ii
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat .............................................................................................. 2
2. Relevansi ........................................................................................................... 3
3. Petunjuk Belajar ................................................................................................ 3
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran ...................................................................................... 4
2. Sub Capaian Pembelajaran ............................................................................... 4
3. Uraian Materi dan Contoh ................................................................................ 4
a. Logika Matematika..................................................................................... 4
b. Pola Bilangan dan Deret Bilangan............................................................ 20
c. Persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik fungsi linear............
31 d. Persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik fungsi
kuadrat ..................................................................................................... 42
e.
Trigonometri..................................................................................................52
4. Rangkuman..................................................................................................... 61
5. Tugas Terstruktur ........................................................................................... 63
6. Forum Diskusi ................................................................................................ 63
7. Tes Sumatif..................................................................................................... 64
8. Kunci Jawaban................................................................................................ 70
9. Daftar Pustaka ................................................................................................ 71
iii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pelajaran Matematika digunakan untuk memecahkan masalah dalam
berbagai disilplin ilmu yang memiliki obyek yang bersifat abstrak, sehingga dapat
menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam memahaminya. Dalam
http://eprints.ums.ac.id/28701/2/04, diakses tanggal 15 April 2021, disebutkan
bahwa :
“lima alasan perlunya belajar matematika karena
matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas
dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah, (3)
sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.” (Cornellius
(1982:38) dalam bukunya Abdurrahman (2003:253).
4
c. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik
fungsi linear.
d. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik
fungsi kuadrat
e. Mahasiswa kesulitan memahami konsep dan kesulitan memecahkan masalah
berhubungan dengan trigonometri.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis menulis Materi Ajar
berbasis Problem Based Learning (PBL) dengan judul “Kapita Selekta
Matematika”.
Di dalam materi ajar ini akan membahas pemecahan masalah atau solusi
dari permasalahan kelas H yang berhubungan dengan Kapita Selekta Matematika,
diantaranya sebagai berikut:
a. Logika matematika
b. Pola bilangan dan deret bilangan
c. Persamaan linear, pertidaksamaan linear dan grafik fungsi linear
d. Persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat dan grafik fungsi
kuadrat e. Trigonometri
2. Relevansi
Setelah mempelajari materi ajar ini, diharapkan pembaca mampu:
a. Membuat kesimpulan matematis dengan menggunakan penalaran
logis. b. Menentukan rumus dari suatu pola bilangan dan deret bilangan.
c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan
persamaan kuadrat.
d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grafik fungsi linear
dan kuadrat.
e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.
3. Petunjuk Belajar
Untuk membantu memahami materi ajar ini, perhatikan petunjuk belajar
berikut ini untuk membantu lebih memahami modul ini:
a. Bacalah uraian permasalahan yang diangkat dalam materi ajat ini.
b. Perhatikan peta konsep yang disajikan, untuk mencegah miskonsepsi
materi,
c. Bacalah dengan cermat uraian penting yang terdapat dalam materi ajar.
d. Temukanlah kata kunci dan ringkaslah hal-hal yang menurut Anda
penting.
e. Pahamilah modul ini melalui pemahaman dan pengalaman sendiri serta
diskusikanlah dengan rekan atau instruktur Anda.
f. Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan dari berbagai
sumber, termasuk dari internet.
g. Mantapkan pemahaman Anda melalui pengerjaan forum diskusi dan tes
formatif yang tersedia dalam materi ajar ini. Kemudian, nilai sendiri
tingkat pencapaian Anda dengan membandingkan jawaban yang telah
Anda buat dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada akhir
materi ajar.
h. Diskusikan apa yang telah dipelajari termasuk kata sulit dengan teman
Anda.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
a. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan
keduanya dalam konteks materi logika, pola bilangan, persamaan linear,
persamaan kuadrat dan grafik fungsi polinomial.
b. Menguasai konsep teoretis materi pelajaran matematika secara
mendalam.
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Membuat kesimpulan matematis dengan menggunakan penalaran logis.
b. Menentukan rumus dari suatu pola bilangan dan deret bilangan.
c. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linear dan
persamaan kuadrat.
d. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan grafik fungsi linear dan
kuadrat.
e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri.
