Anda di halaman 1dari 11

Nama : Siti Fathiyah

NIM : 1204040106

Kelas : PMI 4C

Tugas Dakwah antar budaya

1. Jelaskan apa yang disebut dakwah


a. Pengertian dakwah secara etimologi (Bahasa)

Secara etimologis kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar, yaitu
da’ayad’uda’watan, yang artinya menyeru, mengajak, memanggil. Kata tersebut telah
menjadi istilah baku dalam Bahasa Indonesia, dalam kamus besar bahasa indonesia,
dakwah memiliki arti : penyiaran agama dikalangan masyarakat dan pengembangannya,
seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan agama. 1 Sedangkan Abdul Aziz
dalam Enjang dan Aliyuddin, memberikan sedikitnya lima arti dari kata dakwah yaitu;
memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk
menarik manusia kepada sesuatu, dan memohon atau meminta.2

Terdapat dalam Al-Quran, kata dakwah dalam beberapa ayat yang mengacu pada dua
hal tersebut (kebaikan dan keburukan), contoh : pada Surat Al-Baqarah: 221 yang artinya
“mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
Nya”. Dalam ayat tersebut terdapat dua kata yang mengarah pada makna dakwah yaitu
mengajak, yang pertama mengacu pada keburukan sedangkan yang kedua mengacu pada
kebaikan.3 Dan terdapat dalam konteks Al-Qur’an, makna dakwah relevan dengan
firman-Nya dalam QS. Yunus ayat 25: Dan Tuhan melihat bahwa itu baik di mata Tuhan,
dan bahwa dia telah melihatnya. Artinya: “Allah memanggil (manusia) ke Darussalam
(surga), dan menunjukkan kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).”
.Dalam ayat tersebut, Allah SWT berdakwah (menyeru) kepada manusia untuk
menempuh jalan yang lurus (Islam) sebagai syarat untuk masuk surga-Nya. Namun,

1
Lihat Departemmen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1990),
181.
2
Lihat Enjang dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung, Widya Padjajaran,2009), 3.
3
Enjang dan Aliyuddin, (2009:3)
Allah SWT menegaskan bahwa tidak semua manusia diinginkan oleh-Nya (sadar dan
tunduk) pada ajaran Islam. Dan dalam berdakwah harus dilakukan dengan rendah hati,
arif, dan santun.

b. Pengertian dakwah secara terminology (istilah)


