Anda di halaman 1dari 32

MATERI PRECONFERENCE

“ ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG


VENTILATOR MEKANIK “

OLEH :

NAMA : Mawar Anggela

NIM : 21117080

IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan yang berjudul “Asuhan keperawatan pasien yang
terpasang ventilator mekanik”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini
nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. .

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 11 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I.PENDAHULUAN.....................................................................................................

BAB II ISI

1. Definisi.............................................................................................................
2. Anatomi dan fisiologi pernapasan....................................................................
3. Tujuan.............................................................................................................
4. Indikasi ventilator mekanik.........................................................................
5. Klasifikasi ventilator mekanik..............................................................................
6. Komplikasi ventilator mekanik.....................................................................
7. Mekanisme ventilator mekanik....................................................................
8. Setting ventilator mekanik...............................................................................
9. Weaning ventilator mekanik..............................................................................
10. Faktor yang mempengaruhi penggunaan ventilator mekanik.............................
11. Monitoring pasien dengan ventilator mekanik...............................................
12. Asuhan keperawatan pasien dengan ventilator mekanik.......................................

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau

positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien

mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka

waktu lama. Tujuan dari penggunaan ventilator adalah untuk

mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal agar memenuhi

kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan

transport oksigen (Purnawan,2010).

Ventilator memegang peranan penting dalam keperawatan kritis yang

berperan sebagai pengganti fungsi ventilasi pasien dengan gangguan fungsi

respiratorik. Namun pemasangan ventilator pada pasien seringkali

menyebabkan VAP (Ventilator Assosiated Pneumonia). VAPadalah jenis

infeksi paru-paru yang terjadi pada pasien yang terpasang alat bantu nafas

(ventilator) di rumah sakit selama lebih dari 48 jam. VAP adalah infeksi

yang biasa ditemui dalam situasi perawatan kritis (Dorrie & Patricia, 2013).

Penelitian terhadap Healthcare associated infections (HAIs) oleh Center for

desease andcontrol (CDC) menyatakan bahwa di dunia terdapat 721.800

kasus HAIs dan 39%. Diantaranya mengalami VAP yang berjumlah 157.000

kasus (CDC, 2016). VAP merupakan penyebab umum kedua pada kasus

HAIs di Amerika Serikat dan bertanggung jawab 25% dari kasus infeksi

yang terjadi di ICU (Sedwick, et all, 2012). Di Inggris 543 pasien meninggal

setiap tahun di rumah sakit akibat VAP(Saxby et all, 2013). Di Thailand


terjadi 621 VAP selama 6 tahun dengan angka mortalitas yang tinggi

(Inchai, Pothirat & liwsrisakun, 2015). Ban (2011) mengatakan penggunaan

ventilatormaningkatkan resiko terjadinya HAIs 6-21 kali lipat dibandingkan

tidak menggunakan ventilatordan meningkatkan terjadinya pneumonia 1-3%

perhari selama terpasang ventilator

Tidak ada data nasional tentang insiden VAP yang dikeluarkan oleh

kementrian kesehatan namun tiap rumah sakit melaporkan kejadian VAP ke

Kementrian Kesehatan. Di beberapa rumah sakit tipe A yang memiliki

perawatan intensif yang kompleks mengalami insidens VAP, seperti RS

Cipto Mangunkusumo sebanyak 201 pasien mengalami VAP dari tahun

2003-2012 (Saragih, Amin, Sedodo, Pitoyo & Rumende, 2014), RSUP

Persahabatan sebanyak 45 pasien dari tahun 2012-2016 (Komite PPI RS

Persahabatan, 2017), Di RS Sanglah Bali sebanyak 15 pasien pada tahun

2011 (Aziz, Sawitri & Parwati, 2012). Kementrian Kesehatan

merekomendasikan penerapan bundle VAP di setiaprumah sakit di

Indonesia yang dimulai dari rumah sakit tipe A, karena mengancam

keselamatan pasien, merugikan rumah sakit dan membebani negara

(Kemenkes, 2011)

Pentingnya masalah ini tercermin pada tingginya insiden VAPdan

membuat VAPmenjadi infeksi yang paling umum di ICU dan dengan

pengobatan biaya tinggi, jumlah hari rawat yang lebih besar, durasi yang

lebih lama dari ventilasi mekanik dan kematian lebih tinggi (Mohammed,

2014). Kementrian kesehatan merekomendasikan penerapan bundleVAP di

setiap rumah sakit di Indonesia yang dimulai dari rumah sakit tipe A yang

memiliki perawatan intensif yang kompleks karena setiap kejadian VAP akan

mengancam keselamatan pasien dan merugikan rumah sakit dan membebani

negara (Kemenkes, 2011). Berdasarkan data VAP dan rekomendasi


Kementerian Kesehatan maka setiap rumah sakit dituntut untuk membentuk

komite pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang dapat

mengendalikan angka kejadian VAP.

Pada tahun 2003, CDC merancang bundle untuk mengurangi sampai

menghilangkan terjadinya VAP. Bundle adalah suatu cara yang terstruktur

untuk meningkatkan proses dan hasil perawatan pasien bila dilakukan secara

kolektif dan handal yang dilaksanakan dengan praktek terbaik.

Tingginya risiko VAP pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik

berdampak pada lama perawatan, biaya yang harus ditanggung dan angka

mortalitas pasien maka penerapan bundle VAP terbukti mengurangi angka

VAP, lama rawat dan mortalitas.Intervensi keperawatan dan kolaborasi yang

terintegrasi dalam bundle VAP yang diterapkan oleh perawat ICU di berbagai

negara terbukti sebagai unggulan dan sangat berperan dalam keberhasilan

penurunan insiden VAP secara signifikan (Ban, 2011)

Kepatuhan perawat terhadap standar merupakan perilaku sebagai petugas

profesional kesehatan. Ketidakpatuhan atau tidak mengikuti petunjuk

merupakan suatu masalah yang serius dalam bidang kesehatan (Stanley &

Beare, 2007). Menurut Al-Assaf (2001) tujuan dari dilakukannya penelitian

terhadap kepatuhan untuk mengungkap kompleksitas masalah dan

mengidentifikasi antara tingkat pengetahuan dan perilaku.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti “ ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN VENTILATOR MEKANIK “


Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahui hubungan kepatuhan


perawatdalam penerapanbundle VAP dengan kejadian VAP Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :


1. Teridentifikasi gambaran karakteristik responden yang
terdiri dari pendidikan, umur, masa kerja di PICU dan jenis
kelamin.
2. Teridentifikasi gambaran kepatuhan perawat terhadap penerapan
bundle VAP
3. Teridentifikasi gambaran kejadian VAP
4. Teridentifikasi hubungan kepatuhan perawat tentang bundle VAP
dengan kejadian VAP

Manfaat Penelitian

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan sebagai

tambahan pengetahuan terkait tentang perawatan pasien dengan

pemasangan ventilatormekanikuntuk mencegah terjadinya VAP.

Bagi Rumah Sakit dan Perawat

Penelitian ini diharapkan sebagai masukan tambahan bagi pihak

rumah sakit khususnya ruangan PICU dalam menangani akibat dari

kurangnya penerapan bundle VAP untuk menekan /menurunkan angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)dan sebagai

evidence base practice dalammemberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan pemasangan ventilator mekanik


VENTILATOR MEKANIK

A. DEFINISI

Ventilator mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk


menfasilitasi transpor oksigen dan karbodioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-
paru( Urden,Stacy,Lough,2010)

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu


sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi.Ventilator mengirimkan gas ke paru-paru dengan menggunakan
tekanan positif pada tingkat tertentu. Jumlah gas yang disampaikan dapat
dibatasi oleh waktu, tekanan atau volume. Lamanya dapat berjalan oleh
waktu, tekanan atau aliran. Tujuan pemasangan ventilator adalah untuk; (1)
Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis, (2) Memanipulasi “air way pressure” dan corak
ventilasi untuk memperbaiki efisiensi ventilasi dan oksigenasi dan (3)
Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.
Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode
waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN

1. ANATOMI

Sistem pernapasan termasuk hidung , rongga hidung dan

sinus , faring , laring (kotak suara),trakea (tenggorokan ) , dan

saluran-saluran yang lebih kecil yang mengarah ke pertukaran gas

di permukaan paru-paru . Saluran pernapasan terdiri dari saluran

udara yang membawa udara dari dan ke permukaan tersebut .

Saluran pernapasan dapat dibagi menjadi bagian konduksi dan

bagian pernapasan

Bagian konduksi terdapat dari jalan masuk udara dihidung


ke rongga hidung ke bronkiolus terkecil dari paru-paru . Bagian

pernapasan termasuk saluran bronkiolus pernapasan dan kantung

udara halus , atau alveoli ( al - VE ) , di mana terjadi pertukaran gas

. Sistem pernapasan termasuk saluran pernapasan dan jaringan

terkait , organ , dan struktur pendukung . Saluran-saluran kecil ini

menyesuaikan kondisi udara dengan menyaring , pemanasan , dan

melembabkan itu , sehingga melindungi bagian konduksi yang

peka dan melindungi pertukaran sistem pernapasan bawah dari

partikel-partikel , patogen , dan lingkungan ekstrem ( Martini et al

2012)

Nose

Nasal Cavity
Pharynx
Oral Cavity

Right Primary
Bronchus
Larynx

Lungs Trakhea

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan (Gerard & Bryan,2009)

Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai

berikut, rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus,

paru- paru (bronkiolus,alveolus). Rongga hidung dilapisi selaput

lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung

dengan lapisan faring dan selaput lender. Faring adalah pipa

berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring

dan laringofaring kemudian Laring, laring berperan untuk


pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap

masuknya makanan dan cairan. Trakea, merupakan lanjutan dari

laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago yang

terdiri dari tulang- tulang rawan yang terbentuk seperti C.

Bronkus merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus

primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki

sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur

mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang

selanjutnya secara berurutan adalah bronki,bronkiolus,bronkiolus

terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar.

2. FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILATOR MEKANIK

Respirasi terdiri atas 2 proses, yaitu respirasi eksternal dan


respirasi internal. Respirasi eksternal adalah absorpsi O2 dan
pembuangan CO2 dari seluruh tubuh, sedangkan respirasi internal adalah
penggunaan O2 dan produksi CO2 oleh sel dan pertukaran gas antara sel-
sel dan media cairan tersebut.
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis.
Normalnya, hanya terdapat satu lapisan tipis di antara paru-paru dan
dinding dada (ruang intrapleural). Paru-paru mudah bergerak pada
dinding dada akibat adanya ruang intrapleural, namun paru-paru tidak
dapat ditarik menjauh dari dinding dada. Tekanan pada ruang di antara
paru-paru dan dinding dada (tekanan intrapleural) adalah subatmosferik.
Jika dinding dada terbuka, paru-paru akan kolaps, dan jika paru-paru
kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang dan berbentuk barrel.

Pada saat inspirasi pernapasan normal yang spontan diawali


dengan terjadi kontraksi otot diafragma dan otot pernapasan yang lain
sehingga volume dada mengembang dan membuat tekanan negatif dalam
rongga dada. Tekanan negatif ini menyebabkan udara di luar yang
bertekanan lebih tinggi masuk ke dalam paru- paru.dan terjadilah
inspirasi. Jumlah udara yang masuk akan dianggap cukup setelah otot-
otot diafragma dan pernapasan mulai relaksasi dan tekanan dalam rongga
dada sama dengan di luar tubuh. Ketika otot-otot kembali ke posisi
semula terjadilah ekspirasi karena kini tekanan dalam rongga dada lebih
tinggi daripada diluar tubuh.

Pada penggunaan ventilasi mekanik, aliran udara dapat masuk ke


paru-paru karena adanya tekanan positif buatan oleh ventilator, dimana
fase ekspirasinya terjadi secara pasif. Ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru- paru pasien, sehingga tekanan selama
inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal
meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga toraks paling
positif. Perbedaan tekanan baik pada proses inspirasi dan ekspirasi
menimbulkan dampak terhadap kondisi hemostasis yang fisiologik.

Efek pada kardiovaskular terlihat karena tekanan positif yang


diberikan menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung
sehingga curah jantung menurun. Penderita dengan status hemodinamik
baik akan dapat mengkompensasi perubahan ini dengan vasokontriksi,
namun pada penderita dengan gangguan saraf simpatis dan sedang
mengalami hipovolemik sehingga hemostatis terganggu dan pasien bisa
jatuh dalam keadaan syok.

Perubahan pada paru sendiri sangat bervariasi tergantung keadaan


paru dari pasien. Tekanan inflasi yang tinggi dan lama dapat merusak
membran kapiler paru, kerusakan surfaktan, atelektasis, barotrauma,
malditribusi gas, perubahan V/Q ratio dan penurunan kapasitas residu
fungsional.

Penggunaan ventilasi mekanik juga dapat mempengaruhi


keseimbangan asam basa dalam tubuh dikarenakan volume ventilasi yang
besar dapat menyebabkan hipocarbia dan alkalosis respiratorik. Hal ini
menyebbakan vasokontriksi serebral dan peningkatan afinitas oksigen-
hemoglobin. Hipokarbia tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
ruang rugi tambahan.

C. TUJUAN VENTILATOR MEKANIK


1. Mampu menjelaskan tentang Control Mode
2. Mampu menjelaskan tentang Asissted Mode
3. Mampu menjelaskan tentang SIMV (Sincronous Intermitten Minute
Volume)
4. Mampu menjelaskan tentang Pressure Support (PS)
5. Mengurangi kerja pernapasan
6. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
7. Pemberian MV yang akurat
8. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
9. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
10. Pasien dengan gagal nafas
11. Insufisiensi jantung
12. Disfungsi neurologist
13. Tindakan operasi

D. INDIKASI VENTILATOR MEKANIK

1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)


2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
3. Post Trepanasi dengan black out.
4. Respiratory Arrest.

E. KLASIFIKASI VENTILATOR MEKANIK

KLASIFIKASI VENTILASI MEKANIK


Negative Pressure Tank Respiratory Support (Ventilasi Bertekanan Negatif)

Mekanismenya, penderita diletakkan di dalam sebuah silinder yang


bertekanan udara sub-atmosfer (tekanan negatif) sehingga mengakibatkan
dada mengembang dan tekanan jalan napas menjadi negatif. Prinsip dari
ventilator jenis ini adalah mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal.

Pada saat bernapas spontan, tekanan negatif diciptakan oleh rongga


pleura melalui otot-otot pernapasan, sehingga gradien tekanan yang terjadi
antara tekanan atmosfer dan tekanan di dalam toraks menghasilkan aliran
udara ke dalam paru. Pada ventilator bertekanan negatif ini, udara ditarik
secara mekanik untuk membentuk ruang vakum di dalam tanki, sehingga
tekanan menjadi negatif. Tekanan negatif tersebut akan menyebabkan
terjadinya ekspansi dada, yang menyebabkan turunnya tekanan
intrapulmoner sehingga meningkatkan aliran udara sekitar ke dalam paru.
Ketika vakum dilepaskan, tekanan di dalam tangki menjadi sama
dengan sekitar, menyebabkan terjadinya ekshalasi pasif dada dan paru
Kelebihan dari alat ventilasi mekanik jenis ini adalah tidak diperlukannya
pemasangan pipa endotrakea, akan tetapi alat ini memiliki kekurangan
dimana alat yang terlalu besar, volume semenit tidak pasti dan kesulitan
dalam perawatan penderita. Selain itu penggunan ventilator jenis ini tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilasi sering. Dengan kekurangan-kekurangan
tersebut, alat ventilator mekanik tipe ini kurang populer aplikasinya di
klinik.

Positive Pressure Ventilation (Ventilasi Bertekanan Positif)


Ventilator tipe ini akan memberikan tekanan positif di atas tekanan
atmosfer sehingga dada dan paru mengembang pada fase inspirasi,
selanjutnya pada akhir inspirasi tekanan kembali sama dengan tekanan
atmosfer sehingga udara keluar secara pasif pada fase ekspirasi.

Selama ventilasi bertekanan positif, inflasi paru dicapai dengan


secara berkala menerapkan tekanan positif ke saluran napas bagian atas
melalui masker ketat (ventilasi mekanik non-invasif) atau melalui
endotrakeal tube atau trakeostomi. Peningkatan resistensi saluran napas dan
penurunan complians paru bisa diatasi dengan memanipulasi aliran dan
tekanan gas inspirasi. Kelemahan utama dari ventilasi bertekanan positif
yakni mengubah rasio ventilasi-perfusi, efek pada peredaran darah yang
berpotensi merugikan, dan risiko barotrauma paru dan volutrauma. ventilasi
bertekanan positif meningkatkan ruang mati (dead space) fisiologis karena
aliran gas secara khusus dialirkan ke bagian paru yang lebih compliant,
daerah nondependent dari paru-paru, sedangkan aliran darah (yang
dipengaruhi oleh gravitasi) mengisi daerah paru yang dependen. Penurunan
curah jantung terutama disebabkan oleh penurunan aliran balik vena ke
jantung karena tekanan intratoraks yang meningkat. Barotrauma berkaitan
erat dengan paparan berulang dari puncak-puncak tekanan inflasi yang
sedangkan volutrauma terkait dengan beruangnya kolaps dan pengembangan
kembali paruyang normal ataupun yang patologis.

Semua ventilator memiliki empat fase: inspirasi, perubahan dari


inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan perubahan dari berakhirnya inspirasi.
Manipulasi pada fase ini menentukan VT (tidal volume), tingkat ventilasi,
waktu inspirasi, aliran gas inspirasi, dan waktu ekspirasi.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, ventilator jenis ini dibagi menjadi


beberapa mode. Penting untuk memahami mode-mode tersebut yang
dikategorikan berdasarkan volume, tekanan, dan waktu, karena berperan
dalam mengaplikasikan ventilasi yang aman dan efektif. Alasan mengapa
mode ventilator dibagi berdasarkan siklus tekanan, volume atau waktu
adalah untuk mengidentifikasi variabel apa yang dapat dikontrol oleh
operator, dan variabel yang tidak dapat dikontrol ditentukan berdasarkan
fisiologi dan patofisiologi parenkim paru, jalan napas dan dinding dada
pasien.
Adapun mode ventilator dibagi berdasarkan cycling (perubahan dari
inspirasi ke ekspirasi), antara lain:
1. Pressure limited/pressure cycled
Pressure-cycle ventilator berjalan ke fase ekspirasi ketika tekanan udara
mencapai tingkat yang telah ditentukan sebelumnya. VT dan waktu inspirasi
bervariasi, yang terkait dengan resistensi saluran napas dan paru serta
komplians sirkuit. Dalam aplikasinya alat ini lebih mudah dipacu oleh usaha
napas pasien, namun pada peningkatan tahanan jalan napas atau penurunan
daya regang dada atau paru, akan terjadi penurunan volume tidal dan volume
semenit.
2. Time cycled
Time-cycled ventilator masuk ke fase ekspirasi setelah interval yang telah
ditentukan yang dihitung dari awal inspirasi. VT (tidal volume) adalah produk
dari waktu inspirasi dan laju aliran inspirasi. Ventilator time-cycled biasanya
digunakan untuk neonatus dan di ruang operasi.

3. Volume cycled
Ventilator jenis ini dapat menghasilkan volume tertentu yang disesuaikan
dengan kebutuhan penderita. Apabila volume yang ditentukan sudah dicapai,
fase inspirasi akan berakhir. Banyak ventilator untuk pasien dewasa
menggunakan volume-cycled tapi dilengkapi dengan batas sekunder pada
tekanan inspirasi untuk melindungi paru-paru dari barotrauma. Jika tekanan
inspirasi melebihi batas tekanan, siklus mesin berlanjut ke ekspirasi bahkan
jika volume yang dipilih belum disampaikan.
4. Flow cycled
Fase inspirasi akan berganti menjadi ekspirasi ketika aliran udara jatuh
ke level tertentu. Ventilator flow-cycle memiliki sensor tekanan dan aliran
yang memungkinkan ventilator untuk memantau aliran inspirasi pada tekanan
inspirasi yang ditentukan sebelumnya; ketika aliran ini mencapai tingkat yang
telah ditentukan.

F. KOMPLIKASI VENTILATOR MEKANIK

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila


perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Paru-Paru
 Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis,
emboli udara vaskuler.
 Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
 Infeksi paru
 Keracunan oksigen
 Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi,
tersumbat.
 Aspirasi cairan lambung
 Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
 Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya


aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

3. Sistem saraf pusat


a) Vasokonstriksi cerebral
b) Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
c) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas
normal akibat dari hipoventilasi.
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Gangguan kesadaran
 Gangguan tidur.
4. Sistem gastrointestinal
 Distensi lambung, illeus
 Perdarahan lambung.
 Gangguan psikologi

5. Kolaps dari sistem kardiovaskular: Biasanya terjadi pada awal


pemakaian ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Penyebabnya
adalah efek depresi dari obat sedasi, hambatan pada daya dorong
torak yang akan mengakibatkan peningkatan venous return
,tamponade ventrikel kiri akibat tekanan intra torak yang positif.
Tinggi nya tekanan inflasi dan PEEP akan memperberat keadaan.
Perburukan akan terjadi pada penderita yang hipovolumia, sepsis
atau syok kardiogenik.
6. Ketidak seimbangan asam basa: Asidosis respiratoris atau
alkalosis sangat mungkin terjadi bila minute volume tidak tercapai.
Hiperventilasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penurunan
kapasitas sistem bufer di CSF ; sehingga pada saat proses
penyapihan setiap kenaikan PaCO2 akan menyebabkan penurunan
pH di CSF yang besar dan tak terprediksi. Penderita tampak
semakin sesak.
7. Atropi otot pernafasan: Cara kerja ventilator yang memang dl
buat untuk mengurangi beban kerja otot pernafasan akan
menyebabkan disuse athropy. Dan akan menyebabkan proses
penyapihan menjadi lebih sulit.
8. Barotruama pada paru: Pemaparan pada paru dengan tekanan
puncak (peak airway pressure ) > 35 - 40cm H2O akan
meningkatkan risiko pneumotorak. Kerusakan ini disebabkan oleh
karena shears forces yang terjadi bila alveolus yang kolaps berulang
kali mengembang kembali (reinflated) saat inspirasi. Disini PEEP
dapat membantu mengurangi kerusakan tersebut dengan menjaga
supaya alveolus tetap terbuka selama siklus pernafasan .

9. Ventilator lung : Regangan lama dan berkepanjangan pada paru


dengan volume tidal yang tinggi akan menyebabkan kerusakan paru
10. Intubasi endotrakea:

 Kerusakan laring dan faring terjadi bila ETT terpasang


selama > 3 minggu. Pemasangan ETT akan menyebabkan
kebersihan rongga mulut tidak dapat terjaga dengan
memadai sehingga terjadi mikro aspirasi dari cairan faring
yang infeksius; ini akan mengakibatkan infeksi nosokomial.
Sering kali dl perlukan pemberian obat sedasi untuk
mempermudah proses intubasi (terutama melalui oral).
 Intubasi melalui nasotrakea membawa risiko sinusitis

G. SETTING VENTILATOR MEKANIK

Setelah pipa endotrakeal atau trakeostomi terpasang baik, dilanjutkan


dengan pemberian napas buatan dengan pompa manual, sambil menilai masalah
sistem organ yang lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan penataan ventilator :

1. Volume tidal awal 10-15 ml/kgBB, volume ini 50% lebih besar dari ukuran
normal. Tujuannya adalah untuk membuka alveoli yang sempat kolaps atau
atelektasis agar pertukaran gas lebih baik.
2. Frekuensi ditentukan 12-15 menit pada orang dewasa, relatif lebih lambat
untuk mencegah kenaikan rasio VD/VT (volume ruag rugi/volume tidal)
3. Rasio waktu inspirasi : ekspirasi=I/E=1:2 menit
4. Fraksi inspirasi oksigen (FiO2)= 100% selama 15-30 menit
5. Tekanan inflasi < 35-40 cmH2O untuk menegah barotrauma atau goncangan
fungsi kardiovaskular
6. Pemberian volume inspirasi sekitar 2x atau lebih dikenal dengan istilah
“sigh” pada periode tertentu untuk mencegah atelektasis paru. Biasanya
tidak digunakan bila sudah mempergunakan volume tidak yang besar.
Setelah 15-30 menit aplikasi dilakukan, periksa analisis gas darah.
7. Berdasarkan hasil analisis gas darah ditentukan metode ventilasi mekanik
yang akan diberikan, tata kembali parameter tersebut diatas apakah perlu
PEP atau tidak. Setiap perubahan ventilasi mekanik 15-30 menit kemudian
periksa analisis gas darah untuk menilai kondisi yang pantas bagi penderita.
    Setting ventilator meliputi:
 Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
1. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
2. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
3. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
4. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
5. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
6. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
7. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
8. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
9. Hasil foto thorax terakhir

H. WEANING VENTILATOR MEKANIK

Weaning (menyapih) ventilasi mekanik


1. Pasien yang mendapatkan ventilasi mekanik dalam waktu singkat
misalnya setelah operasi besar sering kali dapat disapih dengan
cepat seperti yang dilakukan diruangan operasi yaitu mengakhiri
sedasi, kemudian dengan cepat memakai T-piece lalu diekstubasi.
2. Kondisi ini berbeda sekali dengan pasen sakit kritis yang kadang
dalam proses penyapihan ventilator mengalami hambatan.
3. Perubahan kondisi pasen dari hari kehari pada masa pemulihan
fungsi organ pernafasan sering kali secara temporer membutuhkan
bantuan ventilasi mekanik kembali.

Pengukuran fungsi sistem pernafasan sehubungan dengan


keberhasilan proses penyapihan dari ventilasi mekanik adalah:

1. Volume tidal > 5 ml/kg


2. Kapasitas vital > 10-15 ml/ kg
3. Fungsional Residual Capacity >50 % nilai prediksi
4. Kekuatan inspirasi maksimal > -25 cmH2O
5. Laju nafas < 30x/ menit
6. Minute Volume < 10 L/ menit
7. 7. PH > 7,3
8. Peningkatan PaCO2 pada respirasi spontan < 1,5 kPa
9. PaO2 > 8 kPa pada kadar oksigen < = 40 %.

Yang paling penting pada penilaian ini adalah keberhasilan


pertukaran gas. Oleh karena itu penilaian klinis menjadi
sangat penting dan dapat memberikan petunjuk adanya
kegagalan pernafasan yang memerlukan bantuan ventilasi.

Faktor-faktor yang berhubungan denga kesulitan saat


menyapih dari ventilator mekanik adalah :

1. Kelainan patologi primer yang menetap.


2. Gagal ginjal atau kardiovaskular yang tidak dapat
diobati
3. Malnutrisi
4. Sepsis atau pireksia (peningkatan kebutuhan
metabolik).
5. Kelebihan cairan
6. Residual dari zat sedatif
7. Ketidakseimbangan elektrolit (terutama Ca, Mg, K,
PO4)
8. Anemia
9. Nyeri
10. Distensi abdommen

Pada weaning, bantuan ventilator diturunkan secara perlahan

mnggunakan beberapa strategi ventilasi yang dapat berbeda dengan yang telah

disebutkan diatas. Contoh nya seperti di bawah ini :

1. Controlled ventilator dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

(2.SIMV) + Pressure Support dengan atau tanpa PEEP,

dilanjutkan dengan

2. Pressure support dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

( (1CPAP)Tracheostomi merupakan salah cara proses

penyapihan , terutama pada pasien yang telah lama sakit.

Keuntungan tracheostomi adalah:


1. Mengurangi kebutuhan zat sedatif. Kebanyakan pasien

yang ditracheostomi membutuhkan hanya sedikit atau

tidak sama sekali sedatif dibandingkan dengan

pemasangan ETT (karena lebih mengakibatkan stimulasi).

2. Karena penderita menjadi lebih tenang maka metabolisme

menjadi lebih efisien dan nutrisi lebih mudah diperbaiki

3. Memperbaiki oropharingeal toilet sehingga dapat

mengurangi kejadian infeksi nosokomial.

4. Mengurangi resistensi jalan nafas.

5. Mempermudah pengeluaran sekret dari saluran nafas

bagian bawah.

6. Memberikan kemudahan dalam mengganti sistem bantuan

pernafasan

I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN VENTILATOR


MEKANIK

Beberapa faktor risiko dicurigai dapat memicu terjadinya VAP, antara

lain: usia lebih dari 60 tahun, derajat keparahan penyakit, penyakit paru akut

atau kronik, sedasi yang berlebihan, nutrisi enteral, luka bakar yang berat, posisi

tubuh yang supine, Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari 9, penggunaan obat

pelumpuh otot, perokok dan lama pemakaian ventilator. Pemakaian ventilator

mekanik dengan pipa yang diintubasikan ke tubuh pasien akan mempermudah

masuknya kuman dan menyebabkan kontaminasi ujung pipa endotrakeal pada

penderita dengan posisi terlentang.Lama penggunaan ventilator mekanik diduga

merupakan salah satu faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian VAP.

Philippe Vanhems, dkk.,

J. MONITORING PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK


Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik

Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh ventilator
(Smith-Temple & Johnson, 2011):

1. Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas,
yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg;
dapat ditingkatkan sampai15 ml/kg

2. Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal


biasanya10 kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan
kondisi klien

3. Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2):


persentase oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki
FiO2 21%. Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya
dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi
FiO2 lebih dari 50% dihubungkan dengan toksisitas oksigen.

4. PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu


alveoli tetap terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis.
Pengaturan PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga
mencapai hingga 40 cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas
pada orang dewasa (ARDS). Setiap perubahan yang dilakukan pada
pengaturan ventilator harus dievaluasi setelah 20 sampai 30 menit melalui
analisis gas darah arteri, hasil pengukuran SaO2, atau hasil pembacaan
karbon dioksida tidal-akhir untuk melihat keefektivitasan ventilator

K. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PASIEN VENTILATOR


MEKANIK

1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:

1) Biodata

Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,


alamt, dll.Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar
belakang status sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan
spritual pasien, sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.

2) Riwayat penyakit/riwayat keperawatan


Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang
sekarang dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis
lain) karena kondisi pasien yang dapat bentuan ventilator tidak
mungkin untuk memberikan data secara detail. Pengkajian ini
ditujukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor
pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.

3)   Keluhan

Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa


dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak
nafas, nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.

 Sistem pernafasan

Setting ventilator meliputi:

 Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
10. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
11. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
12. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
13. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
14. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
15. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
16. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
17. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
18. Hasil foto thorax terakhir

 Sistem kardiovaskuler
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui  adanmya
gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi)
atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.

 Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
 Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
 Status cairan dan nutrisi

Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.

 Status psycososial

Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami


depresi mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi,
merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bantuan
nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus


berlebihan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan

Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan.
Tujuan: Meningkatkan dan mempertahankan status pernafasan: kepatenan jalan
nafas
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Manajemen jalan nafas
- Dyspnea diharapkan masalah 1. Posisikan pasien
- Gelisah pernafasan dapat teratasi untuk
- Adanya suara dengan kriteria hasil: memaksimalkan
nafas 1. Frekuensi ventilasi
tambahan pernafasan dalam 2. Auskultasi duara
- Sputum dalam batas normal nafas, catat area
jumlah 2. Irama pernafasan yang ventilasinya
berlebihan dalam batas menurundan
- Mata terbuka normal adanya suara
lebar 3. Dipsneasaat nafas tambahan
istirahat tidak ada 3. Lakukan
4. Suaranafas penyedotan
tambahan tidak melalui
ada endotrakea atau
5. Penggunaan otot nasotrakea,
bantu moninafas sebagaimana
tidak ada mestinya
4. Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: pertukaran gas
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Monitor Pernafasan
- Gelisah diharapkan masalah status 1. Monitor suara
- Dyspnea pernafasan: pertukaran gas nafas tambahan
- Gas darah arteri dapat teratasi dengan seperti ngorok
abnormal kriteria hasil: atau mengi
- Hipoksia 1. Tekanan parsial 2. Monitor
- Warna kulit oksigen di darah saturasi oksigen
abnormal arteri (PaO2) dalam (mis: SaO2,
- Somnolen batas normal SpO2)
- Takikardi (040208) 3. Auskultasi
2. Tekanan parsial suara nafas,
karbondioksida di catat area
daraharteri (PaCO2) dimana terjadi
dalam batas normal penurunan atau
3. PH arteri normal tidakadanya
4. Saturasioksigen ventilasidan
normal keberadaan
5. Keseimbangan dan suaranafas
perfusi dalam batas tambahan
normal 4. Catat perubahan
pada saturasi O2
volume tidal
akhir CO2, dan
perubahan nilai
analisa darah
5. Monitor sekresi
pernafasan

3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: ventilasi
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Bantuan ventilasi
 Dyspnea diharapkanmasalah 1. Pertahankan
 Penurunan pernafasan dapat teratasi kepatenan jalan
SaO2 dengan kriteria hasil: nafas
 Penurunan 1. Penggunaan otot 2. Posisikan
PO2 bantu nafas tidak untuk

 Gelisah ada memfasilitasi


2. Volume tidal pencocokan
dalam batas ventilasi
normal 3. Posisikan
3. Kedalaman untuk
inspirasi dalam meminimalkan
batas normal upaya bernafas
4. Retraksi dinding 4. Monitor
dada tidak ada kelelahan otot
pernafasan
BAB III

SIMPULAN

Ventilator mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk


menfasilitasi transpor oksigen dan karbodioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-
paru( Urden,Stacy,Lough,2010)

TUJUAN VENTILATOR MEKANIK

1. Mampu menjelaskan tentang Control Mode


2. Mampu menjelaskan tentang Asissted Mode
3. Mampu menjelaskan tentang SIMV (Sincronous Intermitten Minute
Volume)
4. Mampu menjelaskan tentang Pressure Support (PS)

INDIKASI VENTILATOR MEKANIK

1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)


2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
3. Post Trepanasi dengan black out.
4. Respiratory Arrest.
5.
Pengukuran fungsi sistem pernafasan sehubungan dengan
keberhasilan proses penyapihan dari ventilasi mekanik adalah:

1. Volume tidal > 5 ml/kg


2. Kapasitas vital > 10-15 ml/ kg
3. Fungsional Residual Capacity >50 % nilai prediksi
4. Kekuatan inspirasi maksimal > -25 cmH2O
5. Laju nafas < 30x/ menit
6. Minute Volume < 10 L/ menit
7. 7. PH > 7,3
8. Peningkatan PaCO2 pada respirasi spontan < 1,5 kPa
9. PaO2 > 8 kPa pada kadar oksigen < = 40 %.

Yang paling penting pada penilaian ini adalah keberhasilan


pertukaran gas. Oleh karena itu penilaian klinis menjadi
sangat penting dan dapat memberikan petunjuk adanya
kegagalan pernafasan yang memerlukan bantuan ventilasi.
DAFTAR PUSTAKA

Cortes, G.A., Dries, D.J., Marini, J.J. (2012). Annual Update in Intensive Care and
Emergency Medicine: Position and the Compromised Respiratory System.
New York, Springer.

Departemen Kesehatan RI, (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.

Fink, M. P., Abraham, E., Vincent, J., Kochanek, P.M. (2005). Textbook of Critical
Care. Philadelphia, Elsevier Saunder.

Grap, M. J. (2009). Not-So-Trivial Pursuit: Mechanical Ventilation Risk Reduction.


American Journal of Critical Care, 18, 299-309. doi: 10.4037/ajcc2009724.

Grossbach, I., Chlan, L., Tracy, M.F. (2011). Overview of Mechanical Ventilatory
Support and Management of Patient and Ventilator-Related Responses.
Critical Care Nurse, 31, 30-44. doi: 10.4037/ccn2011595.

Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.

Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2006) Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care. Philadelphia, Elsevier.

Kementerian Kesehatan RI, (2011). Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya


Kesehatan tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit.

LeMone, P. & Burke, K. (2008). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in


Client Care. United Stated, Pearson Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai