Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PELAYANAN PERAWATAN INTENSIF

(ICU & HCU)


RSUP H.ADAM MALIK

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah Sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang


mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU dan HCU
yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien.
Pada unit perawatan intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan
dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu
yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat
penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana,
prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan
pelayanan ICU. Mengingat perlunya tenaga profesional khusus, terbatasnya
sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan dan pembiayaan, untuk
efisiensi keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan secara khusus.
Pelayanan High Unit Care (HCU) pada hakekatnya bertujuan dan
berorientasi untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien
dengan mendayagunakan sumber daya manusia berkompeten dan professional
menggunakan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan standar dan pedoman
yang berlaku.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu instalasi di rumah sakit dengan
staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien – pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau
penyulit – penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible. High Care Unit
(HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi
respirasi, hemodinamik, dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat.
ICU dan HCU, keduanya berperan dalam mengoptimalkan keselamatan
dan kualitas hidup pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Karenanya
perlu dibentuk panduan pelayanan perawatan intensif RSUP H.Adam Malik.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. DEFINISI
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu instalasi di rumah sakit dengan
staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien – pasien yang menderita penyakit
akut, cedera atau penyulit – penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan
masih reversible.

High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien
dengan kondisi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran yang stabil yang
masih memerlukan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat.

B. TUJUAN
Tujuan penyelenggaraan pelayanan ICU adalah:
 Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di
rumah sakit
 Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di rumah sakit
 Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di rumah sakit

Tujuan penyelenggaraan pelayanan HCU adalah:


 Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien HCU
 Meningkatkan efisien dan efektivitas pemanfaatan pelayanan ICU
bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan HCU
 Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia
kesehatan, sarana prasarana serta pelayanan HCU.
C. KUALIFIKASI TENAGA MEDIS DAN PROFESIONAL LAIN
Jenis Strata /Klasifikasi Pelayanan
No
Tenaga Primer Sekunder Tersier
1 Kepala - Dokter Spesialis -Dokter Intensivis Dokter intensivis
ICU anestesiologi -Dokter spesialis
- Dokter spesialis lain yang anestesiologi (Jika
terlatih ICU (jika belum belum ada dokter
ada dokter spesialis intensivis)
anestesiologi)
2 Tim Medis - Dokter spesialis sebagai -Dokter spesialis - Dokter spesialis
konsultan (yang dapat (yang dapat (yang dapat
dihubungi setiap memberikan memberikan
diperlukan) pelayanan setiap pelayanan setiap
- Dokter jaga 24 jam diperlukan) diperlukan)
dengan kemampuan -Dokter jaga 24 jam - Dokter jaga 24
resusitasi jantung paru dengan jam dengan
yang bersertifikat bantuan kemampuan kemampuan
hidup dasar dan bantuan ALS/ACLS dan ALS/ACLS dan
hidup lanjut FCCS FCCS
3 Perawat Perawat yang terlatih Minimal 50% dari Minimal 75% dari
yang bersertifikat bantuan jumlah seluruh jumlah seluruh
hidup dasar dan bantuan perawat di ICU perawat di ICU
hidup lanjut merupakan perawat merupakan
terlatih dan perawat terlatih
bersertifikat ICU dan bersertifikat
ICU
4 Tenaga - Tenaga administrasi di - Tenaga - Tenaga
Non ICU harus mempunyai administrasi di ICU administrasi di
Kesehatan kemampuan harus mempunyai ICU harus
mengoperasikan kemampuan mempunyai
computer yang mengoperasikan kemampuan
berhubungan dengan computer yang mengoperasikan
masalah administrasi berhubungan computer yang
- Tenaga pekarya dengan masalah berhubungan
- Tenaga kebersihan administrasi dengan masalah
- Tenaga pekarya administrasi
- Tenaga kebersihan - Tenaga
laboratorium
- Tenaga
kefarmasian
- Tenaga pekarya
- Tenaga
kebersihan
- Tenaga rekam
medis
- Tenaga untuk
kepentingan
ilmiah dan
penelitian
 Semua petugas wajib memiliki STR, SIP / SIK/ SIPA, dan
kewenangan klinis.
 Seorang dokter Intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi
standar kompetensi sebagai berikut:
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care
medicine (KIC,Konsultan Intensif Care) melalui program pelatihan
dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan ICU & HCU serta menggunakan
sumber daya secara efisien.
c. Berpartisipasi dalam memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/seminggu.
d. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain:
1. Sampel darah arteri
2. Memasang dan mempertahankan jalan nafas termasuk
intubasi tracheal, tracheostomy perkutan, dan ventilasi
mekanis.
3. Mengambil kateter intravaskular untuk monitoring invasif
maupun terapi invasif (misalnya: Continuous Renal
Replacement Therapy (CRRT) dan peralatan monitoring,
termasuk:
a. Kateter arteri
b. Kateter vena perifer
c. Kateter vena sentral(CVP)
d. Kateter arteri pulmonalis.
4. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.
5. Melakukan diagnostik non invasif fungsi kardiovaskuler
dengan echokardiografi.
6. Resusitasi Jantung paru
7. Pipa thoracostomy.
e. Melaksanakan dua peran utama:
1. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan
pelayanan di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi
layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cidera
termasuk gagal organ multi sistem. Dalam mengelola pasien,
dokter intensivis dapat mengelola sendiri atau berkolaborasi
dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu
mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti:
a) Haemodinamik tidak stabil
b) Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa
memerlukan tunjangan ventilasi mekanis
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi
hipertensi intracranial.
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan atau metabolik akut
yang mengancam nyawa
f) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau
keracunan obat
g) Gangguan koagulasi
h) Infeksi serius yang mengancam nyawa
i) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan
nutrisi
2. Manajemen Unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberikan
pelayanan-pelayanan ICU & HCU yang efisisen, tepat waktu
dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara
lain:
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran
pasien
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan
unit.
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas
yang berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
d. Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran pelayanan ICU & HCU
f. Mempertahankan pendidikan yang berkelanjutan tentang critical
care medicine
1) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan
membaca literatur kedokteran
2) Berpartisipasi dalam program-program pendidikan
kedokteran berkelanjutan
3) Menguasai standar-standar pelayanan perawatan intensif
g. Berpartisipasi dalam perbaikan kualitas interdisipliner
h. Indikasi rawat masuk dan keluar ICU/HCU sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.

 Perawat yang bertugas harus mempunyai Sertifikat Pelatihan


Keperawatan Dasar ICU
 Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
 Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, etika, dan
menghormati hak pasien.
 Pelayanan dilaksanakan dalam 24 jam.
 Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
 Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan
rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali.

D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/MENKES/PER/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif di Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
244/MENKES/PER/III/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP
H. Adam Malik.
8. Hospital By Law RSUP H. Adam Malik tahun 2013.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778 /Menkes/SK/XII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
834/MENKES/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyenggalaraan
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit.
11. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pelayanan Perawatan Intensif


 Pelayanan perawatan intensif merupakan rujukan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan/DPJP dari ruangan rawat inap, instalasi
gawat darurat, serta kamar operasi.
 Pasien yang berasal dari kamar operasi baik COT atau KBE maka yang
mengantar pasien ke ICU adalah pegawai atau petugas COT/KBE dan
harus di dampingi oleh PPDS Anestesi yang sesuai kompetensi.
 Pasien yang pindah dan kembali di rawat di ruang inap maka yang
menjemput pasien dari ICU adalah pegawai atau petugas ruangan rawat
inap
 Pasien Surgical harus di rawat di ICU Surgical dan Pasien non Surgical
harus di rawat di ICU General.
 Ruang intensif menerima rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai
dengan standar, fasilitas dan kapasitas yang dimiliki.
 Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada
informed consent.
 Pada keadaan darurat, untuk kepentingan dan keselamatan pasien,
dokter jaga ICU atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan
tindakan medis.
 Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup
pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi (DNR), dan diinformasikan kepada keluarga pasien serta
tertulis di rekam medis pasien.
 Dalam menghadapi tahap terminal, konsultan ICU harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan
life – supporting.
 Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis
tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien
tindakan – tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih.
 Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada DPJP.
 Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU/HCU baik medis maupun
non medis menjadi tanggung jawab Kepala Ruangan termasuk
pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.
 Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
 Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan
permintaan dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pelayanan) atau
dokter konsulen lain berkoordinasi dengan DPJP ICU/HCU.
 Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah ditentukan lalu diinput oleh petugas administrasi untuk
selanjutnya di informasikan pada bagian terkait.
 Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter
spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU.
 DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien.
 Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama dan di tulis dalam rekam medis serta
dilakukan case meetingi yang dikoordinir oleh Case Manager.
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan
untuk dilakukan audit medis oleh Komite Medik.
 Keluarga pasien ICU berada di ruang tunggu yang telah disediakan dan
tidak dibenarkan untuk masuk ruang ICU terkecuali bila dipanggil atau
pada saat jam besuk

B. KRITERIA MASUK ICU


Kriteria masuk ICU telah ditetapkan dengan prosedur sesuai dengan
keputusan Direktur Utama RSUP H.Adam Malik.
Kriteria masuk berdasarkan sistem organ:
A. Penilaian Sistem Kardiovaskular
1. Miokard infark akut dengan komplikasi
2. Shock kardiogenik
3. Aritmia complex yang membutuhkan monitoring dan intervensi ketat
4. Congestive Heart failure akut disertai gagal nafas dan/atau
memerlukan dukungan hemodinamik
5. Hipertensi emergensi
6. Angina tidak stabil, terutama dengan disritmia, instabilitas
hemodinamik, atau nyeri dada yang menetap
7. Pasca pemulihan setelah henti jantung
8. Tamponade jantung atau konstriksi disertai instabilitas hemodinamik
9. Diseksi aneurisma aorta
10. Blok jantung komplik
11. Sindrom coroner akut tanpa perbaikan nyeri iskemik
12. Denyut jantung < 50 x/mnt atau > 150 x/mnt dengan instabilitas
hemodinamik
13. Pompa balon intra aorta atau alat bantu ventrikel mekanik yang lain
14. Pematauan kateter arteri pulmonal atau tekanan vena sentral yang
terkait dengan masalah jantung
15. Gagal jantung kronis dekompensata yang membutuhkan
pemantauan invasive

B. Penilaian Sistem Respirasi


1. Gagal pernapasan akut yang membutuhkan bantuan ventilator
2. Emboli paru disertai instabilitas hemodinamik
3. Pasien ruang perawatan High Care Unit yang menunjukkan
perburukan pernapasan
4. Hemoptisis masif
5. Gagal napas yang membutuhkan intubasi
6. Laju pernapasan >30 atau < 8 x/mnt, retraksi/ penggunaan otot
napas tambahan, dan/ atau pola pernapasan yang tidak stabil
(misalnya pernapasan Chyne-Stokes)
7. PaO2 <60 mmHg atau SaO2 < 90% dan sudah dilakukan terapi
oksigen
8. FiO2 > 0,50 atau peningkatan kebutuhan FiO2 lebih dari 4-8 jam
9. PaCO2 > 60 mmHg dan pH < 7,1 atau pH > 7,7 dengan instabilitasi
hemodinamik
10. Pertimbangan bahwa intubasi endotrakeal dibutuhkan dalam 4-8
jam
11. Ventilasi atau oksigenasi yang bergantung pada ventilator mekanik
12. Obstruksi jalan napas akut atau yang baru terjadi atau gangguan
refleks perlindungan jalan napas akut.

C. Penilaian Sistem Gastrointestinal


1. Perdarahan gastrointestinal yang mengancam nyawa termasuk
hipotensi, angina, perdarahan yang berlanjut, atau terdapat
penyakit penyerta.
2. Kegagalan hati fulminan
3. Pankreatitis berat
4. Perforasi esophageal
5. Obstruksi intestinal akut karena gangguan motilitas usus
6. Abdomen yang tegang dengan pertimbangan adanya hipertensi
intra abdomen dan perlu pemantauan ketat tekanan intra
abdomen

D. Penilaian Sistem Renal


1. Gagal ginjal yang baru didiagnosis dengan azotemia berat (Ureum
>200 mg/dL)
2. Produksi urin < 0,5 ml/kg-jam selama lebih dari 3 jam da nada
pertimbangan hemodinamik yang tidak membaik dengan tes
cairan
3. Penurunan akut bersihan kreatinin < 30 ml
4. Membutuhkan terapi pengganti ginjal (CRRT, Continuous Renal
Replacement Therapy)

E. Penilaian Sistem Endokrin


1. Ketoasidosis diabetic dengan komplikasi instabilitas hemodinamik,
perubahan status mental, gangguan pernapasan, atau asidosis
berat
2. Thyroid storm atau koma mixedema dengan instabilitas
hemodinamik
3. Keadaan hiperosmolar disertai koma dan/ atau instabilitas
hemodinamik
4. Permasalahan endokrin lainnya seperti krisis adrenal dengan
instabilitas hemodinamik
5. Kalsium serum < 5 mg/dL atau >12 mg/dL disertai perubahan status
mental atau membutuhkan monitoring hemodinamik
6. Natrium serum < 120 mEq/L atau > 155 mEq/L disertai kejang atau
perubahan status mental
7. Kalium serum < 2.0 mEq/L atau > 6.0 mEq/L disertai disritmia atau
kelemahan otot
8. Hipofosfatemia disertai kelemahan otot
9. Glukosa serum < 60 atau > 300 mg/dL disertai perubahan status
mental
10. Hipo atau Hipermagnesemia dengan instabilitas hemodinamik atau
disritmia

F. Penilaian Sistem Hematologi


1. Trombositopenia (platelet < 70.000) dengan bukti pendarahan aktif
2. Koagulopati (INR > 2.5 atau activated Partial Thromboplastin Time
[aPTT] > 40-50 detik) dengan bukti pendarahan aktif
3. Bukti hemolisis aktif dengan penurunan hematokrit
4. Leukosit > 10,000/mcl dan terutama dengan bukti disfungsi organ
target

G. Penilaian Sistem Syaraf Pusat


1. Stroke akut dengan perubahan status mental
2. Koma: metabolik, toxic, anoxic
3. Perdarahan intracranial potensial terjadi herniasi atau terdapat
perubahan status mental
4. Meningitis akut dengna perubahan status mental atau gangguan
pernapasan
5. Gangguan sistem saraf pusat atau neuromuskular disertai
perburukan secara neurologis atau fungsi paru
6. Status epileptikus
7. Kematian otak atau pasien yang berpotensi mati otak yang dengan
dikelola dengan agresif sementara menunggu status donasi
8. Pasien cedera kepala berat akut potensial terjadi perburukan
9. Glasgow Coma Score < 10
10. Kejang yang tidak terkontrol
11. Kelemahan otot progresif dengan keterlibatan otot-otot pernapasan
12. Delirium berat akut
13. Cedera korda spinalis untuk pemantauan hemodinamik
14. Setiap kondisi yang membutuhkan kraniotomy atau ventrikulostomi
dengan risiko vasospasme
15. Pemantauan pasca prosedur endarterektomi karotis, stent karotis
atau aneurismal coiling
16. Setiap kondisi yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan
intrakranial yang dihubungkan dengan defek neurologis yang
progresif.

H. Penilaian Sepsis
1. Bukti adanya syok dengan tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau
menurun 20 mmHg dari tekanan darah normalnya dan sudah
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat
2. Asidosis laktat (laktat > 4.0 mmol/L
3. Syok yang tidak dapat dijelaskan, dengan atau tanpa hipotensi dan
perlu hemodinamik monitoring yang intensif
4. Syok septic dengan instabilitas hemodinamik

I. Pemantauan Sebelum atau Sesudah Pembedahan


1. Pasien sebelum atau sesudah pembedahan yang memerlukan
monitoring ketat (terutama hemodinamik/ bantuan ventilasi
mekanik) atau perawatan intensif.

J. Luka Bakar
1. Setiap pasien luka bakar dewasa ≥30% dengan atau tanpa trauma
inhalasi (< 24 jam pasca trauma)
2. Setiap pasien luka bakar anak ≥10% dengan atau tanpa trauma
inhalasi (< 24 jam pasca trauma)
3. Setiap pasien luka bakar dewasa ≥30%, ≥24 jam pasca trauma
dengan salah satu atau lebih gangguan saluran nafas (airway),
pernapasan (breathing), sirkulasi (circulation)
4. Setiap pasien luka bakar anak ≥10%, ≥24 jam pasca trauma
dengan salah satu atau lebih gangguan saluran nafas (airway),
pernapasan (breathing), sirkulasi (circulation)
5. Setiap pasien luka bakar dewasa dan anak dengan trauma inhalasi

K. Penilaian Kondisi Lain


1. Cidera akibat lingkungan (petir, hampir tenggelam, hipo/
hipertermia)
2. Pengobatan baru/ eksperimental yang potensial mengalami
komplikasi
3. Intoksikasi obat akut dengan gangguan refleks jalan napas,
ketidakstabilan hemodinamik, aritmia jantung, dan/atau
membutuhkan pengawasan tindakan bunuh diri
4. Intoksikasi obat akut yang membutuhkan obat-obatan infus kontiniu
atau pemberian berkala obat-obat intravena
5. Intoksikasi obat akut yang membutuhkan dialysis.
6. Kondisi metabolik lainnya (misal: rabdomiolisis berat yang
memerlukan pemantauan berkala atau intervensi medis).

Kriteria masuk berdasarkan prioritas:


Pada prinsipnya panduan untuk memasukkan pasien medical adalah
memberikan prioritas pada pasien yang akan memperoleh manfaat dari
intervensi dan support di ICU. Dapat digolongkan menjadi:

Prioritas 1:
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien
kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti
derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada
pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas.

Prioritas 2:
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan
intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini
antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut
dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien
prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

Prioritas 3:
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU
pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan
jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya
untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

Pengecualian:
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan
bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan
dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga).

Pasien yang tergolong demikian antara lain:


1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini
tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not
Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk
meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-
pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi
organ hanya untuk kepentingan donor organ.

SKOR APACHE II
A. Skor Akut Fisiologi
Variabel Fisiologi High Abnormal Range Low Abnormal Range
+4 +3 +2 +1 0 +1 +2 +3 +4
Temperatur O O O O O O O O
≥ 39o- 38,5 36o- 34o- 32o- 30o- ≤29,
41o 40,9o o
38,4o 35,9o 33,9o 31,9 9o
o

Mean Arterial O O O O O O
Pressure ≥16 130- 110 70- 50-69 ≤49
0 159 - 109
129
Laju Nadi O O O O O O O
≥18 140- 110 70- 55-69 40- ≤39
0 179 - 109 54
139
Laju Nafas O O O O O O O
≥50 35-49 25- 12-24 10-11 6-9 ≤5
34
Oksigenasi: O O O O
A. FiO2> 0,5 Record ≥50 350- 200 <200
A-aDO2 0 499 -
349
B. FiO2< 0,5 Record O O O O
PaO2 PO2> PO2 PO2 PO2
70 61-70 55- ≤55
60
pH Arteri O O O O O O O
≥7,7 7,6- 7,5- 7,33- 7,25- 7,15 ≤7,1
7,69 7,59 7,49 7,32 - 5
7,24
Kadar Natrium O O O O O O O O
≥18 160- 155 150 130- 120- 111 ≤11
0 179 - - 149 129 - 0
159 154 119
Kadar Kalium O O O O O O O
≥7 6-6,9 5,5- 3,5- 3-3,4 2,5- <2,
5,9 5,4 2,9 5
Kadar O O O O O
Kreatinin ≥3,5 2- 1,5- 0,6- <0,
3,4 1,9 1,4 6
Hematokrit O O O O O O
≥60 50- 46- 30- 20- <20
59,9 49,9 45,9 29,
9
Leukosit O O O O O O
≥40 20- 15- 3-14,9 1- <1
39,9 19,9 2,9
GCS
(skor= 15 –
GCS
aktual)
Total Skor
Akut
Fisiologi
HCO3 O O O O O O O
≥52 41- 32- 22- 18- 15- <15
51,9 40,9 31,9 21, 17,
9 9

Skor Umur
Umur Skor
≤44 0
45-54 2
55-64 3
65-74 5
≥75 6

Skor Penyakit Kronis


a. Untuk pasien Nonoperasi atau postoperasi emergensi—skor 5
b. Untuk pasien postoperasi elektif—skor 2
Defenisi:
 Hati: Sirosis yang dibuktikan dengan biopsi dan hipertensi portal; keadaan
pasca perdarahan Gastrointestinal berhubungan dengan hipertensi portal;
atau keadaan sebelumnya dari gagal hati/ ensefalopati/koma.
 Kardiovaskular : Asosiasi Jantung New York Kelas IV
 Respirasi : Restrikrif kronis, obstruktif, atau penyakit pembuluh darah
berakibat restriksi latihan berat, contohnya mampu untuk naik tangga atau
melakukan pekerjaan rumah; atau hipoksia kronis, hiperkapnia,
polisitemia sekunder, hipertensi pulmoner berat (>40 mmHg), atau
ketergantungan pernafasan.
 RENAL : Hemodialisis reguler
 Imunokompromis : Pasien mendapatkan terapi immunosupresan, contoh
agen immunosupresan, kemoterapi, radiasi, pengguaan steroid dosis
tinggi jangka lama, atau mempunyai peyakit yang menekan sistem imun;
contoh leukemia, limfoma, AIDS, neoplasma.
APACHE II SKOR
Skor Akut Fisiologi + Skor Umur + Skor Penyakit Kronis

Prioritas 1 : Pasien dengan skor APACHE II dengan range : 15-24


Prioritas 2 : Pasien dengan skor APACHE II dengan range : 25-29
Prioritas 3 : Pasien dengan skor APACHE II dengan range : 0-14 dan 30-100

C. KRITERIA KELUAR ICU


Kriteria keluar ICU telah ditetapkan dengan prosedur sesuai dengan
keputusan Direktur Utama RSUP H.Adam Malik.
Kriteria Keluar ICU :
a. Jika status fisiologis pasien sudah stabil dan kebutuhan monitoring dan
perawatan di ICU sudah tidak dibutuhkan lagi
b. Jika status fisiologis pasien memburuk namun intervensi aktif sudah
tidak lagi direncanakan, maka dapat dipindahkan ke ruang perawatan
biasa
D. KRITERIA MASUK HCU
Kriteria masuk HCU telah ditetapkan dengan prosedur sesuai dengan
keputusan Direktur Utama RSUP H.Adam Malik.
A. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi
untuk terjadi komplikasi.
B. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif.

Contoh kasus indikasi masuk berdasarkan keluhan sistem organ:


A. Sistem kardiovaskuler
 Miokard infark,
 Gangguan irama jantung,
 Gangguan irama jantung dengan pacu jantung sementara,
 Gangguan kongestif NYHA class I dan II
 Hipertensi urgensi tanpa ada gagal organ target
B. Sistem respirasi
Gangguan pernafasan yang perlu fisioterapi intensif
C. Sistem saraf
 Cedera kepala sedang sampai berata yang stabil
 Cedera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil
D. Sistem saluran pencernaan
PSMBA tanpa hipotensi
E. Sistem kelenjar buntu (endokrin)
Diabetik ketoasidosis
F. Pembedahan
 Paskabedah besar dengan hemodinamik stabil
 Pasien memerlukan perawatan peri operatif
G. Kebidanan dan kandungan
Pre-eklampsi pada kehamilan atau paska persalinan

E. INDIKASI KELUAR HCU


Kriteria kelaur HCU telah ditetapkan dengan prosedur sesuai dengan
keputusan Direktur Utama RSUP H.Adam Malik.
Indikasi keluar HCU adalah pasien yang tidak lagi memerlukan perawatan,
pengobatan dan pemantauan secara ketat atau permintaan pasien /
keluarga pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir pengkajian terintegrasi.


2. Perkembangan perawatan pasien di ruang intensif tercantum pada Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
3. Konsultasi DPJP Intensifis ke DPJP lain yang terkait tercantum pada rekam
medis sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
4. Lembar pemantauan pasien kritis (RM 9.3)
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman HCU dan ICU Indonesia. 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.
2. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit Joint Commission International
termasuk Standar untuk Rumah Sakit Pendidikan. 2017. Edisi ke 6.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/MENKES/PER/III/2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di
Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778 /Menkes/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
834/MENKES/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyenggalaraan Pelayanan
High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit.
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai