NIM : 1204040106
Kelas : PMI 4C
Secara etimologis kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar, yaitu
da’ayad’uda’watan, yang artinya menyeru, mengajak, memanggil. Kata tersebut telah
menjadi istilah baku dalam Bahasa Indonesia, dalam kamus besar bahasa indonesia,
dakwah memiliki arti : penyiaran agama dikalangan masyarakat dan pengembangannya,
seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan agama. 1 Sedangkan Abdul Aziz
dalam Enjang dan Aliyuddin, memberikan sedikitnya lima arti dari kata dakwah yaitu;
memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk
menarik manusia kepada sesuatu, dan memohon atau meminta.2
Terdapat dalam Al-Quran, kata dakwah dalam beberapa ayat yang mengacu pada dua
hal tersebut (kebaikan dan keburukan), contoh : pada Surat Al-Baqarah: 221 yang artinya
“mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
Nya”. Dalam ayat tersebut terdapat dua kata yang mengarah pada makna dakwah yaitu
mengajak, yang pertama mengacu pada keburukan sedangkan yang kedua mengacu pada
kebaikan.3 Dan terdapat dalam konteks Al-Qur’an, makna dakwah relevan dengan
firman-Nya dalam QS. Yunus ayat 25: Dan Tuhan melihat bahwa itu baik di mata Tuhan,
dan bahwa dia telah melihatnya. Artinya: “Allah memanggil (manusia) ke Darussalam
(surga), dan menunjukkan kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).”
.Dalam ayat tersebut, Allah SWT berdakwah (menyeru) kepada manusia untuk
menempuh jalan yang lurus (Islam) sebagai syarat untuk masuk surga-Nya. Namun,
1
Lihat Departemmen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1990),
181.
2
Lihat Enjang dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung, Widya Padjajaran,2009), 3.
3
Enjang dan Aliyuddin, (2009:3)
Allah SWT menegaskan bahwa tidak semua manusia diinginkan oleh-Nya (sadar dan
tunduk) pada ajaran Islam. Dan dalam berdakwah harus dilakukan dengan rendah hati,
arif, dan santun.
12
Lihat Asep Muhyiddin, dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung; Pustaka Setia, 2002),
27
maka kita harus terus menyeru kepada kebaikan. Dan sebaik-baiknya manusia yaitu
manusia yang bermanfaat untuk orang lain.
c. Bagaimana implementasi dakwah melalui strategi amr ma’ruf
Amar ma’ruf nahi munkar dalam mengatasi masalah sosial dimasyarakat, yaitu
dengan mengimplementasikan amar ma’ruf nahi munkar dengan cara dan etika yang
benar, yang sesuai dengan apa yang diperintahkan didalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Hal tersebut tidak hanya melakukan dakwah atau menasehati saja, tetapi juga
bersentuhan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan, untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang dapat memicu terjadinya pelaku
kemungkaran. Implementasi amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sosial adalah
sebuah upaya pelaksanaan perintah Agama, yakni dalam hal menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemunkaran dalam kehidupan bermasyarakat. 13 Dapat
dicermati bahwa untuk melihat pada problematika sosial yang terjadi pada
masyarakat sekarang ini, seperti kenakalan remaja yang marak terjadi dan melakukan
hal-hal menyimpang seolah menjadi kebiasaan. Remaja yang rentan dengan rasa
ingin tahu, cenderung suka mencoba hal-hal yang membuatnya penasaran, tanpa
memikirkan itu perbuatan benar atau salah, bahkan tidak peduli dengan akibatnya,
dorongan rasa ingin tahu dari jiwanya inilah yang sering kali membuat mereka
terjerumus, apalagi mereka yang tidak dibekali ilmu agama, dan tidak ada orang yang
peduli untuk sekedar menegur ataupun menasehati meraka atas perilaku menyimpang
yang dilakukannya. Manusia hidup didunia itu hanya sementara dan di dunia manusia
harus memperoleh banyak-banyak amalan untuk bekalnya di akhirat nanti karena
hakikatnya akhirat lah tempat manusia selama-selama nya. Setiap makhluk yang
hidup pasti akan mati maka teruslah berbuat baik selama di dunia dan selalu
mengajak dan menerbakan kebaikan ke sesama manusia dan makhluk lainnya di
muka bumi ini. Dan kita tidak mengetahui pahala dosa kita selama hidup dan kita
juga tidak mengetahui perbuatan apa yang bisa menjerumuskan kita masuk ke dalam
surga dan kita juga tidak mengetahui perbuatan apa yang bisa menjerumuskan diri
kita ke dalam neraka. Amar ma’ruf nahi munkar memiliki pengaruh yang besar bagi
13
Ahmad Farid, Al-Bahru Ar-Ra‟iqu fiz Zuhdi war Raqaa‟iq, Alih Bahasa: Muhammad Suhadi, Konsep Penyucian
