Anda di halaman 1dari 75

Untuk Tampilan halaman cover / sampul dan

Kata pengantar silakan cermati contoh pada


halaman berikut:
https://www.mariyadi.com/2021/05/susunan-materi-ajar-dan-download-
contoh.html

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat .............................................................................................. 2
2. Relevansi ........................................................................................................... 3
3. Petunjuk Belajar ................................................................................................ 3

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran ...................................................................................... 4
2. Sub Capaian Pembelajaran ............................................................................... 4
3. Uraian Materi dan Contoh ................................................................................ 4
a. Logika Matematika..................................................................................... 4
b. Pola Bilangan dan Deret Bilangan............................................................ 20
c. Persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik fungsi linear............
31 d. Persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik fungsi
kuadrat ..................................................................................................... 42
e.
Trigonometri..................................................................................................52
4. Rangkuman..................................................................................................... 61
5. Tugas Terstruktur ........................................................................................... 63
6. Forum Diskusi ................................................................................................ 63
7. Tes Sumatif..................................................................................................... 64
8. Kunci Jawaban................................................................................................ 70
9. Daftar Pustaka ................................................................................................ 71

iii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pelajaran Matematika digunakan untuk memecahkan masalah dalam
berbagai disilplin ilmu yang memiliki obyek yang bersifat abstrak, sehingga dapat
menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam memahaminya. Dalam
http://eprints.ums.ac.id/28701/2/04, diakses tanggal 15 April 2021, disebutkan
bahwa :
“lima alasan perlunya belajar matematika karena
matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas
dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah, (3)
sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.” (Cornellius
(1982:38) dalam bukunya Abdurrahman (2003:253).

Berdasarkan alasan di atas, sebagai guru professional kita harus


memahami konsep materi berbagai mata pelajaran, salah satunya matematika. Di
dalam modul PPG 2021 terdapat Pendalaman Materi Matematika Kegiatan
Belajar 4 Kapita Selekta Matematika yang harus dikuasai oleh calon guru
professional. Materi Kapita Selekta Matematika memuat berbagai penalaran,
logika, dan penarikan kesimpulan yang harus dipahami konsepnya agar tidak
terjadi kesalahan dalam penyampaian kepada peserta didik kelak. Guru
profesional dituntut untuk selalu mengembangkan kompetensi profesionalnya,
sehingga diharapkan guru tidak hanya menguasai materi yang akan diajarkan saja,
tetapi juga materi esensial lain dalam mata pelajaran matematika.
Selama kegiatan pendalaman materi PPG 2021 Kampus Universitas
Muhammadiyah Malang kelas H pada hari kedua Bersama bapak Dosen Bahrul
Ulum, M.Pd., ditemukan beberapa masalah dan miskonsepsi dari mahasiswa,
diantaranya:
a. Mahasiswa kesulitan memahami konsep logika matematika dan menarik
kesimpulan dalam logika matematika.
b. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan pemecahkan masalah
berhubungan dengan Pola bilangan dan deret bilangan.

4
c. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik
fungsi linear.
d. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik
fungsi kuadrat
e. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan trigonometri.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis menulis Materi Ajar
berbasis Problem Based Learning (PBL) dengan judul “Kapita Selekta
Matematika”.

Di dalam materi ajar ini akan membahas pemecahan masalah atau solusi
dari permasalahan kelas H yang berhubungan dengan Kapita Selekta Matematika,
diantaranya sebagai berikut:
a. Logika matematika
b. Pola bilangan dan deret bilangan
c. Persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik fungsi linear
d. Persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik fungsi
kuadrat e. Trigonometri
2. Relevansi
Setelah mempelajari materi ajar ini, diharapkan pembaca mampu:
a. Membuat kesimpulan matematis dengan menggunakan penalaran
logis. b. Menentukan rumus dari suatu pola bilangan dan deret bilangan.
c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan
persamaan kuadrat.
d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grafik fungsi linear
dan kuadrat.
e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.

3. Petunjuk Belajar
Untuk membantu memahami materi ajar ini, perhatikan petunjuk belajar
berikut ini untuk membantu lebih memahami modul ini:
a. Bacalah uraian permasalahan yang diangkat dalam materi ajat ini.
b. Perhatikan peta konsep yang disajikan, untuk mencegah miskonsepsi
materi,
c. Bacalah dengan cermat uraian penting yang terdapat dalam materi ajar.
d. Temukanlah kata kunci dan ringkaslah hal-hal yang menurut Anda
penting.
e. Pahamilah modul ini melalui pemahaman dan pengalaman sendiri serta
diskusikanlah dengan rekan atau instruktur Anda.
f. Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
g. Mantapkan pemahaman Anda melalui pengerjaan forum diskusi dan tes
formatif yang tersedia dalam materi ajar ini. Kemudian, nilai sendiri
tingkat pencapaian Anda dengan membandingkan jawaban yang telah
Anda buat dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada akhir
materi ajar.
h. Diskusikan apa yang telah dipelajari termasuk kata sulit dengan teman
Anda.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
a. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan
keduanya dalam konteks materi logika, pola bilangan, persamaan linear,
persamaan kuadrat dan grafik fungsi polinomial.
b. Menguasai konsep teoretis materi pelajaran matematika secara
mendalam.
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Membuat kesimpulan matematis dengan menggunakan penalaran logis.
b. Menentukan rumus dari suatu pola bilangan dan deret bilangan.
c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan
persamaan kuadrat.
d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grafik fungsi linear dan
kuadrat.
e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.

3. Uraian Materi dan Contoh


a. Logika Matematika
Dalam ilmu matematika, cara menarik kesimpulan harus
memakai logika matematika. Belajar logika dapat diartikan bahwa kita
belajar berpikir dan bernalar yang melibatkan kegiatan akal manusia
dengan pengetahuan yang kita terima melalui panca indera, kemudian
diolah untuk mencapai suatu kebenaran. Manfaat mempelajari materi
ini yaitu akan meningkatkan kemampuan Anda dalam mengambil dan
menentukan kesimpulan mana yang benar dan mana yang salah.
1) Pernyataan
Andhin Dyah Fitriani (2019: 119) menuliskan bahwa “pernyataan adalah
kalimat matematika tertutup yang memiliki nilai kebenaran benar atau salah,
tetapi tidak kedua-duanya pada saat yang bersamaan”. Sukirman (2019: 1.3)
menuliskan bahwa “pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai kebenaran,
yaitu nilai benar atau nilai salah, tapi tidak kedua-duanya”.
Pernyataan bias diartikan sebagai suatu kalimat yang memiliki nilai
benar saja atau salah saja, tetapi tidak berlaku untuk kedua-duanya, ketika
berada pada saat yang bersamaan. Sedangkan, suatu kalimat dikatakan bukan
merupakan suatu pernyataan apabila kita tidak dapat menunjukkan bukti apakah
kalimat tersebut benar salahnya atau mengandung pengertian relatif. Pernyataan
biasa dilambangkan dengan �, �, �, ....
Contoh 1 (Pernyataan yang benar):
 � : Hasil kali 4 dan 3 adalah 12.
 q : Semua unggas dapat terbang.
 � : Jika x = 4, maka 2x = 8
Contoh 2 (Pernyataan yang salah) :
 Udara adalah benda padat
 x – y = y – x; x y 2
 Setiap bilangan prima adalah ganjil
Adapun contoh bukan pernyataan:
1. Semoga nanti engkau dapat juara? (bukan pernyataan, karena dekat itu
relatif).
2. Tolong ambilkan sapu itu. (bukan pernyataan, karena jawabannya ya atau
tidak itu relatif).
3. Jarak Jakarta-Bogor adalah jauh (bukan pernyataan, karena jaraj jauh atau
dekat itu relatif).
Nilai kebenaran dari suatu pernyataan � dilambangkan dengan τ (p).
Dalam https://www.slideshare.net/Nety24/kapita-selekta-matematika-
75620375, diakses tanggal 18 April 2021, menentukan nilai kebenaran suatu
pernyataan maka dapat digunakan cara berikut ini:
“(a) Dasar empiris, yaitu menunjukkan benar atau salahnya suatu
pernyataan berdasarkan fakta yang dijumpai dalam kehidupan nyata.
Contoh : jumlah kaki ayam ada dua. (b) Dasar non empiris, yaitu
menunjukkan benar atau salahnya suatu pernyataan berdasarkan
bukti atau prhitungan dalam matematika. Contoh : jumlah sudut
persegi Panjang adalah 180˚.”

Dalam matematika, ada 2 jenis pernyataan, yaitu pernyataan tunggal dan


pernyataan majemuk.
a. Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang tidak memuat pernyataan lain
sebagai bagiannya. Pernyataan Tunggal ini berdiri sendiri atau tidak
mempunyai kalimat penghubung.
Contohnya:
1) Sepeda motor memiliki dua buah roda.
2) Kota Surabaya adalah ibukota dari provinsi Jawa Timur.
b. Jika dua pernyataan tunggal digabungkan maka akan membentuk
pernyataan majemuk. Untuk menggabungkan diperlukan tanda hubung
“dan”, “atau”, “jika … maka ...” dan “jika dan hanya jika”.
Lambang kata-kata penghubung tersebut dapat dilihat pada daftar
berikut:
Kata Penghubung Lambang
dan Λ
atau V
jika-maka →
jika dan hanya jika ↔
Table 1.1 kata penghubung (sumber Modul PPG Matematika 2021
halaman 200)

2) Operasi Uner
Andhin Dyah Fitriani (2019: 201) menyatakan bahwa “operasi uner
disebut juga dengan operasi negasi atau ingkaran”. Operasi negasi merupakan
operasi yang hanya berkenaan dengan satu unsur. Sukirman (2019:1.7)
menyatakan bahwa “negasi suatu pernyataan adalah suatu pernyataan yang
bernilai salah apabila pernyataan semula bernilai benar, atau bernilai benar
apabila pernyataan semula bernilai salah”.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa negasi
adalah sebuah pernyataan yang memiliki nilai kebenaran yang berlawanan
dengan pernyataan semula. Operasi negasi biasa dilambangkan dengan ~. Nilai
kebenaran negasi sebuah pernyataan adalah kebalikan dari nilai kebenaran yang
dimiliki oleh pernyataannya.
p ~p
B S
Table 1.1 negasi (sumber Modul PPG Matematika 2021 halaman 200)
Contoh 1:
Jika ”a” menyatakan “Ïda suka mangga”, maka “negasi a” disimbolkan dengan
“~a” menyatakan “tidak benar bahwa Ida suka mangga”. Dengan Bahasa sehari-
hari dapat dikatakan “Ida tidak suka mangga”.
Contoh 2:
r : Bilangan prima adalah bilangan ganjil.
Negasinya ditulis r : Tidak benar bahwa bilangan prima adalah bilangan
ganjil, atau : Karena τ (r) = S, kita peroleh maka τ (-r) = B

3) Operasi Biner
Andhin Dyah Fitriani (2019: 201) menuliskan bahwa “operasi biner adalah
operasi yang berkenaan dengan dua unsur”. Dalam logika matematika, operasi
biner berkenaan dengan dua pernyataan.
Ada 4 macam operasi biner yang akan kita pelajari, yaitu :
a. Operasi Konjungsi
b. Operasi Disjungsi
c. Operasi Implikasi
d. Operasi Biimplikasi

(1) Operasi konjungsi


Konjungsi dapat diartikan sebagai pernyataan majemuk yang terdiri dari dua
pernyataan tunggal yang dihubungkan dengan kata penghubung “dan”. Operasi
konjungsi dilambangkan dengan “Λ”. Ketika ada dua pernyataan, maka konjungsi
dikatakan benar jika konjung-konjungnya benar, tetapi dikatakan salah jika salah
satu atau kedua-duanya salah.
Sifat konjungsi adalah sebagai berikut:
 Jika p benar dan q benar maka p Λ q benar.
 Jika p benar q salah maka p Λ q salah.
 Jika p salah q benar maka p Λ q salah.
 Jika p salah q salah maka
p Λ q � � � Λsalah.

B B B
B S S
S B S
S S S
Tabel 1.3 kebenaran untuk operasi konjungsi (sumber Modul PPG Matematika 2021 hal 200)
Contoh 1:
� : Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur. (B).
� : Bandung terletak di Pulau Jawa. (B)
�Λ� : Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur dan
Bandung terletak di Pulau Jawa. (B).
Contoh 2:
� : 5 lebih besar dari 7. (S).
� : Matahari terbenam di sebelah barat. (B)
�Λ� : 5 lebih besar dari 7 dan Matahari terbenam di sebelah barat. (S).

(2) Operasi disjungsi


Disjungsi dapat diartikan sebagai pernyataan majemuk yang memuat dua
pernyataan tunggal yang dihubungkan dengan kata penghubung “atau”.
Operasi disjungsi dilambangkan dengan “V”. Sebuah disjungsi inklusif benar jika
paling sedikit satu disjungnya benar atau kedua-duanya, dan sebuah disjungsi
ekslusif benar jika paling sedikit satu disjungnya benar tetapi tidak kedua-duanya.
Sifat disjungsi adalah sebagai berikut:
 Jika p benar dan q benar maka p V q benar.
 Jika p benar q salah maka p V q benar.
 Jika p salah q benar maka p V q benar.
 Jika p salah q salah maka p V q salah

Tabel 1.4 kebenaran untuk operasi disjungsi (sumber modul PPG 2021 hal 201)
� � �∨�
B B B
B S B
S B B
S S S
Contoh 1:
� : 3 adalah bilangan prima. (B)
� : 4 membagi habis 16. (B)
� ∨ � : 3 adalah bilangan prima atau 4 membagi habis 16.
(B) Contoh 2:
� : 7 lebih besar dari 9. (S)
� : 5 adalah bilangan prima. (B)
� ∨ � : 7 lebih besar dari 9 atau 5 adalah bilangan prima.(B)

(3) Operasi implikasi


Pernyataan implikasi (conditional statement) disebut juga pernyataan
bersyarat. Pernyataan implikasi merupakan suatu pernyataan majemuk yang
berbentuk penalaran “jika p maka q” dinyatakan dengan �→�. Pada
implikasi
�→� dimana � disebut pendahulu (antecedent) dan � disebut
pengikut (consequent). Kebenaran suatu pernyataan implikasi tergantung
pada nilai kebenaran pendahulu dan pengikutnya. Misalnya implikasi �→�,
bernilai S hanya apabila pendahulu p bernilai B dan pengikut q bernilai S,
untuk nilai-nilai kebenaran p dan q lainnya, maka implikasi �→� bernilai B .
Tabel 1.5 untuk operasi implikasi ( s u m b e r m o d u l P P G 2 0 2 1 h a l 2 0 2 )
� � �→�
B B B
B S S
S B B
S S B

Contoh 1:
� : matahari terbit dari timur.(B)
� : Herman naik kelas.(B)
�→� : jika matahari terbit dari timur maka Herman naik kelas.
(B) Contoh 2:
� : Firda sembuh dari sakit lever.(B)
� : Matahari terbenam di sebelah timur.(S)
�→� : jika Firda sembuh dari sakit lever maka Matahari terbenam di
sebelah timur. (B)
(4) Operasi biimplikasi
Pernyataan biimplikasi biconditional statement termasuk ke dalam
pernyataan bersyarat. Pernyataan biimplikasi merupakan pernyataan majemuk
yang berbentuk “p jika dan hanya jika q”. Pernyataan biimplikasi dinyatakan
dengan �↔�. Pernyataan biimplikasi �↔� (dibaca p jika dan hanya
jika q) bernilai benar apabila kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai
kebenaran yang sama, dan bernilai salah apabila kedua pernyataan tunggalnya
mempunyai nilai kebenaran yang berbeda.
Tabel kebenaran 1.6 untuk operasi biimplikasi ( s u m b e r m o d u l P P G 2 0 2 1 h a l 2 0 2 )
� � �↔�
B B B
B S S
S B S
S S B
Contoh:

�: 3 adalah bilangan
ganjil.

�: 3 tidak habis dibagi


dua.

�↔�: 3 adalah bilangan ganjil jika dan hanya jika maka 3


tidak habis dibagi 2.

(5) Tautologi, Kontradiksi, Kontingensi

Perhatikan kalimat berikut ini:

p = Rendi memiliki sepeda.

~p = Rendi tidak memiliki sepeda


Jika p bernilai B, maka ~p bernilai S, sehingga pernyataan
majemuk p˅~p bernilai B. Hal ini juga berlaku, jika p bernilai S,
maka ~p bernilai B, sehingga p˅~p bernilai B pula.
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar (B)
untuk setiap nilai kebenaran dari pernyataan tunggalnya tanpa
memandang nilai kebenaran komponen-komponen pembentuknya.

Perhatikan tabel 1.7 (sumber modul PPG


P ~p p˅~p 2021 hal 203)
B S B
S B B

Contoh tautologi:
Periksa nilai kebenaran dari ekspresi logika (p ∧ q) → (p→q)!
Tabel
1.8 p q p˄q p→q (p˄q) → ( p→q)
B B B B B
B S S S B
S B S B B
S S S B B

Tautologi (sumber modul PPG 2021 hal 203)

TAUTOLOGI
Kontradiksi adalah suatu pernyataan majemuk yang memil
kebenaran selalu salah untuk semua kombinasi nilai kebenaran dari proposisi
iki nilai
tunggal yang membentuknya. Dalam kata lain, kontradiksi merupakan
kebalikan dari tautologi. Apapun nilai kebenaran dari proposisi tunggalnya,
baik benar (B) atau salah (S), nilai kebenaran proposisi majemuknya akan
salah. Proposisi majemuk yang termasuk dalam kontradiksi dapat secara
mudah dilihat melalui tabel kebenaran.
Contoh kontradiksi:
periksa nilai kebenaran dari ekspresi logika (p ∧ q) ↔ (p → ~q)!
Tabel 1.8 Kontradiksi (sumber modul PPG 2021 hal 203)

p q ~q p˄q p→~q (p ∧ q) ↔ (p → ~q)


B B S B S S
B S B S B S
S B S S B S KONTRADIKS
S S B S B S

Kontingensi adalah proposisi majemuk yang tidak selalu bernilai benar


dan tidak selalu bernilai salah. Nilai kebenarannya merupakan kumpulan dari
benar dan salah di luar tautologi dan kontradiksi. Nilai kebenaran ini tergantung
dari nilai kebenaran proposisi tunggal pembentuknya dan operator logika
penghubungnya.
Contoh kontingensi:
Tabel 1.8 Kontingens
(sumber pmodulq PPGp˄q p→~q (p˄q) ↔ p
B B B S B 2021 hal 203)
B S S B B
S B S B S
S S S B B

(6) Konvers, Invers, dan Kontrapositif


a. Konvers merupakan lawan dari pernyataan implikasi. Rumusnya
seperti di bawah ini:
Implikasi (p→q): Jika Najwa Sihab rajin baca buku (p), maka Najwa
Sihab cerdas (q).
Konvers (�→�) : Jika Najwa Sihab cerdas (p), maka Najwa
Sihab rajin baca buku (q)
Jadi, kalau orang tua kita bilang “Nak, kamu harus rajin baca buku
biar kamu cerdas.” Berarti logikanya, orang tua kita ingin kita jadi
anak yang cerdas, maka disuruh rajin baca buku. Jadi, jawab aja orang
tuamu “Oke Mah, aku mau cerdas, makanya aku rajin baca buku.”

b. Invers merupakan negasi dari pernyataan implikasi.


Rumusnya seperti ini:
Implikasi (p→q) : Jika Najwa Sihab rajin baca buku (p), maka Najwa
Sihab cerdas (q).
Invers (∼�→∼�): Jika Najwa Sihab tidak rajin baca buku,
maka
Najwa Sihab tidak cerdas.
Invers adalah logika yang menegasikan sebuah pernyataan implikasi.
Kalau kamu rajin baca buku, maka kamu akan jadi anak yang
cerdas. Nah, berarti logikanya kalau kamu tidak rajin baca buku,
gimana mau jadi anak cerdas.

c. Kontrapositif merupakan kebalikan dan negasi dari pernyataan


implikas. Seperti ini rumusnya:
Contoh Kontraposisi:
Implikasi (p→q) : Jika Najwa Sihab rajin baca buku (p), maka Najwa
Sihab cerdas (q).
Kontrapositif (∼�→∼�) : Jika Najwa Sihab tidak cerdas, maka
Najwa
Sihab tidak rajin baca buku.
Kontraposisi merupakan gabungan antara konvers dan invers. Jadi,
pernyataan majemuknya kita balik lalu dinegasikan.

(7) Penarikan Kesimpulan


Ada dua macam penarikan kesimpulan yaitu adalah induksi atau penalaran
induktif dan deduksi atau penalaran deduktif. Beberapa penarikan kesimpulan
yang sahih atau valid adalah modus ponens, modus tolens, dan silogisme. Premis
adalah penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui
nilai kebenarannya. Kesimpulan adalah pernyataan baru yang diturunkan dari
premis-premis semula.
Contoh deduksi atau penalaran deduktif adalah:
Premis 1: Semua ayam akan mati.
Premis 2: Rambo ayam .
Kesimpulan: Jadi, Rambo pada suatu saat akan mati.
Perhatikan contoh penarikan kesimpulan ini:
1) Semarang terletak di sebelah barat Surabaya.
2) Jakarta terletak di sebelah barat Semarang.
Jadi, Jakarta terletak di sebelah barat Surabaya
Keterangan:
Pernyataan no (1) dan (2) dinamakan premis-
premis pernyataan no (3) dinamakan konklusi.

a) Modus Ponen
Modus ponen adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip :
[(� → �) 𝖠 �] → � atau [� 𝖠 (� → �)] →
�.
Argumen tersebut ditulis sebagai berikut:
� → � premis 1
� premis 2

∴ � kesimpulan
Contoh:
Tentukan kesimpulan atau konklusi dari premis-premis berikut
ini! (1) Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas.
(2) Jika saya minum di kelas maka ruangan kelas menjadi kotor.
(3) Saya makan di kelas.
(4) Apakah ruangan kotor?
Solusi: Misalkan:
p : saya makan di kelas
q : saya minum di kelas
r : ruangan kelas menjadi kotor maka,
cerita sederhana tersebut dapat dinyatakan dengan 1: p → q 2: q → r 3: p
Menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 1 dan kalimat 3, maka kita bisa
menarik kesimpulan q, yang artinya saya minum di kelas.
Kalimat matematikanya bisa kita ubah menjadi: 1: p → q 2: q → r 3: p 4: q
Dengan menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 2 dan 4, kita memperoleh
kesimpulan r, yang artinya ruangan kelas menjadi kotor.
b) Modus Tolen
Modus Tolen adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip:
[(� → �) 𝖠 ~�] → ~� atau [~� 𝖠 (� → �)] → ~�.Argumen
tersebut ditulis sebagai berikut:
� → � premis 1

~� premis 2
∴ ~� kesimpulan

Contoh:
Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas.
Saya tidak minum di kelas.
Apakah saya makan di kelas?
Solusi: kalimat matematika: p → q ~q
Menggunakan Modus Tollens, maka kita bisa menarik kesimpulan ~p, yang
artinya saya tidak makan di kelas.
Untuk menguji keabsahanya dapat dilakukan dengan menggunakan tabel
kebenaran untuk [(p → q) v ~q] → ~p yang merupakan tautologi.
c) Silogisme
Silogisme adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip:
[(� → �) 𝖠 (� → �)] → (� → �). Argumen tersebut ditulis sebagai
berikut:
� →� premis 1

� →� premis 2

∴�→� kesimpulan

Contoh:
Tentukan kesimpulan dari premis-premis di bawah
ini: Premis 1 : Jika Adi rajin belajar maka Adi lulus
ujian
Premis 2 : Jika Adi lulus ujian maka Adi dapat diterima di PTN
Penarikan kesimpulan dari premis–premis tersebut adalah….
Pembahasan:
p = Adi rajin belajar
q = Adi lulus ujian
r = Adi dapat diterima di PTN
Premis 1 : p → q
Premis 2 : q → r
Kesimpulan :
p → r Jika Adi rajin belajar maka adi dapat di terima di PTN.
Ada juga cara menarik kesimpulan selain ketiga cara di atas, yaitu
dengan menggunakan kata kunci “semua” ataupun “beberapa”. Aturan
penarikan kesimpulan yang melibatkan kata kunci tersebut antara lain:
(1) Semua D adalah E. Semua F adalah D. Jadi semua F adalah
E. (2) Beberapa G adalah bukan M. Semua G adalah E.
(3) Jadi beberapa E adalah bukan M.
(4) Semua W adalah J. Beberapa H adalah bukan J.
(5) Jadi, beberapa H adalah bukan W.
Contoh:
Tentukan kesimpulan dari:
(1) Semua siswa putri adalah sakit.
Semua peserta lomba tari adalah siswa putri.
Kesimpulan: Semua peserta lomba tari adalah
sakit.
(2) Beberapa peserta study tour adalah bukan siswa kelas
VI.
Semua peserta study tour minum antimo.
Kesimpulan: Beberapa yang minum antimo adalah bukan siswa kelas VI.

a. Penalaran deduktif dan penalaran


induktif
(1) Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan
yang disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak
benar atau salah dan tidak keduanya bersama-sama. Penalaran deduktif dapat
tergolong tingkat rendah atau tingkat tinggi.
Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif
diantaranya adalah:
a. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
b. Menarik kesimpulan logis (penalaran logis): berdasarkan aturan inferensi,
berdasarkan profesi yang sesuai, berdasarkan peluang, korelasi antara dua
variabel, menetapkan kombinasi beberapa variabel.
c. Menyusun pembuktian langsung,pembuktian tak langsung dan pembuktian
dengan induksi matematika.
d. Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus.
e. Panarikan kesimpulan secara deduktif biasanya memakai pola berpikir
yang disebut “ silogisme”. Silogisme tersusun tersusun dari dua buah
pernyataan (premis) dan sebuah kesimpulan (konklusi).
Contoh:
Buktikanlah: Jika p dan q adalah bilangan-bilangan ganjil, maka p
+
q adalah bilangan genap.Bukti:
Untuk membuktikan pernyataan tersebut, maka kita akan menggunakan
proses berpikir deduktif. Artinya membuktikan pernyataan tersebut haruslah
berdasarkan kebenaran ataupun definisi yang sudah jelas kebenarannya,
tanpa menggunakan contoh.
Misalkan p dan q adalah sebarang bilangan ganjil, terdapat r dan s
sedemikian hingga p = 2� dan q = 2� (definisi bilangan ganjil).
p+q=2×�+2×

p + q = 2 × (� + �) (sifat distributif, sifat


tertutup)
Karena � + � adalah suatu bilangan bulat, maka berdasarkan
definisi bilangan ganjil diperoleh bahwa p + q adalah bilangan genap.

(2) Penalaran induktif


Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan
terhadap data terbatas. Karena berdasarkan keterbatasan pengamatan
tersebut, maka nilai kebenaran kesimpulan dalam penalaran induktif tidak
mutlak. Penalaran induktif dapat meliputi pengenalan pola, dugaan, dan
pembentukan generalisasi. Penalaran induktif merupakan kemampuan
seseorang dalam menarik kesimpulan yang bersifat umum melalui
pernyataan yang bersifat khusus.
Ditinjau dari karakteristik proses penarikan kesimpulan,
penalaran induktif meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a) Proses menarik kesimpulan dari pengamatan terbatas dan
diberlakukan terhadap kasus tertentu.
b) Proses menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses
atau data.
c) Proses menarik kesimpulan secara umum berdasarkan data
terbatas.
d) Memperkirakan jawaban, solusi atau kecendrungan:
interpolasi dan eksrapolasi.
e) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan,
atau pola yang ada.
f) Mengunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan
menyusun konjektur.

b. Pola Bilangan, Barisan dan Deret Bilangan

Ada beberapa jenis pola bilangan, antara lain:


(1) Pola persegi panjang
Pola persegi panjang yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk
suatu pola persegi panjang.

Sumber: Modul matematika hal. 211

Pola persegi panjang terdapat titik berjumlah 2, 6, 12, 20, ….Rumus suku
ke–� dapat ditentukan dari banyak titik pada pola persegi panjang
tersebut, maka perhatikan pola suku ke-� pada titik-titik di atas.
Perhatikan tabel di bawah ini untuk membantu kita membuat dugaan rumus
suku ke-�.

Sumber: Modul matematika hal. 211

Suku ke-� Banyak titik Banyak titik Banyak titik


(vertikal) (horizontal) seluruhnya

1 1 2 2
2 2 3 6
3 3 …. 12
4 …. …. 20
� � �+1 �(� + 1)

Rumus pola bilangan persegi panjang adalah:


𝑈� = �(� + 1), � ∈ �������� ����.
Catatan: 𝑈�= suku ke-n.
Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi panjang pada suku ke-25!
Penyelesaian:
Banyak titik pada suku ke-25 adalah ��25

𝑈� = �(� + 1)

𝑈25 = 25(25 + 1)
𝑈25 = 25 x 26
𝑈25 = 650
Jadi banyak titik pada suku ke-25 adalah 650.

(2) Pola persegi


Pola persegi adalah susunan bilangan yang dibentuk oleh bilangan kuadrat.
Contoh susunan bilangan yang menghasilkan pola persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25,
36, dan seterusnya. Jika dijabarkan dalam bentuk gambar, akan menjadi seperti
berikut.

Sumber: Modul matematika hal. 212

Rumus pola bilangan persegi adalah 𝑈� = �2, � ∈


�������� ����. Catatan: 𝑈�= suku ke-n.
Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi pada suku ke-20! Penyelesaian:
Banyak titik pada suku ke-20 adalah 𝑈20
𝑈� = n2
𝑈20 = 202
𝑈20 = 400
𝑈20 = 400
Jadi banyak titik pada suku ke-20 adalah 400.
(3) Pola segitiga
Ada dua cara yaitu:
(1) Cara penjumlahan bilangan di mana selisih bilangan setelahnya + 1 dari
bilangan sebelumnya. Perhatikan contoh berikut.

Sumber: https://www.quipper.com/id/blog/mapel/matematika/pola-bilangan-
matematika-kelas-8/#1_Pola_bilangan_persegi_panjang

Bilangan pada baris kedua (di dalam kotak berbingkai merah) merupakan
selisih dari pola bilangan sebelum dan setelahnya. Quipperian bisa melihat
bahwa selisihnya selalu + 1 dari selisih sebelumnya. Kira-kira, bilangan
setelah 15 berapa ya? Untuk memudahkan kamu menjawab, tentukan dulu
selisih antara bilangan 15 dan setelahnya, yaitu +6. Jadi, bilangan setelah 15
adalah 15 + 6 = 21.
( )
(2) Cara kedua menggunakan rumus Un di mana Un =

Perhatikan gambar di bawah ini!

sumber: modul 2 PPG hal 212

Pola bilangan segitiga terdiri darni 1, 3, 6, 10, 15, ....


( )
Rumus pola bilangan segitiga adalah

Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi pada suku ke-10!
Penyelesaian:
Banyak titik pada suku ke-20 adalah ��20
( )
𝑈� =
( )
𝑈10 =

𝑈10 =

𝑈10 = = 55

Jadi banyak titik pada suku ke-10 adalah 55.

(4) Pola bilangan Fibonacci


Matematikawan Italia yang bernama Leonardo da Pisa telah menemukan
pola bilangan Fibonacci. Perhatikan contoh pola bilangan Fibonacci berikut ini:
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, …. Informasi apa yang dapat Anda peroleh
dari bilangan-bilangan tersebut? Informasi yang Anda peroleh dari barisan
bilangan tersebut adalah suku ke-3 merupakan hasil penjumlahan dari suku ke-1
dan suku ke-2, suku ke-4 merupakan hasil penjumlahan dari suku ke-2 dan suku
ke-3, dan seterusnya. Dengan kata lain pada pola bilangan Fibonacci sebuah
suku tertentu merupakan penjumlahan dari dua suku sebelumnya, dapat ditulis
dengan:
𝑈� = 𝑈�− 1 + 𝑈�− 2.
Catatan: 𝑈�= suku ke-n.
Untuk mengetahui pemahaman kalian sejauh mana, maka,
buatlah bilangan-bilangan yang mengikuti pola bilangan Fibonacci?

(5) Barisan dan Deret Aritmatika


a) Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah barisan yang memiliki nilai selisih
antara dua suku yang berurutan selalu tetap. Selisih dua suku
berurutan tersebut disebut nilai beda, disimbolkan dengan b.
Dalam barisan aritmatika, urutan perbedaan antara satu suku
dengan suku berikutnya adalah konstan. Dengan kata lain, kita hanya
menambahkan nilai yang sama setiap waktu.
Contoh:
1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, ...
Barisan tersebut memiliki nilai beda 3 antara satu suku dengan suku
berikutnya.
Secara umum, kita dapat menulis barisan aritmatika tersebut :
{a, a+b, a+2b, a+3b, ... }
dimana:
a adalah suku pertama,
b adalah nilai beda.
Rumus-Rumus Barisan Aritmatika
 Untuk mencari Suku ke-n :
Un = a + (n - 1)b
Dimana :
Un: suku ke-n
a: suku pertama
b: nilai beda
n: banyak suku
 Untuk mencari nilai beda :
b = Un-U(n-1)
Dimana :
b adalah nilai beda
Un: suku ke-n
 Untuk mencari Suku Tengah
Kita dapat mencari suku tengah yang memiliki n suku ganjil (banyaknya
sukunya ganjil) dimana diketahui suku pertama dan suku terakhir, maka
digunakan rumus :
Ut = a + Un2
Dimana :
Ut adalah suku tengah
a adalah suku pertama
Un adalah suku ke-n (dalam hal ini bertindak sebagai suku terakhir)
 Namun jika untuk mencari suku tengah yang kondisinya hanya diketahui
suku pertama, banyaknya n suku dan nilai beda, maka rumusnya:
Ut = a + (n-1)b2 dimana :
Ut adalah suku tengah
a adalah suku pertama
n menyatakan banyaknya suku
b menyatakan nilai beda
Contoh Soal 1:
Suku ke-40 dari barisan 7, 5, 3, 1, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 7
b = –2
ditanya
Jawab:

= 7 + 39 . (-2)
= 7 + (-78) = -71
Jadi, suku ke-40 barisan aritmatika tersebut adalah –71.
Contoh Soal 2:
Rumus suku ke-n dari barisan 5, –2, –9, –16, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 5
b = –7
Ditanya: rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut = ?
Jawab:

Jadi, rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut


adalah
Contoh Soal 3:
Dalam suatu gedung pertunjukkan disusun kursi dengan baris
paling depan terdiri dari 12 kursi, baris kedua berisi 14 kursi,
baris ketiga berisi 16 kursi, dan seterusnya. Banyaknya kursi pada
baris ke-20 adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 12
b=2
Ditanyakan
Jawab:

Jadi, banyaknya kursi pada baris ke-20 adalah 50 kursi.

b) Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah jumlah dari barisan aritmatika yang biasa ditandai
dengan tanda plus (+). ��� adalah jumlah n suku pertama pada suatu
barisan aritmatika.
Contoh:
2 + 4 + 6 + 8 + 10
3 + 6 + 9 + 12 + 15
Untuk mencari jumlah dari suatu deret aritmatika, digunakan rumus:
( )
Sn =
( ( ) )
Sn =
dimana :
Sn menyatakan jumlah suku ke-n
a adalah suku pertama
Un menyatakan nilai suku ke-n
b menyatakan nilai beda
n menyatakan banyaknya suku
Contoh:
(1) Suatu bentuk deret aritmatika adalah 5, 15, 25, 35, …
Berapakah jumlah 10 suku pertama dari deret aritmatika
tersebut? Jawaban:
n = 10
U1 = a = 5
b = 15 – 5 = 25 – 15 = 10
Sn = (2a + (n-1) b )
S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)
= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 x 100 = 500
Jumlah S10 dalam deret tersebut adalah 500.
(2) Diketahui suatu deret aritmetika dengan suku pertamanya adalah 10
dan suku ke-enam adalah 20. Lalu, tentukan:
Beda deret aritmetika tersebut.
Tuliskan deret aritmetika tersebut.
Jumlah enam suku pertama deret aritmetika tersebut.
Jawaban:
Beda deret aritmatika tersebut:
Un = a+(n-1)b
U6= a+(6-1) b
20= 10+(5)b
b= 10/5 = 2
Sehingga, beda deret aritmatika tersebut adalah 2.
Bentuk deret aritmatikanya adalah:
10+12+14+16+18+20+…+Un
Jumlah suku ke-enam, S6 adalah:
Sn =n/2 (2a+(n-1)b)
S6= 6/2 (2.10+(6-1) 2)
=3(20+10)
=90
Jadi, jumlah Suku ke-enam deret tersebut adalah 90.

(6) Barisan dan Deret Geometri


Barisan geometri adalah baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku
sebelumnya melalui perkalian dengan suatu bilangan. Suatu barisan
dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi setiap suku dengan
suku sebelumnya selalu tetap.
Nilai suku pertama dilambangkan dengan a. Konstanta hasil bagi tiap suku
dengan suku sebelumnya yang selalu tetap dinamakan rasio (�).
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan geometri dapat dihitung
dengan rumus berikut.

Deret geometri adalah penjumlahan suku-suku dari barisan geometri.


Penjumlahan dari suku-suku pertama sampai suku ke-n barisan geometri
dapat dihitung dengan rumus berikut.

dengan syarat r < 1


atau

dengan syarat r > 1

contoh soal 1:
Selembar kertas dipotong menjadi dua bagian. Setiap bagian dipotong menjadi
dua dan seterusnya. Jumlah potongan kertas setelah potongan kelima sama
dengan …
Pembahasan:
Diketahui: a = 1
r=2
Ditanya:
Jawab:

=32
Jadi, jumlah potongan kertas setelah potongan kelima adalah 32
Contoh Soal 2:
Pada sebuah deret geometri diketahui bahwa suku pertamanya adalah 3 dan suku
ke-9 adalah 768. Suku ke-7 deret tersebut adalah …
Pembahasan :
Diketahui: a = 3

Ditanya:
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai r terlebih dahulu.

Ingat kembali bahwa sehingga dapat ditulis menjadi

𝑆ehingga,

Jadi, suku ke-7 deret tersebut adalah 192.


Contoh Soal 3:
Diketahui suku ke-5 dari barisan geometri adalah 243, hasil bagi suku ke-9
dengan suku ke-6 adalah 27. Suku ke-2 dari barisan tersebut adalah …
Pembahasan:
Diketahui

Ditanya
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai a dan r terlebih
dahulu.

Ingat kembali maka

Substitusikan r = 3 ke persamaan

sehingga

=9
Jadi, suku ke-2 dari barisan tersebut adalah 9.

c. Persamaan Linear, Pertidaksamaan Linear, dan Grafik Fungsi Linear

Dua pernyataan matematika yang dipisahkan dengan tanda “=” disebut


persamaan. Suatu kalimat matematika yang mengandung satu atau lebih variabel
yang derajat tertingginya satu yang dihubungkan dengan tanda “=” disebut
Persamaan linear. Penyelesaian dari suatu persamaan merupakan sebarang
bilangan yang membuat nilai persamaan itu benar jika bilangan tersebut
disubstitusikan (digantikan) pada variabel.
1) Persamaan linear satu variabel
Sistem persamaan linier satu variabel merupakan suatu konsep matematika
dalam menyelesaikan kasus pada kehidupan sehari-hari yang hanya mempunyai
satu variabel. Persamaan Linier Satu Variabel (SPLSV) merupakan suatu kalimat
terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan (=) serta hanya memiliki satu
variabel berpangkat satu.
Bentuk umum persamaan linear satu variabel adalah:
�� + � = �, � ≠ 0.
Keterangan: dengan a serta b bilangan bulat bukan nol.

Contoh:
Tentukan nilai � dari persamaan berikut ini:
a. 6� – 5 = 31

↔ 6� – 5 = 31

↔ 6� – 5+5 = 31 + 5

↔ 6 � = 36

↔� =6
b. Zaidan dan Laras merupakan kakak beradik. Hari ini Laras tengah berulang
tahun yang ke 6. Saat ini usia Zaidan 10 tahun lebih tua daripada umur Laras.
Berapakah usia Zaidan saat ini?
Untuk menjawab kasus di atas, kita dapat menggunakan prinsip persamaan linier
satu variabel.
Pembahasan!
Perlu diketahui jika usia Zaidan 10 lebih tua dari Laras adiknya. Usia Laras saat
ini adalah 6 tahun.
Sehingga, kita misalkan usia Ziadan saat ini ayitu x tahun, sehingga kita
dapatkan hasilnya adalah:
Diketahui:
X = usia Zaidan saat ini
X – 10 = usia Laras saat ini
6 = usia Laras saat ini
Maka, penyelesaiannya adalah seperti berikut ini:
X – 10 = 6 (setiap ruas di tambah 10)
X – 10 + 10 = 6 + 10
X = 16
Sehingga, usia Zaidan saat ini adalah 16 tahun.

2) Persamaan linear dua variabel


Sistem Persamaan Linear Dua Variabel atau yang biasa kita sebut sebagai
SPLDV merupakan dua persamaan linear dua variabel yang mempunyai
hubungan diantara keduanya serta mempunyai satu penyelesaian.
Bentuk umum dari sistem persamaan linear dua variabel yaitu:
ax + by = c
px + qy = d
Keterangan:
x dan y disebut sebagai variabel
a, b, p dan q disebut sebagai koefisien
c dan r disebut sebagai konstanta
SPLDV pad aumumnya dimanfaatkan guna menyelesaikan masalah sehari-hari
yang memerlukan pemakaian Matematika.
Cara Penyelesaian Persamaan linear dua variabel
1. Metode Eliminasi
Pada metode eliminasi digunakan guna menentukan himpunan penyelesaian
dari sistem persamaan linear dua variabel.
Carangan yakni dengan cara menghilangkan atau mengeliminasi salah satu
variabel dari sistem persamaan tersebut.
Jika variabel dinyatakan dengan x dan y, untuk menentukan variabel x maka
kita harus mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya.
Coba perhatikan bahwa jika suatu koefisien dari salah satu variabel sama maka
kita bisa mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel tersebut.
Untuk lebih jelasnya, kami berikan contoh permasalahan di bawah ini:
Contoh:
Dengan metode eliminasi, tentukanlah himpunan penyelesaian sistem
persamaan 2x + 3y = 6 dan x – y = 3 !
Penyelesaian:
2x + 3y = 6 dan x – y = 3
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah eliminasi variabel y.
Untuk mengeliminasi variabel y, maka koefisien y harus sama, sehingga
persamaannya yakni: 2x + 3y = 6 dikalikan 1 dan persamaan
x – y = 3 dikalikan dengan 3.
2x + 3y = 6 × 1 2x + 3y = 6
x – y = 3 × 3 3x – 3y = 9
5x = 15
x = 15/5
x=3
Langkah kedua yang harus kita lakukan adalah eliminasi variabel x.
Sama halnya pada langkah pertama, untuk mengeliminasi variabel x, maka
koefisien pada x harus sama, sehingga persamaan yang kita dapat adalah 2x +
3y = 6 dikalikan 1 dan
x – y = 3 dikalikan 2.
2x + 3y = 6 ×1 2x + 3y = 6
x – y = 3 ×2 2x – 2y = 6
5y = 0
y = 0/5
y=0
Sehingga, himpunan penyelesaiannya yaitu {(3,0)}.
2. Metode Substitusi
Metode Substitusi merupakan sebuah metode untuk menyelesaikan suatu
sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.
Yang mana kita akan menggunakan cara menyebutkan terlebih dahulu variabel
yang satu ke dalam variabel yang lain dari suatu persamaan.
Kemudian menyubstitusikan (menggantikan) variabel tersebt ke dalam
persamaan yang lainnya.
Contoh:
Dengan metode substitusi, tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan
berikut 2x +3y = 6 dan x – y = 3.
Penyelesaiannya:
Persamaan x – y = 3 merupakan ekuivalen dengan x = y + 3.
Dengan menyubstitusi persamaan x = y + 3 ke persamaan 2x + 3y = 6 maka
bisa kita dapatkan data sebagai berikut:
2x + 3y = 6
ó 2 (y + 3) + 3y = 6
2y + 6 + 3y = 6
5y + 6 = 6
5y + 6 – 6 = 6 – 6
5y = 0
y=0
Lalu untuk mendapatkan nilai x, maka substitusikan nilai y ke persamaan x = y +
3, sehingga akan kita peroleh:
x=y+3
x=0+3
x=3
Sehingga, himpunan penyelesaiaanya yaitu {(3,0)}
3. Metode Gabungan
Metode gabungan merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan. Di mana kita akan
menggabungkan metode eliminasi dan substitusi.
Contoh:
Dengan menggunakan metode gabungan di atas, tentukan himpunan
penyelesaian dari sistem persamaan 2x – 5y = 2 dan x + 5y = 6 !
Penyelesaiannya:
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah dengan menerapkan metode
eliminasi, sehingga akan kita peroleh:
2x – 5y = 2 ×1 2x – 5y = 2
x + 5y = 6 ×2 2x +10y = 12
-15y = -10
y = (-10)/(-15)
y = 2/3
Kemudian, disubstitusikan nilai y ke persamaan x + 5y = 6 sehingga akan kita
peroleh:
x + 5y = 6
x + 5 (2/3) = 6
x + 10/15 = 6
x = 6 – 10/15
x = 22/3
Sehingga, himpunan penyelesaiaanya yaitu {(2 2/3,2/3)}

3) Pertidaksamaan Linear
Pertidaksamaan merupakan suatu bentuk/kalimat matematis yang memuat tanda
lebih dari “ > “, kurang dari “ < “, lebih dari atau sama dengan “ ≥ “, dan kurang
dari atau sama dengan “ ≤ “. Sementara itu, linear dapat diartikan sebagai suatu
bentuk aljabar dengan variabel pangkat tertingginya adalah satu. Berikut akan
dijelaskan mengenai contoh penerapan pertidaksamaan linear.
Catatan:
Prinsip yang digunakan: jika kedua ruas dikalikan/dibagi dengan
bilangan negatif, maka tanda pertidaksamaan harus dirubah, misalnya
dari < atau ≤ menjadi > atau ≥ ataupun sebaliknya.
Pertidaksamaan linear banyak diterapkan dalam berbagai bidang.
Pertidaksamaan linear dimanfaatkan untuk menyelesaikan
permasalahan sehari-hari.
Penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pertidaksamaan
linear dapat dilakukan dengan mengubah permasalahan tersebut ke
dalam bentuk model matematika.
Contoh soal:
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari:
2y > 6
3x < 12
x<

x<4
HP: {1, 2, 3}
2. 2y > 6
y > 6/2
y>3
HP : {4, 5, 6, . . .}
2. Tentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear dua
variabel berikut.
4x + 2 y < 12
2x + 3y < 10
Buatlah garis 4x + 2y = 12 dan tentukan daerah yang menunjukkan
4x + 2y < 12.
Buatlah garis 2x + 3y = 10 dan tentukan daerah yang menunjukkan
2x + 3y < 10.
Tentukan titik potong kedua garis.
4) Grafik Fungsi Linear
Bentuk umum persamaan fungsi linear ditulis :
y = ax + b dengan a dan b ∈ R, a ≠ 0.
Grafik fungsi linear berupa garis lurus yang diperoleh dengan
menghubungkan titik potong dengan sumbu X dan sumbu Y pada
koordinat cartesius.
Grafik fungsi linear yang memiliki kemiringan garis (gradien) �
dan melewati titik �(�1, �1), persamaan garisnya adalah:
(� − �1) = �(� − �1).
Misalkan terdapat suatu grafik fungsi linear yang melalui titik �(�1, �1 )
dan �(�2, �2 ), maka kemiringan garis itu adalah:
m=

Untuk mencari persamaan garis yang melalui dua titik �(�1, �1) dan
�(�2, �2 ), yaitu:

= merupakan bentuk lain dari (� − ) = �(� − � )

Contoh:
Gambarlah grafik yang persamaannya y = 3x – 4.
Untuk menggambar grafik fungsi linear dapat digunakan dua cara,
yaitu dengan :
1. Tabel
Persamaan garis adalah y = 3x – 4.

2. Menentukan titik potong dengan sumbu X dan sumbu Y.


a. Perpotongan dengan sumbu X, syaratnya y = 0.
⇔ y = 3x – 4
⇔ 0 = 3x – 4
⇔ 3x = 4
⇔x=

Jadi, koordinat titik potongnya

b. Perpotongan dengan sumbu Y, syaratnya x = 0.


⇔ y = 3x – 4
⇔y=3⋅0–4
⇔ y = –4
Jadi, koordinat titik potongnya (0, –4).

3. Gambar grafik
Jika titik potong sumbu X dan titik potong sumbu Y
dihubungkan maka terbentuklah garis y = 3x – 4.

Apabila terdapat dua buah garis, maka kedua garis tersebut mungkin
akan berpotongan di satu titik (pada bahasan ini yang akan dibahas
adalah dua garis yang saling tegak lurus) atau mungkin juga tidak
berpotongan (yang selanjutnya dinamakan garis sejajar). Hubungan
antara dua garis atau grafik fungsi linear:
(1) Dua garis sejajar

Dua garis dikatakan sejajar jika gradien (kemiringan) kedua garis


tersebut sama, ditulis dengan �1 = �2. Dengan kata lain dua
garis dikatakan sejajar apabila dua garis tersebut tidak memiliki titik
potong. Ilustrasi paling sederhana dari dua garis sejajar adalah rek
kereta api. Contoh:
Tentukan persamaan garis � yang melalui titik (-3,5) dan sejajar dengan
garis � melalui titik (8,4) dan (4,-
2)! Penyelesaian:
Menentukan gradien garis g

m=
( )
m=

m = =

menentukan persamaan garis l


karena gradien dua garis yang sejajar adalah sama, m1 = m2 = , maka:

(y - y1) = m (x - x1)
(y – 5) = (x - (-3))

↔ 2 (y – 5) = 3 (x + 3)
↔ 2y – 10 = 3x + 9
↔ 2y = 3x + 19

↔Y=

(2) Dua garis saling tegak lurus

Dua garis dikatakan tegak lurus jika perkalian dua gradien sama dengan

-1 atau dapat ditulis �1 . �2 =

−1. Contoh:
Tentukan persamaan garis � yang melalui titik (-3,5) dan tegak lurus dengan
garis � yang melalui titik (8,4) dan (4,-
2)! Penyelesaian:
Menentukan gradien garis h

m=
( )
m=

m = =
Menentukan persamaan garis �
Karena gradien dua garis yang tegak lurus adalah �1 . �2 =

−1, sehingga �2 = −

Maka:
(y - y1) = m (x - x1)
↔ (y – 5) = − (x – (-3)
↔ 3 (y -5) = -2 (x+3)
↔ 3y – 15 = -2x – 6
↔ 3y = -2x + 9

↔ y =
4) Persamaan Kuadrat, Pertidaksamaan Kuadrat, dan Grafik Fungsi
Kuadrat
a) Persamaan Kuadrat
Persamaan kuadrat adalah salah satu persamaan matematika
dari variabel yang mempunyai pangkat tertinggi dua yang
dihubungkan dengan tanda “=”.
Bentuk umum dari persamaan kuadrat atau PK adalah sebagai
berikut:
ax2 +bx + c = 0 dimana � ≠
0.
Keterangan : x merupakan variabel, a, b merupakan koefisien,
dan c merupakan konstanta. Nilai a tidak sama dengan nol.
Untuk menentukan himpunan penyelesaian atau akar-akar
persamaan kuadrat �1 dan �2 dari persamaan kuadrat
dapat dilakukan dengan memfaktorkan, melengkapkan bentuk
kuadrat, menggunakan rumus kuadratis, dan menggambar
grafik fungsi kuadrat.
Untuk mencari hasil akar-akar persamaan kuadrat, terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan. Diantaranya yaitu faktorisasi, kuadrat
sempurna, dan menggunakan rumus abc.
(1) Faktorisasi
Faktorisasi/ pemfaktoran adalah suatu metode dalam mencari akar-
akar dengan mencari nilai yang jika dikalikan maka akan
menghasilkan nilai lain.
Terdapat tiga bentuk persamaan kuadrat (PK) dengan faktorisasi
akar-akar yang berbeda, yaitu:
Faktorisasi akar- akar
No Bentuk Persamaan
1 x2 + 2xy + y2 = 0 (x + y)2 = 0
2 x2 – 2xy + y2 = 0 (x – y)2 = 0
3 x2 – y2 = 0 (x + y)(x – y) = 0
Berikut contoh soal mengenai penggunaan metode faktorisasi pada
persamaan kuadrat.
Selesaikan persamaan kuadrat 5x2+13x+6=0 menggunakan metode
faktorisasi.
Penyelesaian:
5x2 + 13x = 6 = 0
5x2 + 10x + 3x + 6 = 0
5x(x + 2) + 3(x + 2) = 0
(5x + 3)(x + 2) = 0
5x = -3 atau x = -2
Jadi, hasil dari penyelesaiannya adalah x = -3/5 atau x= -2

(2) Kuadrat Sempurna


Bentuk kuadrat sempurna merupakan bentuk persamaan kuadrat
yang menghasilkan bilangan rasional.
Hasil dari persamaan kuadrat sempurna umumnya menggunakan
rumus sebagai berikut:
(x+p)2 = x2 + 2px + p2
Penyelesaian umum dari persamaan kuadarat sempurna ialah
sebagai berikut:
(x+p)2 = x2 + 2px + p2
dengan pemisalan (x+p)2 = q , maka:
(x+p)2 = q
x+p = ± q
x = -p ± q
Berikut contoh soal mengenai penggunaan metode persamaan
sempurna.
Selesaikan persamaan x2 + 6x + 5 = 0 menggunakan metode
persamaan kuadrat sempurna!
Penyelesaian:
x2 + 6x +5 = 0
x2 + 6x = -5
Langkah selanjutnya yaitu tambahkan satu angka di ruas kanan dan
kiri hingga dapat berubah ke bentuk kuadrat sempurna.
x2 + 6x + 9 = -5 + 9
x2 + 6x + 9 = 4
(x+3)2 = 4
(x+3) = √4
x=3±2
Jadi, hasil akhirnya adalah x = -1 atau x = -5

(3) Rumus Kuadrat ABC


Rumus abc merupakan alternatif pilihan ketika persamaan
kuadrat sudah tidak bisa diselesaikan dengan metode faktorisasi
maupun kuadrat sempurna.
Berikut rumus formula abc pada persamaan kuadrat ax2 +bx + c
= 0.

Berikut contoh penyelesaian soal persamaan kudrat menggunakan


formula abc.
Selesaikan persamaan x2 + 4x – 12 = 0 menggunakan metode
formula abc!
Penyelesaian:
x2 + 4x – 12 = 0
dengan a=1, b=4, c=-12
b) Pertidaksamaan Kuadrat
Apakah pertidak samaan kuadrat itu?
Nah, Pertidaksamaan kuadrat adalah suatu kalimat matematika yang
mengandung satu atau lebih variabel yang derajat tertingginya dua
yang dihubungkan dengan tanda ≠ , atau “<”, atau “>”, atau “≤”, atau
“≥”. Contoh 1: Soal Pertidaksamaan Kuadrat
2
Tentukan himpunan penyelesaian dari x – x – 12 ≥ 0 adalah ….
Pembahasan:
2 2
Harga nol dari pertidaksamaan kuadrat x – x – 12 ≥ 0 adalah x – x – 12 =
0. Selanjutnya akan ditentukan akar-akar persamaan kuadrat yang
memenuhi.
2
X – x – 12 = 0
(x + 3)(x – 4) = 0
(x + 3) = 0 atau (x – 4) = 0
x = – 3 atau x = 4
Sehingga dapat diperoleh daerah pada garis bilangan dengan
batas seperti gambar di bawah.
Selanjutnya, akan diselidiki nilai dari masing – masing daerah.
Ambil titik uji x = 0, kemudian substitusikan nilainya ke persamaan
kuadrat
x = 0 maka nilai dari persamaan kuadrat menjadi 02 – 0 – 12 = – 12
Untuk x = 0 menghasilkan nilai negatif, sehingga daerah yang
memuat angka nol, daerahnya adalah negatif.

Pertidaksamaan kuadrat yang diberikan adalah x2 – x – 12 = 0,


artinya himpunan penyelesaian dipenuhi untuk daerah yang bernilai
positif.

Jadi himpunan penyelesaiannya adalah x ≤ – 3 atau x ≥ 4.


Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh perbedaan antara persamaan kuadrat
dan pertidaksamaan kuadrat yang diberikan melalui tabel di bawah.
c) Grafik Fungsi Kuadrat

Setelah mempelajari tentang akar-akar persamaan kuadrat, makaselanjutnya


akan dibahas mengenai grafik fungsi kuadrat.

Berikut langkah- langkah menggambar grafik fungsi kuadrat

�(�) = � = ��2 + �� + �:
a) Menentukan titik potong sumbu � dan sumbu �. Titik potong
dengan sumbu � diperoleh jika � = 0, dan titik potong dengan sumbu
� diperoleh jika � = 0.

b) Menentukan persamaan sumbu simetri, garis � = −

c) Menetukan koordinat titik balik (�, �) = (− , f (−


)
2
Misalkan gambarkan grafik fungsi f(x) = x – 4x + 3, langkah yang akan
kita lakukan adalah:
(1) Menentukan titik potong sumbu � dan sumbu �.

Titik potong dengan sumbu � diperoleh jika � = 0

� 2– 4� + 3 = 0

(� – 3)(� – 1) = 0

� = 3 atau � = 1

Jadi, titik potong dengan sumbu � adalah


(1,0) dan (3,0).Titik potong dengan sumbu
�, diperoleh jika � = 0.
�(0) = 02– 4(0) + 3 = 3
Jadi, titik potong dengan sumbu � adalah (0,3)
(2) Persamaan sumbu simetri.
Persamaan sumbu simetri �(�) = � = �� 2 + �� + � adalah

garis � =

sumbu simetri pada �(�) = � 2 – 4� + 3 adalah:

� = − = � = − = 2
( )
(3) Menentukan koordinat titik balik.
Karena sumbu simetri � = 2, maka �(2) = 22 – 4(2) + 3 = −1

koordinat titik balik (2, −1).

Diperoleh sketsa grafik sebagai berikut:

Berdasarkan nilai diskriminan 𝐷 = �2 – 4��, dan nilai �,


maka secarageometris akan terdapat 6 kemungkinan bentuk
grafik fungsi, yaitu:

𝐷 > 0 ��� � > 𝐷 = 0 ��� � > 𝐷 < 0 ��� � >


0 0 0

𝐷 > 0 ��� � < 𝐷 = 0 ��� � < 𝐷 < 0 ��� � <


0 0 0

4) P
er
ge
se
ran Grafik Fungsi Kuadrat

Sebuah grafik fungsi kuadrat, akan dapat digeser searah sumbu �

ataupun searah sumbu �. Misalkan terdapat sebuah grafik fungsi kuadrat


� = �(�), akan digeser sejauh � ke arah kanan, dan � satuan
kearah atas. Persamaan kuadrat itu akan menjadi:
� – � = 𝒇 (� – �)
……*)
Perhatikan grafik fungsi di bawah ini. Grafik
fungsi tersebutmenggambarkan: � = � 2, � = � 2 + 1, dan � =
� 2 + 2.

Pertama perhatikan grafik fungsi � = �� + �, jika grafik fungsi


tersebut digeser 1 satuan ke arah atas, maka berdasarkan *) menjadi
� − � = �� + � atau � =
�� + �

Untuk selanjutnya akan dicek juga grafik fungsi � = �� + �, jika


grafik fungsi tersebut digeser 1 satuan ke arah bawah atau dapat ditulis
digeser
-1, maka grafik fungsinya akan menjadi:
� − (−)� = �� + � atau �
= ��

Perhatikan contoh selanjutnya. Lihat kembali grafik fungsi � = ��


pada gambar sebelumnya. Grafik fungsi � = �� akan digeser satu
satuan ke arah kanan. Persamaan kuadrat akan menjadi:
� – � = 𝒇 (� –
�),
m = 1 (karena satu satuan ke arah kanan), dan n = 0 (karena tidak
bergeser ke arah atas atau bawah), maka persamaan kuadrat akan
menjadi: � = (� – �)� atau � = ��– �� + �.
Contoh selanjutnya adalah jika fungsi kuadrat � = �� digeser 2
satuan ke kanan dan 5 satuan ke arah atas, maka akan menjadi:
� – 𝟓 = (� – �)�, mengapa?

5) Menyusun Persamaan Kuadrat Baru


Jika sebelumnya kita telah belajar bagaimana mengetahui akar-akar dari
persamaan tersebut, maka sekarang kita akan belajar menyusun
persamaan kuadratnya dari akar-akar yang telah diketahui sebelumnya.
Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyusun PK baru.
1. Menyusun persamaan jika telah diketahui akar-akarnya
Jika sebuah persamaan memiliki akar x1 dan x2, maka persamaan dari
akar tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk
(x- x1)(x- x2)=0
Contoh:
Tentukan persamaan kuadrat dimana akar-akarnya diantaranya -2 dan 3.
Penyelesaian:
x1 =-2 dan x2=3
(x-(-2))(x-3)=0
(x+2)(x+3)
x2-3x+2x-6=0
x2-x-6=0
Jadi, hasil persamaan dari akar-akar tersebut adalah x2-x-6=0
2. Menyusun persamaan kuadrat jika jumlah serta hasil kali akar diketahui
Jika akar-akar persamaan kuadratnya dengan jumlah dan kali x1 dan x2
telah diketahui, maka persamaan kuadratnya dapat diubah dalam
bentuk sebagai berikut.
2
x -( x1+ x2)x+(x1.x2)=0

Contoh:
Tentukan persamaan kuadrat yang memiliki akar 3 dan 1/2.
Penyelesaian:
x1=3 dan x2= -1/2
x1+ x2=3 -1/2 =6/2 – 1/2 = 5/2
x1.x2 = 3 (-1/2) = -3/2
Sehingga, persamaan kuadratnya yaitu:
x2-( x1+ x2)x+(x1.x2)=0
x2– 5/2 x – 3/2=0 (masing-masing ruas dikali 2)
2x2-5x-3=0
2
Jadi, persamaan kuadratnya dari akar 3 dan 1/2 adalah 2x -5x-3=0 .

e. Trigonometri
Trigonometri merupakan sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan
sudut segitiga, contohnya seperti sinus, cosinus, dan tangen. Kali ini kita
akan mempelajari tentang nilai perbandingan trigonometri dari suatu sudut.
Supaya bisa mempelajari nilai perbandingan ini, kalian diharuskan untuk
memahami konsep sudut ber-relasi.
Perhatikan segitiga siku-siku berikut
ini:
Pada segitiga siku-siku berlaku perbandingan sisi-sisi dengan aturan tertentu.
Perbandingan tersebut dikenal dengan perbandingan trigonometri. Pada bahasan
ini akan dibahas tiga perbandingan.
trigonometri yaitu ����� (���), ������� (���), ���
������ (���). Pada gambar segitiga tersebut perhatikan bahwa sisi
� disebut sebagai sisi miring, sisi � disebut sebagai sisi depan karena berada
di depan sudut ��, dan sisi � disebut sebagai sisi samping karena berada di
samping sudut ��.
Berdasarkan gambar segitiga siku-siku tersebut maka berlaku perbandingan
trigonometri sebagai berikut:

Sin A = =

cos A = =

tan A = =

Contoh soal:
Perhatikan gambar di bawah ini! Tentukan ��� A, ��� A, dan ���
A!

Cari dahulu panjang AB


Penyelesaian:

Sin A = = =0,92

cos A = = =0,38

tan A = = =2,4
Gambar Gambar
Perhatikan dua segitiga siku-siku istimewa berikut ini:

Gambar 1 adalah gambar segitiga siku-siku sama kaki dengan besar dua

sudut selain sudut siku-siku masing-masing adalah 450. Gambar 2


adalah gambar segitiga siku-siku dengan besar sudut selain sudut siku-

siku adalah 300 dan 600. Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 kita
akan menentukan nilai ��� 𝛼, ��� 𝛼, ��� ��� 𝛼,

untuk besar nilai 𝛼 adalah 300, 450, dan 600.


Perhatikan Gambar 1:

˚=
Sin 45 = = � = √2.

˚=
Cos 45 = = � =

˚=
√2. Tan 45 = =1

Perhatikan Gambar 2:
o=
Sin 30 =

o=
cos 30 = =

o=
tan 30 = = x =

o=
sin 60 = =

o=
cos 6 =
o=
tan 60 = =

Hasil perhitungan di atas dirangkum pada tabel berikut ini

Sumber:Tabel Sin Cos Tan Dari 0 Sampai 360 Semua Sudut


Trigonometrirumusrumus.com

Sudut istimewa trigonometri yaitu sudut mulai 0° hingga 360°, dan


di dalam satu putaran penuh terbagi menjadi 4 kuadaran. Jadi di
setiap kuadran terbagi menjadi antara sudut 90°. Kuadran tersebut
adalah :
 Kuadran I dari 0° hingga 90°
 Kuadran II dari 90° hingga 180°
 Kuadran III dari 180° hingga 270°
 Kuadran IV dari 270° hingga 360°
Ketentuan pada setiap kuadran yaitu sebagai berikut :
 Kuadaran I
Kuadran I mempunyai nilai sin, cos, dan tan yang positif.
 Kuadran II
Kuadran II mempunyai nilai sin yang positif, tapi
mempunyai nilai cos dan tan yang negative.
Sumber:Tabel Sin Cos Tan Dari 0 Sampai 360 Semua Sudut
Trigonometrirumusrumus.com

 Kuadran III
Kuadran III mempunyai nilai tan yang positif, tapi
mempunyai nilai sin dan cos yang negative.

Sumber:Tabel Sin Cos Tan Dari 0 Sampai 360 Semua Sudut


Trigonometrirumusrumus.com
 Kuadran IV
Kuadran IV mempunyai nilai cos yang positif, tapi
mempunyai nilai sin dan tan yang negative.

Sumber:Tabel Sin Cos Tan Dari 0 Sampai 360 Semua Sudut


Trigonometrirumusrumus.com

Memandang sebuah objek dari suatu titik tertentu bergantung dengan sudut
elevasi ataupun sudut depresi. Gambar berikut ini adalah ilustrasi perbedaan
sudut elevasi dan sudut depresi.
Sudut elevasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah horizontal dengan arah
pandangan mata pengamat ke arah atas.
Sudut depresi adalah sudut yang dibentuk oleh arah horizontal dengan arah
pandangan mata pengamat ke arah bawah.
Sumber: modul Matematika PPG2021 halama
n
240
Contoh sudut elevasi: :
1). Sebuah gedung yang tingginya 50 m dan terdapat sebuah
bola di dekat gedung. Jika sudut depresi dari puncak gedung
terhadap bola adalah 30∘,30∘, maka tentukan jarak bola ke dasar
gedung?
Penyelesaian :
*). Ilustrasi gambar gedungnya

Menentukan jarak bola ke dasar gedung (nilai x)


Perhatikan segitiga ABC, yang ditanyakan nilai X yang merupakan
sisi samping, dan diketahui sisi di depan sudut, sehingga kita
menggunakan tan.
Tan ∠BAC = =
0
Tan 30 =

X = 50√3
Jadi jarak bola ke daasr Gedung adalah X = 50√3
Contoh sudut depresi:
Seorang anak dengan tinggi 160 cm berdiri pada jarak 12 m
dari kaki tiang bendera. Jika sudut depresi dari puncak
tiang terhadap anak adalah 45° maka tinggi tiang bendera
itu adalah …

Jawab

tan 45⁰ =

1=

x = 12

Jadi tinggi tiang bendera adalah

= x + tinggi anak

= 12 m + 160 cm

= 12 m + 1,6 m

= 13,6 m
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Logika Matematika.
(1) Pernyataan adalah kalimat matematika tertutup yang memiliki nilai
kebenaran “benar” atau “salah”, tetapi tidak kedua-duanya pada saat
yang bersamaan.
(2) Operasi uner yaitu operasi negasi atau ingkaran, dimana nilai
kebenaran negasi sebuah pernyataannya kebalikan dari nilai
kebenaran yang dimiliki oleh pernyataan semula.
(3) Operasi biner adalah operasi yang berkenaan dengan dua unsur,
yaitu meliputi operasi konjungsi, disjungsi, implikasi dan
biimplikasi.
(4) Tautologi adalah penyataan yang semua nilai kebenarannya benar
tanpa memandang nilai kebenaran komponen-komponen
pembentuknya.
(5) Kontradiksi adalah penyataan yang semua nilai kebenarannya salah
tanpa memandang nilai kebenaran komponen-komponen
pembentuknya.
(6) Kontingensi adalah pernyataan yang bukan merupakan tautologi dan
kontongensi.
(7) Pernyataan kondisional (� → �), memiliki hubungan konvers (�

�), invers (~�→~�), dan kontrapositif ( ~ � →~ �).
(8) Aturan penarikan kesimpulan antara lain: modus ponen, modus
tolen, dan silogisme.

b. Pola Bilangan dan Deret Bilangan.


(1) Penalaran deduktif atau berpikir deduktif adalah kemampuan
seseorang dalam menarik kesimpulan berdasarkan pernyataan-
pernyataan yang bersifat umum.
(2) Penalaran induktif adalah kemampuan seseorang dalam menarik
kesimpulan yang bersifat umum melalui pernyataan yang bersifat
khusus. Penalaran induktif meliputi pola, dugaan dan pembentukan
generalisasi.
(3) Rumus pola persegi panjang adalah ���= �(� + 1),
2
Rumus pola bilangan persegi adalah 𝑈�= � , Rumus pola
bilangan segitiga adalah 𝑈�= (� + 1).

(4) Sebuah barisan dinamakan barisan aritmatika jika dan hanya jika
selisih dua suku yang berurutan selalu tetap.
(5) Rumus suku ke-� dari suatu barisan aritmatika adalah: Un = a + (n
-
1)b, dan jumlah suku ke-� dari suatu barisan aritmatika adalah: Sn =

n(a +Un).

(6) Suatu barisan dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil
bagi setiap suku dengan suku sebelumnya selalu tetap.
n-
(7) Rumus suku ke-� dari suatu barisan geometri adalah: Un= a × r
1
,
dan jumlah suku ke-� dari suatu barisan geometri adalah: 𝑆� =
( ) ( )
, � ≠ 1 atau 𝑆� � > 1.
=

c. Persamaan linear, Pertidaksamaan Linear dan Grafik Fungsi


Linear.
(1) Persamaan linier adalah suatu kalimat matematika yang mengandung
satu atau lebih variabel yang derajat tertingginya satu yang
dihubungkan dengan tanda “=”.
(2) Bentuk umum persamaan linear satu variabel adalah: �+ � = �, �
≠ 0.
(3) Bentuk umum persamaan linear dua variabel adalah: � + ��
= �, dengan � dan � ≠ 0.
(4) Menentukan himpunan penyelesaian persamaan linear dua variable
dapat menggunakan metode eliminasi atau metode substitusi.
(5) Pertidaksamaan linear adalah suatu kalimat matematika yang
mengandung satu atau lebih variabel yang derajat tertingginya satu
yang dihubungkan dengan tanda “≠”, atau “<”, atau “>”, atau “=”,
atau “=”.
(6) Persamaan garis dengan gradien � dan melalui titik �(�1,�1)
adalah: � - �1= �(� - �1)
(7) Untuk mencari persamaan garis yang melalui dua titik �(�1,�1)
dan

�(�2,�2), yaitu =

(8) Misalkan terdapat suatu garis lurus yang melalui titik �(�1,�1)
dan
�(�2,�2), maka kemiringan garis itu adalah � =

(9) Dua garis dikatakan sejajar jika gradien (kemiringan) kedua garis
tersebut sama, dapat ditulis �1= �2.
(10) Dua garis dikatakan tegak lurus jika perkalian dua gradien sama
dengan-1, dapat ditulis �1.�2= -1.

d. Persamaan kuadrat, Pertidaksamaan Kuadrat dan Grafik Fungsi


Kuadrat.
(1) Persamaan kuadrat adalah suatu kalimat matematika yang
mengandung satu atau lebih variabel yang derajat tertingginya dua
yang dihubungkan dengan tanda “=”.
(2) Pertidaksamaan kuadrat adalah suatu kalimat matematika yang
mengandung satu atau lebih variabel yang derajat tertingginya dua
yang dihubungkan dengan tanda “<”, “>”, “=”, atau “=”.
(3) Bentuk umum persamaan kuadrat satu variabel adalah: ��2 +
�� + �
= 0, dimana a≠ 0. Untuk menentukan himpunan penyelesaian
persamaan kuadrat dengan cara pemfaktoran, melengkapkan kuadrat,
ataupun rumus kuadratis.
(4) Menggambar grafik fungsi kuadrat dapat dilakukan dengan cara
menentukan titik potong terhadap sumbu � dan sumbu �,
menentukan persamaan sumbu simetri dan menentukan koordinat titik
balik.
e. Trigonometri
(1) Perbandingan trigonometri merupakan perbandingan yang berlaku
pada segitiga siku-siku. Perbandingan trigonometri yang dikenal
antara lain

2. Tugas Terstruktur

Setelah membaca dan memahami isi modul ini, coba


Anda selesaikan tugasberikut ini:
Di dalam trigonometri, selain sin, cosin, tan juga dikenal
cosecan, secan, cotangen. Carilah hubungan antara
sinus, cosinus, cotangen dengan cosecan, secan, cotangen!
Jelaskan!

3. Forum Diskusi
Untuk menambah penguasaan materi Anda, silakan
selesaikan forumdiskusi mengani materi bilangan berikut
ini:
Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini:
Jika saya kotor maka saya mandi.
Jika saya mandi maka saya cantik.
Kesimpulannya adalah jika saya kotor maka saya
cantik. Menurut Anda, apakah kesimpulan tersebut
tepat? Kemukakan alasannya!
1. Tes Formatif

1. Ingkaran dari pernyataan “semua makhluk hidup perlu makan


dan minum” adalah ...
a. Semua makhluk hidup tidak perlu makan dan minum
b. Ada makhluk hidup yang tidak perlu makan atau minum
c. Ada makhluk hidup yang tidak perlu makan dan minum
d. Semua makhluk hidup tidak perlu makan dan minum
e. Semua makhluk hidup perlu makan tetapi tidak perlu
minum

2. Diketahui premis-premis seperti berikut ini:


Premis 1: Jika Tio kehujanan maka ia sakit.
Premis 2: Jika Tio sakit maka ia demam.
Kesimpulan dari dua premis tersebut adalah:
a. Jika Tio sakit maka ia kehujanan
b. Jika Tio kehujanan maka ia demam
c. Tio kehujanan dan ia sakit
d. Tio kehujanan dan ia demam
e. Tio demam karena kehujanan
3. Perhatikan premis-premis berikut ini:
1) Jika Adi murid rajin maka Adi murid pandai.
2) Jika Adi murid pandai maka ia lulus ujian.
Ingkaran dari kesimpulan di atas adalah..
a. Jika Adi murid rajin maka ia tidak lulus ujian.
b. Adi bukan murid rajin atau ia lulus ujian.
c. Jika Adi bukan murid rajin maka ia tidak lulus ujian.
d. Jika Adi murid rajin maka ia lulus ujian.
e. Adi murid rajin dan ia tidak lulus ujian.
4. Diketahui premis-premis berikut:
1) Jika sebuah segitiga siku-siku maka salah satu sudutnya 90
derajat.
2) Jika salah satu sudut 90 derajat maka berlaku teorema
Phytagoras.
Ingkaran dari kesimpulan yang sah pada premis-premis di atas
adalah...
a. Jika sebuah segitiga siku-siku maka berlaku teorema Phytagoras
b. Jika sebuah segitiga buka siku-siku maka berlaku teorema
Phytagoras
c. Sebuah segitiga siku-siku atau tidak berlaku teorema
phytagoras.
d. Sebuah segitiga siku-siku dan tidak berlaku teorema Phytagoras.
e. Sebuah segitiga siku-siku dan berlaku teorema Phytagoras.

5. Kontraposisi dari ( ~p ⇒ q ) ⇒ ( ~p ˅ q ) adalah ...


a. ( p ˄ q ) ⇒ ( p ⇒ ~q )
b. ( p ⇒ ~q ) ⇒ ( p ⇒ ~q )
c. ( p ⇒ ~q ) ⇒ ( p ⇒ q )
d. ( ~p ⇒ ~q ) ⇒ ( p ˄ ~q )
e. ( p ˄ ~q ) ⇒ ( ~p ˄ ~q )
6. Diketahui barisan bilangan:

Suku ke-32 adalah ….


a. 465
b. 168
c. 158
d. 153
e. 160
7. Diketahui barisan bilangan

Suku ke-52 adalah …


a. 201
b. 207
c. 208
d. 215
e. 216
8. Diketahui sebuah barisan geometri 3, 6, 12....maka suku ketujuh dari
barisan geometri tersebut :
a. 128
b. 192
c. 64
d. 190
e. 200
9. Diketahui sebuah barisan geometri : 3, 9, 27, 81, 243. Berapakah
rasio barisan geometri tersebut :
a. 4
b. 3
c. 2
d. 9
10. Diketahui sebuah barisan geometri : 5, 10, 20, 40, 80, .... , 5120.
Nilai suku tengahnya adalah :
a. 160
b. 320
c. 510
d. 640
e.390
2
11. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x – 5x – 14 ≤ 0, x ϵ R
adalah ….
a. { x | x < 2 atau x > 7, x ϵ R
b. { x | x < -2 atau x > 7, x ϵ R}
c. { x | x < -7 atau x > -7, x ϵ R }
d. { x | -2 < x < 7, x ϵ R}
e. { x | – 2 ≤ x ≤ 7, x ϵ R}
12. Persamaan berikut ini yang akar-akarnya tidak nyata adalah ⋯⋅⋯⋅
a. x2+5x+7=0
b. 4x2+12x+9=0
c. x2−x−1=0
d. 2x2+x−3=0
e. 2x2−5x+3=0
13. Akar-akar persamaan x2−(a−1)x+2=0 adalah α (baca: alfa)
dan β (baca: beta). Jika α=2β dan a>0, maka nilai a=⋯⋅
a. 22
b. 33
c. 44
d. 66
e. 88
14. Diberikan persamaan kuadrat x2−3x+5=0. Jika pp adalah akar dari
persamaan kuadrat itu, maka nilai dari p2−3p−5=⋯⋅
a. -10
b. 0
c. 3
d. 5
e. 10

15. Persamaan 3x2+(k−2)x−k+2=0 mempunyai dua akar real berbeda.


Batas-batas nilai kk yang memenuhi adalah ⋯⋅⋯⋅
a. k≤2atau k≥10
b. k≤−10atau k≥2
c. k<−10atau k>2
d. k>10
e. −10<k<2
16. Pada segitiga ABC lancip, diketahui cos A = 4/5 dan sin B = 12/13 maka sin C =
...
a. 20/65
b. 36/65
c. 56/65
d. 60/65
e. 63/65
17. Jika cos β = -1/2 √3 dan sudut β terletak pada kuadran II, maka tan
β = ...
a. √3
b. 1/9 √3
c. 1/2
d. – 1/3 √3
e. -√3
18. Luas segitiga ABC adalah 24 cm2, sisi AC = 8 cm, dan AB = 12
cm. Nilai cos <A = ...
a. 1/3 √2
b. ½
c. 1/3 √3
d. ½ √2
e. ½ √3
19. Andi berdiri tegak pada jarak 10√3 m dari kaki sebuah pohon besar
yang tumbuh gerak lurus. Jika tinggi Andi 1,6 m dan melihat ke
puncak pohon dengan sudut elevasi 60°. Tentukan tinggi pohon
tersebut?
a. 31,6 m
b. 30,6 m
c. 32 m
d. 30 m
e. 33 m

20. Seorang siswa diberikan tugas untuk mengukur tinggi sebuah


gedung dengan menggunakan klinometer pada awal berdiri melihat
ujung atas gedung dengan sudut elevasi 30° kemudian mendekati
gedung sejauh 20 m dengan sudut elevasi 45°, jika tinggi siswa
tersebut 1,5 m maka tinggi gedung adalah …
a. (11√3 + 11,5) m
b. (10√3 + 11,5) m
c. (10√3 + 10,5) m
d. (11√3 + 10,5) m
e. (12√3 + 11,5) m
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF
1 B
2 B
3 E
4 D
5 E
6 C
7 A
8 B
9 B
10 A
11 E
12 A
13 C
14 A
15 C
16 E
17 D
18 E
19 A
20 B

73
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Andhin. (2019). Pendalaman Materi Matematika. Jakarta:

Kemendikbud Muhsetyo, Gatot. (2019). Pembelajaran Matematika SD.

Tangerang: Universitas Terbuka.

Sukirman. (2019). Matematika. Tangerang: Universitas Terbuka

Herman, T., Mujono. (2008). Logika Matematika. Bandung: UPI Press.

Fitriani, A. D. (2019). Kapita Selekta Matematika (Modul PPG). Tidak

diterbitkan. Kusumah, Yaya. (1986). Logika Matematika Elementer. Bandung:

Tarsito. Prabawanto, S., Mujono. (2006). Statistika dan Peluang. Bandung: UPI

Press. Prabawanto, S., Rahayu, P. (2006). Bilangan. Bandung: UPI Press.

Russeffendi. (2006). Pengantar kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya


dalam pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Nety24. Kapita Selekta Matematika-75620375. Retrieved from


https://www.slideshare.net/Nety24/kapita-selekta-matematika-75620375

Cece Kustiawan FMIPA. Logika_Matematika. Retrieved from


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1966121319
92031-CECE_KUSTIAWAN/Logika_Matematika.pdf.

SIM PKB. Kapita Selekta Matematika. Retrieved from


cdnbelajar.simpkb.id/s3/p3k/PGSD/Matematika/Modul%20Pembelajaran/M
atematika_Pembelajaran-6.pdf (Pembelajaran 6. Kapita Selekta
Matematika)

FKIP UNSRI. Kapita Selekta Matematika. Retrieved from


http://matematika.fkip.unsri.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/kapita-
selekta-matematika.pdf (KONTRAK PERKULIAHAN (KAPITA
SELEKTA MATEMATIKA).

Syekh Nurjati. Handout Perkuliahan Kapita Selekt Matematika. Retrieved from


https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/0MTK5230425.pdf
(HANDOUT PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA MATEMATIKA
(SMP)).

74
75

Anda mungkin juga menyukai