Gangguan pernapasan pada anak yang sering kita temukan salah satunya yaitu sesak napas.
Sesak napas yang terjadi berulang tentu saja harus dicari tau penyebabnya dan erat kaitannya
dengan penyakit asma.
Asma erat kaitannya dengan faktor pencetus di mana kita harus dapat menemukannya, lalu
sebisa mungkin dihindari agar tidak memicu terjadinya serangan asma berulang.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena asma :
1. Faktor genetik atau bawaan lahir
2. Paparan polusi udara, misalnya asap rokok atau menjadi perokok pasif
3. Paparan pemicu alergi (alergen) misalnya debu, bulu hewan, serbuk sari dan tungau
4. Kelahiran premature atau berat badan lahir rendah
5. Cuaca ekstrem, misalnya suhu udara terlalu dingin
6. Infeksi saluran pernapasan berulang dan parah, seperti pneumonia dan bronkhitis
7. Riwayat penyakit alergi, misalnya eksim dan alergi makanan
8. Riwayat anggota keluarga dengan penyakit asma, eksim, alergi atau rhinitis
Jika Bunda menemukan ciri tersebut pada anak Bunda, segera bawa ke untuk mendapatkan
penanganan terbaik.
Pada ibu hamil sering terjadi kontraksi palsu (Braxton Hicks), yaitu kondisi rahim mengencang
lalu mengendur lagi. Secara sederhana, rasanya seperti ketika Bunda mengalami kram perut saat
menstruasi. Kontraksi palsu terjadi tidak teratur dan tak bisa diprediksi. Dalam satu kali muncul,
biasanya kontraksi ini berlangsung singkat antara 30 sampai 40 detik.
Sedangkan Kontraksi asli terjadi menjelang persalinan, intensitas terjadi lebih kuat, frekuensinya
pun lebih sering dan lebih lama. Kontraksi ini akan mengencangkan bagian atas rahim untuk
mendorong bayi ke jalan lahirnya. Kontraksi asli sebagai tanda melahirkan biasanya terjadi
dengan jarak waktu. Kontraksi pertama dan kedua berjarak 5 menit, berikutnya semakin turun
dengan jarak 3 sampai 1 menit. Lama terjadinya kontraksi asli sekitar 30 sampai 70 detik. Rasa
nyeri kontraksi asli tidak akan hilang meski Bunda berpindah posisi.
Namun, nyeri akibat kontraksi ini bisa sedikit dikurangi dengan beberapa cara:
1. Teknik Pernapasan. Tarik nafas panjang lewat hidung dengan mulut tertutup, tahan sejenak,
lalu embuskan perlahan lewat mulut sambil membentuk huruf o kecil. Setelah dilakukan
beberapa menit, biaasnya akan membuat otot lebih relaks dan mengalihkan nyeri.
2. Lakukan dengan bersuara. Untuk memastikan napas dalam Anda sudah benar, dapat juga
dilakukan sambil bersuara -dalam nada rendah, misalnya bergumam atau mengulang-ulang
kalimat.
4. Pemijatan. Minta bantuan suami memijat punggung Anda dengan gerakan memutar,
sementara posisi Anda duduk membelakanginya sambil menghadap kursi.
5. Lakukan afirmasi. Ubah kekhawatiran dan pikiran negatif yang meningkatkan persepsi nyeri,
dengan hal positif, semisal menerima bahwa kontraksi dalam kehamilan kadang-kadang terjadi
dan Anda bisa melaluinya.
6. Pikirkan hal menyenangkan. Saat kontraksi, kadar hormon oksitosin di dalam tubuh cenderung
tinggi. Bantu pelepasannya dengan memikirkan hal menyenangkan. Karena, rasa takut
berlebihan justeru menghambat pelepasan hormon itu.
7. Bergerak atau ambil posisi nyaman. Jika sanggup, Anda tetap dapat bergerak ringan, sebab
sirkulasi darah yang lancar akan mengurangi rasa nyeri. Namun jika tak tahan, istirahatlah dalam
posisi senyaman Anda.
Fakta: Justru, faktanya adalah pil KB bisa menjadi pilihan pengobatan jerawat dari dokter. Salah
satu penyebab jerawat adalah meningkatnya hormon androgen yang memicu kelebihan produksi
minyak di sebum yang menyumbat pori-pori dan meningkatkan timbulnya jerawat. Saat Anda
mengonsumsi pil yang mengandung estrogen dan jenis progestin tertentu, dapat membantu
menurunkan kadar androgen.
Fakta: Kebalikan dengan mitos pil KB ini, pil kontrasepsi memberikan efek perlindungan dari
beberapa jenis kanker. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan sedikit peningkatan risiko
kanker payudara, serviks, dan hati, namun ini lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal lain.
Misalnya, usia terlalu muda saat haid pertama atau saat memasuki menopause, dapat
mempengaruhi keseimbangan hormon dan meningkatkan risiko kanker payudara.
Bagi wanita yang sudah memiliki risiko untuk terkena kanker, penggunaan pil ini bisa
mengurangi risiko kejadian kanker ovarium, endometrial, dan kolorektal.
Faktor risiko memiliki anak dengan sindrom down lebih tinggi terjadi jika ibu hamil di usia
terlalu muda ataupun terlalu dewasa. Usia paling baik bagi ibu mengandung adalah 20-34 tahun.
Salah satu cara untuk mencegah Down syndrome adalah melakukan pemeriksaan antenatal atau
ANC (Antenatal Care), terutama di minggu-minggu pertama kehamilan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui perkembangan bakal janin, termasuk untuk mendeteksi dan
mencegah segala kelainan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada
trimester ketiga.
Menerapkan gaya hidup sehat pun bisa membantu menjaga kesehatan ibu hamil dan calon bayi
yang tengah dikandung. Caranya adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan,
menjauhi hal-hal yang berbahaya, seperti rokok dan alkohol, hingga makanan cepat saji atau
makanan yang mengandung bahan pengawet berbahaya.
Rutin berolahraga juga bisa membantu menjaga ibu hamil tetap sehat. Jangan lupa untuk selalu
mencukupi waktu istirahat dan jauhi stres.
Asam folat menjadi salah satu asupan wajib bagi wanita yang tengah berencana atau sedang
menjalani kehamilan. Mencukupi asupan asam folat bisa membantu mencegah kelainan yang
mungkin terjadi bagi janin, termasuk sindrom down. Asam folat yang dibutuhkan saat
merencanakan kehamilan atau selama hamil adalah sekitar 400–800 mg per hari. Ibu bisa
mendapatkan nutrisi ini dari sayuran hijau, buah, kacang-kacangan dan biji-bijian, serta susu
hamil.
Pria juga memegang peran yang penting dalam suksesnya program hamil. Oleh karena itu, pria
wajib memperhatikan kondisinya juga, terlebih soal kualitas sperma miliknya.
Jika fisik wanita sudah siap, tetapi sperma pasangannya kurang memadai, maka rencana
memiliki anak tak akan berjalan mulus,
Untuk itu, pria harus mengetahui bagaimana ciri-ciri sperma yang sehat supaya bisa membuahi
sel telur pasangan dan mewujudkan kehamilan.
Jumlah sel sperma normal berkisar 15 juta hingga lebih dari 200 juta sperma per mililiter (ml)
semen. Sedangkan, jumlah yang kurang dari 15 juta per milliliter atau 39 juta sperma per
ejakulasi dianggap rendah atau abnormal.
Sperma normal akan memiliki bentuk kepala oval, bagian tengah utuh, dan ekor tunggal
memanjang. Sementara, sperma abnormal bisa memiliki dua kepala, kepala besar atau kecil,
ekor lebih banyak, dan ekor yang bengkok. Pria sehat juga memiliki sel sperma abnormal setiap
kali ejakulasi.
Di bawah ini terdapat beberapa ciri-ciri dari sperma yang sehat, yaitu:
Volume sperma yang dikeluarkan pria saat ejakulasi harus berkisar 2-5 mililiter. Bila kurang dari
jumlah tersebut, artinya volume sperma yang dimiliki sedikit dan kurang sehat.
Kondisi volume cairan sperma yang sedikit disebut hipospermia. Hal ini bisa terjadi bila pria
terlalu sering mengalami ejakulasi.
Sementara itu, volume air mani yang berlebih disebut dengan hyperspermia. Kondisi ini terjadi
bila pria sudah lama tidak mengalami ejakulasi.
Umumnya, cairan sperma sehat berwarna putih keabuan. Jika warnanya kemerahan, bisa jadi
Anda mengalami sumbatan atau luka pada saluran kemih.
Bila warna cairan sperma menjadi kuning, bisa jadi Anda mengalami infeksi saluran kemih.
Seharusnya, cairan sperma berbau seperti daun akasia. Namun, jika cairan sperma Anda berbau
sangat amis, perlu diwaspadai adanya infeksi pada saluran kencing, prostat, atau bagian lain.
Cairan sperma yang sehat harus memiliki sel sperma yang cukup banyak, yakni dalam 1 mililiter
setidaknya mengandung 20 juta sel sperma berbentuk normal dan bergerak cepat.
5. pH Sperma Normal
Tanda kualitas sperma yang bagus lainnya adalah memiliki pH yang normal. Sperma yang sehat
memiliki pH sekitar 7,2–7,8 (bersifat basa).
Kadar pH yang terlalu rendah bisa menandakan adanya infeksi pada organ intim pria.
Likuifaksi adalah kemampuan sperma untuk berubah, dari berbentuk gel menjadi cairan.
Dalam suhu ruang, kemampuan semen dapat mencair dari bentuk kental sekitar 15–20 menit.
Sperma yang tidak mencair pada rentang waktu tersebut akan sulit atau tidak dapat ‘berenang’
menuju sel telur.
7. Konsistensi Kental
Air mani dengan konsistensi kental dapat menjadi salah satu ciri sperma yang sehat untuk
program kehamilan.
Sebaliknya, air mani yang terlalu encer dapat menandakan masalah. Kondisi ini dapat
disebabkan kurangnya jumlah sperma, sering ejakulasi, atau kekurangan zink,
Perubahan gaya hidup dapat membantu Anda dalam mendapatkan kualitas sperma yang bagus
Beberapa cara mudah yang bisa dilakukan demi menjaga kualitas sperma, yakni:
Obesitas atau berat badan di atas normal bisa menyebabkan jumlah sperma rendah.
Cobalah konsumsi makanan yang baik untuk kesuburan pria, misalnya kacang-kacangan, tiram,
ikan salmon, bawang putih, dan cokelat hitam.
Selain itu, Anda juga perlu menjauhi narkotika, minuman beralkohol, dan berhenti merokok.
Hindari pakaian atau celana yang terlampau ketat. Pakaian yang ketat akan membuat suhu di
sekitar testis menjadi panas dan mengganggu produksi sperma.
Lebih baik gunakan pakaian atau celana yang lebih longgar, agar kesehatan organ intim dan
saluran sperma lebih terjaga.
Mengelola stres dengan baik juga merupakan kunci penting untuk memiliki sperma yang sehat.
Untuk mengurangi tingkat stres, Anda bisa melakukan meditasi, bercerita ke teman yang paling
dipercaya, dan berkonsultasi kepada psikolog. Anda juga bisa mengurangi rasa penat dengan
melakukan aktivitas yang disukai.
Berobat ke Dokter
Apabila mengalami masalah kesehatan terkait organ reproduksi, seperti infeksi saluran kemih,
hormon testosteron tidak seimbang, dan lain sebagainya, Anda mesti segera berkonsultasi kepada
dokter.
Dengan demikian, Anda akan mendapatkan diagnosis yang lebih pasti. Penanganan yang lebih
tepat pun bisa segera diberikan.
Apakah Hemophilia ?
