Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI BARANG PUBLIK 1


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik
Dosen Pengampu: Indah Purwanti, M.T.

Disusun oleh :
1. Lu’luk Febriani 4120050
2. Ayu Saputri 4120105
3. Dewi Ratna Ningsih 4120139
4. Eva Agustina 4120151

Kelas C
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN PELAJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan


rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW.
Menuntut ilmu sejatinya adalah bagian dari perintah Allah. Tanpa ilmu
dunia ini akan gelap gulita, melalui ilmu kita bisa mencari petunjuk dan menjadi
pribadi yang berbudi. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan
rasa terima kasih dan penulis meminta maaf dan memohon pemakluman apabila
dalam makalah ini terdapat kekurangan.
Melalui kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Besar
harapan kami agar setiap kata yang tertorehkan dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi banyak pihak. Semoga dapat menjadi amal jariyah ilmu
yang nantinya akan terus mengalir. Aamiin.

Pekalongan, 19 Maret 2022

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian Barang Publik........................................................................................ 3
B. Teori Kesejahteraan Masyarakat ............................................................................. 8
C. Teori Pigou............................................................................................................ 13
D. Teori Bowen.......................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ekonom menggunakan istilah barang publik untuk merujuk
pada sejumlah karakteristik yang berbeda yang dapat menyebabkan
kesalahan alokasi sumber daya. Sebagian besar, umumnya istilah barang-
barang publik hanya digunakan untuk menggambarkan barang yang
diproduksi di sektor publik. Barang publik adalah unik dan menarik karena
hampir tidak mungkin untuk mengalokasikan barang publik murni melalui
mekanisme pasar. Adam Smith, pendiri ekonomi klasik pertama kali
mengembangkan argumen yang mendukung pasar bebas, berpendapat
untuk penyediaan barang publik dilakukan oleh pemerintah bukan dari
pasar. Smith juga menyatakan bahwa fungsi utama pemerintah adalah
untuk menyediakan dua macam barang publik yakni pertahanan nasional
dan sistem hukum, dan ia juga menyarankan bahwa keduanya harus
dibayar dari perbendaharaan publik.1
Pemerintah sejatinya harus campur tangan dalam perekonomian
untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi oleh karena sistem
pasar tidak dapat melaksanakan alokasi sumber-sumber ekonomi secara
efisien. Penyediaan barang-barang publik yang dilakukan oleh pemerintah
seperti misalnya pertahanan nasional, jalan raya, kehakiman, pekerjaan
umum, dan sebagainya. Dalam hal barang swasta, barang-barang tersebut
dapat dihasilkan oleh perusahaan swasta, tetapi dapat juga dihasilkan oleh
perusahaan Negara, misalnya : kereta api, jasa penerbangan. Barang publik
juga dapat dihasilkan oleh perusahaan swasta atau oleh perusahaan
Negara. Jadi yang dimaksud dengan suatu barang publik yang disediakan
oleh pemerintah merupakan barang milik pemerintah yang dibiayai
melalui anggaran belanja Negara tanpa melihat siapa yang melaksanakan
pekerjaannya. Jalan raya Negara pembiayaannya dilakukan melalui

1
Smith, (1776) 1991, hal.471

1
anggaran Negara dan jalan tersebut dapat dikerjakan oleh pihak swasta
atau pemerintah sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan


permasalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian barang publik?
2. Bagaimana pengertian barang publik murni dan tidak murni?
3. Apa saja karakteristik atau sifat barang publik murni?
4. Apa saja tipe barang publik?
5. Bagaimana teori kesejahteraan masyarakat?
6. Bagaimana teori barang publik menurut Pigou?
7. Bagaimana teori barang publik menurut Bowen?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian barang publik.


2. Untuk dapat memahami pengertian barang publik murni dan tidak
murni.
3. Untuk mengetahui karakteristik atau sifat barang publik murni.
4. Untuk mengetahui tipe barang publik.
5. Untuk dapat memahami teori kesejahteraan masyarakat.
6. Untuk dapat memahami teori barang publik menurut Pigou.
7. Untuk dapat memahami teori barang publik menurut Bowen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Barang Publik


Secara umum barang publik biasa dipahami sebagai suatu yang
dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik
merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya
dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mendapatkannya. Barang publik adalah barang yang apabila
dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang
lain akan barang tersebut. Barang publik memiliki sifat non-rival dan non-
eksklusif. Ini berarti konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu
tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi
oleh individu lainnya dan non-eksklusif berarti semua orang berhak
menikmati manfaat barang tersebut.2
Barang Publik (public goods) adalah barang-barang yang tidak
memiliki sifat ekskludabilitas atau sifat bersaing. Artinya, siapa saja tidak
bisa dicegah untuk memakai atau memanfaatkan barang ini, dan
pemakaiannya oleh seseorang tidak akan menghilangkan atau mengurangi
peluang orang lain untuk melakukan hal yang sama. Karena barang jenis
ini penggunaannya dilakukan secara bersama dan dinikmati bersama oleh
masyarakat, namun terkadang timbul biaya untuk memungut pembayaran
dari orang-orang yang menikmati jasa-jasa tersebut.3
Barang publik disebut juga barang kolektif. Barang jenis ini dapat
dikonsumsi oleh beberapa individu secara berkala atau terus-menerus. Hal
ini menutup kemungkinan untuk memberlakukan sifat pengecualian bagi
siapa saja yang ingin menikmati barang publik. Oleh karena itu, hal ini
menimbulkan kesulitan bagi pihak penyedia barang publik untuk
mendapatkan pengembalian dari biaya yang telah mereka keluarkan.

2
Amiruddin Idris, Ekonomi Publik, Yogyakarta : Deepublish, 2018, hal.14
3
Rita Yunus dan Dr. Anas Iswanto Anwar, Ekonomi Publik, Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management, 2021, hal.200

3
Barang swasta (barang pribadi) adalah barang yang mempunyai
sifat yang berlawanan dengan barang publik. Dapat diketahui bahwa sifat
barang swasta adalah adanya persaingan dan pengecualian di dalamnya.
Mayoritas barang yang dijual di pasar tergolong ke dalam barang swasta.
Adanya barang swasta menyebabkan produsen akan mendapatkan biaya
(laba) pribadi atas barang swasta yang mereka jual. Namun disatu sisi,
adanya barang swasta akan menutup kemungkinan bagi seorang individu
untuk menjadi free-rider atau dapat menikmati barang yang dimiliki oleh
orang lain tanpa membayar.
Selanjutnya adalah barang umum adalah barang yang mempunyai
sifat adanya persaingan di dalamnya namun tidak ada sifat pengecualian.
Barang yang termasuk ke dalam sifat ini biasanya adalah sumber daya
alam. Contohnya ikan di laut, bagi para nelayan dibutuhkan adanya
persaingan dalam berlomba-lomba menjaring banyak ikan di laut. Namun
sebenarnya ikan di laut tersebut tidak berlaku sifat pengecualian karena
siapa saja selain nelayan dapat mengambil ikan di laut tersebut namu tetap
dengan adanya persaingan di dalamnya.
Yang terakhir adalah barang kena bea (pajak, masuk, dll) adalah
barang yang sifatnya tanpa persaingan dalam mendapatkannya namun
terdapat pengecualian di dalamnya. Contohnya adalah kabel televise
(parabola), individu yang ingin memasang kabel televisi (parabola) di
dalam rumahnya dapat memasang tanpa harus bersaing dengan individu
yang lainnya namun dengan konsekuensi individu tersebut harus
membayar untuk mendapatkan kabel televise (parabola) tersebut.
1. Barang Publik Murni
Barang publik murni telah menjadi subjek dari sebagian
besar analisis ekonomi barang publik. Dalam beberapa hal, barang
publik murni adalah abstraksi yang diadopsi untuk memberikan
kasus benchmark terhadap yang lain, yang dapat dinilai. Sebuah
barang publik murni memiliki dua sifat berikut:
 Non-dikecualikan. Jika kepentingan publik diberikan,
konsumen tidak dapat dikecualikan dari konsumsi.

4
 Non-persaingan. Konsumsi barang publik oleh salah satu
konsumen tidak mengurangi jumlah yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh negara lainnya. Sebaliknya, barang swasta
sifatnya dikecualikan dan perlu adanya persaingan di
dalamnya, yang artinya jika dikonsumsi oleh satu orang maka
tidak ada yang tersisa untuk yang lain. Meskipun barang
swasta tidak dibuat eksplisit, sifat-sifat suatu barang swasta
secara tidak langsung telah berlaku implisit dalam bagaimana
kita telah menganalisis perilaku pasar dalam bab-bab
sebelumnya.
Hambatan barang publik murni yakni ada beberapa barang
yang tidak bersifat konsumsi bersama. Dua orang tidak dapat
mengkonsumsi roti secara bersama-sama. Manfaat dan kepuasan
memakan roti tidak tersedia bagi kedua orang tersebut. Ketika
mengkonsumsi barang yang tidak dapat dikonsumsi oleh orang
lain, konsumsi dua orang tersebut dapat disebut sebagai rival. Non-
eksklusifitas terjadi ketika anda tidak membayar penjual roti, maka
anda tidak dapat mengkonsumsi roti tersebut. Timbul beberapa
masalah yang terjadi seperti :
1) Pemanfaatan barang publik cenderung berlebihan.
2) Barang publik tidak memiliki harga. Hal ini disebabkan antara
lain sulitnya menentukan standar harga maupun karena barang
publik yang tidak diperdagangkan.
3) Tidak adanya keuntungan membuat orang-orang tidak mau
(kalaupun ada sangat sedikit jumlahnya) untuk
menyediakannya ataupun melestarikannya. Disinilah
pemerintah berperan dengan cara menarik pajak dari
masyarakat dan dana pengumpulan pajak tersebut digunakan
untuk menyediakan barang publik.

5
4) Utilitas yang diperoleh setiap rumah tangga dari barang publik
murni adalah fungsi peningkatan tingkat persediaan dan fungsi
penutunan penggunaannya.4
2. Barang Publik Tidak Murni
Barang tidak murni menempati daerah yang luas antara
barang publik murni dan barang swasta murni. Dalam praktik,
barang publik akhirnya cenderung menderita kemacetan ketika
penggunaan cukup besar. Contoh jelas termasuk taman dan jalan.
Kemacetan menghasilkan pengurangan dalam pengembalian
barang publik kepada setiap pengguna sebagai akibat
meningkatnya penggunaan pasokan yang diiringi oleh
peningkatan rumah tangga. Barang publik tersebut disebut
barang publik tidak murni. Utilitas yang diperoleh setiap rumah
tangga dari barang publik murni adalah fungsi naik dari tingkat
pasokan dan fungsi penurunan dari segi penggunaannya.
3. Karakteristik Barang
Perbedaan barang publik dengan barang lain yaitu :
a. Non eksklusifitas. Salah satu sifat yang membedakan barang
publik dengan barang lain adalah apakah orang dapat
dikecualikan dari manfaat barang tersebut atau tidak. Bagi
kebanyakan barang pribadi, pengecualian tentu saja sangat
dimungkinkan. Pertahanan nasional merupakan contoh standar.
Sekali suatu angkatan bersenjata dibentuk, setiap orang di suatu
Negara tersebut diuntungkan , apakah dia membayar atau tidak.
Barang non eksklusif ini dapat dilawan dengan barang
konsumsi pribadi yang eksklusif, seperti mobil atau film
dimana pengecualian-pengecualian merupakan suatu masalah
sederhana. Mereka yang tidak membayar barang pribadi
tersebut tidak menerima jasa yang dijanjikan oleh barang
tersebut.

4
Rita Yunus dan Dr. Anas Iswanto Anwar, Ekonomi Publik, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management), 2021

