGGAP SEBAGAI KUNCI YG AKAN MENENTUKAN KEBIJAKAN2
TEKNIS UNTUK MENGGULIRKAN KEGIATAN EKONOMI. NEGARA YG
LEBIH MENGEDEPANKAN TUJUAN PERTUMBUHAN DIBANDINGKAN
PEMERATAAN, TENTU STRATEGI PEMBANGUNAN DAN
KELEMBAGAAN EKONOMINYA DIARAHKAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN PERTUMBUHAN TSB.
DENGAN DEMIKIAN BISA DIPAHAMI BAHWA NEGARA WAJIB MEMILIKI
STRATEGI PEMBANGUNAN YG JELAS SEBAGAI DASAR
PENYUSUNAN KELEMBAGAAN EKONOMI YG LEBIH DETAIL. BAB INI
AKAN DIPAPARKAN BEBERAPA STRATEGI PEMBANGUNAN
EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ELEMBAGA.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
1. Keunggulan Komperatif dan Kompetitif.
Chandra, 1992. Strategi pembangunan ekonomi model ini, khusus bagi
negara2 yg akan menuju industrialisasi. Industrialisasi, adalah
pergeseran pertumbuhan produksi dari sektor primer (pertanian)
menuju sektor sekunder (industri) dan jasa2. Jadi, proses
industrialisasi tidak lepas dari formulasi keunggulan komperatif.
John.S.Mill dan Ricardo, keunggulan komperatif adalah keunggulan
nilai produk suatu negara yg ditentukan oleh tenaga kerja yg
dipekerjakan memproduksi barang tsb. Jadi “ ” sebagai
faktor penting. produktivitas negara tsb tinggi, dan biaya
tenaga kerja rendah, maka negara tsb mempunyai keunggulan
komperatif. sumber keunggulan komperatif adalah

, keunggulan komperatif, tidak ditentukan oleh


produktivitas tenaga kerja saja, tetapi juga faktor;

disimpulkan bahwa negara memiliki keunggulan


komperatif, jika dalam kegiatan2 ekonominya banyak menggunakan
faktor2 produksi ( ) yg lebih tersedia atau murah di negara tsb
dari pada negara2 yg merupakan mitra perdagangannya.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
1. Keunggulan Komperatif dan Kompetitif.
Wei, 1997. Konsep keunggulan komperatif mendapat kritik, sehingga
diganti dengan keunggulan kompetitif yg memperhitungkan semua
faktor pokok yg mempengaruhi daya saing suatu perusahaan atau
industri. , faktor daya saing tsb adalah persaingan sehat
antar industri, diferensiasi produk, dan teknologi.
Barney, 1991, Keunggulan kompetitif adalah proses dimana
perusahaan, mampu menggunakan semua sumber daya (modal) yg
dimiliki dalam menciptakan berbagai jenis produk, dengan keunikan
dan derajad kesulitan tinggi bagi pelaku lain untuk mengikuti/
mengimitasi, sehingga memberikan nilai tambah bagi pelanggannya.
Hal tsb di atas, Pertama; teknlogi,

, secara makro negara yg mampu


menciptakan teknologi, dengan sendirinya memiliki keunggulan
komperatif mengingat teknlogi sebagai sumber daya (modal), seperti
sumber daya yg lain (SDA, kurs,dst).
Perbedaan pandang, keunggulan komperatif tsb hanyalah masalah
“perluasan”. Unsur teknologi, semula belum ada dan kemudian
dimasukkan, karena perkembangan jaman. Khususnya aliran neo
klasik yg sejak awal mendominasi teori perkembangan ekonomi.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
1. Keunggulan Komperatif dan Kompetitif.
Justman dan Teubal, 1991, Pandangan aliran struktural dan neoklasik
terkait keunggulan komperatif, dikemukakan sbb;
Pertama; Neoklasik
apa yg ada positip
struktural

apa yg seharusnya ada normatif)


Kedua, Perbedaan cara pelestarian sumber2 keunggulan. Neoklasik
cenderung berupaya menjaga dan memperbaruhi SDA yg dimiliki,
mengakumulasi modal berkesinambungan, mengeloa pertumbuhan
penduduk dan migrasi, serta melakukan penyesuaian upah.
, struktural, lebih fokus menata dan memperkuat
pembangunan industri pemulanya melalui investasi infrastruktur
teknologi dan pelatihan, menyiapkan paket kebijakan makro
ekonomi yg kondusif bagi pembangunan industri.
Ketiga, perbedaan menciptakan dasar (pondasi) kebijakan. Neoklasik,
memakai piranti2 tingkat tabungan dan instrumen makro untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan. Sementara, struktural,
penekanan kebijakan kepada infrastruktur yg lebih spesifik sesuai
kondisi masing2 negara. Lihat Tabel.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
1. Keunggulan Komperatif dan Kompetitif.
Tabel: Pandangan Neoklasik dan Strukturalis tentang Keunggulan
Komperatif.

JENIS NEOKLASIK STRUKTURALIS


Sumber2 SDA; Persediaan Modal; Hasil Pembelajaran dan
Keunggulan dan Jumlah Penduduk Pengalaman yg berbeda,
Komperatif Infrastruktur teknologi yg
berlainan dan pasar lokal yg
progressif.
Cara Pelestarian Menjaga/memperbaruhi Pengembangan Kemampuan
SDA, Akumulasi Modal Pembangunan Industri
Fisik, Pertumbuhan Pemula Melalui Investasi
Penduduk lamiah dan dalam Infrastruktur Teknologi
Migrasi, dan Kenaikan yg Spesifik dan Pelatihan,
Upah serta Penerapan Kebijakan yg
tepat.
Dasar Kebijakan Tingkat Tabungan Penekanan pemilihan Strategi
Turunan Sebagai Sasaran, yg bertumpu kepada
Instrumen Makro pembangunan infrastruktur yg
Ekonomi spesifik
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
2. Substitusi Impor dan Promosi Ekspor.
Yustika,2000, setelah perang dunia ke-2, perdagangan dunia tidak
sejajar antara Negara Maju(NM) dan Berkembang (NB). NB Neraca
Pembayaran (NP) nya selalu defisit. NB tidak punya dana untuk
investasi dan membangun ekonomi domestik (kecuali utang).
Ada dua alasan hal di atas terjadi, yi. ; Ekspor NB kebanyakan
produk primer, elastisitas permintaan rendah, dan sering terjadi
gejolak harga. impor, kebanyakan barang manufakture,
elastisitas permintaan tinggi, dan harga stabil. ; NM, memiliki
teknologi dan SDM lebih baik, sehingga mampu menghasilkan
barang lebih efisien, kompetitif, dan bisa menembus pasar NB.
Kedua hal tsb, yg menggrogoti NP dari NB, sebagai dampak
perdagangan internasional, sehingga terjadi kemerosotan surplus
ekonomi secara permanen. Hal inilah, yg