Ayah Bunda sebelum kita membahas tentang hemofilia, sebaiknya kita lebih dulu memahami
sistem peredaran darah dalam tubuh. Di dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah
ke seluruh bagian tubuh. Darah akan mengalir pada saluran-saluran panjang yang kita kenal
sebagai pembuluh darah. Ada beberapa jenis pembuluh darah, antara lain pembuluh darah arteri,
vena dan kapiler. Arteri dan vena merupakan pembuluh darah berukuran besar sedang pembuluh
darah lain yang berukuran lebih kecil dikenal dengan nama kapiler. Yuk pelajari lebih lanjut
mengenai apa itu hemofilia di artikel berikut. Sahabat sehat sebelum kita membahas tentang
hemofilia, sebaiknya kita lebih dulu memahami sistem peredaran darah dalam tubuh. Di dalam
tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah akan mengalir
pada saluran-saluran panjang yang kita kenal sebagai pembuluh darah. Ada beberapa jenis
pembuluh darah, antara lain pembuluh darah arteri, vena dan kapiler. Arteri dan vena merupakan
pembuluh darah berukuran besar sedang pembuluh darah lain yang berukuran lebih kecil dikenal
dengan nama kapiler.
Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor Delapan) dan Hemofilia B
terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor Sembilan). Berdasarkan kadar faktor
pembeku darah dalam tubuhnya, baik Hemofilia A, maupun Hemofilia B dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu: ringan, sedang dan berat.
Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan berlangsung
lebih lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan pembedahan. Jarang
terjadi perdarahan sendi dan otot secara spontan.
Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan berlangsung
lebih lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan. Perdarahan tibul setelah
trauma berat, perdarahan sendi atau memar dapat terjadi dengan mudah, tanpa trauma
berat.
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan otot dapat
terjadi tanpa sebab (spontan)
Apa yang perlu sahabat sehat lakukan untuk menangani pendarahan pada penderita
Hemofilia?
Lakukan tindakan pertolongan pertama sedini mungkin setelah terjadi benturan yang
menyebabkan perdarahan sendi maupun otot dengan :
1. Rest (istirahatkan)
Letakkan lengan atau kaki yang mengalami perdarahan ke atas bantal atau sling penggantung,
jangan menggerakkan persendian/otot yang terluka atau mencoba berjalan. Jika lokasi
perdarahan adalah tungkai bawah, gunakan kursi roda/ tongkat penopang jika ingin berjalan
2. Ice (Kompres Es)
Letakkan kantung es di atas handuk basah pada bagian yang perdarahan. Berikan perawatan ini
selama 5 menit, kemudian diamkan bagian tersebut tanpa es selama 10 menit dan lakukan hal itu
berulang-ulang. Tindakan ini berguna untuk meringankan rasa sakit sekaligus memperlambat
laju perdarahan
3. Compression (Penekanan)
Gunakan perban elastis untuk membalut persendian yang mengalami perdarahan. Tekanan yang
tidak terlalu keras dari perban dapat memperlambat laju perdarahan
4. Elevation (Tinggikan)
Letakkan bagian tubuh yang mengalami perdarahan di tempat yang lebih tinggi dari posisi
jantung. Tindakan ini akan menurunkan tekanan pada bagian yang terluka, sehingga dapat
memperlambat laju perdarahan.
Setelah itu perdarahan pada hemofilia biasanya diobati dengan cara menyuntikkan faktor
pembeku darah langsung ke dalam pembuluh darah vena. Faktor pembeku darah tidak dapat
diberikan secara oral atau melalui mulut. Faktor pembeku darah dapat ditemukan dalam berbagai
bentuk produk darah seperti cryoprecipitate, fresh frozen plasma (FFP), ataupun konsentrat
faktor pembeku darah. Desmopresi atau DDAVP dapat diberikan pada individu hemofilia A
ringan dan pada von Willebrand disease. Pemberian faktor pembeku darah ini biasanya
dilakukan secara berulang, tergantung dari jenis faktor pembeku darah yang diberikan.