Jiwa Dalam Islam, (Jakarta: Ummul Qura, 2014), h. 271-272
ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun untuk masyarakat. Tidak
heran bila Al-Qur‟an menyebutkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah
satu kewajiban umat Islam yang merupakan umat terbaik 14 Maka selama hidup
didunia kita harus selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya
dengan ikhlas tanpa adanya paksaan karena perbuatan yang kita lakukan tersebut
dapat kembali ke diri sendiri. Seperti kata pribahasa mah (apa yang kita tanam itulah
yang kita tuai). Dan tercapailah tujuan amar ma’ruf yang sudah dijelaskan juga
didalam Al-Qur’an yaitu : Agar terjalin ukhuwah islamiyyah. Sebagaimana
contohnya tidak boleh ada seorang muslim yang kelaparan sementara orang-orang
muslim yang ada disekitarnya merasa kenyang, seandainya terjadi hal demikian maka
orang muslim tersebut diperkenankan meminta kebutuhannya kepada orang-orang
muslim yang ada disekitarnya dengan kekerasan dan orang-orang muslim berdosa
karena lalai dan tidak membantunya15 dan Agar mendapatkan rahmatan lil „alamin
yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Untuk mewujudkan hal tersebut
dalam kenyataan, sekaligus untuk mempertahankan kedudukan orang mukmin
sebagai umat yang terbaik yang ditampilkan Allah di kehidupan ini, Terlebih dalam
kemajuan dimasa ini, dimana kehidupan manusia senantiasa diwarnai dengan
pertarungan dan pertentangan yang demikian dahsyat, maka dengan adanya
keberanian sikap untuk melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar tersebut sangat
diperlukan demi terwujudnya Izlul Islam wal muslimin.16
3. Jelaskan pengertian manusia sebagai makhluk berbudaya
a. Pengertian budaya dan kebudayaan
- Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budia atau akal), yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia17 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya
(culture) diartikan sebagai; pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang,
14
Rachmat Syafe‟i, Al-Hadits (Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum), (Bandung: CV Pustaka Setia), h. 238
15
Aidah Fathaturrohmah, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Studi Komparatif Dalam
Penafsiran Sayyid Quthb Dan Al-Sya‟rawi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018), 27-28.
16
Nurul Atiqoh, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Tafsir AlMisbah Karya Quraisy Shihab Dalam
Perspektif Dakwah, 2018.
17
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Buduaya Lokal; Potret dari Cirebon (Jakarta : Logos, 2001), hal. 153
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian
sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi
(tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan masyarakat yang
tampak. Sedangkan
18
menurut Webster’s New Collegiate Dictionary
mendefinisikan, budaya sebagai pola terintegrasi dari perilaku manusia termasuk
pikiran, pembicaraan, tindakan, dan artifak serta tergantung pada kapasitas orang
untuk menyimak, dan meneruskan pengetahuan kepada generasi penerus. 19
Jadi, budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Seseorang
bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya
bisa dipelajari. Budaya juga sebagai keyakinan, nilai, peraturan, norma, simbol
serta tradisi yang telah dipelajari dan merupakan hal yang umum bagi sekelompok
orang. Karakter yang sama dari sekelompok orang itulah yang membuat mereka
unik, budaya merupakan cara hidup dan kebiasaan.20
- Kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.21
Jadi, jika dilihat dari perwujudan kebudayaan itu terdapat benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan
18
Software Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka,
2005), hal. 149
19
Terrence,ED.dan Allan, A.K,Corporate cultures: the rites and rituals of corporate life, (Singapore : Perseus Books.
2000).hal.4
20
Peter G. Northouse, Kepemimpinan Teori dan praktik (Jakarta: PT. Indeks, 2013), hal. 364.
21
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor : GHalia Indonesia, 2006), hal. 21.
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kebiasaan-
kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu merupakan cara penyesuaian
masyarakat itu terhadap lingkungannya, akan tetapi cara penyesuaian tidak akan
selalu sama.
Kelompok masyarakat yang berlainan mungkin saja akan memilih cara-
cara yang berbeda terhadap keadaan yang sama, tetapi harus diingat juga bahwa
masyarakat itu tidak harus selalu menyesuaikan diri pada suatu keadaan yang
khusus. Banyak kebudayaan yang punah karena hal-hal seperti ini. Mereka
memakai kebiasaan-kebiasaan baru sebagai bentuk penyesuaian terhadap
keadaan-keadaan baru yang masuk ke dalam atau dihadapi kebudayaannya tetapi
mereka tidak sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan yang baru yang dibuat sebagai
penyesuaian terhadap unsur-unsur baru yang masuk dari luar kebudayaannya
malah merugikan mereka sendiri.
b. Pengertian manusia dan kebudayaan
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya
mereka sebagai makhluk individu, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu
merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila
kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai individu.22 Manusia juga bisa dikatakan sebagai makhluk sosial
karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan
orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain
yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia
juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
22
Effendi, R. dan Setiadi, Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi (Bandung: UPI Press, 2010), hal.
37
kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam
aktivitas dan lingkungan sosial.
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama
lain. Dimana manusia memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dari
banyak segi. Sedangkan kebudayaan lebih dekat kepada karya seni adat istiadat yang
tumbuh dari suatu kumpulan masyarakat. Secara sederhana hubungan antara manusia
dan kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan
obyek yang di laksanakan oleh manusia23. Menurut saya jika dilihat dari sisi lain,
hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dinyatakan sebagai dialektis,
maksudnya saling terkait satu sama lain, seperti masyarakat yaitu orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan dan begitu pun sebalik nya. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat.
Contohnya seperti masyarakat dari kota biasanya hanya meniru atau mengikuti
budaya yang di lakukan masyarakat barat sana tanpa memikirkan sisi positif dan
negatifnya, mereka hanya berfikir bahwa budaya barat itu lebih maju dan harus
mereka jadikan contoh.
Lalu apa yang akan terjadi jika masyarakat dari kota yang selalu mengikuti
kebudayaan yang ada di barat sana? Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap
mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi karena hubungan
sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan sosial atau jabatan. Akibat
sikap materialisme, kesenjangan sosial antargolongan kaya dan miskin semakin lebar,
Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan
mengabaikan nilai-nilai agama, Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros
karena status seseorang di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya dan
Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budayabangsa, yang
dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas (free sex). Hal ini di
sebabkan karena mereka ingin budaya yang mereka miliki dapat di satukan nantinya.
Memang hubungan manusia dan kebudayaan itu sangat sulit untuk dilepaskan karena
23
Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), hal. 26.
fungsi kebudayaan dan manusia itu sangat diperlukan untuk mengatur hubungan antar
manusia dalam mewujudkan tingkah lakunya.
c. Pengertian manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan
Manusia adalah makhluk berbudaya dan budaya manusia penuh dengan simbol,
sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme
yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola
yang mendasarkan diri kepada simbol atau lambang. Simbol merupakan salah satu
bentuk kebudayaan yang terkandung sebuah makna yang dapat menjelaskan
kebudayaan dari manusia.24 Manusia makhluk berbudaya adalah kita dapat
mengembangkan potensi perilau yang baik untuk bergaul dengan masyarakat dan
lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal, memahami,
dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap sopan, ramah, dan rendah
hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan,
lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang
berbudaya dalam pergaulan dunia.
Contoh manusia sebagai makhluk yang berbudaya yaitu seperti budaya yang ada
di kota Tangerang dimana mereka memiliki budaya berarti sudah menjadi tradisi
mereka yaitu arak-arakan perahu dalam acara memperingati hari lahir nabi
Muhammad SAW. Budaya itu sudah turun menurun yang berarti masyarakat sudah
terbiasa ikut berpartisipasi untuk mengikuti budaya yang ada ditempatnya tersebut
agar budaya yang dimiliki nya itu tidak punah meski mereka tinggal dizaman milenial
tetapi mereka masih tetap mempertahakan budaya yang sudah ada sejak zaman
dahulu. Meskipun, dua tahun belakangan ini Indonesia sedang dilanda wabah covid-
19 tetapi itu bukan merupakan faktor penghambat bagi mereka untuk melakukan
tradisi budaya yang biasa mereka lakukan, semua masyarakat disana ikut
berpartisipasi untuk memeriahkan tradisi tersebut.
24
Geertz ( 1992 )