2. Indikasi
Amfoterisin B adalah obat antijamur berspektrum luas dan bermanfaat untuk menghadapi
sebagian besar mikosis sistemik utama, termasuk, koksidiodomikosis, blastomikosis,
histoplasmosis, sporotrikosis, kriptokokosis, mukormikosis dan kandidiasis. Respon terhadap
infeksi utama bergantung pada pemberian amfoterisin B yang cepat, tempat infeksi, keadaan
imun pasien dan sensitivitas bawaan terhadap pathogen. Untuk meningitis jamur akibat
Coccidioides diperlukan pemberian secara intratekal. Terapi intraartikular berguna pada
infeksi sendi oleh jamur. Terapi kombinasi dengan flusitosin barangkali bermanfaat untuk
infeksi akibat Candida dan Cryptococcus. Infeksi jamur akibat Pseudallescheria boydii
tampaknya sukar disembuhkan oleh amfoterisin B.
3. Efek Samping
Reaksi akut yang biasanya menyertai pemberian amfoterisin B intravena antara lain demam,
menggigil, dispnea dan hipotensi. Efek samping ini biasanya dapat dikurangi dengan
pemberian hidrokortison atau asetaminofen secara bersamaan atau sebelumnya. Toleransi
terhadap efek samping akut timbul selama terapi. Efek samping kronik biasanya
mengakibatkan nefrotoksisitas. Azotemia hampir selalu terlihat pada terapi amfoterisin B,
dan kadar kreatinin serum serta kadar ion harus dipantau secara ketat. Juga sering terlihat
hipokalemia, anemia, asidosis tubuler ginjal, sakit kepala, mual dan muntah. Walaupun
beberapa kasus nefrotoksisitas dapat pulih kembali, terjadi penurunan fungsi tubuler dan
glomerulus yang menetap. Kerusakan ini dapat dikorelasikan dengan dosis total amfoterisin
B yang diberikan.
Referensi : Dr. SRI AMELIA, M.Kes. 2011. Obat Anti Jamur (Fungal). Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatra Utara