Capaian Pembelajaran :
Setelah mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
29
memahami petunjuk penanganan dan penyimpanan yang aman, serta memahami apa
yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah dokumen yang berisi informasi
tentang potensi bahaya (kesehatan, kebakaran, reaktivitas dan lingkungan) dan
bagaimana bekerja dengan aman dengan bahan kimia. Ini adalah titik awal yang penting
untuk pengembangan program kesehatan dan keselamatan yang lengkap. Hal ini juga
berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan prosedur darurat
semua yang berkaitan dengan bahaya material. MSDS berisi informasi lebih banyak
tentang materi dari label bahan kimia. MSDS disusun oleh pemasok atau produsen
material/ bahan. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahaya dari bahan kimia,
bagaimana untuk menggunakan bahan tersebut dengan aman, apa yang diharapkan jika
rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, dan apa yang
harus dilakukan jika terjadi kecelakaan.
Isi dari MSDS menurut Kepmenaker No.187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya di tempat kerja yaitu ;
1. Identitas bahan dan nama perusahaan
2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabiliatas dan reaktifitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan bahan
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku
16. Informasi lain yang diperlukan
Contoh dari MSDS asam sulfat dapat dilihat pada Gambar 3.1.
30
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Gambar 3.1. MSDS asam sulfat
31
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
3.2. Simbol-simbol Bahan Kimia
Salah satu sistim pelabelan tentang keterangan bahaya atau tidak suatu bahan
kimia dikeluarkan oleh NFPA. The National Fire Protection Association (NFPA) telah
mengembangkan kode berwarna, sistem numerik untuk mengindikasikan zat-zat kimia
apakah berbahaya bagi kesehatan, mudah terbakar, tingkat bahaya kereaktifannya atau
memiliki sifat spesifik lainnya. Label NFPA diperlukan pada semua zat kimia di
laboratorium. Pada masing-masing tiga area berwarna yang berbentuk jajaran genjang
terdapat angka-angka atau kode yang menunjukkan tingkat bahaya zat kimia tersebut
(Gambar 3.2). Aplikasinya dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2. Tanda Bahaya yang terdapat pada label bahan-bahan kimia
32
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Degree of
Number
Hazard
4 EXTREME
3 SERIOUS
2 MODERATE
1 SLIGHT
0 MINIMAL
33
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
udara atau oksigen. Akibat peledakan bahan kimia ini dapat mengakibatkan kebakaran.
Syarat terjadinya peledakan ada tiga hal yaitu:
a. Bahan mudah terbakar.
b. Udara (Oksigen) atau bahan lainnya yang menunjang pembakaran.
c. Sumber terjadinya nyala atau temperatur di atas titik bakar.
Beberapa reaksi yang dapat menimbulkan ledakan antara lain:
a. Asam kuat atau pekat dengan basa kuat atau pekat.
b. Zat oksidator dengan serbuk logam atau reduktor.
c. Logam alkali atau alkali tanah dengan air, dengan asam, atau dengan pelarut yang
diklorinasikan.
d. Hidrida dengan halogen, asam kromat, dan peroksida.
e. Asam nitrit pekat dengan alkohol.
f. Aseton dengan kloroform.
g. Klorat dengan sulfida, dengan garam amonium, dengan fosfor dan dengan asam
pikrat.
34
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
terbakar diantaranya fosfor kuning atau putih, kalsium karbida, karbon disulfida, etanol,
metanol, aseton, eter, dan lain-lain.
35
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
mengakibatkan bahaya yang lain, sebab selain bersifat korosif juga mempunyai sifat lain
yang berbahaya. Bahan kimia yang bersifat korosif terdiri atas asam, basa, dan garam.
Bahan kimia korosif yang bersifat asam diantaranya: asam asetat, asam klorida, asam
sulfat, asam kromat, asam nitrat, asam fosfat, asam perklorat, asam formiat, dan lain-pain.
Sedangkan bahan kimia bersifat korosif yang bersifat basa dan sering dijumpai di
laboratorium adalah NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan NH4OH.
