Anda di halaman 1dari 8

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAWATAN LUKA DENGAN

METODE MOIST WOUND HEALING DI RUMAH SAKIT


UMUM KESDEM LHOKSEUMAWE

A. Latar Belakang

Perubahan adalah dinamika yang terjadi sebagai sebuah tuntutan

sesuai perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan kebutuhan. Perubahan

diharapkan dapat berdampak positif untuk meningkatkan kualitas dan

kepuasan bagi masyarakat, salah satunya pelayanan di rumah sakit. Rumah

sakit adalah organisasi yang bertujuan menyediakan jasa pelayanan kepada

masyarakat dengan mengharapkan imbalan melalui transaksi pelayanan

kesehatan, salah satunya adalah pelayanan asuhan keperawatan.

Dalam bidang keperawatan perubahan adalah hal yang mutlak harus

terjadi bila kita menginginkan perkembangan, kemajuan, profesionalisme

pemberian pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik (Suyanto,

2009).

Sebagai salah satu contoh manajemen perawatan luka saat ini telah

berkembang dan berbeda dengan manajemen perawatan luka sebelumnya.

Empat dekade yang lalu trend manajemen perawatan luka telah berubah, dari

metode konvensional/tradisional menjadi modern. Konsep manajemen

perawatan luka modern dengan basis lembab (moisture balance) pertama

sekali diperkenalkan oleh Winter (1962) dalam Gitarja (2008), dan telah

diadopsi oleh banyak negara. Keuntungan konsep lembab ini adalah

membuat lingkungan yang mempercepat re-epitalisasi, menjaga kelembaban

1
2

akan menurunkan infeksi, dasar luka yang lembab dapat merangsang

pengeluaran growth factor yang mempercepat proses penyembuhan luka

(Halim, Khoo & Saad, 2012).

Sedangakan konsep perawatan luka konvensional/tradisional sudah

ditinggalkan oleh banyak rumah sakit atau tempat-tempat perawatan luka,

karena akan mengurangi keefektivan pelayanan keperawatan dan lamanya

proses penyembuhan luka, yang berdampak terhadap peningkatkan biaya

perawatan. HaL ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Slater

(2008) bahwa perawatan luka dengan konsep moist akan mengurangi resiko

infeksi sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka, dan

mengurangi hari pergantian balutan sehingga akan mengurangi beban biaya

yang diperlukan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya

perbedaan yang besar antara perawatan luka konvensional dengan perawatan

luka modern. Penelitian yang dilakukan Nurachmah, Kristianto, dan Gayatri

(2011) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perawatan luka

tekhnik modern dan konvensional, proses pelepasan growt faktor lebih cepat

terjadi pada kondisi perawatan luka lembab dibandingkan perawatan luka

secara konvensional. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi proses

penyembuhan luka terutama pada tahapan proliferasi atau granulasi.

Teknik perawatan luka terkini di dunia keperawatan yaitu dengan

menggunakan prinsip lembab dan tertutup, suasana lembab pada luka


3

mendukung terjadinya proses penyembuhan luka (Blackley, 2004 dalam

Septiyanti, 2014).

Teknik perawatan luka lembab dan tertutup atau yang dikenal dengan

“moist wound healing” adalah metode untuk mempertahankan kelembaban

luka dengan menggunakan bahan balutan penahan kelembaban sehingga

menyembuhkan luka, pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.

Munculnya konsep “moist wound healing” menjadi dasar munculnya

pembalut luka modern (Mutiara, 2009 dalam Septiyanti, 2014).

Konsep “moist wound healing” sangatlah penting direncanakan untuk

digunakan pada rumah sakit. Keuntungan yang didapat bagi pasien dari segi

biaya yang lebih murah karena proses penyembuhan luka yang cepat,

sedangkan dampak bagi perawat adalah meningkatnya profesionalisme dalam

memberikan asuhan keperawatan, terutama dalam hal perawatan luka,

sehingga berdampak juga pada peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit.

Perawat akan menjadi tenaga kesehatan yang professional dengan

pemahaman yang baik tentang fisiologi penyembuhan luka dan mengetahui

tentang prosedur pergantian balutan dengan keuntungan konsep lembab yang

telah didemonstrasikan lebih dari 30 tahun yang lalu oleh Winter (Gitarja,

2008).
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan berbagai fenomena yang

muncul tentang luka maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan luka metode moist

wound healing di Rumah Sakit Umum Kesdem Lhokseumawe

C. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang perawatan luka dengan

metode moist wound healing di Rumah Sakit Umum Kesdem Lhokseumawe.

D. Manfaat Penelitian

1. Manajemen Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Manajemen Rumah

Sakit Umum Kesdem Lhokseumawe dalam rangka meningkatkan mutu

dan dapat menentukan kebijakan yang terkait perawatan luka di rumah

sakit tersebut.

2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan mengenai kondisi

perawatan luka di sebagian rumah sakit saat ini, dan dapat menjadi

informasi mengenai perawatan luka dengan metode “moist wound

healing”.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi informasi tambahan bagi

peneliti yang ingin melakukan penelitian di ruang lingkup yang sama.


5

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang diukur atau diamati melalui penelitian yang dilakukan

(Riyanto,2011). Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

pengetahuan perawat tentang perawatan luka metode moist wound healing

di Rumah Sakit Umum Kesdem Lhokseumawe

Baik
Pengetahuan perawat
tentang perawatan Cukup
dengan metode Moist
Wound Healing Kurang

F. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah

deskriptif murni yang bertujuan mengidentifikasi pengetahuan perawat

tentang perawatan luka dengan metode moist wound healing di Rumah

Sakit Umum Kesdem Lhokseumawe

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2006). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di

ruang rawat inap yang melakukan tindakan perawatan luka pada

pasien dengan kondisi luka akut, full thickness dan Kronik.


6

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang

akan diambil (Notoadmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini

adalah semua jumlah populasi dijadikan sampel. Hal ini sesuai

dengan pendapat Arikunto (2008), yang menyatakan bahwa

subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil

semuanya, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Jadi, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total

sampling. Dalam menentukan sampel, peneliti mengacu kepada

kriteria yang sudah ditetapkan yaitu kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria Inklusi Subjek/objek memenuhi syarat dan dapat mewakili

sampel penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria

inklusi adalah:

1) Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap

2) Pendidikan perawat minimal D III

3) Telah bekerja dipelayanan keperawatan selama minimal 1 tahun

4) Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden

H. Analisa data

Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data melalui

beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu memeriksa

kelengkapan identitas responden serta memastikan bahwa semua

pertanyaan telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua Coding yaitu memberi
7

kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah tabulasi dan

analisa data, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuisioner

ke dalam program komputer dengan menggunakan sistem komputerisasi

pengolah data, tahap ke empat cleaning yaitu memeriksa kembali data

yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Selanjutnya melakukan analisa data secara deskriptif statistik.

Pengolahan data demografi yang meliputi jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, mengikuti pelatihan, dan lama bekerja dipelayanan

keperawatan dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan

persentase dalam bentuk narasi dan tabel.

Pengolahan data pengetahuan perawat tentang perawatan luka

dengan metode moist wound healing diidentifikasi dengan

mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk narasi

dan tabel. Sehingga untuk mengetahui pengetahuan perawat baik dan

kurang baik, dapat dilihat dari persentasenya. Data yang telah diperoleh,

ditabulasikan, diolah dan disajikan dalam bentuk statistik deskriptif, yaitu

uji statistik univariat. Hasil ditampilkan dalam bentuk narasi, tabel

distribusi frekuensi dan presentase.


8

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi

VI. Jakarta : Rineka Cipta

Arisanty, I. P. (2012). Panduan praktis pemilihan balutan luka kronik. Jakarta :

Mitra Wacana Medika

Baroroh, B. D. (2011). Konsep luka. Diunduh pada 12 Oktober 2014 dari

http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf

Budiman dan Riyanto, A. (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap

dalam penelitian. Jakarta : Salemba Medika

David, (2009). Rawat luka dengan metode modern, minimalkan parut. Diakses

pada 08 Juli 2015 dari http://www.unair.ac.id/gurubesar.unair.php?id=28

Driscoll. P. (2013). Wound prevalence and wound management: 2012-2020.

Diakses pada 01 Desember 2019 dari

http://blog.mediligence.com/2013/01/29/wound-prevalence-and-

woundmanagement-2012-2020/

Gitarja, W.S. (2008). Seri perawatan luka terpadu : Perawatan luka diabetes.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta : Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan : Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian

keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai