Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA

Disusun Oleh :
Nurul Okty Pangestu
P1337420216094 3C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTURE CLAVIKULA

A. Pengertian
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu
dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang
yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta
memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban
berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan
terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).
Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas
tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Smeltzer S.C &
Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh. Fraktur clavikula merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada
sepertiga tengah atau proksimal clavikula (Putra, 2013).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur
clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang
lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula
harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau
tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang, 2012).

B. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu
sisi ke sisi lain.

2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks
yang utuh).
3. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.

b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 1967
dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula
menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi
kejadian 75 - 80%).
 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan
trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.

 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua -


duanya.

 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.

 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen


proksimal berpindah keatas.

 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.


3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
C. Etiologi
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak,
kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan
kaki terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada
fraktur patologis. Menurut Oswari E (1993), penyebab fraktur adalah :
1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

D. Manifestasi Klinis
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada
daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal.
Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan
lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan
dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan
(Medianers, 2011).
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap
gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah
fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat
kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan
terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.

E. Patofisiologi
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out
Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian
itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan
tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site,
2013).
F. Pathway

FRAKTUR CLAVIKULA

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi Patologis

FRAKTUR

Diskointunitas tulang pergeseran fragmen tulang Nyeri

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang

Pergeseran fragmen tulang Tekanan sumsum tulang tinggi dari kapiler

Deformitas

Gangguan fungsi Reaksi stres klien

Gg mobilitas fisik Melepaskan katekolamin

Metabolisme asam lemak

Laserasi kulit Bergabung dengan trombosit

Gg integritas kulit Emboli

Putus Vena/ laserasi menyumbat pembuluh darah

perdarahan spasme otot

kehilangan volume cairan peningkatan tekanan kapiler

syok hipovolemik pelepasan histamin

protein plasma

hilang

edema

penekanan pembuluh darah

penurunan perfusi jaringan

Gg perfusi jaringan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.

2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari
klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil.
Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini
dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap
yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa
pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi
atau kondisi medis lainnya.

3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI


MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka/
klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang,
otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama MRI.

4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua
klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.

H. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah atau
operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi,
yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada anak karena
salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi maupun
keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-
kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang penting pada penggunaan mitela
ialah letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan
tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
Melakukan dengan cara terapi :
 Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin perlu
obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.

 Sling atau selempang


Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah dari
kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk
kenyamanan dan keamanan.

 Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak
dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa
kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.

I. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan).
Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut:
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
- Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR KLAVIKULA

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai berikut :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose
medis, dan tanggal medis.
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dibagian bahu
3. Pengkajian Psikososial
a. Aktivitas (istirahat)
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan
nyeri)
b. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau
hipotensi ( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan /
tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat
pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi
cedera.
c. Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan
dengan nyeri atau trauma)
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
e. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

4. Pengkajian data fokus


a. System musculoskeletal
b. Kontraktur : atrofi otot, pengecilan tendon
c. Tingkat mobilisasai : gerak terbatas
d. Paralysis
e. Hiposis

B. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Problem


1 DS : fraktur Nyeri akut
Jika klien mengeluhmerasanyeri ↓
yang hebatpadadaerahbahu Cederajaringan
(klavikula) ↓
DO : Klien tampakmeringis dan oedema
memegangi bahu ↓
hematom

Penekanaanserabutsaraf

Pelepasan mediator kimia



Hipotalamus

Kortekscerebri

Nyeri

2. DS : Klien mengeluh kesulitan Frakturklavikula Gangguan


dalam melakukan aktivitas ↓ mobilitas fisik
Do : klien tampak lemah Ketidaknyamanan (nyeri)

Penurunankekuatanotot

Gerakterbatas

Gangguanmobilitasfisik

3. DS : Klien mengeluh sulit tidur Frakturklafikula Gangguan pola


DO : klien tampak menguap ↓ tidur
Ketidaknyamanan (nyeri)

Gangguanpolatidur

4. DS : Klien mengeluh tidak dapat Frakturklavikula Kurangperawatandi


mandi secara mandiri ↓ ri
DO : kulit klien tampak bersisik
Ketidaknyamanan (nyeri)

Penurunakekuatanotot

Gerakterbatas

Kurangperawatandiri

5. DS : Klien bertanya tentang Frakturklavikula Kurang


penyakitnya ↓ pengetahuan
DO : klien tampak bertanya
Perubahan status
kesehatan

hospitalisasi

Krisissituasi

Info inadekuat

Salah persepsi

Kurangpengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman nyeri
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gerak terbatas
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi inadekuat

D. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan K.H Intervensi Rasional
o
1 Nyeri b/d Setelah dilakukan - Mengucapkan - Membina hubungan
. adanya intervensi klien akan salam pada klien saling percaya
- pertahankan - Menghilangkan nyeri
cedera mengungkapkan nyeri
imobilisasi bagian dan mencegah kesalahan
berkurang dengan
yang sakit degan posisi tulang/ tegangan
criteria hasil :
tirah baring , dijaringan
- Klien dapat
- Meningkatkan aliran
pembebat, gips,
beradaptasi dengan
- Tinggikan dan balik vena, menurunkan
nyerinya
dukung ekstremitas edema, dan menurunkan
- Ekspresi
yang terkena nyeri
wajah rileks
- Berikan - Dorong menggunakan
- Klien nampak
alternative tindakan teknik latihan nafas dalam
tanang
- Mencegah kebosanan,
keyamanan, contoh
menurunkan tegangan dan
pijatan, perubahan
dapat meningkatkan
posisi
- Identifikasi kekuatan otot
- Menurunkan
aktivitas terapeutik
edema/pembentukan
yang tepat untuk usia
hematoma menurunkan
pasien, kemampuan
sensasi nyeri
fisik dan penampilan
- Diberikan untuk
pribadi
menurunkan nyeri /spasme
- lakukan
otot
kompres dingin 24-
48 jam pertama dan
sesuai keperluan
2 Gangguan Setelah dilakukan - Kaji secara - Pasien dapat
. mobilitas intervensi, gangguan teratur fungsi memerlukan bantuan jangka
fisik b/d mobilitas fisik dapat motoring panjang dengan gerakan ,
- Kaji derajat
penurunan diminimalisasi denga kekuatan, dan aktivitas
imobilisasi yang - Karena aktivitas fisik
kekuatan n criteria :
dihasilkan oleh dan mental dapat
oto - Klien
cedera dan perhatikan meningkatkan kelelahan
menunjukkkan persepsi klien - Nyeri dapat
kemampuan untuk terhadap imobilisasi mengganggu tidur klien
melakukan aktivitas - Dorong - Meningkatkan
partisipasi pada relaksasi dengan perasaan
aktivitas terapeutik / Mengantuk
- Menurunkan
relaksasi
- Dorong kebutuhan bangun untuk
penggunaan latihan pergi ke kamar mandi /
isometric mulai berkemih pada malam hari
dengan tungkai yang - Meningkatkan
kemampuan untuk tidur
sakit
- Instrukturkan
dan bantu pasien
dalam rentang gerak
pasien
- Konsul dengan
ahli terapi fisik
/okupasi/spesialis
rehabilitasi
3 Gangguan Setelah dilakukan - Berikan - Karena aktivitas fisik
. pola tidur intervensi, gangguan kesempatan untuk dan mental dapat
b/d tidur klien dapat beristrahat sejenak meningkatkan kelelahan
- Nyeri dapat
ketidaknya teratasi dengan ,anjurkan latihan saat
mengganggu tidur klien
man nyeri criteria : siang hari , turunkan
- Meningkatkan
- Ekspresi wajah aktivias fisik pada
relaksasi dengan perasaan
rileks (tidak sore hari
Mengantuk
- Atasi factor
mengantuk) - Menurunkan
utama (nyeri)
- Dapat beristrahat kebutuhan bangun untuk
- Berikan
dengan cukup pergi ke kamar mandi /
makanan kecil disore
berkemih pada malam hari
hari , susu hangat
- Meningkatkan
mandi dan mesase
kemampuan untuk tidur
punggung
- Turunkan
jumlah minum pada
sore hari, lakukan
perkemihan sebelum
tidur
- berikan obat
sesuai
indikasi(antidepresi,
seperti amitriptilin
/elavil, doksepin,
trasolon
4 Defisit Setelah dilakukan - Pertahankan - Mendukung
. Perawatan intervensi mobilitas , control kemandirian fisik /
Diri b/d keperawatan, terhadap nyeri dan Emosional
- Menyiapkan untuk
gerak diharapkan klien program latihan
terbatas - Kaji hambatan meningkatkan kemandirian
dapat melakukan
terhadap partisipasi yang akan meningkatkan
perwatan diri dengan
dalam perawatan diri harga diri.
kriteria hasil : - Agar klien dapat
identifikasi / rencana
- Mampu untuk modifikasi merasa nyaman sehingga
melakukan dapat beristirahat dengan
lingkungan
perawatan diri - Konsul dengan baik.
- Untuk menentukan
secara mandiri ahli terapi okupasi
- Atur evaluasi alat –alat Bantu untuk
kesehatan memenuhi kebutuhan
dirumahsebelum Individual
pemulangan dengan - Mengidentifikasikan

evaluasi setelahnya masalah –masalah yang


mungkin dihadapi karena
tingkat ketidakmampuan
Actual
5 Kurang Setelah dilakukan - Kaji ulang - Memberikan dasar
. Pengetahu intervensi patologi , prognosis, pengetahuan dimana pasien
an b/d info keperawatan, dan harapan yang dapat membuat pilihan
inadekuat diharapkan klien akan datang Informasi
- Beri penguatan - Banyak fraktur yang
dapat menyatakan
metode mobilitas dan memerlukan gips, bebat
pemahaman tentang
ambulasi sesuai atau penjepit selama proses
kondisinya dengan
instruksi dengan Penyembuhan
criteria:
- Klien terapis fisik bila - Mencegah kekakuan
menyatakan diindikasikan sendi, kontraktur dan
- Dorong pasien
pemahaman tentang kelelahan otot
kondisi, prognosis, untuk melanjutkan - Meningkatkan

dan pengobatan latihan aktif sendi kembalinya aktivitas sehari-


diatas dan dibawah hari secara dini
fraktur\
- Identiikasi
tersedianya sumber
pelayanan di
masyarakat

E. Evaluasi
Dalam evaluasi mengenai tujuan yang telah ditetapkan dengan merencanakan berbagai
perencanaan untuk bisa mencapai hal-hal yang diharapkan :
1. Klien tidak lagi merasakan nyeri, tidak ada pernyataan nyeri lagi
2. Gangguan mobilitas teratasi dengan terjadinya peningkatan kekuatan otot
3. Kebutuhan tidur tercukup dengan tidak lagi ada gangguan pola tidur
4. Klien mampu memenuhi kebutuhan ADLs secara mandiri tanpa adanya
gerakan yang membatasi
5. Konsep pengetahuan mengenai penyakit diketahui klien

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I, EGC:


Jakarta.
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi
6. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai