Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN KEBIJAKAN

TUGAS 2

A. Aktor yang Terlibat dalam Pembuatan Keputusan


Keberhasilan kebijakan pendidikan tidak lepas dari peran para aktor yang
merumuskannya. Para aktor merupakan penentu isi kebijakan dan mewarnai dinamika
tahapan dan proses perumusan kebijakan. Adapun Aktor dalam perumusan kebijakan
pendidikan terdiri dari individu, kelompok, dan para pelaku pendidikan yang terlibat
dalam berbagai kondisi sebagai satu kesatuan sistem kebijakan pendidikan. Lester dan
Stewart (2000) menyatakan bahwa para aktor perumus kebijakan terdiri dari,
pemerintah terdiri dari Birokrat Karier, Kantor Kepresidenan dan Kementerian,
Lembaga Legislatif dan kelompok kepentingan yang berkaitan langsung dengan
kebijakan secara spesifik, misalnya partai politik; organisasi penelitian; media
komunikasi; serikat guru, asosisasi penyelenggara pendidikan tertentu, asosiasi
peserta didik, asosiasi pimpinan perguruan tinggi, asosiasi orang tua peserta didik
serta individu masyarakat. Mereka ini sering kali disebut sebagai peserta dari non-
pemerintahan (non governmental participants). Peranannya dalam mensuplai
informasi; memberikan tekanan (pressures); serta untuk mempengaruhi (Anderson,
2006; Winarno,2014; Maskuri, 2017).
Hal senada dijelaskan oleh Howlett, Ramesh, & Perl (2009) yang
mengklasifikasi-kan aktor perumus kebijakan termasuk dalam bidang pendidikan
terdiri dari: 1) aparatur dipilih (elected official) yaitu berupa eksekutif dan legislatif
yang terkait dengan urusan pendidikan; 2) aparatur ditunjuk (appointed official),
bertugas sebagai asisten birokrat biasanya menjadi kunci dasar dan central figure
dalam proses kebijakan pendidikan atau subsistem kebijakan pendidikan; 3) kelompok
kepentingan (interest group) atau pihak terkait dengan kebijakan pendidikan, yakni
pemerintah dan politisi seringkali membutuhkan informasi yang disajikan kelompok
terkait berbagai kepentingan, guna efektivitas pembuatan kebijakan pendidikan atau
untuk menyerang oposisi terkait kondisi pelayanan pendidikan, 4) organisasi
penelitian (research organization), berupa akademisi dari perguruan tinggi, kelompok
ahli atau konsultan kebijakan, 5) media massa (mass media), merupakan jaringan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki hubungan krusial diantara
Negara dan masyarakat sebagai media sosialisasi dan komunikasi melaporkan

1
2

permasalahan yang muncul terkait dengan layanan pendidikan yang diterima


masyarakat, 6) organisasi massa dan professional yang menekuni bidang tertentu atau
keahlian khusus, 7) perorangan yang memiliki kompetensi dari isu yang dibuat
kebijakannya (Hasbullah, 2015).
Terkait keterlibatan berbagai aktor dalam pembuatan kebijakan, khususnya
dalam tahapan perumusan kebijakan, maka tahapan perumusan kebijakan diharapkan
dapat melibatkan peserta yang lebih sedikit dibandingkan dalam tahapan penetapan
agenda. Tahapan ini lebih banyak diharapkan adalah kerja dalam merumuskan
alternatif kebijakan dengan mengambil tempat di luar perhatian publik (Sidney,
2007:79). Dalam sejumlah teks standar kebijakan, pada tahapan perumusan disebut
sebagai fungsi ruang belakang. Detail kebijakan dirumuskan oleh staff birokrasi
pemerintah, anggota legislatif, serta komisi khusus. Proses perumusan biasanya
dilakukan di ruang kerja para aktor perumus kebijakan. Aktor perumusan kebijakan
pendidikan terdiri dari komunitas analis kebijakan pendidikan diwakili dari
pemerintah atau sekelompok masyarakat (public) yang berpartisipasi mengikuti
arahan inisiator atau pemimpin opini dengan tekanan media massa, media sosial
terkait dengan isu pendidikan yang berkembang atau menjadi perhatian masyarakat
luas (Parsons, 1997).
Sub-sistem dalam perumusan kebijakan pendidikan terbentuk tatkala semua
pihak antara lain pemimpin dan yang dipimpin, kelompok politik, masyarakat dan
pihak swasta yang berpartisipasi, sehingga terjadi interaksi antara partisipan atau para
aktor kebijakan saling mempengaruhi membentuk suatu parameter-parameter yang
relatif stabil. Parameter itu dibatasi oleh sistem nilai ataupun faktor internal dan
eksternal para aktor. Perubahan interaksi antar aktor juga disebabkan oleh perubahan
sistem nilai tentunya akan berakibat pada perubahan sub-sistem kebijakan yang
dihasilkan. (Sabatier, 1988).

B. Faktor Internal yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan


Menurut Siagian (2016) faktor internal nonrasional yang mempengaruhi
seperti Kepribadian
Latar belakang sosial seseorang memainkan peranan dalam pembentukan
kepribadian orang yang bersangkutan. Selain itu, latar belakang pendidikan dan
pengalaman dalam perjalanan hidup juga turut berperan dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Pengalaman dalam perjalanan hidup pun ikut berperan.
3

Yang masih kurang diketahui ialah bobot masing-masing faktor tersebut dalam
pembentukan kepribadian seseorang.
Suatu organisasi harus mengembangkan kepribadian para manajernya,
antara lain dalam bentuk kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kebebasan demikian akan memberikan sumbangan konstruktif yang tidak kecil,
artinya bagi kepuasan pribadi di kalangan para manajer, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kegairahan di kalangan mereka untuk mempertinggi kemampuan
sebagai pengambil keputusan yang efektif. Kepribadian pengambil keputusan yang
bersangkutan harus diberi tempat yang wajar dalam pengambilan keputusan.
Manajer yang dapat dikategorikan sebagai pengambil keputusan yang
berhasil adalah yang tidak selalu dibebani dengan perhitungan faktor personalitas
dari orang-orang yang berada di atasnya, meskipun hal tersebut perlu diperhatikan.
Artinya, kepribadian pengambil keputusan yang bersangkutan harus diberi tempat
yang wajar dalam pengambilan keputusan dimana ia secara langsung terlihat.
Hanya saja faktor-faktor kepribadian tersebut perlu dilengkapi dengan penggunaan
berbagai model dan teknik ilmiah.
1. Gaya Manajemen
Gaya manajerial sering dikategorikan kepada gaya yang otokratis,
paternalistis, militeristis, laissez faire, dan demokrasi/partisipatif. Masing-masing
gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa tidak ada seorang manajer yang hanya menggunakan satu gaya
saja dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Dikarenakan manajer perlu memperhitungkan situasi dan kondisi yang dihadapi,
manajer memang menggunakan kombinasi berbagai gaya manajerial dalan
menjalankan tugasnya. Artinya seorang yang dikategorikan sebagai manajer yang
paling otokratis, adakalanya menempuh cara yang demokratis. Begitu sebaliknya,
seorang manajer yang paling demokratis adakalanya bertindak otoriter jika situasi
menuntutnya.
Salah satu bentuk partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan
adalah menyediakan data dan informasi. Karena itu salah satu cara mengkaji gaya
manajerial seseorang dengan mempelajari bagaimana orang tersebut
mengorganisasikan data dan informasi yang diterimanya dari berbagai sumber dan
sampai sejauh mana data dan informasi tersebut dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan. Seorang manajer adalah seseorang yang mampu menggabungkan
4

pendekatan yang rasional dan logis dengan pendekatan yang intuitif. Suatu
pendekatan dapat dikatakan sebagai pendekatan yang rasional dan sistematis
apabila seorang manajer:
a) Melihat pengambilan keputusan sebagai suatu proses dan bukan tindakan sekali
jadi.
b) Menyadari pentingnya model, teknik dan metode pengambilan keputusan.
c) Membenarkan jalan keluar yang ditempuh berdasarkan metode yang dipilih.
d) Mendifinisikan kendala-kendala pada permulaan proses pengambilan keputusan
berlangsung.
e) Menjatuhkan pilihan atas suatu alternatif tertentu dengan cepat.
f) Terus berusaha memperjelas situasi problematik yang dihadapi.
g) Terus berusaha mencari informasi baru.
h) Menuntaskan tindakan yang telah mulai diambil.
Sebaliknya, seorang manajer yang menggunakan pendekatan intuitif dalam
pengambilan keputusan, yaitu:
a) Selalu memperhatikan keseluruhan situasi problematik yang dihadapinya.
b) Terus menerus mempertajam rumusan permasalahan yang dihadapi dalam
pikirannya.
c) Membenarkan keputusan yang diambilnya berdasarkan hasil akhir yang dicapai.
d) Mempertimbangkan berbagai alternatif dan pilihannya secara serentak.
e) Bergerak dari satu langkah dalam proses analisis ke langkah yang lain dan
kembali lagi ke langkah semula.
f) Menjajagi dan mengabaikan berbagai alternatif dengan cepat.
Mengingat bahwa dalam praktik keberhasilan mengambil keputusan untuk
sebagian tergantung pada kemampuan menggabungkan pendekatan yang sistematis
dengan pendekatan yang intuitif. Setiap manajer yang ingin meningkatkan
efektivitasnya sebagai pengambil keputusan perlu terus berusaha mencari cara
yang paling baik baginya, untuk melakukan penggabungan yang dimaksud. Karena
tingkat kemampuan menggabungkan berbeda dari satu orang ke orang lain, tidak
ada metode universal yang dapat digunakan untuk mengatakan bahwa cara tertentu
akan mendatangkan hasil yang sama bagi semua manajer.
Kemampuan menggunakan intuisi pada dasarnya berarti memanfaatkan
kemampuan mental dan intelektual seseorang untuk mencapai dunia bawah sadar
yang terdapat dalam diri seseorang. Intuisi sering bekerja dengan baik, seseorang
5

dengan tiba-tiba saja memahami totalitas situasi yang dihadapinya. Meskipun


belum diketahui secara pasti bagaimana cara bekerjanya intuisi, akan tetapi
tampaknya ia berhubungan dengan pikiran bawah sadar dan setumpuk data yang
tersimpan dalam otak manusia.
Dengan perkembangan pesat yang telah dicapai dalam bidang ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang administrasi dan manajemen, sering terlihat
kecenderungan untuk meremehkan peranan yang dapat dimainkan oleh intuisi
dalam proses pengambilan keputusan. Mungkin kecenderungan meremehkan itu
timbul antara lain karena intuisi memang tidak dapat diprogram secara tepat dan
cara kerjanya pun tidak selalu sistematis. Melakukan analisis terhadap intuisi
merupakan hal yang sukar. Demikian sukarnya sampai seolah-olah terdapat
pertentangan antara cara kerja yang berdasarkan intuisi dengan cara kerja yang
didasarkan pada asas-asa ilmiah, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dimaksudkan untuk mengurangi
cara bertindak yang didasarkan hanya pada dugaan, perasaan dan pengalaman.
2. Kreatifitas
Seseorang yang ingin meningkatkan efektivitasnya dalam mengambil
keputusan yang rasional tetapi sekaligus realistis dan pragmatis berkewajiban
meningkatkan kemamuan untuk berpikir kreatif. Dapat dinyatakan secara
kategorikan bahwa berpikir secara kreatif mempunyai tempat terhormat dalam
mengatasi situasi problematik dalam organisasi-organisasi modern, bagaimanapun
bentuknya, apapun tujuannya. Pemanfaatan daya kreativitas yang terdapat dalam
suatu organisasi dapat memberikan sumbangan yang tidak kecil, artinya dalam
usaha organisasi yang bersangkutan untuk mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya. Kreativitas menyangkut cara berpikir yang tidak terpukau pada hal-hal
yang telah umum diketahui. Ia juga menyangkut kemauan mencari dan
menemukan ide baru, teknik baru dan metode baru dengan mendorong timbulnya
berbagai pandangan dan gagasan diantara orang-orang yang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan. Artinya kreativitas itu usaha sadar untuk menghasilkan
sejumlah besar ide baru yang bentuknya beranekaragam meskipun pada mulanya
berbagai gagasan dan pandangan tersebut seperti tidak masuk akal, tidak realistis
dan sebagainya.
6

PERTANYAAN

1. Jelaskanlah siapa saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan pendidikan


a. Semua orang kecuali para pemerintah
b. Individu, kelompok, dan para pelaku pendidikan
c. Kepala sekolah dan para pendidik
d. Semua benar
e. Semua salah
Kunci jawaban: B
2. Berikut pendekatan intuitif seorang manajer dalam mengambil keputusan
kecuali…
a. Selalu memperhatikan keseluruhan situasi problematik yang dihadapinya.
b. Terus menerus mempertajam rumusan permasalahan yang dihadapi
c. Membenarkan keputusan yang diambilnya berdasarkan hasil analisis
d. Mempertimbangkan berbagai alternatif dan pilihannya secara serentak.
e. Melakukan pengumpulan data secara akurat
Kunci jawaban: E
3. Para aktor perumus kebijakan dari pemerintah terdiri dari kecuali…..
a. Birokrat Karier
b. Kantor Kepresidenan
c. Kementrian
d. Kelurahan
e. Semua salah
Kunci jawaban: E
3. Para aktor perumus kebijakan dari Legislatif terdiri dari kecuali….
a. Organisasi penelitian
b. Media komunikasi
c. Serikat guru
d. Asosiasi peserta didik
e. Serikat kerja
Kunci jawaban: D
4. Gaya manajerial seorang pemimpin yang cocok dipakai adalah….
a. Otokratif yaitu keputusan berdasarkan dari seorang pemimpin
7

b. Demokratif yaitu keputusan bersama


c. Campuran sesuai situasi
d. Semua salah
e. Menyesuaikan sesuai dengan keadaan dan situasi saat dia memimpin
Kunci jawaban: E
5. Berikut pernyataan yang tepat tentang kreatifitas adalah kecuali…
a. Kreativitas menyangkut cara berpikir yang tidak terpukau pada hal-hal yang
telah umum diketahui.
b. Menyangkut kemauan mencari dan menemukan ide baru, teknik baru dan
metode baru dengan mendorong timbulnya berbagai pandangan dan gagasan
diantara orang-orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
c. Ketidakmauan mencari dan menemukan ide baru, teknik baru dan metode
baru dengan mendorong timbulnya berbagai pandangan dan gagasan diantara
orang-orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan
d. usaha sadar untuk menghasilkan sejumlah besar ide baru yang bentuknya
beranekaragam
e. Mencari tau dengan gigih tentang sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya
Kunci jawaban: C
6. Jelaskan apa itu faktor internal yang mempengaruhi pengambilan keputusan!
a. Faktor yang berasal dari dalam diri seorang pemimpin
b. Faktor yang berasal dari luar diri seorang pendidik
c. Faktor yang berasal dari dalam diri seorang pendidik
d. Faktor yang berasal dari dalam seorang pendidik dan pemimpin
e. Faktor yang berasal dari luar
Kunci jawaban: A
7. Jelaskan apa itu kreativitas dalam mengambil keputusan kecuali?
a. Cara baru dan ide baru dalam mengambil keputusan
b. Cara baru untuk mendapatkan gagasan
c. Pemikiran lama dengan analisis lama
d. Ide baru dari pemikiran seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
e. Cara baru mendapatkan sesuatu yang baru
Kunci jawaban: C
8. Berikut gaya manajerial kecuali….
a. Otokratis, berasal dari keputusan bersama
8