Roxborough, 1990, Kebijakan SI, dilakukan untuk melindungi industri


domestik dari bersaing dengan industri LN, dng pemberian Proteksi,
seperti; subsidi, monopoli, lisensi, kuota, kebijakan; perlindungan
tarif industri domestik dan perluasan pasar domestik, dan
pengaturan kurs mata uang. Dalam kurun waktu tertentu berhasil.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
2. Substitusi Impor dan Promosi Ekspor.
Bhagwati, 1992, Strategi SI tidak bertahan lama, perekonomian NB
mengalami siklus kelesuan ekonomi (Ind Krisis 1997). Hal tsb dapat
dikemukakan alasanya sbb;
; Kebijakan SI tidak membuat ekonomi/ perusahaan bekerja
efisien, terbatasnya ukuran pasar domestik, dan tidak ada kompetitif
antar industri domestik. Sehingga barang LN menembus pasar
domestik dan berujung memburuknya NP.
Kedua; Rezim berpendapat ttg proteksionis bahwa ”Perusahaan akan
belajar dari apa yg dikerjakannya” ternyata tidak terbukti. Artinya,
perusahaan2 yg mendapatkan perlindungan istimewa, akan bekerja
dengan efisien dan kompetitif, ternyata tidak berjalan. Proteksi
tidak membuat perusahaan jadi besar. Bahkan fasilitas yg diberikan
untuk mengeruk keuntungan se-besar2nya. SI juga menjadikan
konsentrasi industri yg tidak sehat (fair).
Yeager, 1999, Perspektif Elembaga, kegagalan SI terletak pada
ketidakmampuannya menciptakan proses “Perusakan Kreatif”. Hal
ini terjadi karena dalam strategi SI tidak terdapat insentif bagi
berlangsungnya inovasi akibat praktik proteksi perdagangan dan
fasilitas istimewa yg berlebihan. Sehingga hanya memunculkan
pencari rente dan free riders.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
2. Substitusi Impor dan Promosi Ekspor.
Bhagwati, 1992, Sadar, strategi SI tidak berhasil, maka NB mengambil
kebijakan promosi ekpor. Kebijakan yg memberikan insentif ekonomi
yg memacu ekspor relatif, terhadap kecenderungan yg memberikan
insentif terhadap impor. Dikenal dg rumus ”
dibuat lebih besar
daripada “Nilai Tukar Effektif atas Import”/ Effetive Exchange Rate
on Import-- EERm). Jadi, EERx > EERm
Rachbini, 1991, Penerapan Kebijakan Promosi Ekspor dilakukan
dengan alasan untuk;
1. Meningkatkan penerimaan devisa. 2. Mempertumbuhkan industri
manufaktur untuk ekspor dengan mencari peluang pangsa pasar di
berbagai negara lain. 3. Memperkuat dan memperluas ekspor
komoditi tradisional (primer) dalam bentuk telah terproses dan atau
sebagai barang jadi. 4. Meningkatkan penerimaan produsen (petani,
pedagang, industriawan) dan eksportir dalam kegiatan ekspor.
5. Mempertinggi kepastian usaha bagi produsen dan eksportir melalui
pencarian pasar yg tidak terbatas di LN.6.Peningkatan tenaga kerja
untuk kegiatan ekonomi sbg penunjang ekspor industri manufaktur
dan komoditi tradisional. 7.Pengembangan industri tujuan ekspor yg
secara tidak langsung merupakan proses untuk mensubstitusi
barang2 manufaktur.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
2. Substitusi Impor dan Promosi Ekspor.
1. NB yg menganut orientasi keluar (ekspor), mengambil kebijakan
secara selektif dalam memilih sektor2 ekonomi yg akan diberi
insentif sehingga dapat menembus pasar internasional.
2. Kebijakan strategi pembangunan industri orientasi ekspor di atas
dengan tepat, akan terkait potensi2 sumber ekonomi yg masing2 NB
berbeda (SDA, SDM, Iklim, Geogafis, Jumlah penduduk, demografi,
politik, sosial dan ekonomi, infrastruktur, keunggulan komparatif dan
kompetitif produk, kebijakan pelatihan, kebijakan investasi dst) yg
akan menghasilkan EERx > EERm, sebagaimana dikemukakan oleh
pendekatan strukturalis.
3. Kebijakan tsb di atas yakni strategi industrialisasi yg berorientsi
ekspor dan pemahaman konsep keunggulan komparatif dan
kompetitif yg tepat, akan lebih efektif dan moncer jika didukung
dengan perumusan kebijakan desain Elembaga yg tepat pula.
4. Kebijakan strategi pembangunan industri di atas perlu didukung
dengan kebijakan operasional, seperti; desain Elembaga yg diisi
oknum atau manusia2 syariah. Bukan orang2 yg KKN, Pelaksanaan
Berokrasi lelet, perumusan sistem kepemilikan tdk terjamin.
SEMOGA INDONESIA MAKMUR DENGAN ELMEBAGA YG
TEPAT.......AMMIIIIIIIIIIIIIN 3X
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
3. Sentralisasi dan Desentralisasi.
Tiebot, 1998, Qates, 1972, Desentralisasi adalah proses penyerahan
kekuasaan ke pemerintah lokal dengan menggeser struktur
akuntabilitas dari level nasional ke subnasional untuk; (i)
memperkuat efisiensi dan tanggungjawab, (ii) pengembangan dan
inovasi teknologi, (iii) memperbaiki akuntabilitas publik dan
mengendalikan korupsi.
Mawhood, 1983, Desentralisasi adalah penciptaan badan yg terpisah
oleh aturan hukum dari pemerintah pusat, dimana pemerintah lokal
diberi kekuasaan formal untuk memutus ruang lingkup persoalan
publik. Jadi basis politiknya ada di tingkat lokal.
Percepatan dan intensitas desentralisasi dirujuk dua model, yii;
Pertama; mengubah dratis watak sentralisasi pengelola negara dan
mengimplementasikan dalam tempo singkat. Model ini; ampuh
mewujudkan tujuan, tetapi diiringi banyak jebakan, misal; banyak
aturan tumpang tindih akibat perbedaan dalam memahami
desentralisasi, kapasitas birokrasi daerah tidak mampu mengiringi
percepatan proses desentralisasi. Kedua; Pemerintah menjalankan
program terpadu dengan cakupan dan waktu yg terjadwal. Model
ini; lemah dalam hal jangka waktu yg agak lama, tetapi kelebihannya
adanya kepastian dalam jangka panjang.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
3. Sentralisasi dan Desentralisasi.
Percepatan desentralisasi di atas, berpotensi gaduh. Dua fenomena
gaduh tsb yi; Pertama; desentralisasi korupsi/KKN dan duplikasi
PERDA yg berlawanan dengan spirit OTDA. Kedua, kewenangan
PEMDA menyusun program prioritas pembangunan, diserobot oleh
pemodal, maka wajah daerah compang camping. Misal ;
Penggusuran pelaku UMKM (sektor informal kota) diganti kegiatan
ekonomi modern ( pusat belanja, kawasan industri, perumahan
megah). Artinya, pemilik modal dapat membeli kebijakan PEMDA.
Dollery dan Wallis, 2001. keberhasilan desentralisasi, dilihat dari; (i)
kualitas pelayanan sektor publik PEMDA. (ii) efisiensi dan efektivitas
program. Tujuan program yi; (1) aksesibilitas/ keterjangkauan dari
aspek2 semacam kesanggupan, representasi di antara kelompok2
prioritas, dan keterjangkauan fisik. (2) kesesuaian (mencocokan
antara rencana dan realisasi. (3) Pencapaian (mencocokan
pelayanan dengan kebutuhan masyarakat). (4) Kualitas ( proses
pertemuan standar dan realita hasil). Lihat Bagan
Terkait Elembaga, tolak ukur efisiensi pelayanan PEMDA/ publik
/pemerintaah lokal, dengan mengetahui biaya transaksi. Sumber2
biaya transaksi dapat diidentifikasi melalui yi: rasionalitas terbatas,
opportunisme, dan spesifisitas aset. Lihat Tabel
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
3. Sentralisasi dan Desentralisasi.
Bagan: Kerangka Penilaian Kinerja

Efisiensi Manajemen Sumber Daya


KINERJA
DSENTRALI
SASI
(PROGRAM)
Efektivitas Aksesibilitas; Kesesuaian; Pencapaian, dan Mutu

Tabel: Biaya Transaksi Atas Pelayanan Pemerintah Lokal


PELAYANAN RASIONAL OPPORTUNIS SPESIFITAS
TERBATAS ME ASET
Pemungutan Iuran Rendah Sedang Sedang
Perbesihan Jalan Rendah Sedang Rendah
Pembersihan Gedung Rendah Sedang Rendah
Jasa Makanan (Catering) Sedang Tinggi Sedang
Perawatan Kendaraan Sedang Tinggi Sedang
Perawatan Lahan ( Tanah) Rendah Sedang Rendah
Pelayanan Leisure time Tinggi Sedang Tinggi
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

Privatisasi (sempit), yi; penjualan aset (perusahaan) negara kepada


swasta (Polandia, Hongaria, dan Rusia). Arti luas, Privatisasi yi
pemindahan pengelolaan (manajemen) perusahaan publik kepada
swasta tanpa harus terjadi penjualan kepemilikan. ( China, laos,
Vetnam, Myanmar, dan mongolia).
Munday, 1996, terdapat lima tujuan dari proses privatisasi, yi: (i)
instrumen meningkatkan pendapatan negara. (ii) menyebarkan
kepemilikan (aset) di sebuah negara. (iii) diharapkan berimplikasi
perbaikan distribusi pendapatan dan kesejahteraan rakyat. (iv)
mengurangi masalah yg timbul dalam hal pembayaran di sektor
publik. (v) mengatasi kinerja yg buruk pada industri (perusahaan)
nasional (negara). Semangat inti dari privatisasi adalah
meningkatkan kinerja perekonomian nasional secara keseluruhan.
Yustika, 2002, Indonesia, privatisasi didorong realitas kinerja BUMN yg
buruk, hanya perbankan, telekom dan pertambangan yg ukup bagus.
Karena ketidakmampuan negara menjalankan bisnis, dan ditambah
beban BUMN sebagai agen sosial pembangunan serta “mesin Uang”
para politisi/elit negara. Akibatnya, th 1990 an bentuk penjualan
aset2 BUMN kepada swasta. Bentuk dan proses privatisasi masing 2
negara tidak sama dan ini menarik untuk dianalisa.
BAB. XI
ELEMBAGA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI

Desain perbaikan kinerja perusahaan (negara), Negara2 Asia lebih


menempuh upaya perluasan “ otonomi dan akuntabilitas”.
ASedangkan, Eropa Timur, privatisasi lebih menyukai perusahaan
negara dijual kepada swasta. Strategi ini dikenal “big-bang
approaah” mengingat teradinya perubahan yg radikal.
Jadi, negara Asia lebih menekankan pemberian otonom dan
akuntabilitas untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan tidak
melihat aspek kepemilikannya. Sebaliknya negara Eropa Timur,
menganggap bahwa pasar (swasta) akan lebih mampu secara efisien
mengelola perusahaan dibandingkan negara.
Brada, 1996, Proses privatisasi memunculkan beberapa persoalan yi;
(i) privatisasi ditangguhkan alasan ideologi, dimana negara tsb
diminta mengelola perusahaan. (ii) Oposisi privatisasi datang dari
manager dan pegawai karena takut kehilangan pendapatan serta
pengelola swata terjadi efisiensi dan kurang memiliki tanggung
jawab sosial (perumahan, kesehatan, rekreasi dan olah raga).
Dalam perspektif, Elembaga dan proses privatisasi adalah peluang
untuk mendesain kelembagaan paska privatisasi fokus perbaikan
ekonomi, dan tidak dimasuki kepentingan politik sesaat sehingga
banyak free riders numpang lewat.

Anda mungkin juga menyukai