Menurut Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah memotivasi memotivasi manusia
untuk berbuat kebaikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah
keungkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.4 Sedangkan
menurut Prof. A. Hasjmy, dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan
mengamalkan aqidah dan syariat islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan
diamalakan oleh pendakwah itu sendiri.5 Sedangkan menurut ulama tafsir Quraish
Shihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan untuk taubat atau upaya
mengubah keadaan menjadi lebih baik dan sempurna, baik secara pribadi maupun di
masyarakat.6
Dapat disimpulkan bahwa dakwah itu mengajak manusia untuk selalu beriman
kepada Allah dan pada ajaran yang dibawa oleh para utusan-Nya dengan meyakini
dan membenarkan ajaran yang disampaikannya dengan menjalankan semua perintah
allah dan menjauhi larangan-Nya agar beruntung hidupnya di dunia dan mempunyai
bekal untuk diakhirat kelak. Seorang da’I berdakwah juga dalam menyampaikan
sebuah kebaikan harus sesuai dengan ajaran yang sudah di jelaskan didalam al-qur’an
dan hadits. Dalam menyampaikan sebuah ajaran maka seorang da’I harus berpegang
kepada al-qur’an dan hadits karena kalau tidak pasti akan menyimpang dan bukan
mengajak manusia kepada jalan kebaikan tetapi malah ke jalan kesesatan. Jadi dalam
berdakwah harus dilakukan dengan adab yang baik seperti rendah hati, arif, dan
santun tidak boleh memaksa karena setiap individu itu memiliki hak untuk memilih
dan setiap individu juga mengetahui mana yang terbaik untuk dirinya.
Berdasarkan Q.S. An-Nahl ayat 125 “Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan
Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara
baik-baik...". Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit
4
Ali Mahfudz, HidayatAl-Mursyidin, (Cairo; Dar Al-Kutub Al-Arabiyah, 1952)
5
Samsul MunirAmin, (2009:3)
6
Ibid 5
ataupun implisit mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam),
perbuatan baik, amal saleh, atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, dapat
disebut dakwah. Yang intinya dalam Q.S. Ali-Imran ayat 104 bahwa Allah menyeru
kepada manusia untuk berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar karena
dengan begitu sungguh mereka dikategorikan menjadi orang yang beruntung.
2. Jelaksan Amr Ma’ruf sebagai kerangka dalam dakwah antar budaya
a. Pengertian amr ma’ruf
Amar adalah suatu tuntutan atau suatu perbuatan dan pihak yang lebih tinggi
kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya. Sedangkan kata
ma’ruf adalah kata yang mencakup segala sesuatu hal yang dinilai baik oleh hati, dan
jiwa merasa tenang dan tentram terhadapnya.7
Muhammad Abdul Qadir dalam bukunya Amar Ma’ruf mengatakan bahwa makna
ma’ruf menurut timbangan syari’at Islam adalah setiap i’tikad (keyakinan), perbuatan
(‘amal), perkataan (qawl), atau isyarat yang telah diakui oleh al-Syâri’ Yang Maha
Bijaksana dan diperintahkan sebagai bentuk kewajiban (wujȗb) maupun dorongan
(nadb). Jadi, ma’ruf disini berarti al-khayr (kebaikan). 8Oleh karena itu, amar ma’ruf
berarti perintah atau dorongan untuk menjalankan perkara-perkara yang ma’rȗf
(kebaikan), yang dituntut atau didorong oleh aqidah dan syariat Islam. Dengan jelas
Allah menegaskan bahwa umat islam adalah sebaik-baik umat yang senantiasa
berbuat ihsan sehingga keberadaannya sangat besar manfaatnya bagi segenap umat
manusia.
Karena sesungguhnya di antara amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara saling menasihati dalam kebenaran serta mengajak kepada kebaikan.
Makna amar ma‟ruf nahi munkar yaitu hendaklah berusaha mengajak orang lain
kepada kebaikan dan menghindarkan mereka dari keburukan. Islam sebagai agama
individual dan sosial telah mewajibkan untuk memperbaiki diri sendiri dan mengajak
orang lain kepada kebaikan.
Sungguh, orang yang selalu berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran
mereka termasuk orang yang beruntung dan kehadiran mereka juga membawa
7
Lilik Nurhaliza, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Perspekif K.H. Hasyim Asy`ari di Indonesia, Lampung:
Skripsi IAIN Metro Lampung, 2019
8
Amir Hamzah, Prodi Pendidikan Agama Islam (2009)
manfaat untuk orang lain dan perbuatan yang sudah kita perbuat akan mendapatkan
balasannya dari Allah karena sekali kita melakukan kebaikan maka akan dibalas
dengan sepuluh kebaikan. Masyaallah dengan kita berbuat baik kita bisa
mendapatkan balasan yang berlipat-lipat, maka teruslah kita sebagai manusia harus
fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Dan mereka melarang dari yang
mungkar, yaitu segala macam kejelekan. Bersegeralah kalian melakukan berbagai
kebajikan merupakan nilai tambah daripada sekedar melakukannya. Sudah dijelaskan
di dalam Q.S. Al-Imran ayat 114 :
ٰۤ ُ ۗ ‫هّٰلل‬
ّ ٰ ‫ول ِٕىكَ ِمنَ ال‬
َ‫صلِ ِح ْين‬ ِ ‫ار ُعوْ نَ فِى ْال َخي ْٰر‬
‫ت َوا‬ ِ ْ‫يُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُ َس‬
“Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan.
Mereka termasuk orang-orang saleh”.
Mereka beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan, mereka memerintahkan
kepada yang ma’ruf” yaitu segala kebaikan itu adalah ciri mereka dalam
mengamalkan kebajikan dan bersegera melakukannya, serta menyempurnakannya
dengan segala hal yang melengkapinya, berupa perkara wajib maupun sunnah.9
b. Pengertian amr ma’ruf sebagai strategi dakwah
Syeikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan, “Seharusnya kaum muslimin
menyiapkan seorang yang khusus guna menegakkan setiap yang mampu memberikan
manfaat menyeluruh bagi mereka”. Orang yang mencurahkan semua umurnya dan
senantiasa semangat menjauhkan rasa setengah hati dalam menjalankan tugasnya,
untuk mewujudkan kebaikan dan kemanfatan bagi mereka. Hendaklah visi dan misi
mereka semuanya sama atau tujuan yang satu, yaitu menegakkan untuk tegaknya
agama dan dunianya.10 Amar ma’ruf nahi munkar seringkali digunakan sebagai jargon
dakwah Islam, terhadap ketidakadilan dan kedzaliman serta disandarkan atas sucinya
agama. Istilah ini digunakan, dalam baik bentuk mempertahankan keyakinan, atau
bagian dari jihad di jalan Allah Jalla wa ‘Alla yang mesti dipertahankan dan
diperjuangkan secara istiqomah.11
9
As-Sa’di, Tafsir As- Sa’di Jilid 1 (Jakarta: Darul Haq, 2019), cetakan ke 10, hal. 479-480.
10
As Sa’di, Taisir Karimir Rahman, 3/315, lihat Hakikat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, hal. 43.
11
K. Zulhilmi Zulkarnain, Makna amar ma’ruf nahi munkar menurut Muhamad Asad dalam kitab the message of the
Qur’an, vol. 18, no 2 ( Palembang, 2017), hal. 97.
Dakwah itu dapat dilakukan oleh setiap individu dan dakwah itu untuk mengajak
manusia untuk mengikuti ajaran yang hanya di ridhoi allah swt yaitu agama islam
bukan hanya mengikuti tetapi melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya dan mengikuti ajaran nya yang sudah dijelaskan didalam Al-Qur’an dan hadits.
Nabi berdakwah tidak dengan paksaan tetapi nabi berdakwah dengan penuh
kelembutan, tutur bicara yang baik sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain
meskipun nabi dakwah nabi sering di tolak dan ada juga yang menghina nabi tetapi
nabi terus bersabar dan terus menebarkan kebaikan kepada orang yang sudah melukai
hatinya12. Seperti pengemis yahudi yang setiap harinya diberi makanan sama nabi
tetapi karna dia buta dia tidak mengetahui kebaikan yang sudah nabi lakukan kepada
nya tetapi si pengemis yahudi itu malah menghina nabi terus menerus, dan pada saat
nabi sudah wafat, sahabat nabi yaitu abu bakar yang menggantikan tugas nabi untuk
memberi makan pengemis itu dan pengemis itu merasakan perbedaan antara suapan
nabi dan suapan abu bakar dan akhirnya pengemis itu mengetahui bahwa selama ini
yang memberikan roti untuk nya yaitu nabi tetapi dia malah menghina nabi langsung
dan akhirnya si pengemis itu menyesal atas perlakuan dia terhadap nabi dan pengemis
itu pun langsung bersyahadat dan resmi masuk agama islam. Maka harus terus
mengajak, menyeru atau menebarkan kebaikan baik secara lisan, tulisan, maupun
perilaku. Dalam berbuat baik kita tidak boleh memandang kasta, ras, atau lainnya
bahwasanya manusia itu semua nya sama tidak ada yang sempurna, setiap orang
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing maka kita sebagai manusia harus
terus saling menolong satu sama lain, dan harta yang kita punya itu hanyalah titipan
dari Allah berarti sifatnya hanya sementara dan didalam harta itu juga bukan
sepenuhnya hak kita tetapi disana juga terdapat hak orang lain. Maka kita yang
mempunyai rezeki lebih harus terus mengajak dan menebarkan kebaikan dengan cara
memberi makan orang fakir dan miskin, membantu kaum dhuafa dan membantu anak
yatim. Dengan kita terus menebar kebaikan insyaallah hidup kita menjadi berkah dan
perbuatan yang baik itu sangat di cintai sama allah swt dan untuk meraih ridho allah

12
Lihat Asep Muhyiddin, dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung; Pustaka Setia, 2002),
27
maka kita harus terus menyeru kepada kebaikan. Dan sebaik-baiknya manusia yaitu
manusia yang bermanfaat untuk orang lain.
c. Bagaimana implementasi dakwah melalui strategi amr ma’ruf
Amar ma’ruf nahi munkar dalam mengatasi masalah sosial dimasyarakat, yaitu
dengan mengimplementasikan amar ma’ruf nahi munkar dengan cara dan etika yang
benar, yang sesuai dengan apa yang diperintahkan didalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Hal tersebut tidak hanya melakukan dakwah atau menasehati saja, tetapi juga
bersentuhan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan, untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang dapat memicu terjadinya pelaku
kemungkaran. Implementasi amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sosial adalah
sebuah upaya pelaksanaan perintah Agama, yakni dalam hal menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemunkaran dalam kehidupan bermasyarakat. 13 Dapat
dicermati bahwa untuk melihat pada problematika sosial yang terjadi pada
masyarakat sekarang ini, seperti kenakalan remaja yang marak terjadi dan melakukan
hal-hal menyimpang seolah menjadi kebiasaan. Remaja yang rentan dengan rasa
ingin tahu, cenderung suka mencoba hal-hal yang membuatnya penasaran, tanpa
memikirkan itu perbuatan benar atau salah, bahkan tidak peduli dengan akibatnya,
dorongan rasa ingin tahu dari jiwanya inilah yang sering kali membuat mereka
terjerumus, apalagi mereka yang tidak dibekali ilmu agama, dan tidak ada orang yang
peduli untuk sekedar menegur ataupun menasehati meraka atas perilaku menyimpang
yang dilakukannya. Manusia hidup didunia itu hanya sementara dan di dunia manusia
harus memperoleh banyak-banyak amalan untuk bekalnya di akhirat nanti karena
hakikatnya akhirat lah tempat manusia selama-selama nya. Setiap makhluk yang
hidup pasti akan mati maka teruslah berbuat baik selama di dunia dan selalu
mengajak dan menerbakan kebaikan ke sesama manusia dan makhluk lainnya di
muka bumi ini. Dan kita tidak mengetahui pahala dosa kita selama hidup dan kita
juga tidak mengetahui perbuatan apa yang bisa menjerumuskan kita masuk ke dalam
surga dan kita juga tidak mengetahui perbuatan apa yang bisa menjerumuskan diri
kita ke dalam neraka. Amar ma’ruf nahi munkar memiliki pengaruh yang besar bagi

13
Ahmad Farid, Al-Bahru Ar-Ra‟iqu fiz Zuhdi war Raqaa‟iq, Alih Bahasa: Muhammad Suhadi, Konsep Penyucian
Jiwa Dalam Islam, (Jakarta: Ummul Qura, 2014), h. 271-272
ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun untuk masyarakat. Tidak
heran bila Al-Qur‟an menyebutkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah
satu kewajiban umat Islam yang merupakan umat terbaik 14 Maka selama hidup
didunia kita harus selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya
dengan ikhlas tanpa adanya paksaan karena perbuatan yang kita lakukan tersebut
dapat kembali ke diri sendiri. Seperti kata pribahasa mah (apa yang kita tanam itulah
yang kita tuai). Dan tercapailah tujuan amar ma’ruf yang sudah dijelaskan juga
didalam Al-Qur’an yaitu : Agar terjalin ukhuwah islamiyyah. Sebagaimana
contohnya tidak boleh ada seorang muslim yang kelaparan sementara orang-orang
muslim yang ada disekitarnya merasa kenyang, seandainya terjadi hal demikian maka
orang muslim tersebut diperkenankan meminta kebutuhannya kepada orang-orang
muslim yang ada disekitarnya dengan kekerasan dan orang-orang muslim berdosa
karena lalai dan tidak membantunya15 dan Agar mendapatkan rahmatan lil „alamin
yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Untuk mewujudkan hal tersebut
dalam kenyataan, sekaligus untuk mempertahankan kedudukan orang mukmin
sebagai umat yang terbaik yang ditampilkan Allah di kehidupan ini, Terlebih dalam
kemajuan dimasa ini, dimana kehidupan manusia senantiasa diwarnai dengan
pertarungan dan pertentangan yang demikian dahsyat, maka dengan adanya
keberanian sikap untuk melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar tersebut sangat
diperlukan demi terwujudnya Izlul Islam wal muslimin.16
3. Jelaskan pengertian manusia sebagai makhluk berbudaya
a. Pengertian budaya dan kebudayaan
- Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budia atau akal), yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia17 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya
(culture) diartikan sebagai; pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang,

14
Rachmat Syafe‟i, Al-Hadits (Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum), (Bandung: CV Pustaka Setia), h. 238
15
Aidah Fathaturrohmah, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Studi Komparatif Dalam
Penafsiran Sayyid Quthb Dan Al-Sya‟rawi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018), 27-28.
16
Nurul Atiqoh, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Tafsir AlMisbah Karya Quraisy Shihab Dalam
Perspektif Dakwah, 2018.
17
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Buduaya Lokal; Potret dari Cirebon (Jakarta : Logos, 2001), hal. 153
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian
sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi
(tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan masyarakat yang
tampak. Sedangkan
18
menurut Webster’s New Collegiate Dictionary
mendefinisikan, budaya sebagai pola terintegrasi dari perilaku manusia termasuk
pikiran, pembicaraan, tindakan, dan artifak serta tergantung pada kapasitas orang
untuk menyimak, dan meneruskan pengetahuan kepada generasi penerus. 19
Jadi, budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Seseorang
bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya
bisa dipelajari. Budaya juga sebagai keyakinan, nilai, peraturan, norma, simbol
serta tradisi yang telah dipelajari dan merupakan hal yang umum bagi sekelompok
orang. Karakter yang sama dari sekelompok orang itulah yang membuat mereka
unik, budaya merupakan cara hidup dan kebiasaan.20
- Kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.21
Jadi, jika dilihat dari perwujudan kebudayaan itu terdapat benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan

18
Software Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka,
2005), hal. 149
19
Terrence,ED.dan Allan, A.K,Corporate cultures: the rites and rituals of corporate life, (Singapore : Perseus Books.
2000).hal.4
20
Peter G. Northouse, Kepemimpinan Teori dan praktik (Jakarta: PT. Indeks, 2013), hal. 364.
21
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor : GHalia Indonesia, 2006), hal. 21.
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kebiasaan-
kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu merupakan cara penyesuaian
masyarakat itu terhadap lingkungannya, akan tetapi cara penyesuaian tidak akan
selalu sama.
Kelompok masyarakat yang berlainan mungkin saja akan memilih cara-
cara yang berbeda terhadap keadaan yang sama, tetapi harus diingat juga bahwa
masyarakat itu tidak harus selalu menyesuaikan diri pada suatu keadaan yang
khusus. Banyak kebudayaan yang punah karena hal-hal seperti ini. Mereka
memakai kebiasaan-kebiasaan baru sebagai bentuk penyesuaian terhadap
keadaan-keadaan baru yang masuk ke dalam atau dihadapi kebudayaannya tetapi
mereka tidak sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan yang baru yang dibuat sebagai
penyesuaian terhadap unsur-unsur baru yang masuk dari luar kebudayaannya
malah merugikan mereka sendiri.
b. Pengertian manusia dan kebudayaan
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya
mereka sebagai makhluk individu, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu
merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila
kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai individu.22 Manusia juga bisa dikatakan sebagai makhluk sosial
karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan
orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain
yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia
juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi

22
Effendi, R. dan Setiadi, Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi (Bandung: UPI Press, 2010), hal.
37
kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam
aktivitas dan lingkungan sosial.
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama
lain. Dimana manusia memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dari
banyak segi. Sedangkan kebudayaan lebih dekat kepada karya seni adat istiadat yang
tumbuh dari suatu kumpulan masyarakat. Secara sederhana hubungan antara manusia
dan kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan
obyek yang di laksanakan oleh manusia23. Menurut saya jika dilihat dari sisi lain,
hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dinyatakan sebagai dialektis,
maksudnya saling terkait satu sama lain, seperti masyarakat yaitu orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan dan begitu pun sebalik nya. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat.
Contohnya seperti masyarakat dari kota biasanya hanya meniru atau mengikuti
budaya yang di lakukan masyarakat barat sana tanpa memikirkan sisi positif dan
negatifnya, mereka hanya berfikir bahwa budaya barat itu lebih maju dan harus
mereka jadikan contoh.
Lalu apa yang akan terjadi jika masyarakat dari kota yang selalu mengikuti
kebudayaan yang ada di barat sana? Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap
mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi karena hubungan
sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan sosial atau jabatan. Akibat
sikap materialisme, kesenjangan sosial antargolongan kaya dan miskin semakin lebar,
Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan
mengabaikan nilai-nilai agama, Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros
karena status seseorang di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya dan
Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budayabangsa, yang
dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas (free sex). Hal ini di
sebabkan karena mereka ingin budaya yang mereka miliki dapat di satukan nantinya.
Memang hubungan manusia dan kebudayaan itu sangat sulit untuk dilepaskan karena

23
Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), hal. 26.
fungsi kebudayaan dan manusia itu sangat diperlukan untuk mengatur hubungan antar
manusia dalam mewujudkan tingkah lakunya.
c. Pengertian manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan

Manusia adalah makhluk berbudaya dan budaya manusia penuh dengan simbol,
sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme
yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola
yang mendasarkan diri kepada simbol atau lambang. Simbol merupakan salah satu
bentuk kebudayaan yang terkandung sebuah makna yang dapat menjelaskan
kebudayaan dari manusia.24 Manusia makhluk berbudaya adalah kita dapat
mengembangkan potensi perilau yang baik untuk bergaul dengan masyarakat dan
lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal, memahami,
dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap sopan, ramah, dan rendah
hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan,
lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang
berbudaya dalam pergaulan dunia.

Contoh manusia sebagai makhluk yang berbudaya yaitu seperti budaya yang ada
di kota Tangerang dimana mereka memiliki budaya berarti sudah menjadi tradisi
mereka yaitu arak-arakan perahu dalam acara memperingati hari lahir nabi
Muhammad SAW. Budaya itu sudah turun menurun yang berarti masyarakat sudah
terbiasa ikut berpartisipasi untuk mengikuti budaya yang ada ditempatnya tersebut
agar budaya yang dimiliki nya itu tidak punah meski mereka tinggal dizaman milenial
tetapi mereka masih tetap mempertahakan budaya yang sudah ada sejak zaman
dahulu. Meskipun, dua tahun belakangan ini Indonesia sedang dilanda wabah covid-
19 tetapi itu bukan merupakan faktor penghambat bagi mereka untuk melakukan
tradisi budaya yang biasa mereka lakukan, semua masyarakat disana ikut
berpartisipasi untuk memeriahkan tradisi tersebut.

24
Geertz ( 1992 )

Anda mungkin juga menyukai