36
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Kualitas bahan kimia dapat dinyatakan dengan hal-hal berikut :
Kristal : berupa kristal dan kemungkinan pula dapat mengandung air kristal
Rekristalisasi : hasil rekristalisasi (kemungkinan disebutkan juga nomor fraksinya)
Sublimasi : hasil sublimasi
Destilasi : hasil destilasi (kemungkinan dengan nomor fraksinya)
Reg/rec : hasil regenerasi (contoh: regenerasi pelarut yang telah digunakan
dalam percobaan).
Absolut : bebas air (dehydrated, anhydrous)
3.4.3 Konsentrasi
Satuan konsentrasi bahan kimia yang umum terdapat pada label yaitu :
Persen : % (b/b ; berat/berat) g zat terlarut dalam 100 g larutan
% (v/v ; volum/volum) mL zat terlarut dalam 100 mL larutan
% (b/v ; berat/volum) g zat terlarut dalam 100 mL larutan
Molaritas (M) : jumlah mol zat terlarut dalam 1000 mL larutan
Normalitas (N) : jumlah ekivalen zat terlarut dalan 1000 mL larutan
Pengenceran : 1 1 atau 1:1 (satu bagian zat A satu bagian zat B)
1 2 atau 1:2 (satu bagian zat A dua bagian zat B)
(Perbandingan massa atau volume)
ppm (part per million) : satu bagian per sejuta bagian campuran
ppm(v/v) : satu bagian volum per satu juta volum campuran
Contoh: mL NH3 per m3 air
ppm(m/v) : satu bagian massa per satu juta volum campuran
Contoh: mg CaCO3 per liter air
37
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Kemurnian.
Tetapan-tetapan fisika (titik didih, titik leleh, berat jenis, indeks bias).
Keterangan tentang bahaya atau tidak (contoh sifat racun, kemampuan terbakar).
Nama pembuat.
Tanggal pemasukan ke dalam wadah.
Penulisan data-data di atas tergantung pada kebutuhan.
Berikut adalah dua contoh cara pelabelan, zat kimia yang dibeli dari supplier
biasanya mempunyai label B (Gambar 3.4).
A B
Gambar 3.4 Dua jenis label yang biasanya terdapat pada wadah
Pada label selalu tercantum tanda bahaya zat kimia tersebut (Gambar 3.4), hal ini
penting agar dapat memperlakukan zat kimia dengan benar.
Sumber : http://www.jinhuada.com/en/products/chemistry.aspx
38
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Sumber : https://www.general-data.com/about/blog/ghs-compliant-labels-what-are-essential-components
Gambar 3.6. Contoh label zat kimia yang tertera pada botol.
Bahan kimia harus disimpan dalam botol/wadah yang disesuaikan dengan sifat-
sifat zat kimia tersebut. Kualitas asal dari zat tidak boleh berubah selama penyimpanan.
Wadah tidak boleh bereaksi dengan bahan kimia di dalamnya. Terdapat berbagai jenis
wadah yang dapat dipergunakan untuk wadah penyimpanan zat kimia. Karena pemilihan
wadah disesuaikan dengan bentuk dan sifat-sifat zat kimia tersebut, maka ada beberapa
jenis wadah yang dapat digunakan.
39
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Tabel 3.2 Contoh Berbagai Jenis Botol/Wadah
Nama Penggunaan
Kaleng (lembaran baja atau plastik yang Untuk zat cair dalam jumlah besar
tahan zat kimia)/Drum
40
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Kaleng aerosol Untuk zat cair dengan tekanan
- Gelas : dapat berwarna cokelat atau tidak berwarna. Warna cokelat memberi
perlindungan terhadap sinar. Gelas sangat tahan terhadap zat kimia tetapi
alkali pekat dapat mengikis gelas. Larutan alkali harus disimpan di dalam
wadah plastik atau botol gelas yang bertutup plastik. Asam florida (HF)
dapat melarutkan gelas, sehingga tidak dapat disimpan dalam botol gelas.
Tidak begitu baik meneruskan cahaya, tahan pecah, ringan, tahan terhadap
zat kimia, kecuali terhadap beberapa pelarut terutama zat-zat terklorinasi
dan aromatik.
41
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
3.6. Dokumentasi Bahan Kimia
Di lemari tertutup yang memiliki rak-rak sesuai dengan aturan standar yang
dilengkapi juga dengan kunci (biasanya untuk menyimpan bahan kimia yang
berbentuk padatan)..
Di rak terbuka yang sesuai dengan standar, baik di gudang maupun di
laboratorium. Laboratorium/gudang juga perlu dilengkapi juga dengan ventilasi
ruangan yang baik, (terutama untuk bahan kimia yang mungkin dapat
menghasilkan gas).
Di ruang pendingin ( untuk bahan kimia yang memerlukan kondisi khusus dengan
suhu di bawah suhu ruang atau yang tidak stabil terhadap panas).
Di ruang khusus yang berada di luar laboratorium atau gudang (terutama untuk
silinder gas mampat/bertekanan).
Panduan umum atau petunjuk umum untuk penyimpanan bahan kimia pada
keadaan normal adalah sebagai berikut :
Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk bahan kimia, seperti lemari, rak,
lemari pendingin dll. (Jangan lupa mengembalikan ke tempat semula setelah
menggunakan bahan kimia ).
Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara
terpisah (bisa berdasarkan abjad dan nomor, bisa berdasarkan warna ).
42
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Simpan bahan kimia di lemari tertutup (biasanya untuk bahan kimia yang
berbentuk padat) dan rak khusus penyimpanan (biasanya untuk bahan kimia yang
berbentuk cairan/larutan).
Letakkan lemari penyimpan dan rak penyimpan di dalam laboratorium/gudang
dengan baik, tidak menghalangi lalu lintas di dalam ruangan tersebut, terutama di
pintu keluar dan koridor.
Pastikan rak penyimpanan bahan kimia memiliki bibir pembatas di bagian depan
agar wadah tidak jatuh/tergelincir dari rak tersebut.
Sebaiknya, wadah /kemasan bahan kimia cairan diberi baki penampung yang
terbuat dari plastik/logam untuk mencegah tumpahnya atau tercecernya bahan
kimia karena kerusakan wadah/kemasan dan juga karena kebocoran ( Tindakan
pencegahan ini terutama dilakukan di daerah yang rawan gempa atau kondisi
cuaca ekstrim lainnya).
Beri label semua wadah/kemasan bahan kimia secara baik/tepat( misalnya nama
bahan kimia, konsentrasi, nama pembuat/pengguna, untuk bahan yang dibeli atau
yang baru datang, cantumkan nama penerima dan tanggal penerimaan)
Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali sedang digunakan.
Jika lemari penyimpan dekat dengan sprinkler( sumber air yang keluar dengan
tekanan), jaga jarak bebas minimal 45 cm (18 inci) dari kepala sprinkler.
Hindari menyimpan bahan kimia diatas lemari.
Hindari menyimpan bahan kimia pada rak yang tingginya diatas 1,5 m.
Hindari menyimpan bahan kimia yang berat di atas/tempat yang tinggi.
Hindari menyimpan bahan kimia di bawah meja atau bangku/kursi dan di area
dekat keadaan darurat.
Hindari menyimpan bahan kimia di ruang asam, kecuali bahan kimia yang pekat
dan berbau tajam, serta sedang digunakan (hanya untuk sementara).
Jangan meletakkan tempat penyimpanan bahan kimia ( baik lemari maupun rak)
yang terpapar panas atau langsung terkena sinar matahari.
Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi.
Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari terpisah menggunakan lemari
khusus yang tahan api.
43
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak
sesuai.
Menunjuk satu orang sebagai penanggung jawab utama dan satu orang sebagai
penanggung jawab cadangan pada fasilitas penyimpanan tersebut dan melakukan
kaji ulang setiap tahun.
Beberapa bahan kimia ada yang harus disimpan dalam ruangan pendingin karena
memerlukan suhu kurang dari suhu kamar, seperti, bahan biologis (mikroorganisme),
bahan radioaktif , bahan kimia yang tidak stabil oleh panas, dll. Penyimpanannya dapat
menggunakan lemari es/freezer, atau ruang pendingin yang sangat besar bila jumlah
bahan kimianya besar. Maka proses penyimpanan di ruang tersebut harus tertata rapi,
dengan pelabelan yang jelas, dan dengan daftar yang jelas (untuk memudahkan
pengambilan oleh yang berkepentingan) yang ditempelkan di bagian luar lemari
pendingin. Peralatan/unit-unit ini juga harus dijaga keamanan dan kebersihannya.
Penanggung jawab fasilitas penyimpanan harus mengawasi pengoperasiannya dengan
benar.
44
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
digunakan untuk menghindari tercampur atau tertukar dengan bahan kimia milik
orang lain.
Buat skema penyimpanan, sesuai isi dalam lemari es/pendingin dan tempelkan di
pintu lemari es/pendingin, agar pengguna dapat mengetahui isi dalam lemari
tersebut tanpa harus membuka dan mengacak-acak isi lemari pendingin tersebut.
Hindari menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es.
Khusus untuk bahan kimia yang tidak stabil oleh panas, lemari es yang digunakan
sebaiknya yang memiliki kunci pintu magnetik, alarm/bunyi tanda bahaya jika
suhu terlalu tinggi, suplai daya cadangan (jika listrik mati) dan alat control jika
ada percikan.
3.6.3. Penyimpanan Bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menyala.
Lokasi laboratorium dalam gedung ( apakah di lantai dasar atau lantai diatasnya,
apakah dekat dengan ruang penyimpanan bahan kimia atau gudang).
Konstruksi laboratorium itu sendiri, ( apakah konstruksinya kuat dan tahan api atau
hanya seadanya).
Sistem perlindungan api yang ada di dalam laboratorium tersebut.
Ketersediaan lemari khusus penyimpanan bahan kimia yang mudah terbakar.
Banyaknya area yang menggunakan api di dalam gedung tempat laboratorium
berada.
Jenis laboratorium itu sendiri (apakah hanya untuk penelitian, pengembangan,
pendidikan atau untuk ketiganya).
Panduan/petunjuk untuk penyimpanan bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah
menyala adalah sebagai berikut :
45
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Simpan bahan kimia yang mudah terbakar di dalam lemari tahan api (jika
tempatnya memungkinkan di laboratorium)
Simpan bahan kimia yang mudah terbakar ini dalam wadah/kemasan aslinya
(dalam wadah lain yang sudah disetujui).
Jika jumlah bahan kimia yang mudah terbakar cukup besar, maka lakukan
penyimpanan di ruang khusus untuk bahan kimia yang mudah terbakar.
Sebaiknya bahan kimia yang mudah terbakar dijauhkan dari bahan oksidator kuat
(seperti, asam nitrat, asam kromat, permanganat, klorat, perklorat dan peroksida)
ketika melakukan penyimpanannya baik di laboratorium /gudang.
Hindari meletakkan bahan kimia yang mudah terbakar dekat dengan sumber api
( karena banyak uap bahan kimia yang mudah terbakar lebih berat dibandingkan
udara dan dapat menuju ke sumber api, maksudnya tidak terbawa ke tempat lebih
tinggi seperti udara).
46
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Contoh wadah asam perklorik menggunakan penampung yang terbuat dari kaca atau
keramik.
Simpan bahan yang reaktif terhadap air sejauh mungkin dari kemungkinan kontak
dengan air.
Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es.
Simpan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida jauh dari cahaya dan panas.
Simpan bahan yang mudah meledak dalam kotak anti ledakan.
Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan daya
larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fasa.
Khusus untuk bahan kimia yang dapat membentuk peroksida, lakukan inspeksi dan
uji bahan kimia secara periodik, serta beri label akuisisi dan tanggal kadaluwarsa.
Batasi akses ke fasilitas penyimpanan bahan kimia ini.
47
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
mudah terbakar sebaiknya disimpan diluar ruang atau di dalam ruang yang berdinding
tahan api. Semua peralatan listrik harus dihubungkan ke grounding. Gas hidrogen
sebaiknya disimpan dalam ruang yang berventilasi cukup dan beri jarak sekitar 15 m dari
bahan-bahan mudah terbakar seperti, kayu, kertas dan pembungkus lainnya.
Bila silindernya lebih dari satu macam maka penyimpanan setiap jenis dipisahkan
sehingga tidak saling berinteraksi. Kelompok gas-gas mudah terbakar harus dijauhkan
dari gas-gas oksidator. Bila jarak penyimpanan menjadi masalah, silinder-silinder gas
inert dapat disimpan diantara gas mudah terbakar dan gas oksidator. Penyimpanan
silinder gas di laboratorium sebaiknya diikat erat dengan rantai dan hanya ditempatkan
untuk gas-gas yang dipakai saja. Silinder gas yang telah kosong diberi tanda dengan kapur
tulis dan tidak boleh disimpan berdekatan dengan silinder yang berisi penuh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikasn secara umum dalam penanganan,
penyimpanan dan penggunaan gas-gas bertekanan adalah sbb :
- Jangan menjatuhkan atau membenturkan silinder satu sama lain terlalu keras.
- Silinder-silinder dapat disimpan pada daerah terbuka, tetapi harus dilindungi agar tidak
menyentuh tanah langsung karena akan mudah terjadi korosi.
- Dianjurkan agar silinder disimpan pada daerah yang teduh atau tidak terkena sinar
matahari langsung.
- Tutup pelindung klep harus tetap digunakan, kecuali silinder berada pada tempat yang
aman dan siap digunakan.
- Hindarkan cara memindahkan silinder dengan menyeret, menggulirkan atau
meluncurkan meskipun jaraknya dekat (gunakan troli).
- Jangan mengubah-ubah peralatan pengaman pada klep atau pada bagian silinder
lainnya.
- Jangan menyimpan silinder yang masih penuh berdekatan dengan silinder kosong,
karena akan terjadi pengisapan kembali bila salah sambung.
- Hindarkan bagian silinder terkena bahan-bahan bersuhu rendah (-10 o F atau – 29 oC
atau lebih kecil), karena tutup tipe baja akan menurun daya lenturnya pada suhu
rendah.
- Jangan menyimpan silinder-silinder dimana silinder tersebut menjadi bagian dari suatu
rangkaian listrik. Pada pengelasan listrik, perlu diperhatikan jangan sampai loncatan
api mengenai silinder.
48
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
- Gas-gas bertekanan hanya digunakan pada daerah berventilasi baik dan cukup. Gas-
gas toksik, mudah terbakar dan korosif harus ditangani dalam lemari asam. Bila
gasnya toksik, gunakan silinder berukuran kecil saja.
- Bila gas yang digunakan toksik, sediakan alat pelindung (masker) disekitar lokasi agar
mudah dijangkau.
- Bila akan mengembalikan silinder kosong ke penyalur, tutup rapat klep, biarkan ada
tekanan positip (sisa) sedikit (25 psi) dalam silinder dan pasang tutup pengaman klep.
Sebaiknya silinder diberi label kosong.
- Tempat cuci mata, penyemprot air (shower), masker gas dan respirator harus selalu
disiapkan di area yang tidak terlalu jauh dari lokasi silinder.
- Pasanglah alat kebakaran yang telah dicek secara periodik
49
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Suatu Lembaga/Institusi biasanya memusatkan kewenangan pemesanan bahan kimia di
bagian pembelian yang terdapat di pusat Institusi. Bagian pembelian ini menerima
masukan pemesanan dari seluruh bagian di Institusi /Lembaga tersebut. Jika
memungkinkan dilakukan pemesanan dengan 50ystem terkomputerisasi untuk melacak
informasi tentang pengiriman, riwayat pembelian dan distribusi bahan kimia ke seluruh
bagian di dalam lembaga/institusi tersebut. Pemesanan terpusat juga dapat membantu
pelacakan tentang bahan kimia, seperti : bahan yang mudah terbakar, bahan kimia yang
termasuk sebagai obat terlarang, ataupun bahan kimia yang dapat digunakan untuk
membuat bahan peledak.
Melakukan perhitungan untuk mengetahui berapa jumlah minimal bahan kimia yang
diperlukan untuk suatu percobaan, untuk seluruh kelompok yang akan melakukan
percobaan yang sama dan selama satu waktu tertentu misalnya satu semester.
Melakukan pengecekan, apakah bahan tersebut masih ada/tersedia di laboratorium
lain/ di gudang bahan kimia yang belum digunakan, untuk menghindari
bertumpuknya bahan kimia yang sama yang akan menjadi limbah jika tidak
digunakan.
Bertanya ke bagian /laboratorium lain yang juga memerlukan bahan kimia yang sama
untuk menghindari pemesanan rangkap, yang akan menyebabkan pemesanan
berlebih.
Mengecek berapa ukuran kemasan terkecil yang dapat dipesan, untuk menghindari
sisa bahan kimia yang terlalu besar sehingga harus disediakan tempat yang lebih
besar untuk penyimpanan.
Mengecek sifat bahan kimia yang akan dipesan, apakah stabil atau tidak, karena
berhubungan dengan penanganan ketika penerimaan dan penyimpanannya.
Harus dipertimbangkan apakah fasilitas yang ada mampu mengelola bahan kimia
yang akan dipesan dengan aman.
50
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Dalam pelakukan pemesanan bahan kimia, biasanya dilakukan sesuai kebutuhan
dan dengan kemasan terkecil. Hal tersebut dilakukan karena ada beberapa alasan seperti:
Tujuan utama memesan bahan kimia dengan ukuran kemasan /wadah terkecil
sebenarnya untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan, resiko pemaparan oleh
bahan kimia tersebut dan resiko kerusakan bahan kimia itu sendiri.
Ukuran kemasan/wadah kecil, tentu pemakaiannya lebih cepat habis dan mengurangi
peluang terurainya senyawa reaktif.
Kemasan terkecil dalam inventarisnya akan mudah dan dapat mengurangi kebutuhan
ruang penyimpanan.
Jika menggunaka kemasan/wadah yang lebih besar, ada kemungkinan bahan kimia
yang tersisa akan seakin besar dan ketika membagi kedalam kemasan yang lebih
kecil akan memerlukan peralatan tambahan seperti, corong, spatula, botol/wadah
yang lebih kecil juga alat pelindung diri untuk mengantisipasi bahaya yang
ditimbulkan.
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk memastikan penerimaan bahan kimia
berlangsung dengan baik adalah :
Melatih pegawai yang akan melakukan penerimaan bahan kimia, untuk mengenali
bahaya yang mungkin timbul dari bahan kimia yang datang, mereka juga perlu
mengetahui hal yang harus dilakukan jika terjadi masalah, seperti, jika ada kemasan
yang rusak, bocor atau terjadi tumpahan.
Melengkapi ruang penerimaan dengan peralatan yang sesuai untuk menerima bahan
kimia, seperti, rantai yang menahan silinder dan kereta yang dirancang untuk
memindahkan berbagai jenis wadah bahan kimia dengan aman, rak, meja atau area
51
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
terpisah untuk menghindari kerusakan akibat kendaraan pembawa atau pengantar
bahan kimia tersebut.
Petugas segera membuka paket bahan kimia yang datang untuk mencocok-kan
kesesuaian pesanan dan memastikan bahwa segel kemasan/wadah dalam keadaan
baik.
Petugas penerima harus memverifikasi wadah/kemasan yang sampai, diberi label
dengan nama dan tanggal penerimaan yang tepat pada label yang melekat dengan
baik (tidak mudah terlepas dari kemasan), biarkan label yang dipasang oleh pabrik
atau produsen.
Petugas segera memasukkan data bahan kimia yang baru datang kedalam inventaris
data laboratorium/gudang.
Jika petugas menemukan bahan kimia yang tidak dikemas dengan aman, segera
memindahkan ke wadah/kemasan yang lebih baik dan jangan lupa memberi label
yang benar dan sesuai dengan label awalnya (untuk menjaga keamanan).
Petugas harus memberi perlakuan secara khusus jika menemukan bahan kimia yang
reaktif (seperti, lithium aluminium hidrida, natrium peroksida, fosfor), segera buka
kemasan dan simpan bahan kimia tersebut dalam wadah logam bersegel.
Penyimpanan yang tepat dapat mencegah terjadinya degradasi dan korosi, jangan
lupa menyediakan bahan kimia untuk inspeksi berkala.
Masukkan bahan kimia yang baru tiba ke gudang dengan aman, setelah dimasukkan
datanya ke data inventaris.
Petugas harus memindahkan kelompok paket atau paket berat dengan kereta yang
stabil, yang memiliki tali di bagian samping dan mengikat paket bahan kimia itu
supaya aman ketika dipindahkan, diharapkan kereta yang digunakan memiliki roda
yang cukup besar untuk meliwati permukaan yang tidak rata dengan mudah.
Jika petugas pengantar bahan kimia dari luar ternyata tidak menangani atau
mengantarkan bahan kimia sesuai standar, maka petugas penerima dapat membuat
laporan kepada pejabat berwenang, agar segera dilakukan perbaikan atau cari
pengangkut atau pemasok yang lain.
52
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Gambar 3.7 Contoh formulir Penerimaan Bahan
53
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
kimia apa saja yang terdapat disitu, lokasi penyimpanan ( misalnya, di lemari mana, di
rak mana, di bagian ruang yang mana dari area laboratorium/gudang), label yang ada di
setiap bahan sesuai dengan aturan standar yang digunakan (untuk mempermudah
pencarian), tanggal penerimaan dan tanggal kadaluwarsa (untuk menghindari limbah
bahan kimia, selain itu juga dapat digunakan bahan kimia dengan tanggal
kedatangan/penerimaan yang lebih lama sebelum menggunakan yang baru datang). Data
inventaris bahan ini akan membantu dalam hal pemesanan bahan kimia, pembuangan
bahan kimia dan penanganannya jika terjadi keadaan darurat.
54
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik limbah dan Bahayanya.
Mengidentifikasi limbah dalam dalam jumlah yang lebih kecil dan karakteristik
bahayanya dengan tepat sama pentingnya dengan mengidentifikasi limbah dan
karakteristik bahayanya dalam jumlah besar, bahkan kadang lebih mudah karena
jumlahnya lebih kecil. Sebaiknya semua bahan yang digunakan dan limbah yang
dihasilkan dari laboratorium akademik diidentifikasi dengan jelas, mengingat perputaran
mahasiswanya yang melakukan praktek di laboratorium tinggi. Karena untuk membuang
limbah dengan benar diperlukan informasi tentang limbah, maka identifikasi semua
bahan kimia yang digunakan dan dihasilkan di laboratorium tersebut. Semua informasi
harus ditulis dengan jelas di buku catatan tentang limbah yang dihasilkan dari
laboratorium itu. Secara umum, limbah bahan kimia ini harus disimpan di wadah yang
ditandai dengan jelas, sumber dan kandungannya.
Toksisitas, meliputi zat-zat yang cenderung keluar (terekstrak) dari limbah dalam
kondisi-kondisi tertentu, seperti di tempat pembuangan (kemungkinan tercampurnya
dengan limbah yang lain dan terjadi reaksi diantara limbah tersebut, atau karena suhu
dan tekanan tertentu yang dapat mengubah kandungan limbah yang ada di tempat
pembuangan )
Korosivitas, adalah kemampuan menyebabkan korosi. Biasanya cairan korosif
memiliki pH ≤ 2atau ≥ 12,5 dapat menyebabkan karat pada tingkat tertentu pada baja.
Pada umumnya asam dan basa di laboratorium bersifat korosif.
Reaktivitas, meliputi zat-zat yang tidak stabil, seperti, bereaksi liar dengan air, dapat
meledak jika terpapar sebagian dengan sumber nyala, atau menghasilkan gas
beracun. Bahan kimia yang termasuk reaktif antara lain, logam alkali, peroksida dan
senyawa yang telah membentuk peroksida, senyawa sianida atau senyawa sulfida.
Daya sulut, adalah kemampuan suatu bahan kimia untuk tersulut/menyala. Bahan
yang mudah tersulut pada umumnya adalah pelarut organik, gas hidrogen dan
hirokarbon, serta beberapa garam nitrat tertentu.
55
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Pengumpulan limbah di laboratorium, biasanya bersifat sementara dan dilakukan
di dalam atau di dekat laboratorium, dengan wadah/tempat yang tidak begitu besar tetapi
tetap harus tertutup rapat (untuk menghindari keluarnya gas yang tidak diinginkan atau
tumpahnya limbah ketika wadah terguling dengan tidak sengaja). Ketika melakukan
pengumpulan limbah sementara di laboratorium tetap memprioritaskan keselamatan dan
keamanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
56
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Secara umum penyimpanan limbah di laboratorium hanya untuk sementara, oleh
karena itu hindari penyimpanan limbah di laboratorium dalam jumlah besar selama
satu tahun. Biasanya ada tempat pengumpulan limbah yang lebih besar yang terletak
jauh dari laboratorium, sehingga hal itu dapat mengurangi waktu penyimpanan
limbah di laboratorium menjadi seminggu dan mengurangi juga jumlah limbah yang
disimpan di laboratorium tersebut. Tetap dilakukan pencatatan tanggal dimulainya
pengumpulan limbah.
Beberapa limbah yang dihasilkan dari proses percobaan yang sederhana dapat diolah
terlebih dahulu dan setelah itu dapat dibuang ke saluran air atau pipa drainase yang
tersedia. Tetapi untuk limbah yang berasal dari proses yang melibatkan bahan kimia yang
berbahaya sebaiknya ditampung untuk diolah oleh yang perusahaan pengolahan limbah.
57
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
b. Pelarut-pelarut dalam jumlah banyak harus dikembalikan sehingga dapat dipakai
lagi (di recycle), dengan cara distilasi.
(3). Zat kimia yang berbentuk padat
Zat-zat kimia padat harus ditangani sesuai dengan sifat-sifatnya. Dalam hal ini
dalam jumLah banyak (lebih dari 20 gram) harus diatur pembuangannya, tetapi
sebelumnya harus minta pendapat kepada instruktur.
(4). Bahan gelas yang pecah (misal termometer)
a. Setiap ada bahan gelas yang pecah harus dilaporkan kepada instruktur untuk
mengecek apakah dapat diperbaiki lagi atau tidak. Pecahan gelas dengan jumLah
tidak terlalu banyak dapat dibuang dengan cara memasukannya ke dalam wadah
khusus.
b. Termometer Hg yang pecah harus dikumpulkan ke dalam botol khusus untuk
buangan mercuri.
Beberapa jenis limbah bisa dikumpulkan di satu wadah yang sama. Limbah yang
dicampur harus kompatibel secara kimiawi untuk memastikan tidak trejadi
pembentukkan panas, evolusi gas, atau reaksi lainnya. Sebagai contoh, untuk limbah
pelarut biasanya dapat dicampur untuk dibuang, setelah kompatibilitas komponennya
dipertimbangkan dengan masak. Bahan yang tidak kompatibel langsung dipisahkan dan
disimpan dengan cara lain, sedangkan limbah berhalogen dan non halogen harus
ditangani secara terpisah.
Tabel 3.3. Metoda pengabsorpsi gas
58
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Cl2 Dialirkan di atas permukaan KOH
CO Dibakar
HCN Dibakar
Wadah bekas limbah bahan organik yang sudah kosong baik yang terbuat dari
kaca atau logam harus dibersihkan atau dibilas dengan pelarut bercampur air ( seperti
aseton dengan air atau metanol dengan air), bilas lagi tiga kali menggunakan air sebelum
dibuang seperti sampah biasa, tetapi air bilasannya dimasukkan ke wadah penampungan
limbah.
59
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia