Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KALIMAT EFEKTIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Dasar Dasar Komposisi

Disusun Oleh
Kelompok 4

SHINTA SAFIRA 20120010

Dosen Pengampu:
Laila Fitri, S.S,M,Pd

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Bismillahirrahmanirrahim..
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Tidak lupa pula sholawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti saat ini.
Kami juga menyampaikan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah kajian
puisi indonesia yang telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah
ini.Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini,sehingga
kami senantiasa terbuka untuk menerima saran serta kritik pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi mahasiswa
prodi pendidikan bahasa dan sastra indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Padang Panjang, 24 Oktober 2021


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia
yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara. Bahasa tentu memiliki
unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.
  Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan
benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga
kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang
lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat
mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti
yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima
dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan
tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga
menjadi  baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia

D. MANFAAT
Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.
2. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.
3. Mengerti struktur kalimat efektif.
4. Memberi pemahaman mengenai kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana,
luas, luas bertingkat, luas tidak setara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan
menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah
dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu:
2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah,
ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan
informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan
Wahyudi: 2009)

B. PERSYARATAN KALIMAT
a. Kelengkapan struktur subjek dan predikat
b. Pemutasian subjek dan predikat
c. Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur

C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur
(kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya,
kalimat itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah
dengan obyek, keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan
ciri - ciri keutuhan kalimat.
3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya yang
dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan
makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan
kalimat boleh dihilangkan.
4. Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua
juga menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya
dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada
bagian kalimat tadi.
6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan
variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau
keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut
dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi
maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang
disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan
hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

D. UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)
adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku  sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
        
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah
benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)
adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu
tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau
jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu
yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
         
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.       Bandung yang terkenal kota kembang.
  
  Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata
pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-
kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba
yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
3. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah
P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah
yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya
sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.
        S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
            S                    P            Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S                     P               O
        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
        Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)
adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas,
dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket
dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA


No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

E. STRUKTUR KALIMAT
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
a. Pola kalimat dasar
b. Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
 Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
a. Kalimat majemuk setara
b. Kalimat majemuk bertingkat
c. Kalimat majemuk campuran

F.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya enam syarat,
yaitu:
1)      Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
 Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
 Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
 Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Suzuki.
 Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2)      Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:
a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3)      Ketegasan
ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada
ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
      Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
      Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4)      Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a.       Ia memakai baju warna merah.
b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.       Dia hanya membawa badannya saja.
b.      Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.      Dia hanya membawa badannya.
b.      Sejak pagi dia bermenung.
      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5)      Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran
tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6)      Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar
dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7)      Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

G. Kalimat Tanya
Adalah Kalimat yang dimaksud untuk mendapat jawaban berupa informasi,
penjelasan atau pertanyaan.
 Ciri-ciri Kalimat Tanya
a. Menggunakan kata tanya (5W+1H).
b. Membalikan urutan kata.
c. Menambah kata buka/tidak, partikel –kah.
d. Intonasi naik.
 Macam-macam Kalimat Tanya
1. Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: Apalagi yang dapat kita kerjakan, kecuali hanya memohon pertolongan
Tuhan?
2. Kalimat tanya biasa adalah kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban.
Contoh: Siapa yang menulis artikel itu?
3. Kalimat tanya konfirmasi adalah kalimat tanya untuk pembenaran/penegasan.
Contoh: Apakah hari ini ada rapat dengan klien mengenai kerjasama?
4. Kalimat tanya klarifikasi adalah kalimat tanya untuk penjernih suatu hal.
Contoh: Apakah benar berita kemalingan di rumah Dian?
5. Kalimat tanya samar adalah kalimat tanya bukan untuk menggali informasi,
klarifikasi dan konfirmasi, melainkan mempunyai maksud tertentu.
Contoh: Siapkah Anda berangkat pagi ini? (mengajak)
 Contoh-contoh Kalimat Tanya
1. Apa digunakan menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Contoh: Arsitek itu sedang merencanakan apa?
Apabila kata tanya tersebut dipindahkan ke awal kalimat, maka kalimat itu menjadi:
Apa yang sedang direncanakan arsitek itu?
2. Siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan orang.
Contoh: Siapa yang mencabut nyawa manusia?
3. Mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan.
Contoh: Pegawai itu sedang mengapa?
4. Kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa.
Contoh: Kenapa Ahmad tidak pergi ke sekolah?
5. Bagaimana digunakan menanyakan keadaan.
Contoh: Bagaimana nasib anak itu?
6. Mana digunakan untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada.
Dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan . Dan ke mana
menanyakan tempat yang dituju.
Contoh: Ke mana nenek pergi?
7. Kapan digunakan untuk menanyakan waktu.
Contoh: Kapan paman datang?
8. Berapa digunakan untuk menanyakan jumlah bilangan.
Contoh: Berapa harga tas itu?
Adapun penjelasan mengenai kalimat tidak baku dan kalimat baku, ragam tidak baku
dan baku, serta kalimat tidak teratur dan teratur, yaitu sebagai berikut:
1.        Kalimat tidak baku
Contoh: Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
Kalimat baku
Contoh: Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
2.        Kalimat tidak baku
Contoh: Persoalan yang diajukan oleh Bapak Kepala Sekolah diulas
kembali bersama Bapak Ketua P.O.MG.
Ragam baku
Contoh: Soal yang diajukan oelh Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG
3.        Kalimat tidak teratur
Contoh: Ini hari, kita bicarakan tentang soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
Kalimat teratur
Contoh: Hari ini kita tidak membicarakan soal harga, tetapi soal mutu barang itu.
H. Kalimat Bernalar
Kalimat bernalar merupakan satuan kalimat informasi yangberjalan selaras antara yang
disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Contoh:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Waktu dan tempat kami persilakan.
Mungkin Anda pernah mendengar kalimat tersebut dalam sebuah diskusi atau pertemuan.
Kalimat waktu dan tempat kami persilakan termasuk kalimat yang tidak logis karena kalimat
ini tidak dapat diterima akal yang sehat. Padahal, yang harus memberikan sambutan adalah
ketua panitia. Apakah betul waktu dan tempat dapat memberikan sambutan? Dalam kalimat
sebelumnya, jelas bahwa yang akan memberikan sambutan adalah sang ketua panitia, bukan
waktu dan tempat. Akan tetapi, dalam kalimat selanjutnya jalan pikiran pembawa acara
tergelincir, yakni dengan mempersilakan waktu dan tempat. Dalam hal ini, seolah-olah yang
diundangkan untuk datang ke mimbar pertemuan itu adalah waktu dan tempat.
Kalimat yang bernalar dari ucapan pembawa acara adalah sebagai berikut:
Acara selanjutnya adalah sambutan dari ketua panitia. Ketua panitia kami persilakan.

I. Kalimat Suruh (perintah)


   Pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna
ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh
digolongkan menjadi empat, yaitu:
1.        Kalimat suruh sebenarnya
Ditandai oleh pola intonasi suruh, P nya terdiri dari kata verbal instrasitif, partikel -lah dapat
ditambahkan untuk memperhalus perintah, sementara S, O, K nya boleh dipakai, boleh tidak.
Contoh: Beristirahatlah!
2.        Kalimat persilahan
Ditandai pola intonasi suruh, penambahan kata silahkan atau dipersilahkan di awal kalimat.
Contoh: Silahkan bapak duduk di sini!
3.        Kalimat ajakan
Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya kalimat ajakan
ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan
yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh
orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya.
Contoh: Ayo kita jalan-jalan!
4.        Kalimat larangan
Kalimat yang menyatakan suatu pencegahan atau larangan dan harus dikerjakan oleh orang
yang bersangkutan, serta partikel -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk
memperhalus larangan.
Contoh: Janganlah engkau meninggalkanku!

J. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas


Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dengan kalimat luas.
Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat
berklausa satu.
            Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu
bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat
luas tak setara (Alwi dkk, 2004)
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat itu luas itu.
a.         Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Bunga disiram
Pola kalimat I disebut kalimat “verbal”
b.        Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Wanita cantik
Pola kalimat II disebut pola kalimat “atributif”
c.         Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Saya Penulis
Pola pkir kalimat IIIdiseut kalimat nominal ataukalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung
kata kerja bantu, seperti : adalah, menjadi, merupakan.
d.        Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh :Ibu ke pasar
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial yaitu Suatu bentuk kalimat luas hasil
penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu polakalimat baru
disamping pola yang ada.
Kalimat berklausa terdiri dari satu klausa dan dua klausa atau lebih. Kalimat yang
terdiri dari satu klausa disebut kalimat sederhana. Sedangkan kalimat yang terdiri dari dua
klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Contoh kalimat sederhana:
a.         Mahasiswa itu berusia 20 tahun
b.        Ia mengeluarkan handpond dari saku bajunya.
Contoh kalimat luas:
a.         Ia menutup laptopnya lalu pergi keluar ruangan
b.        Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadanya.

K. Kalimat Luas Yang Setara


Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya
dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat
luas setara.
Ciri-ciri kalimat luas antara lain :
1.        Kedudukan pola-pola  kalimat,sama derajatnya.
2.        Penggabungannya disertai  perubahan intonasi.
3.        Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
4.        Pola umum uraian jabatan kat :S-P+S-P

L. Kalimat Luas Bertingkat


Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan
inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu
unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat
luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Konjungtor
inilah yang membedakan struktur kalimat luas bertingkat dari kalimat setara.
Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi satu.
Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.
Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan makna yang,
antara lain menyatakan :
1.        Sebab
Contoh: Karena tidur terlalu larut  malam aku bangun kesiangan.
Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan tempatnya.
Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat dapat pula
ditempatkan kata penghubung maka, misalnya:
-            Karena tidur terlalu larut malam, maka aku bangun kesiangan.
2.        Akibat
Contoh: Saya selalu menghabiskan waktu bersama teman-teman sampai saya lupa waktu
istirahat.
Dalam kalimat luas bertingkatyang hubungannya menyatakan akibat ini,posisi anak kalimat
selalu dibelakang induk kalimat.
3.        Syarat
Contoh: - Saya akan datang jika kamu datang.
4.        Tujuan
Contoh: Kamu harus bisa fokus agar kamu bisa mengerjakan apa yang akan kamu kerjakan.
5.        Waktu 
Contoh: Sesudah kamu wisuda,kamu akan menikah.
6.        Kesungguhan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna “kesungguhan”
dibentuk dari buah yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan bantuan kata
penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun.
Contoh: Meskipun hujan, Saya tetap berangkat ke kampus.
7.        Pembatasan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “pembatasan”
dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat,biasanya dengan
bantuan kata penghubung kecuali atau hanya.
Contoh : Semua mahasiswa sudah hadir kecuali Hasan dan Rumi.
8.        Perbandingan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan “perbandingan”
dibentuk dari dua buah klausa, biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan bagai.
Contoh: Dia terkejut bukan main seperti mendengar suara petir yang menggelegar.

M. Kalimat Luas Tidak Setara


Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.
Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut bukan inti, sedangkan lainnya
disebut inti.
Kalimat bukan inti itu kadang-kadang merupakan Objek bagi klausa ini.
Contoh: Ia berkata bahwa ia mencintaiku.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi
secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan
pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur
kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun
menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat
kalimat efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran,
penekanan, kevariasian dan logis/nalar.
Kalimat tanya adalah kalimat yang di maksud untuk mendapat jawaban berupa
informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi yang
berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh”
oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk mengerjakan
sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah
atau melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa
dan kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau
lebih.
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-
kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal
disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu
kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang
berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau
objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut
digunakan sebagai konjungtor.
Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.

B.     SARAN
1. Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia yang
memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi
komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.

2. Bagi calon pendidik


Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pendidik.

3. Bagi lembaga sekolah


Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA

 Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
 Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
 Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
 Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
 Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (Terakhir di akses: 28 September 2016)
 http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-efektif.html ( Terakhir di
akses pada hari jum'at, tanggal 30 september, jam 9:19 AM
 https://www.academia.edu/9556556/Kalimat_Efektif_Pengertian_Ciri-ciri_Contoh di
akses pada hari jum’at tanggal 30 september 2016, 9:52 AM
 
 

Anda mungkin juga menyukai