Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

PADA PASIEN PENYAKIT SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS UNTUK


MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II”

ANDRE SEPTRIANDI PUTRA (PO72201201667)

toolkit
ASY SYIFA YULIFATHYA (PO72201201670)

JAMILAH ( PO72202201677)

NOVI LIZA ( PO72201201686)

KELAS : 2B KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :
DEWI PUSPA RIANDA, SST, MPH
KONSEP PENYAKIT SLE
1. DEFINISI

Lupus eritematosus sistemik (SLE)


adalah radang kronis yang disebabkan oleh
penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di
mana sistem pertahanan tubuh yang tidak
normal melawan jaringan tubuh sendiri.
Antara jaringan tubuh dan organ yang
dapat terkena adalah seperti kulit, jantung,
paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf.
toolkit

Lupus eritematosus sistemik (SLE)


merupakan suatu penyakit atuoimun yang
kronik dan menyerang berbagai system
dalam tubuh. ( Silvia & Lorraine, 2006 )
2.Pengertian istirahat dan tidur

Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan


emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga
kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti
sebentar untukmelepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan
toolkit

menjengkelkan (Hidayat, 2008).


Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.
(Asmadi, 2008).
3. Anatomi fisiologi sle

Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem


pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri,
protozoa dan parasit.
Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang
berbeda yangsemuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh
berbagai bibitpenyakit seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan
toolkit

polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel


imun ke tempat infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.
Lanjutan
Organ –Organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid) Berdasarkanfungsinya :

1. Organ Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun, yaitu
kelenjar timus dan susmsum tulang.

2. Organ Limfoid Sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses –
proses reaksi imun. Misalnya : nodus limfe, limpa, the loose clusters of follicles, peyer
patches, MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue), tonsil.
toolkit

Cara kerja sistem imun tubuh :

1.Membentuk penghalang yang mencegah bakteri dan virus memasuki tubuh.

2. Ketika bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuhmengenali nya dan
membunuh sebelum organisme berbahaya berusaha memperbanyak diri / berkembang biak
Lanjutan
Jenis-jenis sistem kekebalan tubuh :

1. Imunitas bawaan atau kekebalan alami Sistem kekebalan


tubuh bawaan merupakan Imunitas yang di memiliki
seseorang dari saat kelahiran. Termasuk hambatan anatomis
seperti kulit dan selaput lendir seperti ditemukan dalam
toolkit

hidung dan tenggorokan .


2. Kekebalan aktif atau kekebalan adaptif Merupakan kekebalan
yang terbentuk seiring berjalannya waktu. sistem kekebalan
tubuh adaptif terhadap organisme berbahaya yang
menyerang tubuh ( antigen ).
5.Etiologi sle

Antibody anti RO anti LA dapat menyebabkan sindrom lupus neonates dengan


melinitas plaseta. Sindrom ini dapat bermanifestasi sebagai lesi kulit atau blok
jantung congenital.
• Factor genetic mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan
ekspresi penyakit SLE. Sekitar 20-30% pada pasien SLE mempunyai kerabat
dekat yang menderita SLE. Penelitian terahir menunjukan bahwa banyak gen
yang berperan antara lain haptolip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR,
toolkit

komponen komplemen yang berperan pada fase awal reaksi peningkatan


komplomen yaitu : Crg, Cir, Cis, C3, C4 dan serta gen-gen yang mengode
reseptor drl T, immunoglobulin dan sitokin ( Albar 2003).
• Factor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang
mengubah struktur DNA didaerah yang terpapar sehingga menyebabkan
perubahan system imun didaerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari
sel kreatonosit. (Herfindal et al,2000).
6. Manifestasi klinis sle

Gambaran klinis SLE sangan bervariasi, baik dalam keterlibatan


organ pada suatu waktu maupun keparahan manifestasi penyakit pada
organ tersebut. Sebagai tambahan, perjalanan penyakit berbeda antar
pasien. Keparahan dapat bervariasi dari ringan ke sedang sehingga parah
atau bahkan membahayakan hidup. Karena perbedaan multisystem dari
manifestasi kliniknya, lupus telas menggantikan sifilis sebagai great
imitator.
Kebanyakan pasien dengan SLE memiliki penyakit ringan sampai
dengan gejala kronis, diselingi oleh peningkatan aktivitas penyakit secara
toolkit

terhadap atau tiba-tiba. Pada sebagian kecil pasien dikarakteristikan


dengan peningkatan aktivitas penyakit dan remisi klinik sempurna. Pada
keadaan yang sangat jarang, pasien mengalami episode aktif SLE singkat
diikuti dengan remisi lambat.
Lanjutan…
• Manifestasi Konstitusional
Demam muncul pada sebagian besar pasien dengan SLE aktif, namun penyebab
infeksius tetap harus dipkirkan, terutama pada pasien dengan terapi imunosupresi.
Penurunan berat badan dapat timbul awal penyakit, dimana peningkatan berat badan,
khusus pada pasien yang diterapi dengan dengan glukokotikoid, dapat menjadi lebih
jelas lebih pada tahap selanjutnya.

• Manifestasi Mukokutan
toolkit

Fotosensitivitas dapat dikenali dengan pembentukan ruam, eksaserbasi ruam yang telah
ada sbelumnya, reaksi terhadap sinar matahari yang berlebihan (exaggerated sunburn),
atau gejala sepereti gatal atau parastesisi setelah terpajan sinar matahari atau sumber
cahaya buatan. Zfotosensitivitas sering ditemukan dan dapat terjadi pada semua
kelompok ras dan etnis, walapun belum ada studi mengenai prevalensinya dipopulasi
umum.
Lanjutan…

• Manifestasi Konstitusional
Demam muncul pada sebagian besar pasien dengan SLE aktif, namun penyebab
infeksius tetap harus dipkirkan, terutama pada pasien dengan terapi imunosupresi.
• Manifestasi Mukokutan
Fotosensitivitas dapat dikenali dengan pembentukan ruam, eksaserbasi ruam yang telah
ada sbelumnya, reaksi terhadap sinar matahari yang berlebihan (exaggerated sunburn),
atau gejala sepereti gatal atau parastesisi setelah terpajan sinar matahari atau sumber
toolkit

cahaya buatan.
• Manifestasi Muskuloskeletal
Artritis SLE biasanya meradang dan mucul bersamaan dengan sinovitis dan nyeri,
bersifat nonerosif dan nondeforming. Manifestasi yang jarang adalah deformitas
jaccoud yang menyerupai artritis rheumatoid namun berkurang dan tidak terbukti
secara radiologis menyebabkan desttruksi kartilago dan tulang.
Lanjutan…

• Manifestasi Kardiovaskular
Perikarditis meruapakan gejala khas dengan nyeri substernal posisional dan terkadang
dapat ditemukan rub. Ekokardiografi dapat menunjukkan efusi atau dalam kasus kronik
penebalan dan fibrosis pericardium. Tamponade atau hemodinamik konstriktif jarang
ditemukan, namun dapat diinduksi oleh karbamazepin.
• Manifestasi Paru
Pleurisy sering ditemukan pada SLE nyeri dada khas pleuritik, rub, dan efusi dengan
toolkit

bukti radiografi dapat ditemukan pada sebagian pasien, namun sebagian lain mungkin
hanya berupa gejala tanpa temuan obyektif.
• Manifestasi Ginjal
Nefritis lupus muncul pada sebagian pasien dengan SLE. Spektrum keterlibatan
patologis dapat bervariasi dari proliferasi mesangial yang sama sekali tidak
menimbulkan gejala sampai glumerulonefritis membranoproliferatif difus agresif yang
Lanjutan
• Manifestasi Neurologis dan Psikiatrik
Keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) terjadi pada 5-15% pasien dan terkadang merujuk pada
SLE neuropsikiartrik atau serebritis lupus. Pasien dapat memiliki manifestasi obyektif
seperti meningitis asepsis atau meningoensefalitis, kejang, khorea, ataksia, stroke dan
myelitis tramsversa.
• Manifestasi Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal nonspesifik, termasuk nyeri perut difus dan mual, kas untuk pasien
toolkit

SLE. Peritonitis steril dengan asites jarang namun merupakan komplikasi abdomen yang
serius. Banyak gejala gastrointestinal atas berhubungan dengan terapi yaitu NSAID dan
atau gastropati terkait glukokortikoid. Duodenitis dapat menimbulkan gejala.
LANJUTAN…
• Manifestasi Hematologi
Splenomegali dan limafadenopati difus sering merupakan temuan yang sering namun
nonspesifik pada SLE aktif. Anemia merupakan temuan khas, dapat disebabkan oleh
hemolysis dengan hasil tes coombs positif, kadar haptoglobin rendah dan kadar laktat
dehydrogenase tinggi atau dengan mielosupresi.
Manifestasi Mata
Eksudat dan infarks retina (baan sitoid) relative jarang dan merupakan temuan nonspesifik.
toolkit

Konjungtivitas dan episkleritis terkadang dapat ditemukan pada penyakit aktif. Mata
kering dapat menunjukan tumpang tindih dengan sindrom sjogren. Kebutaan singkat atau
permanen dapat disebabkan oleh neuritis optic atau oklusi arteri atau vena retina.
7.Komplikasi sle

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh pasien


LES.Komplikasi dapat disebabkan oleh penyakit LES itu sendiri maupun dari
terapinya.Salah satu organ yang seringkali mengalami koplikasi dari LES adalah
organ hati. Komplikasi organ hati pada pasien LES antara lain adalah Hepatitis
Lupus, Penyakit hati autoimmune, Sirosis Bilier Primer, dan Cholangitis Sclerosing
Primer, Hepatitis akibat virus, steatohepatitis, fatty liver dan kerusakan hati akibat
toolkit

obat.20 Selain penyakit pada hati, terdapat pula gangguan sistemik yang
merupakan komplikasi dari LES. Komplikasi sistemik tersebut antara lain adalah
Systemic Vasculitides, Penyakit Antibody Antibasement Membrane, obat-obatan
yang menyebabkan vasculitis, Sindrom Antifosfolipid, Koagulopati,
Trombositopenia dan dalam kasus yang lebih jarang menyebabkan infeksi virus
yang berat.
9.Patofisiologi sle

■ Factor genetic mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan


dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 20-30% pada pasien SLE mempunyai
kerabat dekat yang menderita SLE.
■ Factor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang
mengubah struktur DNA didaerah yang terpapar sehingga menyebabkan
perubahan system imun didaerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari
sel kreatonosit.
■ Beberapa jenis obat menyebabkan metilasi DNA seperti hidralazin.
toolkit

Hidralazin menghambat jalur sinyal yang menyebabkan penurunan ekspresi


DNA metiltransferase yang memediasi metilasi DNA. Terganggunya proses
metilasi DNA menyebabkan gangguan ekspresi gen dan memediasi aktivasi
sistem imun.
Lanjutan

Gambaran klinis SLE sangan bervariasi, baik dalam keterlibatan


organ pada suatu waktu maupun keparahan manifestasi
penyakit pada organ tersebut. Sebagai tambahan, perjalanan
penyakit berbeda antar pasien. Keparahan dapat bervariasi dari
ringan ke sedang sehingga parah atau bahkan membahayakan
toolkit

hidup. Karena perbedaan multisystem dari manifestasi


kliniknya, lupus telas menggantikan sifilis sebagai great imitator.
Lanjutan…
menyebabkan penyakit SLE diantaranya adalah genetik, lingkungan, obat – obatan.

• Genetik
Factor genetic mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan
ekspresi penyakit SLE. Sekitar 20-30% pada pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang
menderita SLE.
• Lingkungan
Factor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang mengubah
toolkit

struktur DNA didaerah yang terpapar sehinggamenyebabkan perubahan system imun


didaerah tersebut sertamenginduksi apoptosis dari sel kreatonosit.
• Obat – obatan
Beberapa jenis obat menyebabkan metilasi DNA seperti hidralazin. Hidralazin
menghambat jalur sinyal yang menyebabkan penurunan ekspresi DNA metiltransferase
yang memediasi metilasi DNA. Terganggunya proses metilasi DNA menyebabkan
gangguan ekspresi gen dan memediasi aktivasi sistem imun.
Lanjutan

Dari ketiga faktor itu menyebabkan sistem regulasi kekebalan


tubuh terganggu dan mengaktivasi sel T dan sel B, sehingga
menyebabkan fungsi sel T – supressor menjadi abnormal dan
terjadi peningkatan produksi autoantibodi sehingga terjadi
toolkit

penumpukan kompleks imun dan menyebabkan kerusakan


pada jaringan.
Lanjutan…
Penyakit SLE ini menyerang berbagai macam organ didalam tubuh diantaranya
muskuloskeletal, integumen, cardiac, respirasi, vaskuler, hemato, saraf.

1. Muskuloskeletal
Terjadi pembengkakan sendi menyebabkan artlargia, arthritis (sinovitis), dan nyeri
tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut.
2. Integumen
Terdapat lesi akut pada kulit (ruam berbentuk kupu – kupu) pangkal hidung dan pipi
toolkit

dan membuat pasien merasa malu dengan kondisinya saat ini sehinggal muncul
masalah keperawatan gangguan citra tubuh.
3.Cardiac
Terjadi perikarditis (suatu pembengkakan dan iritasi pada membran seperti kantung
tipis yang membungkus jantung (pericardium) ) menyebabkan terjadinya penumpukan
cairan efusi pada perikardium dan terjadinya penebalan perikardium sehingga jantung
menjadi berkontraksi sehingga muncul masalah keperawatan penurunan curah
Lanjutan…
4.Respirasi
Terjadi pleuritis atau radang selaput dada (peradangan jaringan yang melapisi paru –
paru dan rongga dada menyebabkan terjadinya penumpukan cairan pada pleura dan
terjadi efusi pleura sehingga membuat ekspansi dada tidak adekuat dan muncul
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif.
5. VaskulerTerjadi inflamasi pada arteriole terminalis dan terdapat lesi papuler,
eritematous, dan purpura diujung kaki, tumit, dan siku sehingga muncul masalah
keperawatan kerusakan integritas kulit.
toolkit

6. HematoTerjadi kegagalan sumsum tulang membentuk sel – sel darah merah dan
tubuh mengalami kekurangan sel darah merah (pansitopenia) dan menyebabkan
anemia dan muncul masalah keperawatan anemia
SarafTerjadi gangguan spektrum pada saraf meluas menyebabkan proses neurologis
terganggu sehingga pasien menjadi depresi dan muncul masalah keperawatan
gangguan pola tidur dan masalah keperawatan ansietas
10. Woc sle
toolkit
11.Masalah keperawatan prioritas sle

● Nyeri akut
● Keletihan
● Gangguan integritas kulit
● Gangguan citra tubuh
● Pola nafas tidak efektif
toolkit

● Penurunan curah jantung


● Gangguan pola tidur
● Ansietas
Asuhan Keperawatan
Secara Teoritis SLE
1. pengkajian
Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan
metode penggalian informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa dan
intervensi keperawatan. Pengkajian dapat dilakukan dengan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi (Tarwoto dan Wartonah, 2015). Pengkajian risiko infeksi
pada pasien anak dengan SLE menurut Kyle (2014) sebagai berikut :

1.Riwayat KesehatanKaji

penjelasan lengkap sakit saat ini dan keluhan utama. Tanda dan gejala umum yang dilaporkan selama
riwayat kesehatan adalah riwayat infeksi, keletihan, demam, perubahan berat badan, nyeri atau
pembengkakan pada sendi, baal, kesemutan atau rasa dingin pada ekstremitas, atau perdarahan yang
memanjang. Kaji untuk faktor risiko, yang meliputi jenis kelamin wanita; riwayat keluarga; keturunan Afrika,
Amerika Asli, atau Asia; infeksi terbaru; reaksi obat; atau pajanan sinar matahari berlebihan.
2.Pemeriksaan Fisik
Ukur suhu dan dokumentasikan adanya demam. Observasi kulit untuk ruam malar
(ruam yang berbentuk seperti kupu-kupu di pipi); lesi diskoid pada wajah, kulit kepala
atau leher; perubahan pada pigmentasi kulit; atau jaringan parut. Dokumentasikan
alopesia. Inspeksi rongga mulut terhadap ulkus / ulserasi yang tidak terasa nyeri dan
sendi untuk edema. Ukur tekanan darah, karena hipertensi dapat terjadi akibat
terpengaruhnya ginjal. Auskultasi paru; suara nafas tambahan dapat ditemukan jika
sistem pulmonal terpengaruh. Palpasi sendi, observasi area nyeri tekan (pada SLE,
gangguan abdomen lebih umum ditemukan pada anak daripada orang dewasa)
2. Diagnosa Keperawatan

● Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

● Keletihan b.d tubuh kondisi fisiologis

● Gangguan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi

● Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh


toolkit

● Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

● Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas

● Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur

● Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri


3. Intervensi
keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)


keperawatan diharapkan status 1. Observasi
Definisi : nyeri terpenuhi dengan kriteria • Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensori dan emosional tidak hasil : karakteristik, durasi,
menyenangkan berkaitan dengan frekuensi, kualitas, intensita
kerusakan jaringan aktual atau Status Nyeri : nyeri
fungsional, dengan onset mendadak • Tingkat nyeri berkurang • Identifikasi skala nyeri
atau lambat dan berintensitas ringan • Status kenyamanan • Identifikasi faktor yang
hingga berat yang berlangsung kurang membaik memperberat dan
dari 3 bulan. • Kontrol nyeri menjadi lebih memperingan nyeri
baik • Monitor efek samping
Penyebab : • Mobilitas fisik membaik penggunaan analgetik
toolkit

agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, 2. Teraupetik


iskemia, neoplasma) • Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

3. Edukasi
• Jelaskan strategi meredakan
nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
• Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
toolkit

analgesik, jika perlu


Pemberian Analgesik (I.08243
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri
• Identifikasi riwayat alergi ob
• Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik dengan tingkat
keparahan nyeri
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

• Monitor ttv sebelum dan


sesudah pemberian analges
• Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
• Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapa
analgesia optimal, jika perlu
• Tetapkan target efektivitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
• Dokumentasikan respon
toolkit

terhadap efek analgesik dan


efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
• Jelaskan efek terapi dan efe
samping obat
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Aktivitas/ Istirahat
keperawatan diharapkan status (I.12362)
Definisi : keletihan terpenuhi dengan 1. Observasi
Penurunan kapasitas kerja fisik dan kriteria hasil : • Identifikasi kesiapan dan
mental yang tidak pulih dengan istirahat. kemampuan menerima
Status Keletihan : informasi
Penyebab : • Tingkat keletihan berkurang 2. Terapeutik
• Gangguan tidur • Mobilitas fisik membaik • Sediakan materi dan media
• Kondisi fisiologis (mis. Penyakit • Tingkat depresi berkurang pengaturan aktivitas dan
kronis, penyakit terminal, anemia, istirahat
malnutrisi, kehamilan) • Jadwalkan pemberian
• Depresi pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
toolkit

• Berikan kesempatan kepada


pasien dan keluarga untuk
bertanya
3. Edukasi
• Anjurkan menyusun jadwal
menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
• Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
• Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan
Manajemen Energi (I.05178)
1. Observasi
• Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
• Monitor pola dan jam tidur
• Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
toolkit

melakukan aktivitas
2. Terapeutik
• Sediakan lingkungan nyaman
• Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
3. Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
4. Kolaborasi
• Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
toolkit
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
keperawatan diharapkan status 1. Observasi
Definisi : kulit dan jaringan teratasi • Identifikasi penyebab
Kerusakan kulit (dermis dan/atau dengan kriteria hasil : gangguan integritas kulit
epidermis) atau jaringan (membran 2. Terapeutik
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, Status Kulit dan Jaringan : • Ubah posisi tiap 2 jam jika
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/ atau • Integritas kulit dan jaringan tirah baring
ligamen) dalam keadaan normal • Gunakan produk berbahan
Penyebab : • Penyembuhan luka ringan/alami dan hipoalergik
• Penurunan mobilitas membaik pada kulit sensitif
• Perubahan pigmentasi • Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
toolkit

Edukasi
• Anjurkan minum air yang
cukup
• Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
• Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
• Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
• Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perawatan Luka (I.14564)
1. Observasi
• Monitor karakteristik luka
• Monitor tanda – tanda infeks
2. Terapeutik
• Bersihkan dengan cairan
toolkit

NaCl atau pembersih


nontoksik, sesuai kebutuhan
• Bersihkan jaringan nekrotik
• Berikan salep yang sesuai k
kulit/lesi, jika perlu
• Pertahankan teknik steril sa
melakukan perawatan luka
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
• Jadwalkan perubahan posis
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
3. Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
• Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
toolkit
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
4. Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
keperawatan diharapkan status 1. Observasi
Definisi : citra tubuh teratasi dengan • Identifikasi harapan citra
Perubahan persepsi tentang penampilan, kriteria hasil : tubuh berdasarkan tahap
struktur, dan fungsi fisik individu. perkembangan
Status Citra Tubuh : • Identifikasi perubahan citra
• Citra tubuh membaik tubuh yang mengakibatkan
Penyebab : • Harga diri meningkat isolasi sosial
• Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses • Status kenyamanan • Monitor apakah pasien bisa
penyakit, kehamilan, kelumpuhan) membaik melihat bagian tubuh yang
• Perubahan fungsi kognitif • Tingkat depresi berkurang berubah
2. Terapeutik
• Diskusikan perubahan tubuh
toolkit

dan fungsinya
• Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
• Diskusikan kondisi stres yan
mempengaruhi citra tubuh
• Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
4. Edukasi
• Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
• Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
• Latih peningkatan
penampilan diri
toolkit
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
5. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
keperawatan diharapkan status (I.01012)
Definisi : pernafasan teratasi dengan 1. Observasi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak kriteria hasil : • Monitor pola nafas (frekuens
memberi ventilasi adekuat. kedalaman, usaha nafas)
Status Pernafasan : • Monitor bunyi nafas
Penyebab : • Pola nafas membaik tambahan
• Deformitas dinding dada • Tingkat ansietas, keletihan, 2. Terapeutik
• Penurunan energi nyeri dapat berkurang • Pertahankan kepatenan jala
• Posisi tubuh yang menghambat nafas
ekspansi paru • Posisikan semi fowler atau
• Kecemasan fowler
• Berikan minum hangat
toolkit

• Berikan oksigen jika perlu


3. Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 200
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
• Ajarkan teknik batuk efektif
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Pemantauan Respirasi
(I.01014)
1. Observasi
• Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya nafa
• Monitor pola nafas
• Monitor kemampuan batuk
efektif
toolkit

• Monitor adanya sumbatan


jalan nafas
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
2. Terapeutik
• Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
• Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedu
pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
toolkit
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
2. Terapeutik
• Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
• Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedu
pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
toolkit
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
6. Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
keperawatan diharapkan status (I.02075)
Definisi : curah jantung teratasi dengan 1. Observasi
Ketidakadekuatan jantung memompa kriteria hasil : • Identifikasi tanda/gejala
darah untuk memenuhi kebutuhan primer penurunan curah
metabolisme tubuh. Status Curah Jantung : jantung
• Curah jantung membaik • Monitor tekanan darah
Penyebab : • Tingkat keletihan berkurang • Monitor keluhan nyeri dada
• Perubahan kontraktilitas • Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
2. Terapeutik
• Berikan dukungan emosiona
toolkit

dan spiritual
3. Edukasi
• Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
• Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
7. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.09265)
Definisi : keperawatan diharapkan pola 1. Observasi
Gangguan kualitas dan dan kuantitas tidur teratasi dengan kriteria • Identifikasi pola aktivitas tidu
waktu tidur akibat faktor eksternal. hasil : • Identifikasi faktor
pengganggu tidur
Penyebab : Status Pola Tidur : 2. Terapeutik
• Kurang kontrol tidur • Pola tidur membaik • Modifikasi lingkungan
• Depresi • Status kenyamanan • Fasilitasi menghilangkan
membaik stres sebelum tidur
• Tingkat depresi berkurang • Lakukan prosedur untuk
• Tingkat keletihan berkurang meningkatkan kenyamanan
3. Edukasi
• Jelaskan pentingnya tidur
toolkit

cukup selama sakit


• Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Edukasi Aktivitas/Istirahat
(I.12362)
1. Observasi
• Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
2. Terapeutik
• Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan
istirahat
• Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan sesua
kesepakatan
toolkit

• Berikan kesempatan kepada


pasien dan keluarga untuk
bertanya
3. Edukasi
• Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istiarahat
• Ajarkan cara mengidentifika
kebutuhan istirahat
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
8. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (I.09314)
keperawatan diharapkan status 1. Observasi
Definisi : ansietas teratasi dengan kriteria • Identifikasi saat tingkat
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif hasil : ansietas berubah
individu terhadap objek yang tidak jelas • Monitor tanda – tanda
dan spesifik akibat antisipasi bahaya Status Ansietas : ansietas
yang memungkinkan individu melakukan • Tingkat ansietas berkurang 2. Terapeutik
tindakan untuk menghadapi ancaman. • Kontrol diri membaik • Ciptakan suasana terapeutik
Penyebab : untuk menumbuhkan
• Ancaman terhadap konsep diri kepercayaan
• Pahami situasi yang
membuat ansietas
• Dengarkan dengan penuh
toolkit

perhatian
• Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
3. Edukasi
• Jelaskan prosedur, termasu
sensasi yang mungkin
dialami
• Anjurkan keluarga untuk teta
bersama pasien
• Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
toolkit
4. Implementasi Keperawatan

Dari hasil yang diperoleh dari implementasi yang dilakukan tidak


terdapat kesenjangan antara teori yang dilakukan. Karena
toolkit

implementasi yang diberikan kepada Ny.S disesuaikan dengan


teori.
5. Evaluasi keperawatan

Dari tindakan evaluasi yang dilakukan ditemukan adanya kesenjangan


anatara teori dan praktek nyata, kareana evaluasi merupakan hasil akhir dari
asuhan keperawatan dengan mengidentifikasi sejauh mana tujuan rencana
keperawatan tercapai atau tidak selama pasien dirawat. Pada saat evaluasi
toolkit

yang dilakukan adalah mengevaluasi selama tindakan asuhan keperawatan


berlangsung atau selama pasien dirawat.
Kesimpulan

Lupus merupakan sistemik (SLE) adalah suatu penyakit inflamasi autoimun


pada jaringan penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri sendi, dan
keletihan. Penyakit ini lebih sering terjadi pada prempuan dari pada pria dengan
toolkit

faktor 10:1. Androgen mengurangi gejala SLE dan estrogen memperburuk keadaan
tersebut. Gejala memburuk selama fase luteal siklus menstruasi, namun tidak
dipengaruhi pada derajat yang besar oleh kehamilan ( Elizabeth 2009).
sekian
&
terimakasih

toolkit

Anda mungkin juga menyukai