Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“NEGARA Dan KONSTITUSI”

DISUSUN OLEH :

1. Muhammmad Haviz Wahyudi(2111150143)


2. Pattria Sepita(211150125)
3. Ramon Fadilon(211150142)

DOSEN PENGAMPU :

ORIN OKTASARI, M.H.I

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA ISLAM (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang atas karunia dan nikmat- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang selalu penulis harapkan
syafaatnya kelak di yaumil kiyamah.
Makalah ini bertemakan “Hak dan Kewajiaban Warganegara” pada mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan rujukan dari berbagai sumber dan bantuan dari teman-
teman lain makalah ini berhasil disusun oleh penulis meskipun jauh dari kata sempurna.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap kritikan dan saran dari
pembaca dan semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi semua khususnya penulis.

Bengkulu,04 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
C

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar belakang.........................................................................................................................1

1.2  Rumusan Masalah...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1. Pengertian Negara..................................................................................................................2

2.2. Unsur-unsur Terbentuknya Negara......................................................................................3

1. Rakyat...............................................................................................................................3

2. Wilayah.............................................................................................................................3

3. Pemerintahan yang Berdaulat...........................................................................................4

4. Pengakuan dari Negara Lain.............................................................................................4

2.3. Sifat Negara..............................................................................................................................5

1. Memaksa...........................................................................................................................5

2. Monopoli...........................................................................................................................5

3. Mencakup semua...............................................................................................................5

3.1. Pengertian Konstitusi..............................................................................................................5

1. Sebagai hukum dasar........................................................................................................7

2. Sebagai hukum tertinggi....................................................................................................7

3.3. Jenis-jenis Konstitusi.............................................................................................................7

1. Konstitusi tertulis,.............................................................................................................8

2. Konstitusi tidak tertulis,....................................................................................................8

3.4. Unsur-unsur Konstitusi..........................................................................................................8

iii
3.5. Sifat Konstitusi.......................................................................................................................8

3.6. Tujuan Konstitusi...................................................................................................................9

3.7. Fungsi Konstitusi....................................................................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................10

4.1. Kesimpulan............................................................................................................................10

4.2. Saran.......................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Yaitu adanya reformasi dalam sistem pemerintahan atau sistem ketatanegaraan yang
dilaksanakan melalui perubahan konstitusi indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) .

Dimulailah memasuki era baru supremasi hukum dengan melakukan serangkaian


reformasi baik dibidang politik maupun reformasi sistem hukum yang dapat menjamin sendi-
sendi kehidupan konstitusional yang berbasiskan kepada kedaulatan rakyat dalam arti bahwa
rakyat memiliki kekuasaan yang tertinggi dan mempunya kewenangan untuk melakukan setiap
pengawasan terhadap semua. Negara konstitusional didefinisikan sebagai negara yang memiliki
kekuasaan-kekuasaan untuk memerintah, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan hubungan
diantara keduanya

Perletakan dasar konstitusional bagi pembentukan DPD sebagai bagian dari MPR dan
berdampingan dengan DPR dalam parlemen Indonesia. Amandemen UUD 1945 merupakan
bagian dari pergeseran starategi konstitusionalisasi kehidupan bernegara dan berpemerintahan
sekaligus merupakan salah satu dimensi dari konstitusional yang mecuat dalam rangka reformasi
Konstitusi di Indonesia, dimana MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui
pemilihan umum.

1.2  Rumusan Masalah


a) Apakah pengertian dari Negara ?
b) Apa saja unsur-unsur yang di butuhkan untuk membangun suatu Negara ?
c) Bagaimana penjelasan tentang konstitusi ?

1.3  Tujuan Masalah

1.  Untuk mengetahui tentang pengertian tentang Negara.


2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang dibutuhkan untuk membuat Negara

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Negara


Negara berbeda dengan bangsa. Jika bangsa merujuk pada kelompok orang atau
persekutuan hidup, sedangkan negara merujuk pada sebuah organisasi sekelompok orang yang
berada di dalamnya. Istilah negara merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris, state; bahasa
Belanda dan Jerman, staat, serta bahasa Prancis, etat. Kata-kata tersebut diambil dari bahasa
Latin, status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak serta tetap atau sesuatu yang memiliki
sifat-sifat yang tegak serta tetap. Di Indonesia, istilah negara berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu
nagari atau nagara yang berarti wilayah atau penguasa.1

Secara terminologi, negara diartikan sebagai oraganisasi tertinggi di antara suatu


kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari
sebuah negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat, wilayah,
kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.2

Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan berikut ini tentang negara.

1. Aristoteles
Menurut Aristoteles, negara (polis) adalah suatu persekutuan dari keluarga dan desa untuk
mencapai kehidupan yang sebaikbaiknya.

2. Mac Iver
Negara adalah persembatanan (penarikan) yang bertindak lewat hukum yang
direalisasikan oleh pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa dalam satu
kehidupan yang dibatasi secara teritorial mempertegak syaratsyarat lahir yang umum dari
ketertiban sosial.

1 Attamimi, A. Hamid S. Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara; Suatu Studi Analisa Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I
– Pelita IV. Disertasi, Fakultas Pascasarjana UI, 1990.
2 Arent. negara hukum, Kumpulan essai Prof. DR. R Sri Sumantri, M. S.H, hlm. 58.Liyphard, dalam bagir manan dan
kuntana magnar, Kedaulatan Rakyat , Hak asasi Manusia. Jakarta Gaya Media, 1996

2
3. Logeman
Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan untuk
mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.

2.2. Unsur-unsur Terbentuknya Negara


Unsur-unsur negara adalah bagian yang penting untuk membentuk suatu negara, sehingga
negara memiliki pengertian yang utuh. Jika salah satu unsur tidak terpenuhi, maka tidak
sempurnalah negara itu. Negara dapat memiliki status yang kokoh jika didukung oleh minimal
tiga unsur utama, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah berdaulat. Selain itu, ada satu unsur
tambahan, yaitu pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat
Suatu negara harus memiliki rakyat yang tetap. Rakyat merupakan unsur terpenting dari
terbentuknya negara. Rakyat menjadi pendukung utama keberadaan sebuah negara. Hal ini
karena rakyatlah yang merencanakan, mengendalikan, dan menyelenggarakan sebuah negara.
Dalam hal ini rakyat adalah semua orang yang berada di wilayah suatu negara serta tunduk pada
kekuasaan negara tersebut.

2. Wilayah
Adanya wilayah merupakan suatu keharusan bagi negara. Wilayah adalah tempat bangsa
atau rakyat suatu negara tinggal dan menetap. Wilayah yang dimaksud dalam hal ini meliputi
daratan, lautan, udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah negara.Wilayah merupakan unsur kedua
setelah rakyat. Dengan adanya wilayah yang didiami oleh manusia, negara akan terbentuk. Jika
wilayah tersebut tidak ditempati secara permanen oleh manusia, mustahil untuk membentuk
suatu negara. Wilayah memiliki batas wilayah tempat kekuasaan negara itu berlaku. Wilayah
suatu negara sebagai berikut.

 Wilayah daratan, meliputi seluruh wilayah daratan dengan batas-batas tertentu dengan
negara lain.
 Wilayah lautan, meliputi seluruh perairan wilayah laut dengan batas-batas yang
ditentukan menurut hukum internasional.

3
 Wilayah udara atau dirgantara, meliputi wilayah di atas daratan dan lautan negara yang
bersangkutan.

3. Pemerintahan yang Berdaulat


Kedaulatan sangat diperlukan bagi sebuah negara. Tanpa kedaulatan, sebuah negara tidak
akan berdiri tegak. Negara tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyatnya sendiri, terlebih
mempertahankan diri dari negara lain. Oleh karena itu, kedaulatan merupakan unsur penting
berdirinya negara. Jadi, pemerintah yang berdaulat berarti pemerintah yang mempunyai
kekuasaan penuh untuk memerintah baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan suatu negara
mempunyai empat sifat sebagai berikut.3

 Permanen. Artinya, kedaulatan itu tetap ada pada negara selama negara itu tetap ada
(berdiri) sekalipun mungkin negara itu mengalami perubahan organisasinya.
 Asli. Artinya, kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi, tetapi
asli dari negara itu sendiri.
 Bulat/tidak terbagi-bagi. Artinya, kedaulatan itu merupakan satusatunya kekuasaan yang
tertinggi dalam negara dan tidak dapat dibagi-bagi. Jadi, dalam negara hanya ada satu
kedaulatan.
 Tidak terbatas/absolut. Artinya, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun sebab apabila
bisa dibatasi berarti ciri kedaulatan yang merupakan kekuasaan tertinggi akan hilang.

4. Pengakuan dari Negara Lain


Pengakuan dari negara lain diperlukan sebagai suatu pernyataan dalam hubungan
internasional. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman dari dalam (kudeta) atau
campur tangan negara lain. Selain itu, pengakuan dari negara lain diperlukan untuk menjalin
hubungan terutama dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.
Macam-macam bentuk pengakuan ialah sebagai berikut.

 Pengakuan de facto, artinya pengakuan menurut kenyataan. Suatu negara diakui karena
memang secara nyata telah memenuhi unsur-unsurnya sebagai negara.

3 Asshiddiqie, Jimly. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
konstitusi RI.,Jakarta, 2006.

4
 Pengakuan de jure, artinya pengakuan berdasarkan hukum. Dalam hal ini, suatu negara
diakui secara formal memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh hukum internasional
untuk dapat berpartisipasi aktif dalam tata pergaulan internasional.

2.3. Sifat Negara


Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-sifat berikut:

1. Memaksa
Sifat memaksa artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa kekerasan fisik
secara sah. Tujuannya ialah agar peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban dalam
masyarakat tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat dapat dicegah. Alat pemaksanya
bermacam-macam, seperti polisi, tentara, dan berbagai persenjataan lainnya. Contohnya, setiap
warga negara harus membayar pajak. Orang yang menghindari kewajiban ini dapat dikenakan
denda atau harta miliknya disita, bahkan dapat dikenakan hukuman kurungan.

2. Monopoli
Sifat monopoli yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu sesuai dengan tujuan
bersama dari masyarakat. Contohnya, menjatuhkan hukuman kepada setiap warga negara yang
melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga negaranya untuk
mengangkat senjata jika negaranya diserang musuh, memungut pajak, menentukan mata uang
yang berlaku dalam wilayahnya, serta melarang aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu
yang dinilai bertentangan dengan tujuan masyarakat.

3. Mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-undangan (misalnya keharusan
membayar pajak) barlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Hal ini memang diperlukan
karena kalau sesorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha
negara kearah tercapainya cita-cita negara.

3.1. Pengertian Konstitusi


Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian pula

5
dalam bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau menyusun.
Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang berarti undang-
undang dasar.4
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang
dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara.
Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada peraturan
ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian konstitusi sebagai berikut.
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan
peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.
3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:
 Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan
kehidupan politik masyarakat.
 Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang hidup di
dalam mayarakat.
 Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai
undang-undang.
4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan pada
kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara keduanya yang
diatur
5. Sri Soemantri

4. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

6
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi
sistem pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua pengertian
konstitusi, yaitu
 Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum dasar
yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang mengatur
mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara;
 Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang berisi
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari ketatanegaran suatu
negara.

3.2. Kedudukan Konstitusi


Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting
karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-
aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat dalam
ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.5

1. Sebagai hukum dasar 


Dalam hal ini, konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai penyelengara negara,
yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan serta prosedur
penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.

2. Sebagai hukum tertinggi


Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap peraturan-
peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian, aturan-aturan di
bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat pada
konstitusi.

3.3. Jenis-jenis Konstitusi


Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.

5 Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara. Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

7
1.Konstitusi tertulis,
yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan) kerangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan serta menentukan cara kerja dari badan-badan pemerintahan tersebut.
Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.

2.Konstitusi tidak tertulis,


merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan dipelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan
konvensi.

3.4. Unsur-unsur Konstitusi


Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:
1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari
kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan
kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan
pemerintah.

3.5. Sifat Konstitusi


Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi dapat
bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah konstitusi
itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara yang bersangkutan atau
belum. Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu6
1. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang berbeda
dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan;
2. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan bahwa konstitusi
dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat undang-undang
pada negara yang bersangkutan.

6. Syahuri, Taufiqurrohman. Hukum Konstitusi: Proses dan Prosedur Perubahan UUD di Indonesia 1945- 2002 serta
Perbandingannya dengan Konstitusi Negara Lain Di Dunia. Bogor : Ghalia Indonesia, 2004.

8
3.6. Tujuan Konstitusi
Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan penyelenggara
negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin hak-hak warga negara.
Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan konstitusionalisme.
Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah
(penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan
atas nama rakyat.

3.7. Fungsi Konstitusi


Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya
tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan
dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang
dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun rakyat (sebagai
landasan struktural).

9
BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Negara adalah oraganisasi tertinggi di antara suatu kelompok masyarakat yang mempunyai
cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang menyaratkan
adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat, wilayah, kedaulatan dan pengakuan dari negara
lain.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang
dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara

4.2. Saran
Kepada para pembaca penulis menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang
berkaitan dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua hal tersebut.

Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan
para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan dipahami, tentunya banyak kekurang dan
kelemahan karena terbatasnya materi dan referensi yang penulis peroleh. Penulis juga sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
diterima dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

[1] Attamimi, A. Hamid S. Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan Negara; Suatu Studi Analisa Mengenai Keputusan Presiden yang
Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV. Disertasi, Fakultas Pascasarjana
UI, 1990.
[2] Arent. negara hukum, Kumpulan essai Prof. DR. R Sri Sumantri, M. S.H, hlm. 58.Liyphard,
dalam bagir manan dan kuntana magnar, Kedaulatan Rakyat , Hak asasi Manusia. Jakarta Gaya
Media, 1996
[3] Asshiddiqie, Jimly. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah konstitusi RI.,Jakarta, 2006.
[4] Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
[5] Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara. Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
[6]Syahuri, Taufiqurrohman. Hukum Konstitusi: Proses dan Prosedur Perubahan UUD di
Indonesia 1945- 2002 serta Perbandingannya dengan Konstitusi Negara Lain Di Dunia. Bogor :
Ghalia Indonesia, 2004.

11

Anda mungkin juga menyukai