Sahabat sehat, Hemofilia adalah penyakit keturuan pada anak laki-laki yang ibunya karier
epilepsi (50%). Dengan penanganan yang benar, maka perdarahan-pendarahan pada penderita
hemofilia tidak mengakibatkan kelaianan yang berarti.
Nah setelah sahabat sehat mengetahui mengenai apa itu hemofilia, jika ada keluhan tentang
kesehatan anda, segera periksa diri anda ke dokter. Jangan lupa cek kondisi kesehatan kita secara
teratur untuk dapat membantu menemukan permasalahan dalam tubuh sebelum ada gejala
terlihat.
Diagnosis autisme yang tepat sejak usia dini sangat membantu mengurangi gejala autisme agar
tidak berkembang semakin buruk. Autism merupakan suatu gangguan perkembangan secara
menyeluruh yang mengakibatkan hambatan dalam kemampuan sosialisasi, komunikasi, dan juga
perilaku. Gangguan tersebut dari taraf yang ringan sampai dengan taraf yang berat. Gejala autis
ini pada umumnya muncul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada umumnya penyandang
autis mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka, dan mereka
menghindari atau tidak merespon kontak sosial misalnya pandangan mata, sentuhan kasih
sayang,ataupun saat bermain dengan anak lainnya. Gangguan yang dialami anak autism adalah
gangguan dalam bidang interaksi sosial, gangguan dalam bidang komunikasi (verbal-non verbal),
gangguan dalam bidang perilaku, gangguan bidang perasaan/emosi, dan gangguan dalam bidang
persepsi-sensorik. Penanganan anak autis bertujuan agar perkembangan yang terlambat pada
dirinya dapat diatasi sesuai dengan perkembangan usianya. Oleh karena itu, penting untuk
melakukan deteksi dini autisme pada anak agar dapat melakukan langkah tepat ketika hal
tersebut terjadi.
Berikut beberapa cara untuk memastikan anak mengidap autisme atau tidak:
Salah satu cara untuk deteksi dini kelainan autisme pada anak adalah dengan melihatnya
bermain. Seorang anak yang mengalami autisme umumnya akan bermain dengan cara yang sama
sepanjang waktu karena tidak mempunyai daya imajinasi. Dirinya tidak dapat mengarang
berbagai cerita, pura-pura bersuara, hingga bermain peran. Maka dari itu, penting untuk orangtua
selalu memperhatikan anaknya saat bermain.
Umumnya, anak yang mengidap autisme lebih suka bermain sendiri dan menonton anak-anak
lainnya dari kejauhan. Dirinya mungkin berjuang keras untuk menyesuaikan diri, tetapi akhirnya
hanya ingin memainkan sesuatu yang diinginkannya dengan aturannya sendiri. Maka dari itu,
berkumpul dengan orang lain akan menjadi momen yang menyulitkan baginya.
Cara deteksi dini pada anak yang mengalami autisme adalah dengan melihat sifatnya yang sangat
obsesif pada satu hal. Dirinya mungkin hanya ingin memainkan satu jenis permainan dan
berbicara berulang-ulang tentang topik yang diminatinya. Namun, anak tersebut tetap sulit untuk
melakukan percakapan tentang hal lainnya selain sesuatu yang diminatinya.
Kesulitan melakukan kontak mata dengan orang lain juga termasuk salah satu cara untuk deteksi
dini autisme pada anak.
Berikut beberapa gejala yang dapat diamati dan perlu diwaspadai menurut usia adalah :
1. Suka berteriak
2. Suka membeo atau menirukan suara orang atau mengeluarkan suara-suara
aneh
3. Gampang marah atau emosi apabila rutinitasnya diganggu atau kemauannya
tidak dituruti
4. Agresif dan mudah menyakiti diri sendiri.
Lakukan gerakan dari duduk ke berdiri secara berulang tanpa bantuan tangan. Mulai dengan
duduk tegap dan kaki menjajak tanah membentuk 90 derajat. Kemudian saat posisi berdiri,
pelan-pelan kembali duduk tegak sambil menahan diri untuk tidak condong ke depan dan/atau
menggeser pinggul ke satu sisi atau sisi yang lain. Ulangi 5 sampai 10 kali.
2. Putar-putar bahu
Duduk dalam posisi tegap. Tarik napas dalam-dalam dan angkat kedua bahu setinggi telinga
Anda. Tahan sebentar. Lepaskan dan jatuhkan bahu ke posisi semula. Ulangi 3 kali.
3. Putar badan
Duduk dalam posisi tegap. Tarik napas perlahan, saat menghembuskan napas, pelintir tubuh atas
ke kanan dan genggam sandaran kursi Anda dengan tangan kanan. Dengan leher yang tegak
lurus dan mata yang menatap ke depan, gunakan bantuan pegangan di kursi sebagai tuas untuk
membantu memutar tubuh sejauh mungkin ke bagian belakang kursi. Tahan selama beberapa
detik. Perlahan kembali menghadap ke depan. Ulangi untuk sisi lainnya.
4. Peregangan punggung
Duduk dalam posisi tegap di pinggir kursi. Selonjorkan kedua kaki ke depan. Turunkan badan
untuk meraih jari-jari kaki kiri, tahan 10-30 detik. Perlahan kembali ke atas, turun lagi untuk
meraih jari-jari kaki kanan. Lakukan bergantian sisi.
5. Peregangan kaki
Duduk bersandar di kursi. Dengan kedua tangan, peluk dan tarik salah satu kaki ke atas
menyentuh dada. Tahan posisi ini selama 10-30 detik. Ulangi untuk sisi satunya. Lakukan
bergantian sisi.
6. Push up di meja
Tumpu berat badan dengan menempatkan kedua tangan lurus sejajar bahu sambil menggenggam
pinggiran meja. Dorong kaki ke belakang sehingga badan berada diagonal pada lantai. Jajakkan
kaki semantap mungkin di lantai, tarik napas saat menekuk siku ke sudut 90 derajat, memeluk
siku ke arah tulang rusuk. Buang napas dan dorong dada kembali ke atas di posisi awal. Ulangi 8
sampai 12 kali.
Tekuk badan membentuk sudut 90 derajat, mirip gerakan rukuk saat solat. Luruskan kedua
tangan ke depan sejajar punggung sambil menggenggam pinggiran meja. Dengan kedua tangan
tetap lurus, dorong pinggul ke depan menuju meja, sambil menahan diri untuk tidak
membuncitkan perut dengan menggunakan kekuatan di kaki. Regangkan dada di antara bahu dan
dengan lembut dongakkan dagu ke atas sambil memutar tulang bahu ke belakang. Tahan 5
sampai 10 kali napas.
Duduk tegap di kursi Anda. Angkat kedua tangan ke atas kepala dan luruskan. Miringkan hanya
tubuh bagian atas ke kiri dan dengan tangan kanan raih sisi tubuh kiri. Tahan posisi selama 10-30
detik. Ulangi untuk sisi lainnya.
9. Peregangan leher
Duduk tegap di kursi. Angkat tangan kanan ke atas kepala dan luruskan. Kemudian dengan
tangan kanan tarik lembut kepala ke arah bahu sampai terasa ada sedikit peregangan pada otot
leher. Tahan selama 10-15 detik. Ulangi untuk sisi lainnya.
Malaria dan Demam Berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, namun
penyebab, karakteristik gejala dan penanganannya berbeda. Malaria ditularkan oleh gigitan
nyamuk Anopheles betina, sedangkan DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk Aedes Aegyptii biasanya berkembang di air bersih, sedangkan nyamuk Anopheles lebih
suka menempati air kotor. Berikut ini perbedaan demam berdarah dengan malaria.
Baik malaria maupun DBD memiliki gejala yang serupa, yaitu demam. Namun, demam yang
terjadi pun berbeda. Gejala DBD umumnya timbul dalam 4 -10 hari paska gigitan nyamuk Aedes
aegypty atau Aedes albopictus. Gejala yang umum timbul pada DBD adalah demam disertai
nyeri kepala – belakang mata – otot dan sendi, mual, muntah, bintik kemerahan pada kulit,
mimisan, gusi berdarah. Pada kondisi DBD yang berat, gejala lain yang dapat muncul adalah
hematemesis (muntah darah), melena (BAB hitam), efusi pleura (penumpukan cairan di rongga
pleura), asites, hingga tanda-tanda syok (adanya gangguan kesadaran, tekanan darah menurun,
nadi teraba lemah dan cepat, serta akral dingin).
Secara umum, pengobatan DBD dilakukan dengan memberikan rehidrasi cairan baik melalui oral
(melalui mulut) atau intravena (melalui infus), pemberian antipiretik untuk mengatasi demam,
serta pemberian edukasi mengenai tanda bahaya dari DBD yang memerlukan perawatan lebih
lanjut atau rawat inap.
Sedangkan pada malaria, pengobatan umumnya dilakukan dengan memberikan obat anti malaria
yang disesuaikan dengan parasit penyebab malaria. Dalam perjalanan pengobatannya, terdapat
beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memantau keberhasilan pengobatan yaitu
hitung parasit minimal setiap 24 jam. Adapun target dari pengobatan malaria adalah tidak
ditemukannya parasit malaria dalam 3 kali pemeriksaan yang berurutan.
CDC merekomendasikan langkah pencegahan agar terhindar dari gigitan nyamuk. Berikut
sejumlah hal yang perlu dilakukan untuk mencegah malaria dan DBD, yaitu:
Oleskan obat nyamuk pada kulit yang terpapar. Contoh obat yang disarankan
mengandung 20-35% persen N, N-Diethyl-meta-toluamide (DEET).
Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang saat berada di luar ruangan dan di
malam hari.
Gunakan kelambu di atas tempat tidur jika kamar tidak ber-AC. Untuk perlindungan
tambahan, rawat kelambu dengan insektisida permetrin.
Semprotkan insektisida atau jenis penolak lainnya pada pakaian, karena nyamuk dapat
menggigit pakaian tipis.
Semprotkan piretrin atau insektisida serupa di kamar sebelum tidur.
DEMAM TIFOID
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhi
(S.typhi) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran cerna dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Bakteri Salmonella dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es,
sampah dan debu. Dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 o C) selama 15-20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi.
Demam tifoid bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah,
kuman sampai di organ tubuh tertentu terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak
dalam hati dan limpa yang menyebabkan nyeri saat diraba. Masa inkubasi (tunas) demam tifoid
berlangsung antara 10-14 hari.
Hasil Laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa dengan widal di
mana adanya kenaikan titer antibody O ataupun H. Atau juga bisa dilakukan dengan Tubex TF
untuk memeriksa adanya antibody terhadap kuman tersebut. Kultur darah untuk memeriksa hasil
biakan darah yang positif mengandung kuman.
istirahat & perawatan, anjuran untuk istirahat tirah baring serta jaga kebersihan
perorangan.
diet & terapi penunjang, diet bubur saring yang kemudian ditingkatkan menjadi bubur
kasar akhirnya diberikan nasi.
serta pemberian antimikroba, dengan obat pilihan utama yaitu kloramfenikol atau bisa
diganti dengan obat pilihan lain apabila ada alergi obat utama.
Komplikasi
perforasi usus
ileus paralitik
perdarahan usus
hepatitis
miokarditis
bronkopneumonia
pleuritis
koagulasi intravaskular diseminata
sepsis
Strategi pencegahan lebih diarahkan pada ketersediaan air bersih, menghindari makanan yang
terkontaminasi, hygiene perorangan, sanitasi yang baik, serta pemberian vaksin sesuai
kebutuhan.
JAPANESE ENCEPHALITIS
Sakit kepala
Kejang
Kelemahan otot
Gangguan bicara
Gangguan berjalan
Gangguan perilaku (agresif, emosi tidak terkontrol, gangguan perhatian, dan depresi)