b. Militeristis, berasal dari keputusan tunggal pemimpin


c. Laisse faire, berasal dari keputusan pemimpin saja
d. Demokratis, berasal dari keputusan bersama
e. Semua salah
Kunci jawaban: C
9. Berikut yang merupakan peran dari peserta dari non-pemerintahan (non
governmental participants) kecuali….
a. Mensuply informasi
b. Memberikan tekanan
c. Mempengaruhi
d. Memberikan pembenaran
e. Memberika pengaruh
Kunci jawaban: B
10. Berikut ini pengertian proses perumusan usulan kebijakan, yakni kegiatan…
a. Membuat daftar nominatif urutan masalah-masalah publik berdasarkan skala
prioritas secara politik
b. Menyusun dan mengembangkan serangkaian program pemerintah untuk
mengatasi masalah tertentu
c. Melegitimasi kebijakan definitif
d. Melaksanakan kebijakan untuk memecahkan masalah publik
e. Mempersiapkan dan merencanakan merealisasikan kebijakan yang belum
dibentuk
Kunci jawaban : B
11. Kebijakan publik diartikan sebagai.…
a. Aspirasi dan tindakan elit politik dalam aktivitas politiknya
b. Semua tindakan negara
c. Serangkaian tindakan yang dipilih pemerintah yang mempunyai pengaruh
penting terhadap sejumlah besar orang
d. Pilihan pemerintah yang didasarkan pada kepentingan elit politik
e. Kebijakan yang direalisasikan oleh publik saja
Kunci jawaban: C
12. Arti yang terkandung sebagai masalah kebijakan adalah…
a. Konflik sosial
b. Konflik horisontal dan vertikal
9

c. Kebutuhan atau ketidakpusasan manusia akan suatu kebijakan yang harus


dipecahkan
d. Problema umum yang saling bertentangan
e. Konflik antar suku
Kunci jawaban: C
13. Dalam model arena perumusan kebijakan publik di era good governance, antar
aktor politik melakukan tawar menawar dan negosiasi, sehingga untuk
memperkuat keberhasilan perumusan kebijakan publik yang didukung
pelaksanaannya oleh para pemangku kepentingan kebijakan (policy stakeholders),
perumusan kebijakan publik tersebut perlu dilandasi dengan…
a. Kepemimpinan yang berwibawa
b. Penegak hukum yang cerdas
c. Pengetahuan hukum yang luas
d. Sistem nilai etika yang kuat
e. Didukung oleh pengacara yang kuat
Kunci jawaban: D
14. Salah satu fungsi kelompok kepentingan dalam proses kebijakan, adalah…
a. Mengaktifkan kegiatan masyarakat dalam pembangunan
b. Membuka hubungan perdagangan negara dengan negara lain.
c. Penghubung antara rakyat dengan perumus kebijakan
d. Penentu kebijakan luar negeri.
e. Penerus kebijakan yang sudah dijalankan sebelumnya
Kunci jawaban: C
15. Tugas dan kewajiban pembuat kebijakan saat menghadapi masalah pertentangan
antarnilai masyarakat dalam proses perumusan kebijakan adalah…
a. Mengartikulasikan nilai yang bertentangan agar dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah yang terjadi.
b. Mengabaikan nilai-nilai yang bertentangan tersebut agar tidak terjadi polemik
dalam masyarakat
c. Membuat nilai-nilai baru yang mengikat masyarakat
d. Melarang tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai yang bertentangan tersebut
e. A dan C benar
Kunci Jawaban : A
10

DAFTAR RUJUKAN
Amirullah Haris Budiyana.2 004. Pengantar Manajemen.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Arwildaryanto, dkk. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan Kajian Teoritis, Eksploratif
dan Aplikatif. Bandung: Cendekia Press.
Hewlett, Michael & M. Ramesh. 2003. Studying Public Policy: Policy Cycles and
Policy Subsystems. Oxford: University Press
Rusdiana. 2016. Pengembangan Organisasi Lembaga Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Siagian, P. 2016. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung
Agung.

Anda mungkin juga menyukai