OLEH KELOMPOK3:
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG
2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-NYA
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami
Gangguan Gizi Bulimia ini dengan baik. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi
dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta
bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
doa.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Hormat Saya,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Latar Belakang
Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua orang
tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait
dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli,
disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer
dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis
kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang
mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki
prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan
gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh
hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin. DIC merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan
metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial.
Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-
faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa
langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular.
Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis.
Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun
menyebabkan perdarahan dan terjadi efek anti hemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien
akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter,
atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pregangren pada jari,
genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombi. Pada
pemeriksaan lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang memanjang, penurunan
fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin, seperti D-dimer.
.
4
Rumusan Masalah
1. Apadefinisi dari DIC ?
2. Apa etiologi dari DIC ?
3. Apa manifestasi klinis dari DIC ?
4. Bagaimana patofisiologi dari DIC ?
5. Apa komplikasi dari DIC ?
6. Bagaimanapenatalaksanaan dari DIC ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari DIC ?
Tujuan
8. Untuk mengetahui definisi dari DIC
9. Untuk mengetahui dari DIC
10. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari DIC
11. Untuk mengetahui patofisiologi dari DIC ?
12. Untuk mengetahui komplikasi dari DIC ?
13. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari DIC ?
14. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari DIC ?
Manfaat
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik penyusun maupun pembaca dapat
memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien DIC dengan tepat dan
bermutu. Selain itu diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang keperawatan.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber buku dan browsing di internet.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1 Definisi
2. Etiologi
DIC merupakan mekanisme perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu.
Berbagai penyakit dapat mencetuskan DIC fulminan atau derajat rendah seperti di bawah ini:
Penyakit yang disertai DIC fulminan
b. Bidang hematologi: reaksi transfusi darah, hemolisis berat, transfuse massif, leukemia
c. Infeksi
6
3. Parasit : Malaria
7
4. Trauma
6. Luka bakar
8. Peradangan
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bergantung pada penyakit dasar, akut atau kronik, dan proses patologis
yang mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik.
Kedua proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan
dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat
perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun
sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene pada kulit.
a. Epistaksis
1. Perdarahan gusi
2. Perdarahan Mukosal
3. Batuk
4. Dyspnea
5. Bingung, disorientasi
6. Demam
8
9
Kondisi yang dapat terjadi DIC antara lain :
a. Tumor padat
b. Plasenta abrupsio
6. Kelainan Vaskuler
a. Kasaback-mereritt syndrom
a. Digigit ular
c. Reaksi transfusi
d. Kegagalan tranplantasi
4. Patofisiologi
( Levi, 1999 )
10
Emboli cairan amnion yang disertai Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC )
sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan kematian. Gejala DIC karena emboli cairan
amnion yaitu gagal nafas akut, dan renjatan. Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih
dari 5 minggu yang ditemukan DIC pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya DIC
derajat rendah dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi DIC fulminan. Dalam keadaan
seperti ini nekrosis jaringan janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam
sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis, dan terjadi DIC fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan DIC derajat rendah dan sering pada organ
khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15% DIC
derajat rendah dapat berkembang menjadi DIC fulminan. Abortus yang diinduksi dengan
garam hipertonik juga sering disertai DIC derajat rendah, sampai abortus komplet, namun
kadang dapat menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi DIC. Akibat hemolisis, sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)
atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun
secara bersamaan dan menyebabkan DIC. Pada septikimia DIC terjasi akibat endotoksin atau
mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII
menjadi FXIIa, menginduksi pelepasan reaksi trombosit, menyebabkan endotel terkelupas
yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia, dan pelepasan materi prokoagulan dari
granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan DIC. Terakhir dilaporkan bahwa organism
gram positif dapat menyebabkan DIC dengan mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel
bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida menginduksi DIC.
Beberapa mekanisme yang terjadi secara terus menerus pada DIC, penyebab utama
terjadinya deposisi fibrin adalah
5. Komplikasi
11
a. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
d. Gangguan hati
g. Purpura fulminan
h. Insufisiensi adrenal
2. 6 Penatalaksaan
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
13
d. Sistem pernafasan
1. Dispnea
2. Takipnea
3. Sputum mengandung darah
e. Sistem kardiovaskuler
1. Hipotensi meningkat dan postural
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Nadi perifer tidak teraba
f. Sistem saraf perifer
1. Perubahan tingkat kesadaran
2. Gelisah
3. Ketidaksadaran vasomotor
4. Sistem muskuloskeletal
5. Nyeri : otot,sendi,punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
1. Insisi operasi
2. Uterus post partum
3. Fundus mata perubahan visual
4. Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang nasogastrik
atau dada, dll.
5. Kerusakan perfusi jaringan
a. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakitkepala
b. Ginjal : penurunan pengeluaran urin
c. Paru : dispnea dan orthopnea
d.Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis padalengan
perifer dan kaki )
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
sekunder.
14
c. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan
tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan
syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
e. Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa
aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
g. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan.
Intervensi Keperawatan
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen - Timbang BB dan Kekurangan volume Tekanan darah
cairan (4120) monitor setiap hari cairan 24 jam intake
dan output
Definisi - Catat intake dan seimbang
:Penongkatan output Berat badan
normal
keseimbangan - Monitor status hidrasi
Turgor kulit
cairan dan (membrane mukosa, Membran
pencegahan nadi, tekanan darah) mukosa lembab
Cairan
komplikasi - Monitor tanda vital elektrolit
- Monitor masukan Hematokrit
cairan dan kalori
- Beri terapi IV
- Monitor status nutrisi
- Beri cairan
Implementasi
15
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada pasien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Nursalam, 2008).
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota im kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Tidak ada manifestasi syok
2. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
3. Tidak ada lagi perdarahan
4. Nilai-nilai laboraturium normal
5. Pasien tidak merasa sesak lagi
6. Pasien mengatakan rasa nyerinya berkurang
7. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
8. Integritas kulit terjaga
9. Pasien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat
ditangani.
10. Pasien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
11. Ekspresi wajah pasien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
12. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
13. Pasien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
14. Gaya hidup pasien berubah.
16
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah
yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan
penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis
yang multipel dan kompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan
fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik, karena
mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC pun
dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling sering disebabkan
oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bacterial.
Percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi beragam
dan beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan melakukan pengelolaan
penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan keberhasilan mengatasi penyakit
dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.
Saran
Dari informasi yang terdapat pada makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien yang sesuai
dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien tersebut. Penulis juga berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi pembaca. Informasi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang penyakit DIC.
17
DAFTAR PUSTAKA
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga,
1996,Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi 8 ,
EGC, Jakarta.
Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
I, EGC, Jakarta.
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI ; 2001.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:EGC.
18