2) Operasi Uner
Andhin Dyah Fitriani (2019: 201) menyatakan bahwa “operasi uner
disebut juga dengan operasi negasi atau ingkaran”. Operasi negasi merupakan
operasi yang hanya berkenaan dengan satu unsur. Sukirman (2019:1.7)
menyatakan bahwa “negasi suatu pernyataan adalah suatu pernyataan yang
bernilai salah apabila pernyataan semula bernilai benar, atau bernilai benar
apabila pernyataan semula bernilai salah”.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa negasi
adalah sebuah pernyataan yang memiliki nilai kebenaran yang berlawanan
dengan pernyataan semula. Operasi negasi biasa dilambangkan dengan ~. Nilai
kebenaran negasi sebuah pernyataan adalah kebalikan dari nilai kebenaran yang
dimiliki oleh pernyataannya.
p ~p
B S
Table 1.1 negasi (sumber Modul PPG Matematika 2021 halaman 200)
Contoh 1:
Jika ”a” menyatakan “Ïda suka mangga”, maka “negasi a” disimbolkan dengan
“~a” menyatakan “tidak benar bahwa Ida suka mangga”. Dengan Bahasa sehari-
hari dapat dikatakan “Ida tidak suka mangga”.
Contoh 2:
r : Bilangan prima adalah bilangan ganjil.
Negasinya ditulis r : Tidak benar bahwa bilangan prima adalah bilangan
ganjil, atau : Karena τ (r) = S, kita peroleh maka τ (-r) = B
3) Operasi Biner
Andhin Dyah Fitriani (2019: 201) menuliskan bahwa “operasi biner adalah
operasi yang berkenaan dengan dua unsur”. Dalam logika matematika, operasi
biner berkenaan dengan dua pernyataan.
Ada 4 macam operasi biner yang akan kita pelajari, yaitu :
a. Operasi Konjungsi
b. Operasi Disjungsi
c. Operasi Implikasi
d. Operasi Biimplikasi
Tabel 1.4 kebenaran untuk operasi disjungsi (sumber modul PPG 2021 hal 201)
� � �∨�
B B B
B S B
S B B
S S S
Contoh 1:
� : 3 adalah bilangan prima. (B)
� : 4 membagi habis 16. (B)
� ∨ � : 3 adalah bilangan prima atau 4 membagi habis 16.
(B) Contoh 2:
� : 7 lebih besar dari 9. (S)
� : 5 adalah bilangan prima. (B)
� ∨ � : 7 lebih besar dari 9 atau 5 adalah bilangan prima.(B)
Contoh 1:
� : matahari terbit dari timur.(B)
� : Herman naik kelas.(B)
�→� : jika matahari terbit dari timur maka Herman naik kelas.
(B) Contoh 2:
� : Firda sembuh dari sakit lever.(B)
� : Matahari terbenam di sebelah timur.(S)
�→� : jika Firda sembuh dari sakit lever maka Matahari terbenam di
sebelah timur. (B)
(4) Operasi biimplikasi
Pernyataan biimplikasi biconditional statement termasuk ke dalam
pernyataan bersyarat. Pernyataan biimplikasi merupakan pernyataan majemuk
yang berbentuk “p jika dan hanya jika q”. Pernyataan biimplikasi dinyatakan
dengan �↔�. Pernyataan biimplikasi �↔� (dibaca p jika dan hanya
jika q) bernilai benar apabila kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai
kebenaran yang sama, dan bernilai salah apabila kedua pernyataan tunggalnya
mempunyai nilai kebenaran yang berbeda.
Tabel kebenaran 1.6 untuk operasi biimplikasi ( s u m b e r m o d u l P P G 2 0 2 1 h a l 2 0 2 )
� � �↔�
B B B
B S S
S B S
S S B
Contoh:
�: 3 adalah bilangan
ganjil.
Contoh tautologi:
Periksa nilai kebenaran dari ekspresi logika (p ∧ q) → (p→q)!
Tabel
1.8 p q p˄q p→q (p˄q) → ( p→q)
B B B B B
B S S S B
S B S B B
S S S B B
TAUTOLOGI
Kontradiksi adalah suatu pernyataan majemuk yang memil
kebenaran selalu salah untuk semua kombinasi nilai kebenaran dari proposisi
iki nilai
tunggal yang membentuknya. Dalam kata lain, kontradiksi merupakan
kebalikan dari tautologi. Apapun nilai kebenaran dari proposisi tunggalnya,
baik benar (B) atau salah (S), nilai kebenaran proposisi majemuknya akan
salah. Proposisi majemuk yang termasuk dalam kontradiksi dapat secara
mudah dilihat melalui tabel kebenaran.
Contoh kontradiksi:
periksa nilai kebenaran dari ekspresi logika (p ∧ q) ↔ (p → ~q)!
Tabel 1.8 Kontradiksi (sumber modul PPG 2021 hal 203)
a) Modus Ponen
Modus ponen adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip :
[(� → �) 𝖠 �] → � atau [� 𝖠 (� → �)] →
�.
Argumen tersebut ditulis sebagai berikut:
� → � premis 1
� premis 2
∴ � kesimpulan
Contoh:
Tentukan kesimpulan atau konklusi dari premis-premis berikut
ini! (1) Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas.
(2) Jika saya minum di kelas maka ruangan kelas menjadi kotor.
(3) Saya makan di kelas.
(4) Apakah ruangan kotor?
Solusi: Misalkan:
p : saya makan di kelas
q : saya minum di kelas
r : ruangan kelas menjadi kotor maka,
cerita sederhana tersebut dapat dinyatakan dengan 1: p → q 2: q → r 3: p
Menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 1 dan kalimat 3, maka kita bisa
menarik kesimpulan q, yang artinya saya minum di kelas.
Kalimat matematikanya bisa kita ubah menjadi: 1: p → q 2: q → r 3: p 4: q
Dengan menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 2 dan 4, kita memperoleh
kesimpulan r, yang artinya ruangan kelas menjadi kotor.
b) Modus Tolen
Modus Tolen adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip:
[(� → �) 𝖠 ~�] → ~� atau [~� 𝖠 (� → �)] → ~�.Argumen
tersebut ditulis sebagai berikut:
� → � premis 1
~� premis 2
∴ ~� kesimpulan
Contoh:
Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas.
Saya tidak minum di kelas.
Apakah saya makan di kelas?
Solusi: kalimat matematika: p → q ~q
Menggunakan Modus Tollens, maka kita bisa menarik kesimpulan ~p, yang
artinya saya tidak makan di kelas.
Untuk menguji keabsahanya dapat dilakukan dengan menggunakan tabel
kebenaran untuk [(p → q) v ~q] → ~p yang merupakan tautologi.
c) Silogisme
Silogisme adalah penarikan kesimpulan berdasarkan prinsip:
[(� → �) 𝖠 (� → �)] → (� → �). Argumen tersebut ditulis sebagai
berikut:
� →� premis 1
� →� premis 2
∴�→� kesimpulan
Contoh:
Tentukan kesimpulan dari premis-premis di bawah
ini: Premis 1 : Jika Adi rajin belajar maka Adi lulus
ujian
Premis 2 : Jika Adi lulus ujian maka Adi dapat diterima di PTN
Penarikan kesimpulan dari premis–premis tersebut adalah….
Pembahasan:
p = Adi rajin belajar
q = Adi lulus ujian
r = Adi dapat diterima di PTN
Premis 1 : p → q
Premis 2 : q → r
Kesimpulan :
p → r Jika Adi rajin belajar maka adi dapat di terima di PTN.
Ada juga cara menarik kesimpulan selain ketiga cara di atas, yaitu
dengan menggunakan kata kunci “semua” ataupun “beberapa”. Aturan
penarikan kesimpulan yang melibatkan kata kunci tersebut antara lain:
(1) Semua D adalah E. Semua F adalah D. Jadi semua F adalah
E. (2) Beberapa G adalah bukan M. Semua G adalah E.
(3) Jadi beberapa E adalah bukan M.
(4) Semua W adalah J. Beberapa H adalah bukan J.
(5) Jadi, beberapa H adalah bukan W.
Contoh:
Tentukan kesimpulan dari:
(1) Semua siswa putri adalah sakit.
Semua peserta lomba tari adalah siswa putri.
Kesimpulan: Semua peserta lomba tari adalah
sakit.
(2) Beberapa peserta study tour adalah bukan siswa kelas
VI.
Semua peserta study tour minum antimo.
Kesimpulan: Beberapa yang minum antimo adalah bukan siswa kelas VI.
Pola persegi panjang terdapat titik berjumlah 2, 6, 12, 20, ….Rumus suku
ke–� dapat ditentukan dari banyak titik pada pola persegi panjang
tersebut, maka perhatikan pola suku ke-� pada titik-titik di atas.
Perhatikan tabel di bawah ini untuk membantu kita membuat dugaan rumus
suku ke-�.
1 1 2 2
2 2 3 6
3 3 …. 12
4 …. …. 20
� � �+1 �(� + 1)
𝑈� = �(� + 1)
𝑈25 = 25(25 + 1)
𝑈25 = 25 x 26
𝑈25 = 650
Jadi banyak titik pada suku ke-25 adalah 650.
Sumber: https://www.quipper.com/id/blog/mapel/matematika/pola-bilangan-
matematika-kelas-8/#1_Pola_bilangan_persegi_panjang
Bilangan pada baris kedua (di dalam kotak berbingkai merah) merupakan
selisih dari pola bilangan sebelum dan setelahnya. Quipperian bisa melihat
bahwa selisihnya selalu + 1 dari selisih sebelumnya. Kira-kira, bilangan
setelah 15 berapa ya? Untuk memudahkan kamu menjawab, tentukan dulu
selisih antara bilangan 15 dan setelahnya, yaitu +6. Jadi, bilangan setelah 15
adalah 15 + 6 = 21.
( )
(2) Cara kedua menggunakan rumus Un di mana Un =
Contoh:
Tentukanlah banyak titik pola persegi pada suku ke-10!
Penyelesaian:
Banyak titik pada suku ke-20 adalah ��20
( )
𝑈� =
( )
𝑈10 =
𝑈10 =
𝑈10 = = 55
= 7 + 39 . (-2)
= 7 + (-78) = -71
Jadi, suku ke-40 barisan aritmatika tersebut adalah –71.
Contoh Soal 2:
Rumus suku ke-n dari barisan 5, –2, –9, –16, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 5
b = –7
Ditanya: rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut = ?
Jawab:
b) Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah jumlah dari barisan aritmatika yang biasa ditandai
dengan tanda plus (+). ��� adalah jumlah n suku pertama pada suatu
barisan aritmatika.
Contoh:
2 + 4 + 6 + 8 + 10
3 + 6 + 9 + 12 + 15
Untuk mencari jumlah dari suatu deret aritmatika, digunakan rumus:
( )
Sn =
( ( ) )
Sn =
dimana :
Sn menyatakan jumlah suku ke-n
a adalah suku pertama
Un menyatakan nilai suku ke-n
b menyatakan nilai beda
n menyatakan banyaknya suku
Contoh:
(1) Suatu bentuk deret aritmatika adalah 5, 15, 25, 35, …
Berapakah jumlah 10 suku pertama dari deret aritmatika
tersebut? Jawaban:
n = 10
U1 = a = 5
b = 15 – 5 = 25 – 15 = 10
Sn = (2a + (n-1) b )
S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)
= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 x 100 = 500
Jumlah S10 dalam deret tersebut adalah 500.
(2) Diketahui suatu deret aritmetika dengan suku pertamanya adalah 10
dan suku ke-enam adalah 20. Lalu, tentukan:
Beda deret aritmetika tersebut.
Tuliskan deret aritmetika tersebut.
Jumlah enam suku pertama deret aritmetika tersebut.
Jawaban:
Beda deret aritmatika tersebut:
Un = a+(n-1)b
U6= a+(6-1) b
20= 10+(5)b
b= 10/5 = 2
Sehingga, beda deret aritmatika tersebut adalah 2.
Bentuk deret aritmatikanya adalah:
10+12+14+16+18+20+…+Un
Jumlah suku ke-enam, S6 adalah:
Sn =n/2 (2a+(n-1)b)
S6= 6/2 (2.10+(6-1) 2)
=3(20+10)
=90
Jadi, jumlah Suku ke-enam deret tersebut adalah 90.
contoh soal 1:
Selembar kertas dipotong menjadi dua bagian. Setiap bagian dipotong menjadi
dua dan seterusnya. Jumlah potongan kertas setelah potongan kelima sama
dengan …
Pembahasan:
Diketahui: a = 1
r=2
Ditanya:
Jawab:
=32
Jadi, jumlah potongan kertas setelah potongan kelima adalah 32
Contoh Soal 2:
Pada sebuah deret geometri diketahui bahwa suku pertamanya adalah 3 dan suku
ke-9 adalah 768. Suku ke-7 deret tersebut adalah …
Pembahasan :
Diketahui: a = 3
Ditanya:
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai r terlebih dahulu.
𝑆ehingga,
Ditanya
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai a dan r terlebih
dahulu.
Substitusikan r = 3 ke persamaan
sehingga
=9
Jadi, suku ke-2 dari barisan tersebut adalah 9.
Contoh:
Tentukan nilai � dari persamaan berikut ini:
a. 6� – 5 = 31
↔ 6� – 5 = 31
↔ 6� – 5+5 = 31 + 5
↔ 6 � = 36
↔� =6
b. Zaidan dan Laras merupakan kakak beradik. Hari ini Laras tengah berulang
tahun yang ke 6. Saat ini usia Zaidan 10 tahun lebih tua daripada umur Laras.
Berapakah usia Zaidan saat ini?
Untuk menjawab kasus di atas, kita dapat menggunakan prinsip persamaan linier
satu variabel.
Pembahasan!
Perlu diketahui jika usia Zaidan 10 lebih tua dari Laras adiknya. Usia Laras saat
ini adalah 6 tahun.
Sehingga, kita misalkan usia Ziadan saat ini ayitu x tahun, sehingga kita
dapatkan hasilnya adalah:
Diketahui:
X = usia Zaidan saat ini
X – 10 = usia Laras saat ini
6 = usia Laras saat ini
Maka, penyelesaiannya adalah seperti berikut ini:
X – 10 = 6 (setiap ruas di tambah 10)
X – 10 + 10 = 6 + 10
X = 16
Sehingga, usia Zaidan saat ini adalah 16 tahun.
3) Pertidaksamaan Linear
Pertidaksamaan merupakan suatu bentuk/kalimat matematis yang memuat tanda
lebih dari “ > “, kurang dari “ < “, lebih dari atau sama dengan “ ≥ “, dan kurang
dari atau sama dengan “ ≤ “. Sementara itu, linear dapat diartikan sebagai suatu
bentuk aljabar dengan variabel pangkat tertingginya adalah satu. Berikut akan
dijelaskan mengenai contoh penerapan pertidaksamaan linear.
Catatan:
Prinsip yang digunakan: jika kedua ruas dikalikan/dibagi dengan
bilangan negatif, maka tanda pertidaksamaan harus dirubah, misalnya
dari < atau ≤ menjadi > atau ≥ ataupun sebaliknya.
Pertidaksamaan linear banyak diterapkan dalam berbagai bidang.
Pertidaksamaan linear dimanfaatkan untuk menyelesaikan
permasalahan sehari-hari.
Penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pertidaksamaan
linear dapat dilakukan dengan mengubah permasalahan tersebut ke
dalam bentuk model matematika.
Contoh soal:
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari:
2y > 6
3x < 12
x<
x<4
HP: {1, 2, 3}
2. 2y > 6
y > 6/2
y>3
HP : {4, 5, 6, . . .}
2. Tentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear dua
variabel berikut.
4x + 2 y < 12
2x + 3y < 10
Buatlah garis 4x + 2y = 12 dan tentukan daerah yang menunjukkan
4x + 2y < 12.
Buatlah garis 2x + 3y = 10 dan tentukan daerah yang menunjukkan
2x + 3y < 10.
Tentukan titik potong kedua garis.
4) Grafik Fungsi Linear
Bentuk umum persamaan fungsi linear ditulis :
y = ax + b dengan a dan b ∈ R, a ≠ 0.
Grafik fungsi linear berupa garis lurus yang diperoleh dengan
menghubungkan titik potong dengan sumbu X dan sumbu Y pada
koordinat cartesius.
Grafik fungsi linear yang memiliki kemiringan garis (gradien) �
dan melewati titik �(�1, �1), persamaan garisnya adalah:
(� − �1) = �(� − �1).
Misalkan terdapat suatu grafik fungsi linear yang melalui titik �(�1, �1 )
dan �(�2, �2 ), maka kemiringan garis itu adalah:
m=
Untuk mencari persamaan garis yang melalui dua titik �(�1, �1) dan
�(�2, �2 ), yaitu:
Contoh:
Gambarlah grafik yang persamaannya y = 3x – 4.
Untuk menggambar grafik fungsi linear dapat digunakan dua cara,
yaitu dengan :
1. Tabel
Persamaan garis adalah y = 3x – 4.
3. Gambar grafik
Jika titik potong sumbu X dan titik potong sumbu Y
dihubungkan maka terbentuklah garis y = 3x – 4.
Apabila terdapat dua buah garis, maka kedua garis tersebut mungkin
akan berpotongan di satu titik (pada bahasan ini yang akan dibahas
adalah dua garis yang saling tegak lurus) atau mungkin juga tidak
berpotongan (yang selanjutnya dinamakan garis sejajar). Hubungan
antara dua garis atau grafik fungsi linear:
(1) Dua garis sejajar
m=
( )
m=
m = =
(y - y1) = m (x - x1)
(y – 5) = (x - (-3))
↔ 2 (y – 5) = 3 (x + 3)
↔ 2y – 10 = 3x + 9
↔ 2y = 3x + 19
↔Y=
Dua garis dikatakan tegak lurus jika perkalian dua gradien sama dengan
−1. Contoh:
Tentukan persamaan garis � yang melalui titik (-3,5) dan tegak lurus dengan
garis � yang melalui titik (8,4) dan (4,-
2)! Penyelesaian:
Menentukan gradien garis h
m=
( )
m=
m = =
Menentukan persamaan garis �
Karena gradien dua garis yang tegak lurus adalah �1 . �2 =
−1, sehingga �2 = −
Maka:
(y - y1) = m (x - x1)
↔ (y – 5) = − (x – (-3)
↔ 3 (y -5) = -2 (x+3)
↔ 3y – 15 = -2x – 6
↔ 3y = -2x + 9
↔ y =
4) Persamaan Kuadrat, Pertidaksamaan Kuadrat, dan Grafik Fungsi
Kuadrat
a) Persamaan Kuadrat
Persamaan kuadrat adalah salah satu persamaan matematika
dari variabel yang mempunyai pangkat tertinggi dua yang
dihubungkan dengan tanda “=”.
Bentuk umum dari persamaan kuadrat atau PK adalah sebagai
berikut:
ax2 +bx + c = 0 dimana � ≠
0.
Keterangan : x merupakan variabel, a, b merupakan koefisien,
dan c merupakan konstanta. Nilai a tidak sama dengan nol.
Untuk menentukan himpunan penyelesaian atau akar-akar
persamaan kuadrat �1 dan �2 dari persamaan kuadrat
dapat dilakukan dengan memfaktorkan, melengkapkan bentuk
kuadrat, menggunakan rumus kuadratis, dan menggambar
grafik fungsi kuadrat.
Untuk mencari hasil akar-akar persamaan kuadrat, terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan. Diantaranya yaitu faktorisasi, kuadrat
sempurna, dan menggunakan rumus abc.
(1) Faktorisasi
Faktorisasi/ pemfaktoran adalah suatu metode dalam mencari akar-
akar dengan mencari nilai yang jika dikalikan maka akan
menghasilkan nilai lain.
Terdapat tiga bentuk persamaan kuadrat (PK) dengan faktorisasi
akar-akar yang berbeda, yaitu:
Faktorisasi akar- akar
No Bentuk Persamaan
1 x2 + 2xy + y2 = 0 (x + y)2 = 0
2 x2 – 2xy + y2 = 0 (x – y)2 = 0
3 x2 – y2 = 0 (x + y)(x – y) = 0
Berikut contoh soal mengenai penggunaan metode faktorisasi pada
persamaan kuadrat.
Selesaikan persamaan kuadrat 5x2+13x+6=0 menggunakan metode
faktorisasi.
Penyelesaian:
5x2 + 13x = 6 = 0
5x2 + 10x + 3x + 6 = 0
5x(x + 2) + 3(x + 2) = 0
(5x + 3)(x + 2) = 0
5x = -3 atau x = -2
Jadi, hasil dari penyelesaiannya adalah x = -3/5 atau x= -2
�(�) = � = ��2 + �� + �:
a) Menentukan titik potong sumbu � dan sumbu �. Titik potong
dengan sumbu � diperoleh jika � = 0, dan titik potong dengan sumbu
� diperoleh jika � = 0.
� 2– 4� + 3 = 0
(� – 3)(� – 1) = 0
� = 3 atau � = 1
garis � =
−
sumbu simetri pada �(�) = � 2 – 4� + 3 adalah:
� = − = � = − = 2
( )
(3) Menentukan koordinat titik balik.
Karena sumbu simetri � = 2, maka �(2) = 22 – 4(2) + 3 = −1
4) P
er
ge
se
ran Grafik Fungsi Kuadrat
Contoh:
Tentukan persamaan kuadrat yang memiliki akar 3 dan 1/2.
Penyelesaian:
x1=3 dan x2= -1/2
x1+ x2=3 -1/2 =6/2 – 1/2 = 5/2
x1.x2 = 3 (-1/2) = -3/2
Sehingga, persamaan kuadratnya yaitu:
x2-( x1+ x2)x+(x1.x2)=0
x2– 5/2 x – 3/2=0 (masing-masing ruas dikali 2)
2x2-5x-3=0
2
Jadi, persamaan kuadratnya dari akar 3 dan 1/2 adalah 2x -5x-3=0 .
e. Trigonometri
Trigonometri merupakan sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan
sudut segitiga, contohnya seperti sinus, cosinus, dan tangen. Kali ini kita
akan mempelajari tentang nilai perbandingan trigonometri dari suatu sudut.
Supaya bisa mempelajari nilai perbandingan ini, kalian diharuskan untuk
memahami konsep sudut ber-relasi.
Perhatikan segitiga siku-siku berikut
ini:
Pada segitiga siku-siku berlaku perbandingan sisi-sisi dengan aturan tertentu.
Perbandingan tersebut dikenal dengan perbandingan trigonometri. Pada bahasan
ini akan dibahas tiga perbandingan.
trigonometri yaitu ����� (���), ������� (���), ���
������ (���). Pada gambar segitiga tersebut perhatikan bahwa sisi
� disebut sebagai sisi miring, sisi � disebut sebagai sisi depan karena berada
di depan sudut ��, dan sisi � disebut sebagai sisi samping karena berada di
samping sudut ��.
Berdasarkan gambar segitiga siku-siku tersebut maka berlaku perbandingan
trigonometri sebagai berikut:
Sin A = =
cos A = =
tan A = =
Contoh soal:
Perhatikan gambar di bawah ini! Tentukan ��� A, ��� A, dan ���
A!
Sin A = = =0,92
cos A = = =0,38
tan A = = =2,4
Gambar Gambar
Perhatikan dua segitiga siku-siku istimewa berikut ini:
Gambar 1 adalah gambar segitiga siku-siku sama kaki dengan besar dua
siku adalah 300 dan 600. Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 kita
akan menentukan nilai ��� 𝛼, ��� 𝛼, ��� ��� 𝛼,
˚=
Sin 45 = = � = √2.
˚=
Cos 45 = = � =
˚=
√2. Tan 45 = =1
Perhatikan Gambar 2:
o=
Sin 30 =
o=
cos 30 = =
o=
tan 30 = = x =
o=
sin 60 = =
o=
cos 6 =
o=
tan 60 = =
Kuadran III
Kuadran III mempunyai nilai tan yang positif, tapi
mempunyai nilai sin dan cos yang negative.
Memandang sebuah objek dari suatu titik tertentu bergantung dengan sudut
elevasi ataupun sudut depresi. Gambar berikut ini adalah ilustrasi perbedaan
sudut elevasi dan sudut depresi.
Sudut elevasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah horizontal dengan arah
pandangan mata pengamat ke arah atas.
Sudut depresi adalah sudut yang dibentuk oleh arah horizontal dengan arah
pandangan mata pengamat ke arah bawah.
Sumber: modul Matematika PPG2021 halama
n
240
Contoh sudut elevasi: :
1). Sebuah gedung yang tingginya 50 m dan terdapat sebuah
bola di dekat gedung. Jika sudut depresi dari puncak gedung
terhadap bola adalah 30∘,30∘, maka tentukan jarak bola ke dasar
gedung?
Penyelesaian :
*). Ilustrasi gambar gedungnya
X = 50√3
Jadi jarak bola ke daasr Gedung adalah X = 50√3
Contoh sudut depresi:
Seorang anak dengan tinggi 160 cm berdiri pada jarak 12 m
dari kaki tiang bendera. Jika sudut depresi dari puncak
tiang terhadap anak adalah 45° maka tinggi tiang bendera
itu adalah …
Jawab
tan 45⁰ =
1=
x = 12
= x + tinggi anak
= 12 m + 160 cm
= 12 m + 1,6 m
= 13,6 m
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Logika Matematika.
(1) Pernyataan adalah kalimat matematika tertutup yang memiliki nilai
kebenaran “benar” atau “salah”, tetapi tidak kedua-duanya pada saat
yang bersamaan.
(2) Operasi uner yaitu operasi negasi atau ingkaran, dimana nilai
kebenaran negasi sebuah pernyataannya kebalikan dari nilai
kebenaran yang dimiliki oleh pernyataan semula.
(3) Operasi biner adalah operasi yang berkenaan dengan dua unsur,
yaitu meliputi operasi konjungsi, disjungsi, implikasi dan
biimplikasi.
(4) Tautologi adalah penyataan yang semua nilai kebenarannya benar
tanpa memandang nilai kebenaran komponen-komponen
pembentuknya.
(5) Kontradiksi adalah penyataan yang semua nilai kebenarannya salah
tanpa memandang nilai kebenaran komponen-komponen
pembentuknya.
(6) Kontingensi adalah pernyataan yang bukan merupakan tautologi dan
kontongensi.
(7) Pernyataan kondisional (� → �), memiliki hubungan konvers (�
→
�), invers (~�→~�), dan kontrapositif ( ~ � →~ �).
(8) Aturan penarikan kesimpulan antara lain: modus ponen, modus
tolen, dan silogisme.
(4) Sebuah barisan dinamakan barisan aritmatika jika dan hanya jika
selisih dua suku yang berurutan selalu tetap.
(5) Rumus suku ke-� dari suatu barisan aritmatika adalah: Un = a + (n
-
1)b, dan jumlah suku ke-� dari suatu barisan aritmatika adalah: Sn =
n(a +Un).
(6) Suatu barisan dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil
bagi setiap suku dengan suku sebelumnya selalu tetap.
n-
(7) Rumus suku ke-� dari suatu barisan geometri adalah: Un= a × r
1
,
dan jumlah suku ke-� dari suatu barisan geometri adalah: 𝑆� =
( ) ( )
, � ≠ 1 atau 𝑆� � > 1.
=
�(�2,�2), yaitu =
(8) Misalkan terdapat suatu garis lurus yang melalui titik �(�1,�1)
dan
�(�2,�2), maka kemiringan garis itu adalah � =
(9) Dua garis dikatakan sejajar jika gradien (kemiringan) kedua garis
tersebut sama, dapat ditulis �1= �2.
(10) Dua garis dikatakan tegak lurus jika perkalian dua gradien sama
dengan-1, dapat ditulis �1.�2= -1.
2. Tugas Terstruktur
3. Forum Diskusi
Untuk menambah penguasaan materi Anda, silakan
selesaikan forumdiskusi mengani materi bilangan berikut
ini:
Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini:
Jika saya kotor maka saya mandi.
Jika saya mandi maka saya cantik.
Kesimpulannya adalah jika saya kotor maka saya
cantik. Menurut Anda, apakah kesimpulan tersebut
tepat? Kemukakan alasannya!
1. Tes Formatif
73
DAFTAR PUSTAKA
Tarsito. Prabawanto, S., Mujono. (2006). Statistika dan Peluang. Bandung: UPI
74
75