Anda di halaman 1dari 6

Hak kebendaan yang bersifat memberikan kenikmatan cara perolehan tergantung pada jenis

bendanya, yang mana terbagi atas benda bergerak dan benda tidak bergerak.

Pada Pasal 584 BW diatur cara memperoleh hak milik: Hak milik atas sesuatu kebendaan tidak dapat
diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan cara pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa,
karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan karena
penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa untuk memindahkan hak milik dilakukan
oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. KUHPER bagian kedua tentang
cara memperoleh hak milik.

Dalam Pasal 584 BW diatur tentang macammacam cara memperoleh hak milik, akan tetapi cara
memperoleh hak milik yang diatur pada Pasal 584 BW ialah secara enuntiatif, artinya pasal 584 BW
hanya menyebutkan beberapa cara saja sedangkan di luar Pasal 584 BW masih ada beberapa cara
lain untuk memperoleh hak milik. Salah satu cara memperoleh hak milik yang paling penting dan
sering terjadi dalam masyarakat adalah dengan cara penyerahan (levering/overdracht), yang
dimaksud dengan levering adalah penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada
orang lain, sehingga orang lain memperoleh hak milik atas benda tersebut.

MATERI LEVERING/ Penyerahan

A. Pengertian
Levering mempunyai dua arti yaitu: 1. Perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan
belaka (feitelijke levering) 2. Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik
kepada orang lain (juridische levering).
Yang dimaksud hak milik dalam KUHPerdata Pasal 570 adalah : Hak milik adalah hak untuk
menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-
undang atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya,
dan tidak mengganggu hak-hak orang lain kesemuanya itu dengan tidak mengurangi
kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan
Undang-undang dengan pembayaran ganti rugi.
Melihat pengertian-pengertian levering di atas dapat diambil kesimpulan bahwa levering
merupakan perbuatan hukum yang ditempuh guna memindahkan hak milik atas barang dari
penjual kepada pembeli.
Perbuatan penyerahan atas sesuatu benda bukanlah suatu perbuatan yang berdiri sendiri
melainkan merupakan suatu perbuatan yang mengikuti perbuatan yang mendahuluinya
yang disebut sebagai peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik. Hal ini dapat dilihat
dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata
B. Dasar Hukum/KUHPdt : Pasal 612 KUHPER

Menurut Pasal 612 KUHPer, penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan


penyerahan nyata (feitelijke levering). Dengan sendirinya penyerahan nyata tersebut
adalah sekaligus penyerahan yuridis (juridische levering). Sedangkan menurut Pasal
616 KUHPer, penyerahan benda tidak bergerak dilakukan melalui pengumuman akta
yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620 KUHPer antara
lain membukukannya dalam register.
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”), maka pendaftaran hak atas tanah dan peralihan
haknya menurut ketentuan Pasal 19 UUPA dan peraturan pelaksananya.
C. Konsep Dasar
Sedangkan di dalam Pasal 1457 BW bahwa jual-beli meliputi dua tahapan, yaitu tahap
pertama perjanjian jual-beli hanya bersifat obligatoir yang melahirkan kewajiban saja, yaitu
kewajiban menyerahkan benda dan kewajiban untuk membayar harga benda, pada tahap ini
tidak berakibat hak milik berpindah. Hak milik berpindah pada tahap kedua, yaitu setelah
adanya levering (transfering of ownership). Pasal 1459 KUHPerdata

D. Klasifikasi Levering

Macam-macam cara penyerahan dari benda itu dibedakan sesuai dengan sifat benda itu, yaitu:

1. Benda bergerak, Sebagaimana Pasal 509 yang berbunyi “kebendaan bergerak karena
sifatnya adalah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan” masih dibedakan:
Benda bergerak yang berwujud dan Benda bergerak tidak berwujud; Benda bergerak yang
berujud (tertuang Pasal 612 ayat 1 BW) dilakukan dengan penyerahan nyata atau
penyerahan dari tangan ke tangan. Terhadap penyerahan benda bergerak, penyerahan
secara nyata (feitelijke levering) dan penyerahan yuridis (yuridiche levering) jatuh pada saat
bersamaan, dalam arti dengan dilakukannya penyerahan secara phisik atas benda itu, maka
ketika itu telah berpindah hak milik atas benda itu dalam arti telah terjadi penyerahan
yuridis (yuridiche levering) dan tidak diperlukan adanya akta van transport atau akta
penyerahan, jadi cukup dilakukan secara dari tangan ke tangan.
Akan tetapi ada kalanya penyerahan terhadap benda bergerak berujud tidak perlu
dilakukan penyerahan dari tangan ke tangan karena benda yang akan diserahkan itu berada
dalam tangan orang yang hendak menerimanya berdasarkan atas hak yang lain (Pasal 612
ayat (2) BW). Ada 2 macam penyerahan, yaitu (Rachmadi Usman, 2011: 209; Sri Soedewi
M.S., 1981:69): Pertama, Tradition brevi manu (penyerahan dengan tangan pendek),
misalnya A meminjam arloji milik B, kemudian B membutuhkan uang dengan menjual arloji
tersebut kepada A, dalam hal ini tidak diperlukan levering karena arloji tersebut sudah ada di
tangan A.
Kedua, Constitutum possessorium yaitu penyerahan dengan melanjutkan
penguasaan atas bendanya, misalnya A pemilik sebuah sepeda karena membutuhkan uang
dijual kepada B, akan tetapi A masih membutuhkan untuk lomba sepeda sehingga sepeda
tersebut masih berada dalam kekuasaan A.
Diluar ketentuan Pasal 612 ayat 2 BW penyerahan juga tidak perlu dilakukan dalam
hal benda yang dijadikan objek perjanjian berada di tangan pihak ketiga, artinya penyerahan
dilakukan melalui pihak ketiga. Tradition longa manu (penyerahan dengan tangan panjang)
misalnya A meminjamkan buku kepada B, kemudian oleh A buku tersebut dijual ke C, maka
penyerahan ke C dilakukan oleh B.
Benda bergerak tidak berwujud dapat dibedakan menjadi Benda yang tidak
berwujud yang termasuk benda bergerak Contohnya seperti: 

 1. Saham 
 2. sertifikat tanah dan bangunan
 3. Piutang 
 4. Uang angsuran 
 5. Bunga 
 6. Obligasi
(Frieda Husni Hasbullah, 2005:129): Pertama, Penyerahan atas piutang aan toonder
diatur dalam Pasal 613 ayat 3 BW dilakukan dengan penyerahan nyata misal: uang kertas.
Kedua, Penyerahan atas piutang (vordering op naam atau atas nama) diatur di dalam Pasal
613 ayat 1 BW dilakukan dengan cessie, yaitu dengan membuat akte otentik atau akta di
bawah tangan.
Contoh: Andi meminjamkan uang sebesar Rp600.000,00 kepada Budi yang akan
dibayar kembali pada tanggal 19 Juli 2012. Pada tanggal 15 Maret 2012 Andi sangat
membutuhkan uang, Andi menjual piutang atas nama (tagihannya kepada Budi) kepada Citra
sebesar Rp400.000,00. Citra sekarang sebagai kreditor menggantikan Andi. Kreditor yang
memindahkan tagihan, yaitu Andi disebut dengan cedent, sedangkan yang memperoleh
tagihan kreditor baru yaitu Citra disebut cessionaries. Ada pergantian kreditor lama kepada
kreditor baru. Setelah dibuat akta cessie harus diberi tahu kepada pihak berhutang atau
debitor yang disebut cessus. Hal ini menunjukkan bahwa penyerahan barulah mempunyai
akibat hukum atau mengikat debitor setelah ada pemberitahuan, atau meskipun tanpa
pemberitahuan kepada debitor tetapi jika secara tertulis debitor menyetujui dan mengakui
pemindahan tersebut maka ia tetap terikat adanya cessie tersebut (Yahman dan Trisadini P.
Usanti, 2011: 241). Pemindahan yang disebut dengan cessie, pada Pasal 613 BW
mensyaratkan bahwa persetujuan kebendaan harus dibuatkan akta otentik atau akta di
bawah tangan. Penyerahan secara lisan dari suatu tagihan tanpa membawa akibat.
Ketiga, Penyerahan atas piutang dengan cara aan order, diatur pada Pasal 613 ayat 3
BW dilakukan dengan penyerahan dari surat itu dan disertasi dengan endossemen
(menuliskan di balik surat piutang itu yang menyatakan kepada siapa piutang itu
dipindahkan), misal: wesel, cek.
2. Untuk benda tidak bergerak: balik nama
Penyerahan benda tidak bergerak diatur dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah, bahwa penyerahan Usanti, Lahirnya Hak Kebendaan tidak bergerak harus dilakukan
dengan akta otentik yang dibuat di hadapan PPAT kemudian diumukan dan selanjutnya
dengan dibukukan pada register umum. Benda tidak bergerak berupa tanah penyerahannya
dilakukan dihadapan PPAT dengan pembuatan akta PPAT dan didaftarkan ke kantor
pendaftaran tanah. Dengan demikian berarti bahwa penyerahan kebendaan tidak bergerak
selain dilakukan secara nyata juga harus diikuti dengan penyerahan secara yuridis

Yang dimaksud penyerahan secara yuridis adalah membuat suatu surat penyerahan (akta
van transport) yang harus terdaftar dalam daftar hak milik (regiser eigendom) yang disebut
“balik nama”.24 Artinya dalam hal ini pihak-pihak terkait membuat akte. Biasanya dalam jual
beli akte dibuat sementara terlebih dahulu karena sesudah itu ada akte lain. Hak ini
dilakukan karena saat pembuatan persetujuan jual beli dan penyerahan barang
membutuhkan waktu.

“Penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tidak bergerak dilakukan dengan


pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620
ayat (1) dan (2)”.27 Pasal 620 KUHPerdata ayat (1) berbunyi : Dengan mengindahkan
ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal yang lalu, pengumuman termaksud di atas
dilakukan dengan memindahkan sebuah salinan otentik yang lengkap dari akta otentik atau
keputusan yang bersangkutan ke kantor penyimpanan hipotik, yang mana dalam
lingkungannya barang-barang tak bergerak yang harus diserahkan berada, dan dengan
membukukannya dalam regrister. 28 Pasal 620 KUHPerdata ayat (2) berbunyi : Bersama-
sama dengan pemindahan tersebut pihak yang berkepentingan harus menyampaikan juga
kepada penyimpan hipotik sebuah salinan otentik yang kedua atau sebuah petikan dari
akta/kutipan itu, agar penyimpan mencatat di dalamnya hari pemindahan beserta bagian
dan nomor dari register yang bersangkutan.29

E. Syarat Levering/ Cara Memperolehnya

Penyerahan (Levering) adalah sah bila memenuhi beberapa syarat, yaitu (Sri Soedewi M.S., 1981:
72): Pertama, Perjanjian kebendaan adalah suatu perjanjian yang mana menyebabkan pindahnya
hakhak kebendaan misalnya hak milik, bezit, hipotek, gadai. Dari perjanjian yang zakelijk ini tidak
bisa timbul verbintenis, berbeda dengan perjanjian yang terdapat dalam Buku III BW. Perjanjian
dalam Buku III itu umumnya bersifat obligatoir perjanjian yang menimbulkan perikatan (verbintenis)
yaitu perjanjian yang salah satu pihak harus memberikan prestasi dan yang lain berhak atas prestasi.
Perjanjian obligatoir tidak menimbulkan atau menyebabkan pindahnya hak kebendaan, melainkan
hanya menimbulkan hak persoonlijk.

Kedua, Alas hak dari pemindahan hak milik. Titel atau alas hak adalah hubungan hukum yang
mengakibatkan peralihan benda dalam jual-beli, tukar-menukar. Pasal 583 BW mensyaratkan suatu
penyerahan sebagai akibat dari suatu alas hak dari pemindahan eigendom, artinya dalam
penyerahan eigendom dianggap adanya suatu kewajiban obligatoir untuk itu. Pengertian alas hak
dalam Pasal 584 BW ialah adanya hubungan hukum untuk penyerahan eigendom.

Ketiga, Kewenangan Berhak (beschikkingsbe voegdheid). Dalam Pasal 584 BW mensyaratkan suatu
penyerahan sebagai akibat adanya suatu alas hak berpindahnya eigendom yang berasal dari yang
berhak atas eigendom-nya. Di samping suatu titel yang sah juga disyaratkan adanya
beschikkingsbevoegdheid dari orang yang memindahkan itu sebagai suatu syarat untuk sahnya suatu
penyerahan. Syarat ini tidak lain dari pelaksanaan suatu asas hukum yaitu asas nemoplus, bahwa
seseorang itu tidak dapat mengalihkan hak melebihi apa yang menjadi haknya. Dan, lazimnya yang
wenang untuk menguasai benda itu adalah pemilik. Akan tetapi, Pasal 1977 BW telah menerobos
atas syarat kewenangan berhak. Keempat, Penyerahan nyata (feitelijke levering) dan penyerahan
yuridis (juridische levering). Penyerahan nyata, yaitu penyerahan dari tangan ke tangan. Pada benda
bergerak penyerahan yuridis dan penyerahan nyata biasanya jatuh bersamaan, sedangkan pada
benda tidak bergerak, kedua macam penyerahan tersebut terpisah, penyerahan nyata dengan cara
penyerahan kunci rumah sedangkan penyerahan yuridis pada saat terjadi perpindahan hak milik di
hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

F. Cara Hilangnya Levering


Teori kausal. Menurut teori ini sah atau tidak pemindahan hak milik tergantung pada sah atau tidak
alas hak (perjanjian obligator). Jika alas haknya sah, pemindahan hak milik sah. Teori ini diikuti dalam
praktek. Tujuannya untuk melindungi pemilik yang berhak. Penganjur teori ini adalah Paul Scholten.

A menjual sebidang tanah kepada B yang telah diikuti dengan penyerahan bendanya dan telah
dibalik-namakan atas nama B. Kemudian B menjual tanah tersebut kepada C. Atas gugatan X,
pengadilan memutuskan membatalkan jual beli antara A dengan si B dengan alasan bahwa A tidak
berhak menjual benda tersebut. Timbul pertanyaan apakah pembalikan nama yang telah dilakukan
oleh B menjadi tidak sah dan bagaimana pula hak yang diperoleh oleh C dalam hal tersebut?

Terhadap contoh tersebut di atas, maka menurut sistem causal (“causal stelsel”) dengan
dibatalkannya perjanjian jual beli tersebut, maka secara otomatis batallah juga peralihan hak milik
tersebut, sedangkan menurut sistem abstrak (abstact stelsel) peralihan hak milik tersebut tetap sah
walaupun perjanjian jual belinya dibatalkan.

Anda mungkin juga menyukai