Anda di halaman 1dari 31

BAB III

PENGELOLAAN BAHAN-BAHAN KIMIA

Capaian Pembelajaran :
Setelah mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat:

 Memahami informasi bahan kimia pada MSDS


 Menjelaskan symbol-simbol bahaya bahan kimia
 Memahami klasifikasi bahan berdasarkan tingkat kemurniannya
 Menyimpan bahan kimia dengan benar berdasarkan sifat-sifat bahan
 Memilih atau menentukan wadah / botol yang tepat untuk menyimpan zat-zat
kimia.
 Menjelaskan langkah-langkah penanganan bahan-bahan kimia, baik yang
berupa padatan maupun cairan dengan benar dan aman.
 Menjelaskan penanganan zat-zat buangan di laboratorium
 Menjelaskan langkah-lanhkah Pembelian, Pemesanan dan Penerimaan Bahan
Kimia
 Mengelola dokumen-dokumen bahan kimia di laboratorium.

Sangat diperlukan memahami pengelolaan bahan-bahan kimia untuk keamanan


dan keselamatan bekerja, sehingga pengelola dapat mengerjakan pekerjaan yang
menggunakan bahan kimia dengan benar dan menerapkan K3 pada pengelolaan yang
dilakukan.

3.1. Pemahaman Dasar Material Safety Data Sheet (MSDS)

Setiap pekerja atau pengguna laboratorium yang menggunakan bahan kimia,


diharuskan selalu mengetahui bahaya dari suatu bahan kimia sebelum memulai
penggunaannya. Informasi bahan kimia tersebut dapat dilihat pada MSDS, mencocokkan
nama kimia pada wadah dengan nama bahan yang ada di MSDS, mengetahui bahayanya,

29
memahami petunjuk penanganan dan penyimpanan yang aman, serta memahami apa
yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah dokumen yang berisi informasi
tentang potensi bahaya (kesehatan, kebakaran, reaktivitas dan lingkungan) dan
bagaimana bekerja dengan aman dengan bahan kimia. Ini adalah titik awal yang penting
untuk pengembangan program kesehatan dan keselamatan yang lengkap. Hal ini juga
berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan prosedur darurat
semua yang berkaitan dengan bahaya material. MSDS berisi informasi lebih banyak
tentang materi dari label bahan kimia. MSDS disusun oleh pemasok atau produsen
material/ bahan. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahaya dari bahan kimia,
bagaimana untuk menggunakan bahan tersebut dengan aman, apa yang diharapkan jika
rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, dan apa yang
harus dilakukan jika terjadi kecelakaan.
Isi dari MSDS menurut Kepmenaker No.187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya di tempat kerja yaitu ;
1. Identitas bahan dan nama perusahaan
2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabiliatas dan reaktifitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan bahan
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku
16. Informasi lain yang diperlukan
Contoh dari MSDS asam sulfat dapat dilihat pada Gambar 3.1.

30
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Gambar 3.1. MSDS asam sulfat

31
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
3.2. Simbol-simbol Bahan Kimia

Salah satu sistim pelabelan tentang keterangan bahaya atau tidak suatu bahan
kimia dikeluarkan oleh NFPA. The National Fire Protection Association (NFPA) telah
mengembangkan kode berwarna, sistem numerik untuk mengindikasikan zat-zat kimia
apakah berbahaya bagi kesehatan, mudah terbakar, tingkat bahaya kereaktifannya atau
memiliki sifat spesifik lainnya. Label NFPA diperlukan pada semua zat kimia di
laboratorium. Pada masing-masing tiga area berwarna yang berbentuk jajaran genjang
terdapat angka-angka atau kode yang menunjukkan tingkat bahaya zat kimia tersebut
(Gambar 3.2). Aplikasinya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.2. Tanda Bahaya yang terdapat pada label bahan-bahan kimia

32
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Degree of
Number
Hazard

4 EXTREME

3 SERIOUS

2 MODERATE

1 SLIGHT

0 MINIMAL

Gambar 3.3. Label NFPA

3.3. Jenis Bahan Kimia dan Karakteristiknya


Bahan kimia dapat menimbulkan bahaya, baik selama penyimpanan, penggunaan
ataupun pembuatan. Bahaya yang mungkin ditimbulkan bisa bermacam-macam antara
lain: iritasi, keracunan, kebakaran, ledakan, dan bahaya lain yang dapat mengganggu
kesehatan manusia. Bahaya tersebut dapat mengenai manusia dengan cara:
 Kontak dengan kulit atau mata,
 Penyerapan melalui saluran pencernaan
 Penyerapan dan penghisapan melalui pernafasan
 Melalui injeksi /suntikan
 Menimbulkan kebakaran dan ledakan

Berdasarkan bahaya yang ditimbulkan, bahan kimia dapat digolongkan menjadi:


3.3.1. Bahan kimia yang mudah meledak
Peledakan adalah peristiwa pembebasan energi secara spontan atau tanpa kendali.
Energi yang dibebaskan dapat berupa panas yang tinggi. Hal ini dapat diperoleh dengan
adanya reaksi kimia antar bahan kimia yang mudah menguap atau mudah terbakar oleh

33
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
udara atau oksigen. Akibat peledakan bahan kimia ini dapat mengakibatkan kebakaran.
Syarat terjadinya peledakan ada tiga hal yaitu:
a. Bahan mudah terbakar.
b. Udara (Oksigen) atau bahan lainnya yang menunjang pembakaran.
c. Sumber terjadinya nyala atau temperatur di atas titik bakar.
Beberapa reaksi yang dapat menimbulkan ledakan antara lain:
a. Asam kuat atau pekat dengan basa kuat atau pekat.
b. Zat oksidator dengan serbuk logam atau reduktor.
c. Logam alkali atau alkali tanah dengan air, dengan asam, atau dengan pelarut yang
diklorinasikan.
d. Hidrida dengan halogen, asam kromat, dan peroksida.
e. Asam nitrit pekat dengan alkohol.
f. Aseton dengan kloroform.
g. Klorat dengan sulfida, dengan garam amonium, dengan fosfor dan dengan asam
pikrat.

3.3.2. Bahan kimia yang bersifat oksidator


Bahan kimia jenis ini kaya dengan oksigen yang membantu pembakaran. Apabila
bahan ini bereaksi dengan zat lain akan menimbulkan reaksi eksoterm. Contoh reaksi
eksoterm adalah reaksi antara asam sulfat dengan bahan organik yang menyebabkan
terjadinya pembakaran atau nyala api. Bahan kimia yang bersifat oksidator diantaranya
adalah asam sulfat, asam nitrat, kalium klorat, kalium permanganat, dsb.
Asam sulfat pekat dengan air akan menimbulkan panas. Oleh karena itu, bila akan
mengencerkan asam sulfat pekat, asamnya yang ditambahkan ke dalam air yang
telah tersedia, sedikit demi sedikit sambil diaduk.