6
b. Non rivalitas. Sifat kedua yang menjadi karakter dari barang-
barang publik adalah non rivalitas. Barang-barang non rivalitas
adalah barang dimana manfaatnya dapat diberikan bagi
pengguna tambahan dengan biaya marginal nol. Pada sebagian
besar barang, tambahan jumlah konsumsi membutuhkan
sejumlah biaya produksi marginal. Misalkan tambahan pemirsa
pada satu saluran televise tidak akan menambah biaya
meskipun tindakan ini menyebabkan terjadinya tambahan
konsumsi. Konsumsi oleh tambahan. Pengguna dari barang
semacam itu adalah non rivalitas atau non persaingan sehingga
tambahan konsumsi tersebut membutuhkan biaya marginal
sosial dari produksi sebesar nol, konsumsi tersebut tidak
mengurangi kemampuan orang lain untuk menkonsumsi.
4. Tipe Barang
a. Barang pribadi adalah barang-barang yang ekskludabel dan
rival. Contohnya seperti es cendol. Es cendol jelas bersifat
ekskludabel karena kita dapat mencegah orang lain untuk
mengkonsumsinya. Es cendol juga bersifat rival karena, jika
hanya ada satu es cendol, dan ada seseorang yang
mengkonsumsinya maka orang lain tidak bisa
mengkonsumsinya.
b. Barang publik adalah barang-barang yang tidak ekskludabel
dan juga tidak rival. Artinya siapa saja tidak bisa mencegah
untuk memanfaatkan barang ini, dan konsumsi seseorang atas
barang ini tidak mengurangi peluang orang lain melakukan hal
yang sama. Contohnya pertahanan suatu Negara aman karena
mampu melawan setiap serangan dari Negara lain, maka siapa
saja di Negara itu tidak bisa dicegah untuk menikmati rasa
aman, peluang bagi orang lain untuk turut menikmati
keamanan sama sekali tidak berkurang.
c. Sumber daya milik bersama (common resources) adalah
barang-barang yang tidak ekskludabel, namun rival. Contoh

7
ikan laut. Tidak ada seseorang yang melarang menangkap ikan
di laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas ikan-ikan
yang mereka tangkap. Namun pada saat seseorang
melakukannya, maka jumlah ikan di laut berkurang, sehingga
kesempatan orang lain melakukan hal yang sama menjadi
berkurang.
d. Adapula barang yang ekskludabel namun tidak memiliki rival.
Barang seperti ini muncul dalam situasi monopoli ilmiah, yaitu
produksi yang dikuasai oleh satu perusahaan. Contohnya jasa
pemadam kebakaran di suatu kota kecil. Sangatlah mudah
mencegah seseorang dalam menikmati jasa ini. Petugas
kebakaran dapat membiarkan sebuah rumah terbakar begitu
saja. Namun jasa perlindungan kebakaran ini tidaklah bersifat
rival, karena kebakaran rumah tidak terjadi setiap saat, dan
setiap rumah memperoleh perlindungan yang sama. Petugas
pemadam kebakaran lebih sering menunggu daripada beraksi
memadamkan kebakaran, sehingga melindungi sebuah rumah
tambahan tidak akan mengurangi kualitas perlindungan mereka
pada rumah-rumah lain. dengan kata lain, begitu pemerintah
kota membuat anggaran untuk jasa pemadam kebakaran, maka
tambahan untuk melindungi tambahan satu rumah baru
sangatlah kecil.5

B. Teori Kesejahteraan Masyarakat


Untuk membahas pemilihan masyarakat akan kombinasi barang
swasta dan barang publik dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi
kesejahteraan masyarakat (FKM = social welfare function). Kurva FKM
mencerminkan tingkat pertukaran marginal (marginal rate of substitution)
antara konsumsi masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta

5
Ferry Prasetya, Modul Ekonomi Publik, Malang, 2012

8
yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama bagi masyarakat
sebagaimana ditunjukkan pada Diagram 4.2.6
W =g( ,..........., )
dan =f( , ,…..., ; ,……,
Fungsi kesejahteraan masyarakat (W) menunjukkan kepuasan
(utilitas) semua anggota masyarakat, dan , adalah fungsi kepuasan setiap
anggota masyarakat dalam mengkonsumsikan barang swasta ( ) dan
barang publik ( ).
Berbeda dengan kurva indiferens, FKM berhubungan erat dengan
keadaan pasar dan distribusi penghasilan masyarakat, atau dengan kata
lain, FKM secara keseluruhan mencerminkan kehendak atau keinginan
anggota masyarakat atas barang swasta dan barang publik yang ditentukan
oleh distribusi pendapatan; distribusi kekayaan, dan serta kehendak wakil-
wakil rakyat. Jelas bahwa golongan orang kaya dapat membeli barang-
barang konsumsi lebih banyak dari orang-orang miskin dan tidak setiap
orang. Menerima manfaat yang sama akan barang publik. Bendungan
jatiluhur yang dibangun pemerintah tidak dinikmati oleh masyarakat di
Irian Jaya, oleh karena itu pelaksanaan suatu proyek pemerintah
tergantung dari persetujuaan wakil-wakil rakyat di DPR.

Diagram 4.2. Fungsi Kesejahteraan Masyarakat (FKM)


Bentuk FKM (W) yang cekung (convex) mencerminkan adanya
tingkat pertukaran marginal (marginal rate of substitution) yang menurun
antara barang swasta dan barang publik. Berarti, untuk menambah satu
unit barang swasta diperlukan pengurangan barang publik yang semakin

6
Dr. Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2014, hal.59

9
lama semakin kecil. Pada titik A, masyarakat memiliki barang publik
terlalu banyak (yaitu sebesar ) dan barang swasta dalam jumlah yang
terlalu sedikit. Dengan kepuasan yang sama masyarakat bersedia
mengorbankan barang publik sebesar agar masyarakat dapat
memiliki satu unit tambahan barang swasta ( ). Pada titik B,
masyarakat sudah memiliki terlalu banyak barang swasta ( ) dan barang
publik yang sangat sedikit ( ). Karena itu, untuk menambah barang
swasta sebesar satu unit, masyarakat hanya bersedia mengorbankan barang
publik dalam jumlah yang lebih kecil, yaitu sebesar , di mana jumlah
, lebih kecil daripada .
Setelah kita mengetahui kurva FKM, yang menunjukkan preferensi
masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta, selanjutnya kita
harus dapat menyatakan berapakah jumlah produksi yang optimal bagi
masyarakat tersebut. Jumlah sumber-sumber ekonomi yang ada dalam
masyarakat pada suatu waktu tertentu sudah tetap. Walaupun demikian,
engan berkembangnya waktu, bertambahnya jumlah penduduk dan modal
maka sumber-sumber ekonomi dalam akan selalu mengalami perubahan.
Untuk menentukan berapa jumlah barang yang dapat dihasilkan
masyarakat de ngan sumber-sumber ekonomi yang ada kita menggunakan
kurva kemungkinan produksi (KKP).
Pada Diagram 4.3. suatu kurva KKP menunjukkan apabila semua
sumber ekonomi digunakan untuk menghasilkan barang swasta maka
jumlah barang swasta yang dapat dihasilkan sebesar OB unit. Sebaliknya,
apabila semua sumber ekonomi digunakan untuk menghasilkan barang
publik maka jumlah barang publik yang dapat dihasilkan sebesar 0A.
Kurva AFCDEB menunjukkan kombinasi berbagai jenis barang swasta
dan barang publik yang dapat dihasilkan oleh faktor produksi yang
tersedia.
Bentuk garis kemungkinan produksi yang cembung (concave)
menunjukkan suatu kenyataan bahwa sumber-sumber ekonomi tidak dapat
dialihkan untuk membuat barang lain dengan tingkat efisiensi yang sama.
Misalnya, tanah yang baik untuk menanam jagung tidak akan sama

10
baiknya apabila tanah tersebut digunakan untuk menanam padi; atau
tenaga yang ahli memperbaiki mesin tidak akan dapat menghasilkan padi
dengan tingkat efisiensi yang sama. Pada titik A, terlalu banyak sumber
ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan barang publik, sehingga
perubahan alokasi sumber ekonomi untuk menghasilkan barang publik
sebanyak , unit akan menambah barang swasta yang dapat dihasilkan
sebanyak , dimana , jumlahnya lebih kecil daripada .
Sebaliknya pada titik E barang publik yang dihasilkan terlalu
sedikit, atau dengan kata lain sumber ekonomi yang digunakan untuk
menghasilkan barang swasta terlalu banyak.

Diagram 4.3. Kurva Kemungkinan Produksi


Akibatnya terjadi penggunaan faktor produksi secara kurang
efisien di sektor swasta sehingga akan faktor ada faktor produksi yang
dialihkan untuk menghasilkan barang publik. Pengurangan produksi
barang swasta dari ke , menyebabkan barang publik bertambah
sebesar unit dimana lebih kecil daripada . Garis
kemungkinan produksi dan kurva indiferens sosial menentukan jumlah
kombinasi barang swasta dan barang publik yang optimum sebagaimana
ditunjukkan dalam Diagram 4.4.7

7
Dr.Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2014, hal 63

11
Diagram 4.4. Alokasi Sumber yang Optimum
Titik A dan B terletak pada kurva indiferens sosial memotong garis
kemungkinan produksi AB, titik A bukan merupakan kombinasi barang
publik dan swasta yang optimum. Perubahan alokasi sumber ekonomi
yang mengurangi jumlah barang publik dan menaikkan jumlah barang
swasta yang dihasilkan yaitu perubahan kombinasi barang swasta dan
barang publik dari A ke C akan menaikkan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini ditunjukkan dengan perpindahan dari kurva-kurva indiferens sosial dari
ke , yaitu perpindahan dari kurva indiferens yang lebih rendah ke
kurva yang lebih tinggi. Perpindahan lebih lanjut dari C ke E
menyebabkan kenaikan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi perpindahan
lebih lanjut dari E ke D atau B akan menyebabkan penurunan
kesejahteraan masyarakat.
Jadi titik E merupakan titik kesejahteraan masyarakat optimum
yang dapat dicapai dalam menghasilkan barang publik sebanyak , dan
barang swasta sebanyak . Kurva indiferens menunjukkan
kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi daripada akan tetapi tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut tidak dapat dicapai oleh karena faktor-
faktor produksi yang ada hanya dapat menghasilkan secara maksimal
barang swasta dan barang publik sebagaimana ditunjukkan oleh garis
kemungkinan produksi FACEDBG. Jadi dalam analisa ini, titik optimum
E tidak hanya dianggap sebagai titik optimum akan tetapi titik E juga
merupakan titik yang dikehendaki oleh masyarakat yang dicerminkan
dalam kurva indiferens sosial yang merupakan pencerminan dari distribusi
pendapatan kekayaan, dan peranan masyarakat dalam bidang politik.

12
Analisis di atas membahas mengenai alokasi sumber-sumber
ekonomi yang optimum untuk barang swasta dan barang publik tanpa
menyinggung segi pembiayaan dari kegiatan produksi. Sektor swasta
mempunyai berbagai bagai sumber dana untuk melaksanakan produksi,
yaitu dengan meminjam dari bank, menjual saham-saham atau dari
keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham (retained
earnings). Pemerintah juga mempunyai berbagai sumber dana untuk
melaksanakan aktivitasnya, misalnya saja dengan pinjaman luar negeri,
dengan mencetak uang, atau dengan memungut pajak.

C. Teori Pigou
Dalam analisa berikutnya akan kita bahas mengenai penyediaan
barang/jasa publik yang dibiayai dengan pajak yang dipungut dari
masyarakat. Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan
sampai suatu tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik sama
dengan ketidakpuasan marginal (marginal disutility) akan pajak yang
dipungut untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk
menyediakan barang publik.
Pada Diagram 4.5 kurva kepuasan marginal akan barang publik
ditunjukkan oleh kurva UU. Kurva UU tersebut mempunyai bentuk
menurun yang menunjukkan bahwa semakin banyak barang publik yang
dihasilkan maka akan semakin rendah kepuasan marginal yang dirasakan
oleh masyarakat. Di lain pihak, pajak merupakan pungutan yang dipaksa
oleh pemerintah sehingga pembayaran pajak menimbulkan rasa tidak puas
bagi masyarakat yang membayar pajak. Oleh karena itu kurva
ketidakpuasan marginal akan pembayaran pajak mempunyai bentuk yang
meninggi yang menunjukkan bahwa semakin banyak pajak yang dipungut,
semakin besar rasa ketidakpuasan marginal masyarakat. Ketidakpuasan
marginal ditunjukkan dengan sumbu tegak dari titik O ke bawah dan kurva
ketidakpuasan marginal ditunjukkan oleh kurva PP. Pada titik F kepuasan
marginal barang publik (jarak CF) lebih besar daripada ketidakpuasan
masyarakat akan pembayaraan pajak (jarak FI), sehingga pemerintah
diharapkan untuk memperkecil anggaran untuk menghasilkan barang

13
barang publik yang lebih sedikit. Sebaliknya, pada titik D kepuasan
marginal masyarakat akan barang pemerintah lebih besar (jarak AD)
daripada ketidakpuasan marginal masyarakat dalam membayar pajak
(jarak DG). Ini menunjukkan bahwa barang publik dihasilkan dalam
jumlah yang terlalu sedikit sehingga kesejahteraan masyarakat yang lebih
tinggi akan dapat dicapai dengan cara menambah anggaran pemerintah
untuk menghasilkan barang/jasa publik. Titik E adalah keadaan yang
optimum di mana bagi masyarakat kepuasan marginal untuk barang publik
sama dengan ketidakpuasan marginal dalam hal pembayaran pajak.
Pengurangan budget pemerintah dari F ke E pada Diagram 4.5.
menunjukkan pengurangan penggunaan sumber-sumber ekonomi oleh
pemerintah sehingga sumber-sumber ekonomi tersebut dapat digunakan
untuk menghasilkan barang swasta. Dan ini ditunjukkan dengan
perpindahan dari titik C ke E pada Diagram 4.4. sehingga kesejahteraan
masyarakat yang dicapai menjadi lebih tinggi, yaitu dari kurva indiferens
sosial S2 ke S3. Demikian pula halnya dengan perpindahan dari D ke E
pada Diagram 4.5. menunjukkan bertambah besarnya sumber-sumber
ekonomi yang digunakan pemerintah. Ini berarti sumber-sumber ekonomi
yang digunakan oleh swasta menjadi lebih kecil dan ini ditunjukkan dalam
Diagram 4.4. sebagai perpindahan dari D ke E. Alokasi sumber ekonomi
dari swasta ke pemerintah mengakibatkan semakin besarnya kesejahteraan
masyarakat yang ditunjukkan oleh perpindahan dari kurva indiferens sosial
S2 ke S3.

14
Diagram 4.5.Penyediaan dan Pembiayaan Barang Publik yang Optimal
menurut Pigou
Kelemahan analisis di atas karena didasarkan pada rasa
ketidakpuasan marginal masyarakat dalam membayar pajak dan rasa
kepuasan marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan dan
ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif
karena sifatnya ordinal. Karena itu, timbul berbagai pandangan lainnya
yang berusaha menjelaskan penyediaan barang publik.8

D. Teori Bowen
Bowen mengemukakan suatu teori mengenai penyediaan barang-
barang publik dan teorinya didasarkan pada teori harga seperti halnya pada
penentuan harga pada barang-barang swasta. Pada Bab yang terdahulu
telah dikemukakan definisi mengenai barang swasta dan barang publik.
Barang swasta adalah barang yang mempunyai sifat pengecualian, di mana
pemilik suatu barang dapat mengecualikan orang lain dari manfaat barang
tersebut, misalnya saja sepatu. Bei dapat mengecualikan Adil dalam
menikmati manfaat sepatunya dengan melarang Adil untuk menggunakan
sepatu Bei. Apabila dalam ekonomi hanya ada 2 orang konsumen, Adil
dan Bei, maka total sepatu (X) adalah sepatu milik Adil (A) dan sepatu
milik Bei (B) atau:

8
Dr. Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2014, hal 64-66

15
Diagram 4.6.
Penetuan Jumlah dan Harga Barang Swasta
X = XA + XB
Kurva penawaran sepatu ditunjukkan oleh kurva SS pada Diagram
4.6. Kurva DA dan DB menunjukkan kurva permintaan akan sepatu oleh A
dan B sedangkan kurva D (A+B) merupakan kurva permintaan pasar yang
diperoleh dengan menjumlahkan kurva DA dan DB, secara mendatar
(horisontal). Harga pasar yang terjadi adalah pada OP, yaitu di mana
D(A+B) = S, Harga OP0 adalah harga sepasang sepatu bagi A dan B.
Jadi dalam hal barang swasta, individu A dan B menghadapi harga
yang sama. Pada harga P jumlah barang (sepatu) yang diminta A sebesar
OXA, dan yang diminta oleh B sebesar OXB, dan OXA + OXB = OX (A+B).
Bowen mendefinisikan barang publik sebagai barang di mana
pengecualian tidak dapat ditetapkan. Jadi sekali suatu barang publik sudah
tersedia maka tidak ada seorang pun yang dapat dikecualikan dari manfaat
barang tersebut, misalnya saja pertahanan nasional. Sekali pemerintah
menyediakan pertahanan nasional, tak ada seorang pun yang biasa
dikecualikan dari menerima manfaat pertahanan. Jadi, menurut Bowen,
jumlah barang publik yang dikonsumsikan oleh individu A sama dengan
jumlah barang publik yang dikonsumsikan oleh individu B, atau YA = YB.

16
Diagram 4.7
Harga dan Jumlah Barang Publik
Pada Diagram 4.7 kurva DA, dan DB, menunjukkan kurva
permintaan individu A dan B akan barang publik. D(A+B) diperoleh dengan
menjumlah kan secara vertikal kurva DA dan DB. Jumlah barang yang
disediakan pemerintah sebesar OY, yaitu pada titik perpotongan kurva
penawaran dengan kurva permintaan D(A+B). Barang publik sebanyak OY
yang disediakan oleh pemerintah dapat dinikmati oleh A dan B dalam
jumlah yang sama, akan tetapi kepuasan A dan B terhadap barang tersebut
berbeda. Individu A tidak terlalu memerlukan barang publik sehingga ia
hanya bersedia mem bayar sebanyak OPA yaitu sejumlah manfaat marginal
yang diperolehnya dari barang publik tersebut, sedangkan B yang lebih
memerlukan barang publik tersebut, bersedia membayar sebanyak OPB.
Misalnya saja barang publik tersebut adalah jasa polisi. Individu A,
seorang yang miskin tidak terlalu berkepentingan terhadap jasa polisi.
Berbeda dengan B yang kaya dan banyak mempunyai harta benda,
perhiasan dan sebagainya, ia lebih berkepentingan atas jasa polisi agar
orang miskin tidak mencuri hartanya. Karena itu B bersedia membayar
jasa polisi lebih banyak.
Jadi, menurut Bowen perbedaan antara barang swasta dan barang
publik adalah:

17
Keterangan:
P = harga barang
X = Jumlah barang swasta yang dihasilkan
G = Jumlah barang publik yang dihasilkan
A,B = Individu A dan B
Kelemahan teori Bowen adalah karena Bowen menggunakan
analisis permintaan dan penawaran. Yang menjadi masalah adalah karena
pada barang publik tidak ada prinsip pengecualian sehingga masyarakat
tidak mau mengemukakan kesenangan (preferensi) mereka akan barang
tersebut sehingga kurva permintaannya menjadi tidak ada.9

9
Dr. Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2014, hal 66-70

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Barang publik (barang kolektif) adalah. Barang yang dapat
dikonsumsi oleh beberapa individu secara berkala atau terus-menerus. Hal
ini menutup kemungkinan untuk memberlakukan sifat pengecualian bagi
siapa saja yang ingin menikmati barang publik. Karakteristik barang
dibedakan menjadi dua yaitu non eksklusifitas dan non rivalitas.
Sedangkan tipe barang ada barang pribadi, barang public, sumber daya
milik bersama (common resources), Adapula barang yang ekskludabel
namun tidak memiliki rival.
Dalam membahas pemilihan masyarakat akan kombinasi barang
swasta dan barang publik dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi
kesejahteraan masyarakat (FKM = social welfare function).
Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai
suatu tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan
ketidakpuasan marginal (marginal disutility) akan pajak yang dipungut
untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan
barang publik. Bowen mengemukakan suatu teori mengenai penyediaan
barang-barang publik dan teorinya didasarkan pada teori harga seperti
halnya pada penentuan harga pada barang-barang swasta.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dari pembaca sangat
kami perlukan demi memperbaiki makalah agar lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE-


Yogyakarta, 2014

Rita Yunus dan Dr. Anas Iswanto Anwar, Ekonomi Publik, Pekalongan: PT.
Nasya Expanding Management, 2021

Amiruddin Idris, Ekonomi Publik, Yogyakarta: Deepublish, 2018

Ferry Prasetya, Modul Ekonomi Publik, Malang, 2012

Myles, Gareth D. 2002. Public Economics Myles.pdf. United Kingdom:


Cambridge University Press

20

Anda mungkin juga menyukai