Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BENDA KONKRET


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBANDINGKAN
BILANGAN CACAH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
SISWA KELAS II SDN GONDANG 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh :

SUWARDI
NIM. X8806534

PROGRAM STUDI PJJ S1 PGSD


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Desember, 2009
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. Judul Penelitian Penggunaan Media Pembelajaran Benda


Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan
Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN
Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010
2. a. Mata Pelajaran Matematika
b. Bidang Kajian Alat bantu, media, dan sumber belajar
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap SUWARDI
b. NIM X8806534
c. Program Studi PJJ S1 PGSD
d. Jurusan Ilmu Pendidikan
e. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
f. Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta
g. Alamat Rumah: Geneng RT. 01, Bumiaji, Gondang, Sragen
Nomor Telepon/HP: 081329128873
Email: suwardi_34@yahoo.com
4. Lama Penelitian 6 bulan/dari bulan Juli sampai dengan
Desember 2009
5. Biaya yang diperlukan
a. Sumber dari Ditjen Dikti Rp 600.000,00
b. Sumber lain, sebutkan
Dana Pribadi Rp 868.000,00 +
Jumlah Rp 1.468.000,00 (Satu juta empat ratus enam
puluh delapan ribu rupiah)

ii
Surakarta, Desember 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah, Peneliti,

Karsini, S.Pd. Suwardi


NIP. 195712291977012005 NIM. X8806534

Mengetahui,
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si.


NIP. 196604151991031002

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan Judul “Penggunaan Media


Pembelajaran Benda Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan Membandingkan
Bilangan Cacah pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1
Tahun Pelajaran 2009/2010”.

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing, Supervisor

Dr. Riyadi, M.Si. Nariyo, S.Pd.


NIP. 196701161994021001 NIP. 196501291991031004

iv
ABSTRAK

Suwardi. 2009. Penggunaan Media Pembelajaran Benda Konkret untuk


Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata
Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran
2009/2010.

Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa pembelajaran


Matematika khususnya membandingkan bilangan cacah mengalami berbagai
hambatan. Hambatan tersebut berasal dari siswa maupun guru. Siswa kurang
berminat terhadap pembelajaran Matematika. Siswa merasa takut terhadap
pelajaran Matematika.

Hambatan yang lain adalah berasal dari guru. Guru kurang dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran
Matematika. Guru kesulitan menggunakan/membuat media pembelajaran yang
sesuai dengan materi pembelajaran. Guru kesulitan melatih kemandirian belajar
siswa. Guru kesulitan membuat lembar kerja siswa yang sesuai dengan
karakteristik siswa kelas rendah. Guru kesulitan mengembangkan materi
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah. Guru kesulitan
melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan siswa. Guru disibukkan dengan
administrasi sekolah yang terlalu banyak. Guru kurang mampu dalam menerapkan
dan memilih model pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga proses
pembelajaran yang berlangsung sangat membosankan. Pembelajaran Matematika
masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan
kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih
metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu
guru melaksanakan penilaian hanya pada tataran Pengetahuan dan Pemahaman
Konsep. Untuk meningkatkan kompetensi Siswa dalam membandingkan bilangan
cacah perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret. Dengan
menggunakan ”Media Pembelajaran Benda Konkret” kemampuan siswa dalam
membandingkan bilangan cacah diharapkan dapat meningkat.

Penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran


tentang bagaimana ”Media Pembelajaran Benda Konkret” digunakan dalam
pembelajaran membandingkan bilangan cacah. Selain itu juga untuk mengetahui
adanya peningkatan prestasi siswa dalam membandingkan bilangan cacah.
Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berkualitas, maka
perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret dalam pembelajaran
membandingkan bilangan cacah.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
taufik, dan hidayahNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti
mendapatkan bantuan serta bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas;
3. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program PJJ S-1 PGSD yang
selalu memberikan petunjuk dan arahan.
4. Dr. Riyadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
mengorbankan segala tenaga dan waktu guna memberikan bimbingan dan
arahan selama peneliti menyusun Laporan PTK.
5. Karsini, S.Pd. selaku Kepala SDN Gondang 1 Kec. Gondang Kab. Sragen
yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
6. Nariyo, S.Pd. selaku Guru Pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama peneliti menyusun Laporan PTK.
7. Bapak/Ibu Guru dan Penjaga SDN Gondang 1 yang telah memberikan
kemudahan, masukan, bimbingan, dan arahan selama peneliti menyusun
Laporan PTK.
8. Segenap sahabat, handai taulan, dan semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan kerjasama kepada peneliti demi terselesaikannya Laporan PTK
ini.

vi
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan PTK ini masih
banyak kekurangannnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat peneliti harapkan. Semoga Laporan PTK ini bermanfaat bagi
dunia pendidikan.

Surakarta, Desember 2009

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Hasil Penelitian ..................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 7


A. Kajian Teori ......................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir ................................................................ 13
C. Hipotesis Tindakan ............................................................. 14

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ............................................. 15


A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 15
B. Subyek Penelitian ................................................................ 16
C. Metodologi Penelitian.............................................................. 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 21


A. Hasil Penelitian .................................................................... 21
B. Pembahasan ......................................................................... 23

viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32
A. Simpulan ............................................................................. 32
B. Saran .................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Pengelompokkan Nilai Sebelum Siklus I ................................... 23


Tabel 2: Pengelompokkan Nilai Siklus I ................................................... 25
Tabel 3: Pengelompokkan Nilai Siklus II ................................................. 28
Tabel 4: Data Nilai Ulangan Harian sebelum Siklus I ............................. 53
Tabel 5: Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus I ................................. 55
Tabel 6: Data Nilai Ulangan Harian Siswa Siklus II ................................. 57
Tabel 7: Nilai Ulangan Harian Sebelum Siklus I, Siswa Siklus I, dan
Siklus II ...................................................................................... 59

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Berpikir ..................................................................... 14


Gambar 2: Bagan Siklus I dan II ................................................................. 20
Gambar 3: Diagram Pengelompokkan Nilai Sebelum Siklus I .................... 24
Gambar 4: Diagram Pengelompokkan Nilai Siklus I .................................. 26
Gambar 5: Diagram Pengelompokkan Nilai Siklus II .................................. 29
Gambar 6: Diagram Perbandingan Nilai Sebelum Siklus I, Siklus I, dan
Siklus II ...................................................................................... 30
Gambar 7: Foto Pelaksanaan Siklus I .......................................................... 77
Gambar 8: Foto Pelaksanaan Siklus II ......................................................... 103

xi
DAFTAR LAMPIRAN

A. Contoh Perangkat Pembelajaran ............................................................. 35


B. Instrumen Penelitian ................................................................................ 44
C. Personalia Penelitian ............................................................................... 50
D. Curriculum Vitae Peneliti ....................................................................... 51
E. Tabel Nilai Ulangan Harian Siswa ......................................................... 53
F. Data Penelitian ....................................................................................... 56
G. Surat Keterangan Kepala Sekolah .......................................................... 106

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN Gondang 1 pada
tahun pelajaran 2008/2009 belum memuaskan karena rata-rata hasil
ulangan harian pada konsep membandingkan bilangan cacah adalah 63,
sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika
adalah 65. Di samping itu, mata pelajaran Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan termasuk dalam
mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar
siswa kelas II SDN Gondang 1, pada semester I Tahun Pelajaran
2008/2009, diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut :
1. Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata
pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan.
2. Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif.
3. Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-
konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep
membandingkan bilangan.
4. Belum semua guru mampu membuat dan atau menggunakan alat peraga
yang sesuai untuk membantu menanamkan konsep-konsep Matematika.
Masalah dalam proses pembelajaran tersebut perlu segera diatasi
karena jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap mutu sekolah. Di samping
itu, kemampuan membandingkan bilangan cacah merupakan konsep dasar
awal yang harus dikuasai siswa untuk belajar pada konsep berikutnya
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Tujuan mata pelajaran Matematika di sekolah dasar bahwa siswa
belajar tidak hanya di bidang kognitif saja tetapi meluas pada bidang
psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarahkan untuk
pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang

xiii
bersandar pada hakikat Matematika, ini berarti hakikat Matematika
merupakan unsur utama dalam pembelajaran Matematika. Oleh karena itu,
hasil-hasil pembelajaran Matematika perlu menampak kemampuan
berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada
kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam
menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil
lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik
dan kokoh.
Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika mengkaji benda
abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan
menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.
Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika berkenan
dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang
diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep
abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman
seseorang belajar Matematika utamanya bagaimana menanamkan
pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural.
Salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep dan
prosedural, guru perlu mengetahui berbagai teori belajar Matematika.
Sebagai guru kelas sekolah dasar di suatu sekolah, guru akan selalu terkait
dan terlibat dalam pembelajaran Matematika sekolah. Keterlibatan ini
menjadikan pembelajaran Matematika sekolah begitu penting bagi kita.
Karena Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses
belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau
alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa

xiv
dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang
ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola
struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. (Siti
Hawa, dkk., 2008 : 6)
Tiga tahapan dalam teori belajar Bruner tentang perkembangan
intelektual adalah:
1. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi
terhadap objek.
2. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model
dan gambar-gambar.
3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah
yang abstrak. (Mark K. Smith, dkk, 2009 : 123)
Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut Piaget dalam dalam
Nabisi Lapono (2008 : 19) bahwa anak sekolah dasar termasuk dalam tahap
Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir
logis untuk memecahkan masalah konkret. Konsep dasar benda, jumlah
waktu, ruang, kausalitas.
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu
diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik
khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik dibahas sebagai berikut:
1. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik
ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD
seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius
seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur

xv
permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK).
2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa
dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah
atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu
yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3. Karakteristik yang ketiga adalah anak senang bekerja dalam
kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar
memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak
tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya
tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan
demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk
mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
4. Karakteristik yang keempat adalah senang merasakan atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori
perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini,
siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-
fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD,
penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang

xvi
dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang
operasi hitung dan sapi sebagai modelnya, maka anak kita ajak ke
kandang sapi untuk belajar menghitung.
Berdasarkan teori belajar Matematika tersebut di atas, bahwa dalam
pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret untuk
memudahkan siswa memahami konsep-konsep Matematika. Oleh karena
itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini diberi judul “Penggunaan Media
Pembelajaran Benda Konkret untuk Meningkatkan Kemampuan
Membandingkan Bilangan Cacah pada Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas,
maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
sebagai berikut :
“Apakah penggunaan media pembelajaran benda konkret dapat
meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan cacah pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran
2009/2010?”

2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran, permasalahan yang
terjadi kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 perlu
diselesaikan melalui tindakan guru berupa penggunaan media
pembelajaran benda konkret dalam pembelajaran membandingkan
bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika.

xvii
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan media
pembelajaran benda konkret dapat meningkatkan kemampuan
membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika siswa
Kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 atau tidak.

D. Manfaat Hasil Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
Sebagai masukan bagi siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep-
konsep Matematika khususnya kemampuan membandingkan bilangan
cacah.
2. Guru
Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan keterampilan
menggunakan media pembelajaran Matematika khususnya pada konsep
membandingkan bilangan cacah.
3. Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru khususnya dalam pembelajaran Matematika.

xviii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

E. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh
individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar
anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi
mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak
terampil menjadi terampil. (M. Djauhar Siddiq, 2008 : 3)
B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008 : 5) bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang
perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan.
Nana Sudjana (1987 : 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada
individu.
Berdasarkan teori belajar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja oleh individu yang
membawa perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap seseorang karena berinteraksi dengan lingkungan.

b. Pengertian Pembelajaran
Menurut Yudhi Munadi (2008 : 4) pembelajaran adalah usaha-usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar dalam diri siswa.

xix
Menurut M. Djauhar Siddiq (2008 : 9) pembelajaran adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk
membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal
(sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada
guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan
untuk itu.
Berdasarkan teori pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana yang
dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar dalam diri
siswa.

c. Pembelajaran Matematika
Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika mengkaji benda
abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis
dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.
Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008 : 1) Matematika berkenan
dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan
yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam
menanamkan pemahaman seseorang belajar Matematika utamanya
bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan
pengetahuan prosedural.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di

xx
masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan
menjadi bermakna. (Sitihawa dkk., 2008 : 3).

Berdasarkan teori pembelajaran Matematika di atas dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika merupakan usaha-
usaha yang dilakukan oleh guru untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

2. Pengertian Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”. Dalam bahasa Arab
media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al wasth
yang artinya juga “tengah”. Kata tengah itu sendiri berarti berada di
antara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara” (wasilah) atau
yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di
tengah ia bisa disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni
mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari
satu sisi ke sisi lainnya. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efektif dan efisien. (Yudhi Munadi, 2008 : 6)
Menurut M. Djauhar Siddiq (2008 : 36), media pembelajaran adalah
segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam
proses komunikasi pembelajaran. Beberapa fungsi dari media
pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya
sebagai berikut:
a. Berperan sebagai komponen yang membantu
mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam
proses pembelajaran;

xxi
b. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik;
c. Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif;
d. Menjangkau sasaran yang luas;
e. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat meampilkan
pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan
informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang
akan datang.
f. Mangatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit,
objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan
menggunakan media yang telah dimodifikasi
g. Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata. (M.
Djauhar Siddiq, 2008 : 21)

Berdasarkan teori media pembelajaran tersebut di atas dapat


disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
digunakan guru sebagai perantara atau pengantar penyampaian pesan
dalam proses komunikasi pembelajaran. Guru yang mengajar tanpa
menggunakan media pembelajaran tentu kurang merangsang/
menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang
perkembagan intelektualnya masih mebutuhkan alat peraga. Semua
lingkungan yang diperlukan untuk belajar siswa ini didesain secara
integral akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang efektif.

3. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media


Pembelajaran Benda Konkret
Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat
peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa
dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang
ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan
pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya
itu. (Siti Hawa, dkk., 2008 : 6)

xxii
Tiga tahapan dalam teori belajar Bruner tentang perkembangan
intelektual adalah:
a. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi
terhadap objek.
b. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-
model dan gambar-gambar.
c. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-
istilah yang abstrak. (Mark K. Smith, dkk, 2009 : 123)
Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut Piaget dalam dalam
Nabisi Lapono (2008 : 19)
a. Sensorimotor inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat
pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir
konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.
b. Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa,
berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir
konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.
c. Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak
berpikir logis untuk memecahkan masalah konkret. Konsep dasar
benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas.
d. Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai
puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang
situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi
struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat,
berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir
abstrak dalam/melalui bahasa.
Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran serta media pembelajaran
bahwa dalam pembelajaran terutama untuk anak sekolah dasar, guru
perlu menggunakan media pembelajaran benda konkret. Oleh karena
itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti membuat desain
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret
untuk pembelajaran membandingkan bilangan cacah.

xxiii
Dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah belajar dengan melihat
benda langsung (konkret) daripada hanya membayangkan bendanya
saja. Benda konkret yang digunakan sebagai media pembelajaran yaitu
buah-buahan, kelereng, batu, dan sapu lidi.
Contoh:
a. membandingkan bilangan 12 dan 18 (menggunakan buah jeruk)
Contoh:

Jeruk Ani ... Jeruk Budi ...