3.3.3. Bahan kimia yang mudah menguap dan mudah terbakar


Bahan kimia yang mudah terbakar dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Bahaya
yang ditimbulkan ditentukan oleh titik bakarnya. Titik bakar adalah temperatur terendah
yang pada temperatur tersebut zat yang bersangkutan menyebabkan cukup uap untuk
membentuk campuran yang dapat menyala dengan udara. Bahan kimia yang mudah

34
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
terbakar diantaranya fosfor kuning atau putih, kalsium karbida, karbon disulfida, etanol,
metanol, aseton, eter, dan lain-lain.

3.3.4. Bahan kimia yang mudah menguap dan mudah terbakar


Bahan kimia yang mudah terbakar dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Bahaya
yang ditimbulkan ditentukan oleh titik bakarnya. Titik bakar adalah temperatur terendah
yang pada temperatur tersebut zat yang bersangkutan menyebabkan cukup uap untuk
membentuk campuran yang dapat menyala dengan udara. Bahan kimia yang mudah
terbakar diantaranya fosfor kuning atau putih, kalsium karbida, karbon disulfida, etanol,
metanol, aseton, eter, dan lain-lain.

3.3.5 Bahan kimia yang bersifat racun dan karsinogen


Bahan kimia yang beracun merupakan bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil
sudah dapat membahayakan kesehatan manusia. Bahan kimia yang beracun dapat
berbentuk padat, cair dan gas, asap atau uap. Keracunan terjadi sebagai akibat
penghirupan melalui pernapasan, pencernaan melalui makanan dan minuman, serta
peresapan melalui kulit atau luka-luka yang terdapat pada kulit. Keracunan dapat terjadi
secara mendadak dan kronis tergantung waktu dan dosis yang telah masuk dalam tubuh
manusia. Organ-organ yang diserang racun berbeda-beda tergantung dari bahan kimia
yang meracuni.
Bentuk bahan kimia yang beracun terdiri dari beberapa jenis :
1. Berbentuk padat atau debu meliputi logam beserta persenyawaannya, diantaranya
timbal, air raksa, arsen, mangan, mangan oksida, dll.
2. Berbentuk cair, biasanya berupa senyawa organik, diantaranya anilin, fenol, benzena,
eter, ester, keton, aldehid, dll.
3. Berbentuk gas diantaranya asam sianida (HCN), karbonmonoksida (CO), hidrogen
sulfida (H2S), belerang dioksida (SO2), brom, dll.

3.3.6 Bahan kimia yang bersifat korosif


Bahan kimia yang bersifat korosif akan menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh
yang dikenainya baik secara terpercik, tertumpah pada kulit, tertelan dan terhirup ke paru-
paru. Bahan ini dapat juga merusak atau menghancurkan benda-benda lain atau

35
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
mengakibatkan bahaya yang lain, sebab selain bersifat korosif juga mempunyai sifat lain
yang berbahaya. Bahan kimia yang bersifat korosif terdiri atas asam, basa, dan garam.
Bahan kimia korosif yang bersifat asam diantaranya: asam asetat, asam klorida, asam
sulfat, asam kromat, asam nitrat, asam fosfat, asam perklorat, asam formiat, dan lain-pain.
Sedangkan bahan kimia bersifat korosif yang bersifat basa dan sering dijumpai di
laboratorium adalah NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan NH4OH.

3.3.7 Bahan kimia yang bersifat radioaktif


Bahan radioaktif adalah bahan yang mampu memancarkan sinar atau meradiasi
bahan itu sendiri. Radiasi atau sinar yang dipancarkan adalah sinar alpha, beta, gamma,
netron, proton, dll.
Perlu diketahui bahwa dipermukaan bumi juga terjadi radiasi yang diakibatkan oleh
sinar kosmis dan sejumLah kecil bahan radioaktif di dalam kerak bumi, dimana radiasi
yang dipancarkan sekitar 5-20 mili rontgen tiap minggu. Unsur-unsur yang bersifat
14 238 239 222 232
radioaktif diantaranya: 6 C, 92 U (Uranium), 93 Np , 86 Rn , 90 Th dan sebagainya.

3.4. Klasifikasi Bahan Kimia Berdasarkan Tingkat kemurnian


3.4.1. Kemurnian Zat Kimia
Beberapa spesifikasi kemurnian yang umumnya terdapat pada label (khususnya
untuk label pada botol yang berasal dari supplier) dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 3.1. Spesifikasi Kemurnian
Spesifikasi Kemurnian Keterangan
PURISS Pruissinum, sangat murni. Kandungan lebih dari 99%, tetapan
fisika sesuai dengan literatur.
p.a Pro Analys.
Informasi ketidakmurnian dapat dilihat pada tabel
PURUM Pure
Kandungan lebih dari 97%, tetapan fisika tidak benar-benar
sama dengan harga di literatur
Chemically pure tidak terdapat hasil sampingan yang mungkin mengganggu
Technical Tidak terlalu murni, umumnya dibuat oleh dalam negeri (lokal)

3.4.2 Kualitas Bahan

36
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Kualitas bahan kimia dapat dinyatakan dengan hal-hal berikut :
Kristal : berupa kristal dan kemungkinan pula dapat mengandung air kristal
Rekristalisasi : hasil rekristalisasi (kemungkinan disebutkan juga nomor fraksinya)
Sublimasi : hasil sublimasi
Destilasi : hasil destilasi (kemungkinan dengan nomor fraksinya)
Reg/rec : hasil regenerasi (contoh: regenerasi pelarut yang telah digunakan
dalam percobaan).
Absolut : bebas air (dehydrated, anhydrous)

3.4.3 Konsentrasi
Satuan konsentrasi bahan kimia yang umum terdapat pada label yaitu :
Persen : % (b/b ; berat/berat) g zat terlarut dalam 100 g larutan
% (v/v ; volum/volum) mL zat terlarut dalam 100 mL larutan
% (b/v ; berat/volum) g zat terlarut dalam 100 mL larutan
Molaritas (M) : jumlah mol zat terlarut dalam 1000 mL larutan
Normalitas (N) : jumlah ekivalen zat terlarut dalan 1000 mL larutan
Pengenceran : 1 1 atau 1:1 (satu bagian zat A satu bagian zat B)
1 2 atau 1:2 (satu bagian zat A dua bagian zat B)
(Perbandingan massa atau volume)
ppm (part per million) : satu bagian per sejuta bagian campuran
ppm(v/v) : satu bagian volum per satu juta volum campuran
Contoh: mL NH3 per m3 air
ppm(m/v) : satu bagian massa per satu juta volum campuran
Contoh: mg CaCO3 per liter air

3.4.5. Label Bahan Kimia


Sebelum melakukan sesuatu, kita harus membaca label yang tertulis pada botol
dengan jelas. Tujuan penempelan label pada botol adalah untuk mendefinisikan secara
tepat zat yang ada di dalam wadah tersebut.
Butir-butir yang harus ada pada label dalam setiap kemasan zat kimia adalah:
 Nama zat, rumus kimia, nomor zat.
 Berat molekul.

37
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
 Kemurnian.
 Tetapan-tetapan fisika (titik didih, titik leleh, berat jenis, indeks bias).
 Keterangan tentang bahaya atau tidak (contoh sifat racun, kemampuan terbakar).
 Nama pembuat.
 Tanggal pemasukan ke dalam wadah.
Penulisan data-data di atas tergantung pada kebutuhan.

Berikut adalah dua contoh cara pelabelan, zat kimia yang dibeli dari supplier
biasanya mempunyai label B (Gambar 3.4).
A B

Nama zat Nama zat Molaritas


Kemurnian
Kemurnian Tetapan fisika

Tanggal Pembuatan Rumus kimia Tanggal


Berat

Gambar 3.4 Dua jenis label yang biasanya terdapat pada wadah

Pada label selalu tercantum tanda bahaya zat kimia tersebut (Gambar 3.4), hal ini
penting agar dapat memperlakukan zat kimia dengan benar.

Sumber : http://www.jinhuada.com/en/products/chemistry.aspx

Gambar 3.5. Contoh-contoh kemasan zat kimia dari supplier.

38
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Sumber : https://www.general-data.com/about/blog/ghs-compliant-labels-what-are-essential-components

Gambar 3.6. Contoh label zat kimia yang tertera pada botol.

3.5. Penyimpanan Bahan Kimia

Ketika merencanakan segala sesuatu untuk melakukan penyimpanan bahan kimia,


selain memperhatikan kemudahan untuk mendapatkan dan mengambil bahan kimia yang
diinginkan (mudah dijangkau dan mudah ditelusuri), juga memperhatikan keamanan bagi
pengguna atau mahluk hidup/orang yang berada di sekitar tempat penyimpanan. Oleh
karena itu perlu dipegang prinsip dasar toksikologi yang menyatakan bahwa semua bahan
kimia itu berbahaya dan dapat menimbulkan efek racun bagi sistem mahluk hidup, jika
terpapar dalam jumlah yang cukup tinggi.

Dalam penyimpanan bahan kimia juga perlu pengetahuan tentang wadah/tempat


yang sesuai dengan bahan kimia yang akan disimpan.

3.5.1 Wadah / botol untuk menyimpan bahan kimia

Bahan kimia harus disimpan dalam botol/wadah yang disesuaikan dengan sifat-
sifat zat kimia tersebut. Kualitas asal dari zat tidak boleh berubah selama penyimpanan.
Wadah tidak boleh bereaksi dengan bahan kimia di dalamnya. Terdapat berbagai jenis
wadah yang dapat dipergunakan untuk wadah penyimpanan zat kimia. Karena pemilihan
wadah disesuaikan dengan bentuk dan sifat-sifat zat kimia tersebut, maka ada beberapa
jenis wadah yang dapat digunakan.

39
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Tabel 3.2 Contoh Berbagai Jenis Botol/Wadah
Nama Penggunaan

Botol berleher lebar Botol berleher lebar digunakan untuk


menyimpan zat kimia berwujud padat
(bubuk atau granular)..

Botol berleher lebar dapat juga digunakan


untuk menyimpan pasta atau cairan
kental.

Warna coklat untuk zat kimia yang peka


terhadap cahaya, seperti : KMnO4, dan
AgNO3

Botol berleher sempit Botol berleher sempit hanya digunakan


untuk menyimpan zat cair / larutan. Untuk
zat kimia yang bersifat peka terhadap
cahaya harus dipilih botol yang berwarna
coklat.

Khusus untuk larutan NaOH harus


menggunakan tutup/penyumbat plastik
atau karet.

Kaleng (lembaran baja atau plastik yang Untuk zat cair dalam jumlah besar
tahan zat kimia)/Drum

Ampul Untuk zat cair yang mudah menguap atau


sensitif terhadap kelembaban dan udara
atau zat cair steril

40
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Kaleng aerosol Untuk zat cair dengan tekanan

Silinder gas bertekanan Untuk gas bertekanan

3.5.2 Bahan-bahan pembuat botol/wadah

- Gelas : dapat berwarna cokelat atau tidak berwarna. Warna cokelat memberi
perlindungan terhadap sinar. Gelas sangat tahan terhadap zat kimia tetapi
alkali pekat dapat mengikis gelas. Larutan alkali harus disimpan di dalam
wadah plastik atau botol gelas yang bertutup plastik. Asam florida (HF)
dapat melarutkan gelas, sehingga tidak dapat disimpan dalam botol gelas.

- Plastik : terutama terbuat dari polypropilen (PP) atau polyethilen (PE).

Tidak begitu baik meneruskan cahaya, tahan pecah, ringan, tahan terhadap
zat kimia, kecuali terhadap beberapa pelarut terutama zat-zat terklorinasi
dan aromatik.

- Baja lembaran : dibuat wadah untuk menyimpan pelarut-pelarut organik.

Penyumbat / tutup botol


- Penyumbat sekrup
Penyumbat harus tahan terhadap zat kimia. Penyumbat sekrup hanya boleh digunakan
untuk zat-zat kimia yang tidak menimbulkan tekanan.
- Penyumbat gelas
Khusus digunakan untuk zat cair dan harus dijaga tetap bersih. Tidak boleh digunakan
untuk larutan alkali dan garam pekat.
- Penyumbat plastik atau karet
Digunakan untuk larutan alkali atau garam pekat.

41
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
3.6. Dokumentasi Bahan Kimia

Penyimpanan bahan kimia bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

 Berdasarkan sifat bahan kimia ( reaktif, korosif dll)


 Berdasarkan jenis bahan kimia (padatan atau cairan)
 Menggunakan kode huruf (misal, kelompok A = basa organik yang sesuai)
 Menggunakan warna ( misal, kelompok merah adalah bahan kimia reaktif/tidak
stabil)

Sedangkan tempat penyimpanan bisa bermacam-macam juga, yaitu :

 Di lemari tertutup yang memiliki rak-rak sesuai dengan aturan standar yang
dilengkapi juga dengan kunci (biasanya untuk menyimpan bahan kimia yang
berbentuk padatan)..
 Di rak terbuka yang sesuai dengan standar, baik di gudang maupun di
laboratorium. Laboratorium/gudang juga perlu dilengkapi juga dengan ventilasi
ruangan yang baik, (terutama untuk bahan kimia yang mungkin dapat
menghasilkan gas).
 Di ruang pendingin ( untuk bahan kimia yang memerlukan kondisi khusus dengan
suhu di bawah suhu ruang atau yang tidak stabil terhadap panas).
 Di ruang khusus yang berada di luar laboratorium atau gudang (terutama untuk
silinder gas mampat/bertekanan).

3.6.1. Petunjuk umum penyimpanan bahan kimia

Panduan umum atau petunjuk umum untuk penyimpanan bahan kimia pada
keadaan normal adalah sebagai berikut :

 Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk bahan kimia, seperti lemari, rak,
lemari pendingin dll. (Jangan lupa mengembalikan ke tempat semula setelah
menggunakan bahan kimia ).
 Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara
terpisah (bisa berdasarkan abjad dan nomor, bisa berdasarkan warna ).

42
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
 Simpan bahan kimia di lemari tertutup (biasanya untuk bahan kimia yang
berbentuk padat) dan rak khusus penyimpanan (biasanya untuk bahan kimia yang
berbentuk cairan/larutan).
 Letakkan lemari penyimpan dan rak penyimpan di dalam laboratorium/gudang
dengan baik, tidak menghalangi lalu lintas di dalam ruangan tersebut, terutama di
pintu keluar dan koridor.
 Pastikan rak penyimpanan bahan kimia memiliki bibir pembatas di bagian depan
agar wadah tidak jatuh/tergelincir dari rak tersebut.
 Sebaiknya, wadah /kemasan bahan kimia cairan diberi baki penampung yang
terbuat dari plastik/logam untuk mencegah tumpahnya atau tercecernya bahan
kimia karena kerusakan wadah/kemasan dan juga karena kebocoran ( Tindakan
pencegahan ini terutama dilakukan di daerah yang rawan gempa atau kondisi
cuaca ekstrim lainnya).
 Beri label semua wadah/kemasan bahan kimia secara baik/tepat( misalnya nama
bahan kimia, konsentrasi, nama pembuat/pengguna, untuk bahan yang dibeli atau
yang baru datang, cantumkan nama penerima dan tanggal penerimaan)
 Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali sedang digunakan.
 Jika lemari penyimpan dekat dengan sprinkler( sumber air yang keluar dengan
tekanan), jaga jarak bebas minimal 45 cm (18 inci) dari kepala sprinkler.
 Hindari menyimpan bahan kimia diatas lemari.
 Hindari menyimpan bahan kimia pada rak yang tingginya diatas 1,5 m.
 Hindari menyimpan bahan kimia yang berat di atas/tempat yang tinggi.
 Hindari menyimpan bahan kimia di bawah meja atau bangku/kursi dan di area
dekat keadaan darurat.
 Hindari menyimpan bahan kimia di ruang asam, kecuali bahan kimia yang pekat
dan berbau tajam, serta sedang digunakan (hanya untuk sementara).
 Jangan meletakkan tempat penyimpanan bahan kimia ( baik lemari maupun rak)
yang terpapar panas atau langsung terkena sinar matahari.
 Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi.
 Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari terpisah menggunakan lemari
khusus yang tahan api.

43
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
 Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak
sesuai.
 Menunjuk satu orang sebagai penanggung jawab utama dan satu orang sebagai
penanggung jawab cadangan pada fasilitas penyimpanan tersebut dan melakukan
kaji ulang setiap tahun.

3.6.2. Penyimpanan Dingin.

Beberapa bahan kimia ada yang harus disimpan dalam ruangan pendingin karena
memerlukan suhu kurang dari suhu kamar, seperti, bahan biologis (mikroorganisme),
bahan radioaktif , bahan kimia yang tidak stabil oleh panas, dll. Penyimpanannya dapat
menggunakan lemari es/freezer, atau ruang pendingin yang sangat besar bila jumlah
bahan kimianya besar. Maka proses penyimpanan di ruang tersebut harus tertata rapi,
dengan pelabelan yang jelas, dan dengan daftar yang jelas (untuk memudahkan
pengambilan oleh yang berkepentingan) yang ditempelkan di bagian luar lemari
pendingin. Peralatan/unit-unit ini juga harus dijaga keamanan dan kebersihannya.
Penanggung jawab fasilitas penyimpanan harus mengawasi pengoperasiannya dengan
benar.

Panduan umum untuk penyimpanan dingin :

 Pastikan bahwa lemari es/pendingin yang digunakan untuk penyimpanan bahan


kimia, memang benar hanya untuk penyimpanan bahan kimia saja , tidak ada
bahan lain yang disimpan disitu ( apalagi makanan dan minuman, walaupun hanya
sebentar).
 Beri label semua wadah bahan kimia di dalam lemari es, dengan isi label sebagai
berikut, nama pemilik, tanggal pembuatan/penyimpanan/penerimaan, dan potensi
bahaya yang mungkin dapat terjadi.
 Semua wadah bahan kimia harus tertutup dan stabil dan disarankan tetap
menggunakan perangkat pengaman sekunder, seperti baki plastik/logam.
 Atur/tata isi lemari es berdasarkan nama pemilik yang tertulis pada label, alangkah
lebih baik jika satu pemilik memiliki satu rak sendiri atau tempat (seperti
keranjang) bahan kimia , sehingga dapat diberi nama pada rak/tempat yang

44
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
digunakan untuk menghindari tercampur atau tertukar dengan bahan kimia milik
orang lain.
 Buat skema penyimpanan, sesuai isi dalam lemari es/pendingin dan tempelkan di
pintu lemari es/pendingin, agar pengguna dapat mengetahui isi dalam lemari
tersebut tanpa harus membuka dan mengacak-acak isi lemari pendingin tersebut.
 Hindari menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es.
 Khusus untuk bahan kimia yang tidak stabil oleh panas, lemari es yang digunakan
sebaiknya yang memiliki kunci pintu magnetik, alarm/bunyi tanda bahaya jika
suhu terlalu tinggi, suplai daya cadangan (jika listrik mati) dan alat control jika
ada percikan.

3.6.3. Penyimpanan Bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menyala.

Penyimpanan bahan kimia apapun di dalam laboratorium hanya boleh dengan


jumlah yang terbatas, apalagi untuk bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah
menyala, menyimpannya juga terpisah dari bahan kimia yang lain. Beberapa faktor yang
dapat menentukan jumlah bahan kimia yang diperbolehkan disimpan di laboratorium
adalah :

 Lokasi laboratorium dalam gedung ( apakah di lantai dasar atau lantai diatasnya,
apakah dekat dengan ruang penyimpanan bahan kimia atau gudang).
 Konstruksi laboratorium itu sendiri, ( apakah konstruksinya kuat dan tahan api atau
hanya seadanya).
 Sistem perlindungan api yang ada di dalam laboratorium tersebut.
 Ketersediaan lemari khusus penyimpanan bahan kimia yang mudah terbakar.
 Banyaknya area yang menggunakan api di dalam gedung tempat laboratorium
berada.
 Jenis laboratorium itu sendiri (apakah hanya untuk penelitian, pengembangan,
pendidikan atau untuk ketiganya).

Panduan/petunjuk untuk penyimpanan bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah
menyala adalah sebagai berikut :

45
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
 Simpan bahan kimia yang mudah terbakar di dalam lemari tahan api (jika
tempatnya memungkinkan di laboratorium)
 Simpan bahan kimia yang mudah terbakar ini dalam wadah/kemasan aslinya
(dalam wadah lain yang sudah disetujui).
 Jika jumlah bahan kimia yang mudah terbakar cukup besar, maka lakukan
penyimpanan di ruang khusus untuk bahan kimia yang mudah terbakar.
 Sebaiknya bahan kimia yang mudah terbakar dijauhkan dari bahan oksidator kuat
(seperti, asam nitrat, asam kromat, permanganat, klorat, perklorat dan peroksida)
ketika melakukan penyimpanannya baik di laboratorium /gudang.
 Hindari meletakkan bahan kimia yang mudah terbakar dekat dengan sumber api
( karena banyak uap bahan kimia yang mudah terbakar lebih berat dibandingkan
udara dan dapat menuju ke sumber api, maksudnya tidak terbawa ke tempat lebih
tinggi seperti udara).

3.6.4 Penyimpanan Bahan Kimia yang sangat Reaktif


Berapa banyak jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif dapat/boleh di
simpan di laboratorium atau di gudang, harus mengacu pada aturan yang berlaku untuk
gedung, undang-undang/aturan yang digunakan pada kebakaran internasional, regional
lokal. Sebaiknya baca MSDS atau literatur lain dalam mengambil keputusan tentang
penyimpanan bahan kimia yang sangat reaktif ini.
Sedangkan panduan umum/petunjuk umum untuk menyimpan bahan kimia yang
sangat reaktif adalah sebagai berikut :
 Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif
sebelum membawanya ke dalam laboratorium.
 Pisahkan bahan-bahan berikut ketika menyimpannya :
 Zat pengoksidasi dengan zat pereduksi dan bahan yang kimia yang mudah terbakar.
 Zat pereduksi kuat dengan zat yang mudah direduksi.
 Asam perklorik dengan bahan kimia pereduksi.
 Senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar.
 Wadah yang berisi bahan kimia yang reaktif sebaiknya disimpan menggunakan
tempat penampung yang cukup besar (yang dapat menampung seluruh isi wadah).

46
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Contoh wadah asam perklorik menggunakan penampung yang terbuat dari kaca atau
keramik.
 Simpan bahan yang reaktif terhadap air sejauh mungkin dari kemungkinan kontak
dengan air.
 Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es.
 Simpan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida jauh dari cahaya dan panas.
 Simpan bahan yang mudah meledak dalam kotak anti ledakan.
 Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan daya
larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fasa.
 Khusus untuk bahan kimia yang dapat membentuk peroksida, lakukan inspeksi dan
uji bahan kimia secara periodik, serta beri label akuisisi dan tanggal kadaluwarsa.
 Batasi akses ke fasilitas penyimpanan bahan kimia ini.

3.6.5 Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun


Bahan kimia beracun disini adalah bahan kimia yang efek racunnya sangat serius
bahkan dapat menimbulkan kematian. Dari mulai racun yang dapat menyebabkan iritasi,
korosif, alergi, sampai racun kronis yang dapat menyebabkan kanker dan merusak alat
reproduksi, serta racun akut yang hanya terpapar tunggal/satu kali saja (seperti Hidrogen
sianida). Sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan sebagai berikut :
 Beri label area penyimpanan bahan kimia ini dengan tanda peringatan yang sesuai.
 Batasi akses ke area penyimpanan.
 Jaga jumlah bahan kimia beracun ini seminimal mungkin.
 Simpan bahan kimia ini pada tempat penyimpanan yang berventilasi dengan
perangkat pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.

3.6.6 Penyimpanan Silinder Gas

Silinder-silinder gas bertekanan sebaiknya disimpan pada daerah dingin, kering


dan sirkulasi udaranya baik. Penyimpanan silinder gas korosif diusahakan paling lama
enam bulan. Sedangkan untuk gas etilen oksida paling lama sembilan puluh hari atau tiga
bulan.
Daerah penyimpanan harus tahan api, dilindungi dari pengaruh perusakan dari
luar dan diberi tanda atau tulisan khusus penyimpanan silinder gas bertekanan. Gas-gas

47
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
mudah terbakar sebaiknya disimpan diluar ruang atau di dalam ruang yang berdinding
tahan api. Semua peralatan listrik harus dihubungkan ke grounding. Gas hidrogen
sebaiknya disimpan dalam ruang yang berventilasi cukup dan beri jarak sekitar 15 m dari
bahan-bahan mudah terbakar seperti, kayu, kertas dan pembungkus lainnya.
Bila silindernya lebih dari satu macam maka penyimpanan setiap jenis dipisahkan
sehingga tidak saling berinteraksi. Kelompok gas-gas mudah terbakar harus dijauhkan
dari gas-gas oksidator. Bila jarak penyimpanan menjadi masalah, silinder-silinder gas
inert dapat disimpan diantara gas mudah terbakar dan gas oksidator. Penyimpanan
silinder gas di laboratorium sebaiknya diikat erat dengan rantai dan hanya ditempatkan
untuk gas-gas yang dipakai saja. Silinder gas yang telah kosong diberi tanda dengan kapur
tulis dan tidak boleh disimpan berdekatan dengan silinder yang berisi penuh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikasn secara umum dalam penanganan,
penyimpanan dan penggunaan gas-gas bertekanan adalah sbb :
- Jangan menjatuhkan atau membenturkan silinder satu sama lain terlalu keras.
- Silinder-silinder dapat disimpan pada daerah terbuka, tetapi harus dilindungi agar tidak
menyentuh tanah langsung karena akan mudah terjadi korosi.
- Dianjurkan agar silinder disimpan pada daerah yang teduh atau tidak terkena sinar
matahari langsung.
- Tutup pelindung klep harus tetap digunakan, kecuali silinder berada pada tempat yang
aman dan siap digunakan.
- Hindarkan cara memindahkan silinder dengan menyeret, menggulirkan atau
meluncurkan meskipun jaraknya dekat (gunakan troli).
- Jangan mengubah-ubah peralatan pengaman pada klep atau pada bagian silinder
lainnya.
- Jangan menyimpan silinder yang masih penuh berdekatan dengan silinder kosong,
karena akan terjadi pengisapan kembali bila salah sambung.
- Hindarkan bagian silinder terkena bahan-bahan bersuhu rendah (-10 o F atau – 29 oC
atau lebih kecil), karena tutup tipe baja akan menurun daya lenturnya pada suhu
rendah.
- Jangan menyimpan silinder-silinder dimana silinder tersebut menjadi bagian dari suatu
rangkaian listrik. Pada pengelasan listrik, perlu diperhatikan jangan sampai loncatan
api mengenai silinder.

48
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
- Gas-gas bertekanan hanya digunakan pada daerah berventilasi baik dan cukup. Gas-
gas toksik, mudah terbakar dan korosif harus ditangani dalam lemari asam. Bila
gasnya toksik, gunakan silinder berukuran kecil saja.
- Bila gas yang digunakan toksik, sediakan alat pelindung (masker) disekitar lokasi agar
mudah dijangkau.
- Bila akan mengembalikan silinder kosong ke penyalur, tutup rapat klep, biarkan ada
tekanan positip (sisa) sedikit (25 psi) dalam silinder dan pasang tutup pengaman klep.
Sebaiknya silinder diberi label kosong.
- Tempat cuci mata, penyemprot air (shower), masker gas dan respirator harus selalu
disiapkan di area yang tidak terlalu jauh dari lokasi silinder.
- Pasanglah alat kebakaran yang telah dicek secara periodik

Peraturan umum yang harus diikuti, supaya penggunaan silinder gas-gas


bertekanan aman di laboratorium :
- Kenali isi silinder, jangan merusak atau melepas labelnya.
- Kenali sifat isi silinder, tangani silinder dengan hati-hati.
- Simpan silinder dalam daerah berventilasi dan jauhkan dari sumber panas dan api.
- Ikat erat silinder selama penggunaan, transportasi dan penyimpanan (jika perlu
menggunakan rantai yang digembok ke dinding, supaya silinder tidak terjatuh).
- Transportasi/pemindahan silinder besar harus menggunakan alat pengangkut beroda
/troli.
- Jangan memukul bagian manapun dari klep.
- Jangan menggoreskan loncatan api listrik pada silinder.
- Gunakan silinder hanya dengan peralatan atau perlengkapan yang sesuai dengan isinya
- Jangan menggunakan silinder tanpa regulator
- Tutup klep silinder bila tidak sedang digunakan
- Tutup klep silinder kosong dan beri tanda ”KOSONG” pada silinder
- Jangan berusaha mengisi kembali silinder.
3.7. Pembelian, Pemesanan dan Penerimaan Bahan Kimia
3.7.1 Pembelian Bahan Kimia
Sebelum membeli bahan kimia, biasanya dilakukan pemesanan terlebih dahulu.

49
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Suatu Lembaga/Institusi biasanya memusatkan kewenangan pemesanan bahan kimia di
bagian pembelian yang terdapat di pusat Institusi. Bagian pembelian ini menerima
masukan pemesanan dari seluruh bagian di Institusi /Lembaga tersebut. Jika
memungkinkan dilakukan pemesanan dengan 50ystem terkomputerisasi untuk melacak
informasi tentang pengiriman, riwayat pembelian dan distribusi bahan kimia ke seluruh
bagian di dalam lembaga/institusi tersebut. Pemesanan terpusat juga dapat membantu
pelacakan tentang bahan kimia, seperti : bahan yang mudah terbakar, bahan kimia yang
termasuk sebagai obat terlarang, ataupun bahan kimia yang dapat digunakan untuk
membuat bahan peledak.

3.7.2. Pemesanan Bahan Kimia

Contoh beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan pemesanan


bahan kimia di institusi pendidikan, adalah sebagai berikut :

 Melakukan perhitungan untuk mengetahui berapa jumlah minimal bahan kimia yang
diperlukan untuk suatu percobaan, untuk seluruh kelompok yang akan melakukan
percobaan yang sama dan selama satu waktu tertentu misalnya satu semester.
 Melakukan pengecekan, apakah bahan tersebut masih ada/tersedia di laboratorium
lain/ di gudang bahan kimia yang belum digunakan, untuk menghindari
bertumpuknya bahan kimia yang sama yang akan menjadi limbah jika tidak
digunakan.
 Bertanya ke bagian /laboratorium lain yang juga memerlukan bahan kimia yang sama
untuk menghindari pemesanan rangkap, yang akan menyebabkan pemesanan
berlebih.
 Mengecek berapa ukuran kemasan terkecil yang dapat dipesan, untuk menghindari
sisa bahan kimia yang terlalu besar sehingga harus disediakan tempat yang lebih
besar untuk penyimpanan.
 Mengecek sifat bahan kimia yang akan dipesan, apakah stabil atau tidak, karena
berhubungan dengan penanganan ketika penerimaan dan penyimpanannya.
 Harus dipertimbangkan apakah fasilitas yang ada mampu mengelola bahan kimia
yang akan dipesan dengan aman.

50
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Dalam pelakukan pemesanan bahan kimia, biasanya dilakukan sesuai kebutuhan
dan dengan kemasan terkecil. Hal tersebut dilakukan karena ada beberapa alasan seperti:

 Tujuan utama memesan bahan kimia dengan ukuran kemasan /wadah terkecil
sebenarnya untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan, resiko pemaparan oleh
bahan kimia tersebut dan resiko kerusakan bahan kimia itu sendiri.
 Ukuran kemasan/wadah kecil, tentu pemakaiannya lebih cepat habis dan mengurangi
peluang terurainya senyawa reaktif.
 Kemasan terkecil dalam inventarisnya akan mudah dan dapat mengurangi kebutuhan
ruang penyimpanan.
 Jika menggunaka kemasan/wadah yang lebih besar, ada kemungkinan bahan kimia
yang tersisa akan seakin besar dan ketika membagi kedalam kemasan yang lebih
kecil akan memerlukan peralatan tambahan seperti, corong, spatula, botol/wadah
yang lebih kecil juga alat pelindung diri untuk mengantisipasi bahaya yang
ditimbulkan.

3.7.3 Penerimaan Bahan Kimia

Penerimaan bahan kimia, harus dilakukan di bagian institusi/lembaga yang memiliki


perlengkapan untuk menangani bahan kimia tersebut, seperti, tempat bongkar muat,
ruang penerimaan/laboratorium, petugas penerima yang trampil dan peralatan untuk
mengangkat atau memindahkan kemasan bahan kimia. Hindari mengirimkan bahan kimia
ke bagian institusi/lembaga yang tidak memiliki perlengkapan untuk menerima paket
bahan kimia ini. Jika tetap harus dilakukan pada bagian itu, maka harus dicari lokasi
terpisah yang jauh dari gangguan, seperti meja, kursi, rak, dll.

Beberapa hal yang harus dilakukan untuk memastikan penerimaan bahan kimia
berlangsung dengan baik adalah :

 Melatih pegawai yang akan melakukan penerimaan bahan kimia, untuk mengenali
bahaya yang mungkin timbul dari bahan kimia yang datang, mereka juga perlu
mengetahui hal yang harus dilakukan jika terjadi masalah, seperti, jika ada kemasan
yang rusak, bocor atau terjadi tumpahan.
 Melengkapi ruang penerimaan dengan peralatan yang sesuai untuk menerima bahan
kimia, seperti, rantai yang menahan silinder dan kereta yang dirancang untuk
memindahkan berbagai jenis wadah bahan kimia dengan aman, rak, meja atau area

51
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
terpisah untuk menghindari kerusakan akibat kendaraan pembawa atau pengantar
bahan kimia tersebut.
 Petugas segera membuka paket bahan kimia yang datang untuk mencocok-kan
kesesuaian pesanan dan memastikan bahwa segel kemasan/wadah dalam keadaan
baik.
 Petugas penerima harus memverifikasi wadah/kemasan yang sampai, diberi label
dengan nama dan tanggal penerimaan yang tepat pada label yang melekat dengan
baik (tidak mudah terlepas dari kemasan), biarkan label yang dipasang oleh pabrik
atau produsen.
 Petugas segera memasukkan data bahan kimia yang baru datang kedalam inventaris
data laboratorium/gudang.
 Jika petugas menemukan bahan kimia yang tidak dikemas dengan aman, segera
memindahkan ke wadah/kemasan yang lebih baik dan jangan lupa memberi label
yang benar dan sesuai dengan label awalnya (untuk menjaga keamanan).
 Petugas harus memberi perlakuan secara khusus jika menemukan bahan kimia yang
reaktif (seperti, lithium aluminium hidrida, natrium peroksida, fosfor), segera buka
kemasan dan simpan bahan kimia tersebut dalam wadah logam bersegel.
Penyimpanan yang tepat dapat mencegah terjadinya degradasi dan korosi, jangan
lupa menyediakan bahan kimia untuk inspeksi berkala.
 Masukkan bahan kimia yang baru tiba ke gudang dengan aman, setelah dimasukkan
datanya ke data inventaris.
 Petugas harus memindahkan kelompok paket atau paket berat dengan kereta yang
stabil, yang memiliki tali di bagian samping dan mengikat paket bahan kimia itu
supaya aman ketika dipindahkan, diharapkan kereta yang digunakan memiliki roda
yang cukup besar untuk meliwati permukaan yang tidak rata dengan mudah.
 Jika petugas pengantar bahan kimia dari luar ternyata tidak menangani atau
mengantarkan bahan kimia sesuai standar, maka petugas penerima dapat membuat
laporan kepada pejabat berwenang, agar segera dilakukan perbaikan atau cari
pengangkut atau pemasok yang lain.

Penerimaan bahan kimia yang dilakukan oleh petugas penerima menggunakan


formulir khusus sebelum, datanya dimasukkan ke daftar inventaris di komputer. Contoh
formulir penerimaan bahan kimia ada pada Gambar 3.7.

52
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Gambar 3.7 Contoh formulir Penerimaan Bahan

3.7. 4 Inventaris dan Pelacakan Bahan Kimia

Semua petugas laboratorium/gudang harus mencatat semua inventaris bahan


kimia yang dimilikinya secara akurat. Inventaris adalah catatan, biasanya dalam bentuk
basis data bahan kimia yang ada di laboratorium/gudang dan informasi tentang
pengelolaannya (pemakaian, pemasukan, jumlah, jenis dll) secara tepat. Inventaris yang
dikelola dengan baik, mencatat semua data informasi tentang bahan kimia yang ada di
laboratorium/gudang tersebut, seperti, data jumlah bahan kimia yang ada, jenis bahan

53
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
kimia apa saja yang terdapat disitu, lokasi penyimpanan ( misalnya, di lemari mana, di
rak mana, di bagian ruang yang mana dari area laboratorium/gudang), label yang ada di
setiap bahan sesuai dengan aturan standar yang digunakan (untuk mempermudah
pencarian), tanggal penerimaan dan tanggal kadaluwarsa (untuk menghindari limbah
bahan kimia, selain itu juga dapat digunakan bahan kimia dengan tanggal
kedatangan/penerimaan yang lebih lama sebelum menggunakan yang baru datang). Data
inventaris bahan ini akan membantu dalam hal pemesanan bahan kimia, pembuangan
bahan kimia dan penanganannya jika terjadi keadaan darurat.

3.8. Pengelolaan Limbah Bahan Kimia dari laboratorium/gudang

Gudang ataupun laboratorium adalah tempat yang pasti menghasilkan limbah


bahan kimia, gudang yang menyimpan bahan kimia yang kadaluwarsa akan
menghasilkan limbah dari bahan kimia kadaluwarsa tersebut karena sudah tidak dapat
digunakan lagi, sedangkan dari laboratorium, semua percobaan yang dilakukan di
laboratorium pasti akan menghasilkan limbah bahan kimia. Petugas laboratorium atau
gudang bertanggung jawab untuk mengelola limbah tersebut, sehingga para petugas ini
harus dilatih untuk mengetahui karakteristik dari limbah yang ada (berbahaya atau tidak
berbahaya), untuk mengelolanya, serta untuk mengambil keputusan langkah selanjutnya
atas limbah tersebut.

Dalam pengelolaannya, setelah mengevaluasi bahaya yang mungkin dapat


ditimbulkan oleh limbah tersebut adalah apakah limbah dapat dibuang begitu saja, atau
apakah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, atau harus dikirim ke tempat
pengolahan limbah yang lebih canggih seperti perusahaan yang khusus mengolah limbah
yang berbahaya (hal ini berarti ada biaya yang lebih besar harus disediakan daripada biaya
jika limbah itu diolah sendiri ).

Pengelolaan limbah memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi karakteristik limbah dan bahayanya.


2. Mengumpulkan dan menyimpan limbah dengan cara yang tepat.
3. Mempertimbangkan pengurangan bahaya jika bisa.
4. Mengolah limbahnya.
5. Membuang limbah dengan baik.

54
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik limbah dan Bahayanya.

Mengidentifikasi limbah dalam dalam jumlah yang lebih kecil dan karakteristik
bahayanya dengan tepat sama pentingnya dengan mengidentifikasi limbah dan
karakteristik bahayanya dalam jumlah besar, bahkan kadang lebih mudah karena
jumlahnya lebih kecil. Sebaiknya semua bahan yang digunakan dan limbah yang
dihasilkan dari laboratorium akademik diidentifikasi dengan jelas, mengingat perputaran
mahasiswanya yang melakukan praktek di laboratorium tinggi. Karena untuk membuang
limbah dengan benar diperlukan informasi tentang limbah, maka identifikasi semua
bahan kimia yang digunakan dan dihasilkan di laboratorium tersebut. Semua informasi
harus ditulis dengan jelas di buku catatan tentang limbah yang dihasilkan dari
laboratorium itu. Secara umum, limbah bahan kimia ini harus disimpan di wadah yang
ditandai dengan jelas, sumber dan kandungannya.

Ada beberapa sifat berbahaya yang harus diperhatikan, yaitu :

 Toksisitas, meliputi zat-zat yang cenderung keluar (terekstrak) dari limbah dalam
kondisi-kondisi tertentu, seperti di tempat pembuangan (kemungkinan tercampurnya
dengan limbah yang lain dan terjadi reaksi diantara limbah tersebut, atau karena suhu
dan tekanan tertentu yang dapat mengubah kandungan limbah yang ada di tempat
pembuangan )
 Korosivitas, adalah kemampuan menyebabkan korosi. Biasanya cairan korosif
memiliki pH ≤ 2atau ≥ 12,5 dapat menyebabkan karat pada tingkat tertentu pada baja.
Pada umumnya asam dan basa di laboratorium bersifat korosif.
 Reaktivitas, meliputi zat-zat yang tidak stabil, seperti, bereaksi liar dengan air, dapat
meledak jika terpapar sebagian dengan sumber nyala, atau menghasilkan gas
beracun. Bahan kimia yang termasuk reaktif antara lain, logam alkali, peroksida dan
senyawa yang telah membentuk peroksida, senyawa sianida atau senyawa sulfida.
 Daya sulut, adalah kemampuan suatu bahan kimia untuk tersulut/menyala. Bahan
yang mudah tersulut pada umumnya adalah pelarut organik, gas hidrogen dan
hirokarbon, serta beberapa garam nitrat tertentu.

3.8.2 Mengumpulkan dan Menyimpan Limbah

55
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Pengumpulan limbah di laboratorium, biasanya bersifat sementara dan dilakukan
di dalam atau di dekat laboratorium, dengan wadah/tempat yang tidak begitu besar tetapi
tetap harus tertutup rapat (untuk menghindari keluarnya gas yang tidak diinginkan atau
tumpahnya limbah ketika wadah terguling dengan tidak sengaja). Ketika melakukan
pengumpulan limbah sementara di laboratorium tetap memprioritaskan keselamatan dan
keamanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

 Penggunaan wadah pengumpul limbah yang tepat.


Pilih wadah/tempat yang sesuai dengan limbah yang akan dikumpulkan (yang tidak
bereaksi dengan limbah itu sendiri). Sebagai contoh, wadah untuk limbah air yang
tidak boleh dibuang ke pipa drainase, biasanya digunakan yang tahan korosi dan
jangan gunakan kaca jika ada bahaya pembekuan.
Cairan yang mudah terbakar, sebaiknya menggunakan wadah plastik (seperti
polietilena) atau logam (seperti baja anti karat). Sebagian besar bahan kimia biasanya
menggunakan botol kaca karena tidak dapat ditembus oleh bahan kimia, tetapi ada
kemungkinan bisa pecah, leher botol yang sempit juga dapat menyulitkan ketika
melakukan pengosongan botol, untuk amina dan bahan korosif ( seperti limbah
berpelarut halogen) jangan menggunakan wadah yang terbuat dari logam karena
cenderung menyebabkan korosi dan kebocoran. Letakkan wadah tersebut di tempat
yang tidak mengganggu beroperasinya laboratorium dengan normal dan pada
keadaan khusus mungkin memerlukan ventilasi atau tampungan sekunder untuk
berjaga-jaga kalau terjadi tumpah atau bocor. Wadah limbah harus selalu tertutup
rapat.

 Pemberian Label pada wadah limbah.


Beri label yang jelas pada wadah tempat limbah, seperti, identitas bahan, bahayanya
(contoh : mudah terbakar, korosif dll). Jika limbah yang kompatibel dikumpulkan
disatu wadah yang sama, buat label yang jelas dan permanen, serta daftar komponen-
komponennya disimpan untuk membantu memudahkan pembuatan keputusan
pembuangan selanjutnya.

 Pertimbangan jumlah dan lama waktu penyimpanan limbah.

56
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Secara umum penyimpanan limbah di laboratorium hanya untuk sementara, oleh
karena itu hindari penyimpanan limbah di laboratorium dalam jumlah besar selama
satu tahun. Biasanya ada tempat pengumpulan limbah yang lebih besar yang terletak
jauh dari laboratorium, sehingga hal itu dapat mengurangi waktu penyimpanan
limbah di laboratorium menjadi seminggu dan mengurangi juga jumlah limbah yang
disimpan di laboratorium tersebut. Tetap dilakukan pencatatan tanggal dimulainya
pengumpulan limbah.

3.8.3 Mengumpulkan dan Menyimpan Limbah

Pendaur-ulangan juga merupakan pengolahan limbah, hanya sebelum membuat


keputusan untuk mendaur ulang, perlu dihitung biaya yang harus dikeluarkan dan
bandingkan dengan biaya pembuangan limbah. Identifikasi apakah ada yang akan
menggunakan produk daur ulang, sebelum membuang-buang waktu dan energi untuk
membuat produk tersebut yang ternyata harus dibuang juga sebagai sampah karena tidak
ada yang menggunakan.

Pendaur-ulangan bahan-bahan kimia dapat dilakukan jika bahan-bahan tersebut


sudah diproses ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Biasanya proses pendaur-ulangan
limbah yang dihasilkan dari praktek di laboratorium tingkat sarjana lebih hemat karena
pengguna sudah diketahui sebelumnya.

Beberapa limbah yang dihasilkan dari proses percobaan yang sederhana dapat diolah
terlebih dahulu dan setelah itu dapat dibuang ke saluran air atau pipa drainase yang
tersedia. Tetapi untuk limbah yang berasal dari proses yang melibatkan bahan kimia yang
berbahaya sebaiknya ditampung untuk diolah oleh yang perusahaan pengolahan limbah.

a. Cara pengolahan limbah di laboratorium

(1). Asam dan basa


Asam dan basa dalam jumlah besar (lebih dari 500 mL) harus dinetralisasi sebelum
membuangnya.
(2). Pelarut-pelarut
a. Pelarut-pelarut buangan pada umumnya termasuk cairan yang mudah terbakar.
Harus disimpan dalam botol khusus dan tidak boleh dibuang di dalam
laboratorium (kecuali sejumlah kecil etanol).

57
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
b. Pelarut-pelarut dalam jumlah banyak harus dikembalikan sehingga dapat dipakai
lagi (di recycle), dengan cara distilasi.
(3). Zat kimia yang berbentuk padat
Zat-zat kimia padat harus ditangani sesuai dengan sifat-sifatnya. Dalam hal ini
dalam jumLah banyak (lebih dari 20 gram) harus diatur pembuangannya, tetapi
sebelumnya harus minta pendapat kepada instruktur.
(4). Bahan gelas yang pecah (misal termometer)
a. Setiap ada bahan gelas yang pecah harus dilaporkan kepada instruktur untuk
mengecek apakah dapat diperbaiki lagi atau tidak. Pecahan gelas dengan jumLah
tidak terlalu banyak dapat dibuang dengan cara memasukannya ke dalam wadah
khusus.
b. Termometer Hg yang pecah harus dikumpulkan ke dalam botol khusus untuk
buangan mercuri.

b. Metoda untuk mengabsorpsi atau menghilangkan gas dan Pencampuran

limbah kimia yang berbeda.

Beberapa jenis limbah bisa dikumpulkan di satu wadah yang sama. Limbah yang
dicampur harus kompatibel secara kimiawi untuk memastikan tidak trejadi
pembentukkan panas, evolusi gas, atau reaksi lainnya. Sebagai contoh, untuk limbah
pelarut biasanya dapat dicampur untuk dibuang, setelah kompatibilitas komponennya
dipertimbangkan dengan masak. Bahan yang tidak kompatibel langsung dipisahkan dan
disimpan dengan cara lain, sedangkan limbah berhalogen dan non halogen harus
ditangani secara terpisah.
Tabel 3.3. Metoda pengabsorpsi gas

Gas Absorpsion – atau dihilangkan

HBr Dialirkan di atas permukaan air atau basa

HCl Dialirkan di atas permukaan air atau basa

NH3 Dialirkan di atas permukaan es atau asam encer

H2S Dialirkan di atas permukaan KOH

SO2 Dialirkan di atas permukaan KOH

58
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia
Cl2 Dialirkan di atas permukaan KOH

COCl2 Dialirkan di atas permukaan basa

O2 Dimasukkan dalam larutan pirogalol-alkali

H2 Dimasukkan dalam larutan asam pikrat

CO2 Dimasukkan di dalam KOH

NO/NO2 Dimasukkan di dalam larutan urea

CO Dibakar

HCN Dibakar

 Dekontaminasi wadah bekas limbah yang kosong

Wadah bekas limbah bahan organik yang sudah kosong baik yang terbuat dari
kaca atau logam harus dibersihkan atau dibilas dengan pelarut bercampur air ( seperti
aseton dengan air atau metanol dengan air), bilas lagi tiga kali menggunakan air sebelum
dibuang seperti sampah biasa, tetapi air bilasannya dimasukkan ke wadah penampungan
limbah.

59
Pengelolaan Alat Dan Bahan – Bab III Pengelolaan Bahan-Bahan Kimia

Anda mungkin juga menyukai