Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PERPUSTAKAAN

2.1 Konsep Hernia Inguinalis

2.1.1 Pengertian

Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian

terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia inguinal adalah

menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal

melalui sebuah defek konginital (Dermawan Deden dan Rahayuningsih Tutik.

2010).

Hernia Inguinalis adalah hernia yang terjadi pada dinding abdomen di regio

Inguinal. Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia inguinlais lateralis (HIL) dan

hernia inguinalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu

hernia inderecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen

melainak melalui cincin kanalis inguinalis, sedangkan Hernia inguinalis medialis

mempunyai nama lain hernia directa yang artinya keluarnya langsung menembus dinding

abdomen (Muharram, 2017).

2.1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya hernia diseabkan lemahnya dinding rongga perut dapat ada

sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup, Akibat dari pembedahan sebelumnya,

kongenital, hernia yang bukan disebabkan oleh faktor lain seperti : kegemukan, penyakit

yang melemahkan dinding perut, merokok, Diabetes melitus.

Hernia Inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginental atau karena sebab

yang didapat. Hernia dapat di jumpai pada setiap usia. Lebih banyak

pada laki-laki dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan

pada pembentukan pintu masuk hernia. Pada hernia anulus internus yang

cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
juga diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang

sudah terbuka cukup lebar itu.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernis

inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. Obilikus

internus abdominalis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan

adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum hasseibach yang

umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini dapat menyebabkan

terjadilah hernia.Faktor secara kongenital adalah adanya proseus vaginalis yang

terbuka, dan secara yang di dapat adalah peningkatan tekanan di dalam rongga

perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk kronik,

hipertrofi prostat, konstipasi dan ansietas disertai hernia inguinalis. Dalam keadaan

relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada

keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis berjalan lebih vertikal.

Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih

transversal dan anulus inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi

akibat kerusakan n. Ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendiktomi (Sjamsuhidayat.

2010).

2.1.3 Klasifikasi Hernia

Berdasarkan sifat klinisnya, Hernia Reponsi, Hernia irreponibilis Hernia Strangulasi

Hernia Incarserata. Berdasarkan arah hernia : 1) Hernia Eksterna yaitu hernia yang

penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah luar, misalnya; hernia

inguinalis lateralis dan medialis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia lumbalis

dsb. Hernia Interna yaitu apabila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke

cavum thorax atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen. (Diyono dan

Sri. 2013)

2.1.4 Patofisiologi Hernia Inguinalis


Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong anulus

inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali

kongenital atau karena yang didapat faktor yang dipandang berperan kausal adalah

adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena

usia. Lebih banyak pada laki- laki dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab

berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada Anulus Internus yang cukup besar

sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka

cukup lebar itu (Sjamsuhidayat, 2010).

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding

perut karena usia. Bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis dapat mencegah

masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis, kelemahan dinding perut antara lain terjadi

akibat kerusakan inguinalis.

Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi hernia, keluhan satu-

satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada saat berdiri, batuk, bersin atau

mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri biasanya dirasakan di

epigastium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada

mesrentium sewaktu, satu segmen usus halus masuk kedalam kantung hernia.

Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarsesari karena

ileus atau strangulasi karena nekrosis (Sjamsuhidayat, 2010).

Bila isi kantong hernia dapat di pindahkan ke rongga abdomen dengan

manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia irredusibel dan hernia inkarserta adalah

hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi. Nyeri akan

terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan

perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat

berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus terlepas, usus ini

cepat menjadi gangrene. Pada hernia redusibel dilakukan tindakan bedah elektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi (Sjamsuhidayat, 2010).

Skema 2.1 Pathway patofisiologi hernia Inguinalis

Factor konginetal (kegagalan


penutupan prosesus vaginalis Factor didapat (batuk kronis, mengejan
pada waktu kehamilan) saat mkiksi, mengejan saat defekasi,
pekerjaan saat mengangkat benda berat

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari annulus inguinalis ekstermus

Tonjolan akan sampai ke spektrum

Hernia

Tidak dapat kembali Dapat kembali secara


spontan (manual)
secara normal

Tindakan pembedahan Post operasi hernia


Adanya luka insisi

System irigasi Penurunan fungsi usus

Diskontinuitas Perawatan luka yang


Keseimbangan cairan Diit cairan kurang
jaringan

Kekurangan volume Nutrisi inadekuat Invasi kuman


cairan Nyeri
Resiko infeksi
Kekurangan nutrisi
kurang darikebutuhan
tubuh

Gangguan
Ketidaknyamanan /
integritas kulit keterbatasan gerak
2.1.5 Gejala dan tanda

a. Benjolan pada regio inguinale, di atas ligamentum inguinal, yang

mengecil bila pasien berbaring.

b. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan

hernia akan bertambah besar.

c. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu

disertai perasaan mual.

d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan

bertambah hebat serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas.Pada

laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum (Sjamsuhidayat, 2010).

2.1.6 Penatalaksanaan

a. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melaukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada Hernia

inguinalis strangulata. Pemakaian bantalan peyangga hanya bertujuan

menahan hernia yang telah direposisi dan tidak akan pernah

menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.

b. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Tindakan pada hernia adalah herniorafi. Pada bedah

elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat, dan

8
12

dilakukan Basini plasty. Atau teknik yang lain untuk memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis.

Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif.

Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat tidak.

Bila vital dikembalikan kerongga perut, bila tidak vital dilakukan

reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian

terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital

langsung di tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit

(Sjamsulhidayat,2010).

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :

a. Herniotomy

Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi

hernia ke cavum abdominal

b. Hernioraphy

Mulai mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada

conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m. Obliquus

intraabdominalis dan M. Transversus abdominal yang berinsio

tuberculum pubicum)

c. Hernioplasty

Menjahit conjoint tendon pada ligamentum agar LMR

hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup

otot.
13

2.2 Konsep Asuhan Keparawatan

2.2.2 Pengkajian

a. Identitas Pasien

Yang perlu dikaji nama , umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

agama, suku, status perkawaninan. Pada pasien hernia paling sering

terjadi pada umur 45-75 tahun, lebih banyak pada laki –laki dari pada

perempuan dan sering dialami oleh pasien dengan melakukan perkerjaan

berat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan Utama pada pasien post operasi hernia adalah mengeluh

nyeri. Pembedahan herniatomy dilakukan dengan membuat sayatan

di bagian kanalis inguinalis, oleh karena itu terjadi kerusakan

jaringan. Kerusakan jaringan itulah yang membuat r asa nyeri yang

dirasakan, dan hal ini membuat individu bereaksi memindahkan

stimulus nyeri

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya pada pasien yang mengalami hernia mengalami mengalami

3) Riwayat Riwayat Penyakit Yang lalu

Pasien yang mengalami hernia biasanya terjadi pada pasien yang

pernah mengalami operasi eapendiktomi, pasien yang mengalami

gangguan defikasi dan miksi, pasien yang sering mengalami batuk


14

kronis dan asites. Selain itu pasien diabetes mellitus merupakan

prodisposisi terjadinya Hernia

4) Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada hubungan antara kejadian hernia dengan penyakit

keturunan.

c. Pola kesehatan fungsional

Pasien yang mengalami hernia akan mengalami kesulitan dalam defikasi,

dan adanya inkontinensia / retensi urine. Akibat efe anastesi post operasi

akan memperburuk konstipasi yang dialamipasien. Pola aktifitas pasien

terganggu disebabkan adanya benjolan sehingga pasien mengalami

penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh

sehingga menyebabkan gangguan Akibat operasi juga akan

menyebabkan rasa nyeri pada pasien sehingga menyebabkan pasien

susah untuk beraktifitas dan menggang istirahat tidur pasien. Perubahan

yang terjadi pada tubuh akan menyebakan pasien cemas

d. Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan hernia dapat dilakukan secara selintas

pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu

perlu di nilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas

ompos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporkoma, atau koma.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan hernia biasanya

didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas

meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat


15

seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan

tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti hipertensi.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi daerah Inguinal dan femoral.

Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan

Viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau

abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di daerah Inguinal.

Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak

pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.

Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan Femoral untuk melihat

timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat

menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah

pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls

pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,

tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.

2) Palpasi Hernia Inguinal

Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk

kanan memeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan

kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak

untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan

dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan

kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk

sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus


16

mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal

sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah

cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari

tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki

oleh jari tangan (Tambayong,  2000)

f. Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam

usus/obstruksi usus

2) Hitung darah lengkap dan serum elektrolik dapat enunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah

putih dan ketidakseimbangan elektrolik.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat,2001)

Dari teori tentang Post Operasi Hernioraphy, dapat ditarik beberapa

diagnose antara lain nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

ditandai dengan luka pada abdomen, gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post operasi, gangguan

integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi ditandai dengan

ketidaknyamanan keterbatasan gerak, kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit cairan ditandai dengan penuruna

fungsi usus.,kekurangan volume cairan berhubungan dengan system

irigasi / drainage ditandai dengan keseimbangan cairan,resiko infeksi


17

berhubungan dengan proses invasi kuman ditandai dengan perawatan

luka yang kurang. (NANDA, 2005)

2.2.3 Rencana Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang

atau hilang, Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi :

a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0-10)

Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan

dan keefektifan analgesic atau dapat menyatakan

terjadinya komplikasi.

b. Pantau tanda-tand a vital

Rasional: Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan

pernafasan yang berhubungan dengan keluhan /

penghilangan nyeri.

c. Dorong Ambulasi diri

Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang

peristaltik dan kelancaran flaktus.

d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi

Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian

dapat meningkatkan koping.

e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik

Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat


18

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas

post operasi.

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman

Kriteria hasil : Menunjukkan mobilitas yang aman dan meningkatkan

kekuatandan fungsi bagian tubuh yang sakit.

a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien

Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.

b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan

pasien

Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.

c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien

Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang

khusus

tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai

toleransi.

d. Kolaborasi dalam pemberian obat

Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama

pasien selama melakukan aktivitas.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat dan

menunjukkan perilaku atau teknik untuk

meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.

Intervensi :
19

a. Observasi semua insisi.

Rasional : mencegah komplikasi

b. Evaluasi proses penyembuhan

Rasional : mengetahui peningkatan penyembuhan.

c. Kaji ulang penyembuhan terhadap pasien

Rasional : menunjukkan penyembuhan luka.

d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltik usus

Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda

bahwa fungsi defekasi hilang.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan diit cairan.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang

yang diharapkan individu dan menyiapkan pola diet

dengan masukan kalori adekuat, menyatakan

pemahaman kebutuhan nutrisi.

Intervensi :

a. Berikan porsi kecil tapi sering.

Rasional : meningkatkan nafsu makan.

b. Evaluasi status nutrisi, ukur berat badan normal.

Rasional : adanya kondisi kronis dapat menimbulkan

malnutrisi

c. Evalusai status dan ukur berat badan setiap harinya.

Rasional : mengetahui adanya perubahan status gizi.


20

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainage.

Tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, tanda vital

stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi :

a. Awasi tanda vital.

Rasional : cairan yang masuk dapat merubah keseimbangan cairan.

b. Observasi karakter drainase.

Rasional : pemantauan cairan yang masuk

c. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral.

Rasional : diberikan agar tidak kekurangan cairan.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak ada pus

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal

pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.

b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi

Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan

c. Pertahankan keperawatan luka aseptic

Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian

d. Pertahankan balutan kering


21

Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan

kontaminasi.

e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri

Anda mungkin juga menyukai