Jeruk Ani lebih ... dari jeruk Budi.
Jeruk Budi lebih ... dari jeruk Ani.
b. membandingkan bilangan 16 dan 23 (menggunakan kelereng)
Contoh:

Kelereng Joko ... Kelereng Koko ...


Kelereng Joko ... dari kelereng Koko.
Kelereng Koko ... dari kelereng Joko.
c. membandingkan bilangan 34 dan 41 (menggunakan lidi)
Contoh soal:
Manakah yang lebih besar antara 34 dan 41?

34 41
41 lebih besar dari 34

xxiv
Setelah menggunakan benda konkret sudah lancar kemudian guru dapat
meningkatkan pengetahuan siswa dengan menggunakan media gambar
dan simbul.

F. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa kelas II SDN Gondang 1 Tahun pejaran
2008/2009 pada konsep membandingkan bilangan cacah mata pelajaran
Matematika masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini
terjadi karena pada pembelajaran guru tidak menggunakan media
pembelajaran benda konkret sehingga kemampuan siswa membandingkan
bilangan cacah rendah, siswa cepat bosan, dan pembelajaran tidak
menyenangkan.
Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran, maka untuk mengatasi
masalah pembelajaran tersebut guru melakukan tindakan yang berupa
penggunaan media pembelajaran benda konkret. Dalam pembelajaran pada
konsep membandingkan bilangan cacah, guru menggunakan media
pembelajaran benda konkret: buah-buahan, kelereng, batu, dan sapu lidi.
Siswa belajar membandingkan bilangan cacah dengan menggunakan media
pembelajaran benda konkret.
Pada pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran benda
konkret diharapkan kemampuan siswa membandingkan bilangan cacah
dapat meningkat, siswa tidak bosan belajar di kelas, dan pembelajaran
menjadi menyenangkan.

xxv
Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan
sebagai berikut:

Dalam pembelajaran Matematika


guru belum menggunakan media
KONDISI AWAL benda konkret:
a. Kemampuan siswa
membandingkan bilangan masih
rendah.
b. Siswa cepat bosan.
c. Pembelajaran tidak
menyenangkan.

Dalam pembelajaran guru dengan


TINDAKAN menggunakan media pembelajaran
benda konkret (buah-buahan,
kelereng, batu, dan sapu lidi).

Dalam pembelajaran Matematika


guru menggunakan media benda
konkret:
a. Kemampuan siswa
KONDISI AKHIR membandingkan bilangan
meningkat.
b. Siswa tidak cepat bosan.
c. Pembelajaran menjadi
menyenangkan

Gambar 1: Kerangka Berpikir

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas
maka dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai
berikut: “Dengan menggunakan media pembelajaran benda konkret diduga
dapat meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan cacah mata
pelajaran Matematika siswa kelas II SDN Gondang 1 Tahun Pelajaran
2009/2010”.

xxvi
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Gondang 1, Kecamatan Gondang,
Kabupaten Sragen dengan alasan:
a. SDN Gondang 1 yang berada di Kecamatan Gondang, Kabupaten
Sragen belum pernah dijadikan tempat penelitian khususnya kelas II.
b. Pada tahun pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran guru belum
menggunakan media pembelajaran benda konkret sehingga
kemampuan siswa membandingkan bilangan masih rendah.
SDN Gondang 1 terletak di wilayah kecamatan Gondang. Jarak
sekolah dengan kantor kecamatan dan kantor UPT Dinas pendidikan ±
500 m. SDN Gondang 1 merupakan satu-satunya Sekolah Dasar Standar
Nasional (SDSN) di kecamatan Gondang. Lokasi sekolah dekat dengan
pasar sehingga dari sekolah dapat melihat orang berlalu-lalang serta
keramaian di pasar.
Kondisi ruang kelas II berukuran 7 m × 7 m dan terletak paling
ujung dekat dengan jalan raya. Lantai ruangan kelas sudah berkeramik,
memiliki jendela dua buah yang cukup lebar sehingga sirkulasi udara
sangat lancar, dan penerangan dalam kelas cukup terang jika dalam
dalam keadaan mendung diterangi lampu 4 buah berukuran 20 watt.
Ruang kelas II mempunyai inventaris kelas dalam keadaan baik yang
terdiri atas:
a. Papan Tulis 1 buah
b. Papan Absen 1 buah
c. Papan Jadwal Pelajaran dll. 1 buah
d. Almari 1 buah
e. Meja Guru 1 buah
f. Kursi Guru 1 buah

xxvii
g. Meja Murid 20 buah
h. Kursi Murid 20 buah
i. Kotak P3K 1 buah
j. Sapu 3 buah
k. Kemoceng 1 buah
l. Serbet 1 buah
m. Kipas Angin 1 buah
n. Lampu neon 20 watt 4 buah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang kelas


II layak digunakan untuk proses pembelajaran dan sebagai tempat
Penelitian Tindakan Kelas ini.

2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli
sampai dengan Desember 2009.

B. Subyek Penelitian dan Objek Penelitian


Subyek Penelitian Tindakan Kelas yang saya lakukan adalah siswa
kelas II SDN Gondang 1, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa 39 anak yang terdiri atas 19 putra dan 20
putri.
Obyek penelitian yaitu penggunaan media pembelajaran benda
konkret pada pembelajaran membandingkan bilangan cacah mata pelajaran
Matematika.

C. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data
Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data
diperoleh dari berbagai sumber:
a. Nara sumber terdiri dari guru dan siswa kelas II SDN Gondang 1,
Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.

xxviii
b. Hasil Pengamatan Pelaksanakaan Pembelajaran.
c. Tes Hasil Belajar.

2. Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam
Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru
terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran benda konkret.
b. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui
keaktifan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi.
c. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
Bentuk tes yang digunakan adalah isian sebanyak 10 butir soal
setiap siklus.

3. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan
prosentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram.

4. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis
menetapkan indikator kinerja:
a. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan
bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 65.
b. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.

xxix
5. Prosedur Penelitian
Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari
siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki.
Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus
meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang menggunakan media pembelajaran benda konkret.
b. Menyediakan media pembelajaran benda konkret: buah-
buahan, kelereng, batu, dan sapu lidi.
c. Membuat instrumen observasi.
d. Membuat lembar evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran benda konkret pada
konsep membandingkan bilangan.
b) Siswa belajar Matematika pada konsep membandingkan
bilangan dengan menggunakan media pembelajaran benda
konkret.
3) Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II (peneliti)
bersama supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati
kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
4) Refleksi
Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan
dengan Supervisor Penelitian. Hasil evaluasi dan refleksi siklus I

xxx
digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pada
siklus II.

b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, guru (peneliti)
mengadakan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
terutama pada penggunaan media pembelajaran benda konkret.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran benda konkret pada
konsep membandingkan bilangan, lebih ditingkatkan lagi.
b) Siswa belajar Matematika pada konsep membandingkan
bilangan dengan menggunakan media pembelajaran benda
konkret.
3) Observasi
Pelaksanaan observasi hampir sama dengan siklus I, yaitu guru
kelas II (peneliti) bersama supervisor mengamati kegiatan guru
dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Evaluasi dan Releksi
Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan
Supervisor Penelitian. Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus II
belum memenuhi indikator kinerja penelitian maka dapat
dilanjutkan ke siklus III, namun jika sudah memenuhi indikator
kinerja penelitian maka dapat diakhiri pada siklus II.

xxxi
Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas, Penelitian Tindakan
Kelas yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan di bawah
ini:

Gambar 2: Siklus I dan II

xxxii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Kondisi awal dalam penelitian ini dijumpai adanya permasalahan
yaitu prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN Gondang 1 pada tahun
pelajaran 2008/2009 belum memuaskan karena rata-rata hasil ulangan harian
pada konsep membandingkan bilangan cacah adalah 63, sedangkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika adalah 65. Di
samping itu, mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang paling ditakuti oleh siswa dan termasuk dalam mata pelajaran Ujian
Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
Hal lain yang ditemukan dalam kondisi awal yaitu sebagian siswa
beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak
menarik, sulit, dan membosankan, proses pembelajaran Matematika kurang
kondusif, guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-
konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep
membandingkan bilangan, guru belum mampu membuat dan atau
menggunakan alat peraga yang sesuai untuk membantu menanamkan konsep-
konsep Matematika.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas guru mulai berfikir bagaimana
agar kondisi tersebut dapat teratasi. Guru mulai mengidentifikasi
permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran. Guru mengadakan diskusi
dengan teman sejawat serta Kepala Sekolah untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Akhirnya dapat ditemukan sebuah gagasan baru untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Penggunaan media pembelajaran benda konkret dapat
digunakan dalam pembelajaran Matematika pada konsep membandingkan
bilangan.

xxxiii
1. Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II (peneliti)
bersama supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan supervisor, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada umumnya sudah baik karena guru sudah dapat
mengaktifkan siswa. Siswa merasa senang dengan media pembelajaran
benda konkret. Siswa dapat melihat, memegang, merasakan, dan
menghitung benda-benda yang dibawa guru untuk media pembelajaran.
Siswa sangat antusias mendengarkan dan mengamati penjelasan dari guru.
Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan
guru. Di samping itu, siswa juga aktif bertanya kepada guru tentang materi
pembelajaran yang belum dipahami. Interaksi antarsiswa juga terjalin
dengan baik. Ketua kelompok dapat membantu anggota kelompoknya
yang belum memahami. Lembar Kerja Siswa dan Lembar Evaluasi sudah
baik untuk digunakan sebagai alat pengukuran.
Beberapa hal yang perlu tingkatkan lagi dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: pada kegiatan awal, guru masih terasa tegang dalam
membuka pembelajaran, bahasa yang digunakan guru masih bersifat
kedaerahan sehingga ada siswa yang kurang paham. Pada kegiatan inti,
terutama pada saat diskusi kelompok guru belum menguasai pengelolaan
kelas karena di bagian belakang ada beberapa siswa yang ramai sendiri.
Guru hendaknya tidak terfokus pada salah satu kelompok.

2. Deskripsi Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan supervisor, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada umumnya sudah baik dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Di samping itu, sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terutama pada pengelolaan kelas.
Siswa lebih aktif, tampak senang, dan tidak merasa tertekan. Interaksi

xxxiv
antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
guru.

3. Hasil Tes

Tes dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui


kemampuan membandingkan bilangan cacah. Hasil ulangan harian siswa
Sebelum Siklus I pada konsep membandingkan bilangan cacah tanpa
adanya tindakan penggunaan media pembelajaran benda konkret rata-rata
nilai siswa adalah 63,3. Nilai rata-rata tes akhir Siklus I adalah 75,4 dan
nilai rata-rata pada tindakan Siklus II mengalami peningkatan menjadi
83,3. Hasil tes kemampuan siswa membandingkan bilangan cacah pada
setiap siklus dapat dilihat pada lampiran tabel 7.

B. Pembahasan
1. Pembahasan Data Siklus
Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini, perlu adanya
perbandingan antara nilai hasil ulangan Sebelum Siklus I, Siklus I, dan
Siklus II. Hasil ulangan harian siswa Sebelum Siklus I dapat dilihat pada
lampiran tabel 4.
Berdasarkan data pada lampiran tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah
siswa ada 39 anak, jumlah nilai 2.470, rata-rata nilai siswa 63,3, nilai
tertinggi 90, nilai dan terendah 30.
Data nilai tersebut dapat dikelompok seperti tabel berikut:
Tabel 1
Pengelompokan Nilai Sebelum Siklus I
Kelompok Nilai Jumlah Siswa Prosentase
A 85 – 100 1 2,56%
B 65 – 84 17 43,59%
C < 65 21 53,85%
Jumlah 39

Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa:


a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 1 anak, sudah tuntas.
b. Kelompok B yang mendapat nilai 65 – 84 ada 17 anak, sudah tuntas.

xxxv
c. Kelompok C yang mendapat nilai < 65 ada 21 anak, belum tuntas.
Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 65 ada 18 anak. Jadi, anak yang
sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 18 anak (46,15%) sedangkan yang
belum tuntas ada 21 anak (53,85%).
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut:

Diagram 1
Pengelompokan Nilai Sebelum Siklus I
25
21
20
17
Banyak Anak

15

10

5
1
0
< 65 65 - 84 85 - 100
Nilai Ulangan

Identifikasi permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran


selama ini yaitu:
a. Guru kesulitan menggunakan/membuat media pembelajaran yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
b. Guru kesulitan melatih kemandirian belajar siswa.
c. Guru kesulitan membuat lembar kerja siswa yang sesuai dengan
karakteristik siswa kelas rendah.
d. Guru kesulitan mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa kelas rendah.
e. Guru kesulitan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan
siswa.
f. Guru disibukkan dengan administrasi sekolah yang terlalu banyak.

xxxvi
Pada Siklus I diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Yang
termasuk data kualitatif yaitu: Lembar Keaktifan Siswa dan Lembar
Kinerja Guru (terlampir). Sedangkan data kuantitatif yaitu nilai hasil
belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa diperoleh melalui tes tertulis.
Instrument tes yang digunakan berupa isian singkat. Data hasil belajar
siswa dapat dilihat pada lampiran tabel 5.
Berdasarkan data pada lampiran tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah
siswa ada 39 anak, jumlah nilai 2.940, rata-rata nilai siswa 75,4, nilai
tertinggi 100, nilai dan terendah 50.
Data nilai tersebut dapat dikelompok seperti berikut:
Tabel 2
Pengelompokan Nilai Siklus I
Kelompok Nilai Jumlah Siswa Prosentase
A 85 – 100 9 23,08%
B 65 – 84 23 58,97%
C < 65 7 17,95%
Jumlah 39

Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa:


a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 9 anak, sudah tuntas.
b. Kelompok B yang mendapat nilai 65 – 84 ada 23 anak, sudah tuntas.
c. Kelompok C yang mendapat nilai < 65 ada 7 anak, belum tuntas.
Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 65 ada 32 anak. Jadi, anak yang
sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 32 anak (82,05%) sedangkan yang
belum tuntas ada 7 anak (17,95%).

Berdasarkan tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut:

Diagram 2
Pengelompokan Nilai Siklus I
25 23
xxxvii
20
ak Anak

15
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran
Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500
pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya:
a. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika.
b. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas.
c. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep
membandingkan bilangan sampai 500.
d. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep membandingkan
bilangan sampai 500.

Identifikasi Kendala Dan Masalah yang Muncul Dalam Pelaksanaan


Pembelajaran untuk Siklus 1
Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Guru kesulitan menyiapkan media pembelajaran khususnya buah-
buahan karena pada waktu itu pedagang buahnya baru tutup yang ada
hanya pedagang buah kecil-kecilan sehingga buah yang sesuai dengan
perencanaan tidak ada.
b. Siswa yang disuruh membawa batang lidi lupa membawa sehingga
jumlahnya tidak memadai.

xxxviii
c. Pada awal pembelajaran guru (peneliti) merasa canggung karena pada
saat mengajar ditunggui oleh kepala sekolah dan supervisor. Akhirnya
siswa kurang tertarik pada pembelajaran Matematika.
d. Pada saat diskusi kelompok, ada salah satu siswa yang minta ijin ingin
buang air kecil sehingga teman yang lain ikut-ikutan. Akhirnya
suasana kelas menjadi gaduh.
e. Jumlah lembar evaluasi kurang 2 lembar sehingga ada yang tidak
kebagian. Akhirnya diambilkan dari lembar evaluasi yang dibawa
kepala sekolah dan supervisor.
f. Siswa yang akan diambil gambarnya (difoto) tidak konsentrasi belajar.
g. Di halaman sekolah ada anak-anak yang sedang berolahraga sehingga
mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Rancangan Strategi Penyelesaian Masalah Dalam Siklus 1:


Untuk mengatasi kendala dan masalah yang muncul pada Siklus
I yaitu sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan media pembelajaran khususnya buah-buahan
membeli pada waktu sore hari.
b. Guru tidak meminta bantuan siswa untuk membawa media
pembelajaran, khususnya batang lidi dibuat sendiri di rumah.
c. Guru harus menyiapkan diri baik fisik maupun mental, tidak perlu ada
perasaan canggung mengajar ditunggui oleh kepala sekolah dan
supervisor. Untuk menarik perhatian siswa, guru dapat mengajak siswa
menyanyikan sebuah lagu.
d. Pada saat pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk tidak pergi
ke WC dan disarankan ke WCnya pada waktu istirahat saja.
e. Penyediaan lembar evaluasi hendaknya dihitung lagi setelah dari
tempat fotokopi sehingga jumlahnya sesuai dengan banyak siswa.
f. Pengambilan gambar (foto) sebaiknya diusahakan siswa tidak
mengetahuinya.

xxxix
g. Olahraga yang berada di halaman sekolah sebaiknya dihindari atau
mencari tempat olahraga di lapangan sehingga tidak mengganggu
siswa yang belajar di dalam kelas.

Berdasarkan data pada lampiran tabel 6 dapat diketahui bahwa


jumlah siswa ada 39 anak, jumlah nilai 3.250, rata-rata nilai siswa 83,3,
nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 50.
Data nilai tersebut dapat dikelompok seperti berikut:
Tabel 3
Pengelompokan Nilai Siklus II
Kelompok Nilai Jumlah Siswa Prosentase
A 85 – 100 19 48,72%
B 65 – 84 17 43,59%
C < 65 3 7,69%
Jumlah 39

Setelah dikelompokkan berdasarkan nilainya diketahui bahwa:


a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 19 anak, sudah tuntas.
b. Kelompok B yang mendapat nilai 65 – 84 ada 17 anak, sudah tuntas.
c. Kelompok C yang mendapat nilai < 65 ada 3 anak, belum tuntas.
Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 65 ada 36 anak. Jadi, anak yang
sudah tuntas dalam pembelajaran ada 36 anak (92,31%) sedangkan yang
belum tuntas ada 3 anak (7,69%).

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut:


Diagram 3
Pengelompokan Nilai Siklus II
xl
20 19
17
Anak

15
Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran
Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500
pada Siklus II sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya:
a. Siswa lebih menyukai mata pelajaran Matematika.
b. Siswa lebih aktif belajar di dalam kelas.
c. Pelaksanaan pembelajaran lebih kondusif.
d. Hampir semua siswa sudah tuntas dalam belajar kecuali 3 anak, yaitu :
Hafid Danu Setiawan, Diky Anggar W, dan Marsela Tiarawati.

Identifikasi Kendala Dan Masalah yang Muncul Dalam Pelaksanaan


Pembelajaran untuk Siklus II
Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Karena mati lampu (kipas angin tidak menyala), udara di kelas menjadi
panas.
b. Media pembelajaran khususnya buah-buahan jadi rebutan siswa
sehingga suasana kelas agak gaduh.
c. Siswa yang lebih dulu selesai mengerjakan tugas ramai sendiri dan
mengganggu temannya yang belum selesai mengerjakan tugas.
d. Ada 2 (dua) orang siswa yang tidak dapat membaca dan 1 (satu) orang
siswa dalam mengerjakan soal sangat lambat.

xli
Rancangan Strategi Penyelesaian Masalah Dalam Siklus II:
Untuk mengatasi kendala dan masalah yang muncul pada Siklus
II yaitu sebagai berikut:
a. Fentilasi udara (pintu dan jendela) perlu dibuka namun resikonya
konsentrasi siswa dapat terganggu karena orang dapat melihat orang
berlalu lalang di jalan atau pasar.
b. Sebelum akhir pembelajaran sebaiknya media pembelajaran (buah-
buahan) dikumpulkan dahulu baru dibagikan kepada siswa. Untuk
memotivasi belajar siswa yang mendapat nilai 100 diberi lebih banyak.
c. Guru juga perlu memperhatikan siswa yang pandai tidak hanya
memperhatikan yang kurang pandai saja. Oleh karena itu, bagi siswa
yang telah selesai mengerjakan tugas duluan dapat diberi tugas
tambahan.
d. Anak yang lambat belajar perlu diberikan bimbingan khusus di luar
jam pelajaran terutama 2 (dua) orang siswa yang belum dapat
membaca tersebut.

Berdasarkan data pada lampiran tabel 7 yaitu perbandingan nilai


ulangan sebelum siklus I, siklus I, dan siklus II dapat dibuat diagram
sebagai berikut:
Diagram 4
Perbandingan Nilai Sebelum Siklus I, Siklus I, dan Siklus
25
II

20
Banyak Anak

15
Sb. Siklus I
Siklus I
10
Siklus II
5

0
< 65 65 - 84 85 - 100
Nilai Ulangan

Berdasarkan diagram tersebut di atas dapat diketahui rata-rata hasil


belajar siswa pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 19,12% (dari 63,3

xlii
menjadi 75,4) dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 32 anak (82,05%),
dan yang belum tuntas ada 7 anak (17,95%) sedangkan pada siklus II rata-
rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 10,48% (dari 75,4
menjadi 83,3) dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 36 anak (92,31%)
sedangkan yang belum tuntas ada 3 anak (7,69%).

2. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata nilai tes hasil


belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai
KKM, yaitu 65 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal
sebanyak 70%. Pada akhir Siklus II diperoleh data: rata-rata hasil belajar
siswa 83,3 dan jumlah siswa yang sudah tuntas ada 36 anak (92,31%), dan
yang belum tuntas ada 3 anak (7,69%). Jadi, berdasarkan data pada siklus
II Penelitian Tindakan Kelas ini dinyatakan berhasil dan tidak perlu
dilanjutkan pada siklus III.

xliii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum


Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan media pembelajaran benda konkret dapat meningkatkan
kemampuan membandingkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika.
Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu:
hasil sebelum perbaikan siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya
18 anak (46,15%) sedangkan yang belum tuntas ada 21 anak (53,85%), siklus
I terjadi peningkatan siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran 32 anak
(82,05%) sedangkan yang belum tuntas ada 7 anak (17,95%), siklus II rata-
rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 10,48% (dari 75,4 menjadi
83,3). jumlah siswa yang sudah tuntas ada 36 anak (92,31%) dan yang belum
tuntas ada 3 anak (7,69%).
Penggunaan media pembelajaran benda konkret dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa karena dengan media pembelajaran benda konkret
siswa dapat melihat benda secara langsung. Di samping itu, penggunaan
media pembelajaran benda konkret mengurangi verbalisme dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung lebih menarik,
menyenangkan, dan tidak membosankan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini dapat diimplikasikan bahwa ”Media Pembelajaran Benda Konkret”
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membandingkan bilangan
cacah pada mata pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN Gondang 1.
Oleh karena itu, saran-saran yang perlu penulis sampaikan
sehubungan dengan penelitian ini yaitu:

1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran membandingkan
bilangan cacah menggunakan media pembelajaran benda konkret.
b. Guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan
media pembelajaran.
2. Bagi Siswa

xliv
a. Siswa tidak perlu takut dalam belajar Matematika karena mata
pelajaran Matematika lebih mudah dipelajari.
b. Gunakanlah alat bantu yang menurut Kalian akan mempermudah
dalam memahami konsep matematika serta jangan ragu-ragu untuk
melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitas.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam
melaksanakan inovasi pembelajaran, serta dapat memfasilitasi segala
kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses
pembelajaran dengan menggunakan ”Media Pembelajaran Benda
Konkret”.
b. Sekolah perlu memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa
meningkatkan kemampuan, mengembangkan profesinya baik melalui
pelatihan, penataran, ataupun mengikuti kegiatan KKG.

xlv
DAFTAR PUSTAKA

M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:


Dirjen Dikti Depdiknas.
Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran & Pengajaran. Yogyakarta:
Mirza Media Pustaka.
Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.
Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdiknas.
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.

xlvi

Anda mungkin juga menyukai