ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN GASTRO ENTERITIS (GE)
I. PENGERTIAN
Diare adalah frekwensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan
konsistensi yang lebih encer. Berikut ini pengertian diare menurut beberapa ahli:
1. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau, atau dapat
bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja. (FK UI, 1997)
2. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai
dengan seringnya kehlangan cairan dan feases yang tidak berbentuk. ( Susan
Martin T,1998)
3. Defekasi ecer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender
dalam tinja. (Suharyno, 1999:51)
4. Berkurangnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan.
(Soparto Pitono, dkk, 1999)
1
2
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hypereristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.Sebaliknya apabila peristaltic
usus menurun maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
sehingga selanjutnya timbul diare pula.
IV. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang menurut Suharyono (1999:59), yaitu:
a. Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada dan mungkin diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sesudah atau sebelum diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
f. Diuresis, terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
Urine normal pada diare anpa dehidrasi. Tidak ada urine dalam waktu 6
jam (dehidrasi berat).
4. Riwayat kesehatan meliputi:
a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akiba dari penurunan kekebalan
pada pasien.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan, karena factor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
c. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum,
selama atau setelah diare.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi:
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius.
2
3
3
4
4
5
5) Kolaborasi :
-Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal
ginjal
(kompensasi).
-Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
f.Evaluasi: Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai dengan
S.O.A.P.
5
6
6
7
e.Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
f.Evaluasi:Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai dengan
S.O.A.P
7
8
8
20
I. DEFINISI;
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing.
20
21
21
22
22
23
23
29
29
30
I.DEFINISI:
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah
Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF)
II. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
- Derajat I: Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas
2-7 hari,Uji tourniquet positif, trombositipenia,dan
hemokonsentrasi.
- Derajat II: Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontanseperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.
- Derajat III:Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( ? 120 mmHg ),
tekanan darah menurun, ( 120/80 ? 120/100 ? 120/110 ? 90/70 ?
80/70 ? 80/0 ? 0/0 )
- Derajat IV:Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ?
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
30
31
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
a.Definisi : Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami
peningkatan suhu tubuh lebih dari 37ºC per oral atau 38,8ºC per
rectal karena peningkatan kerentanan terhadap factor-faktor
eksternal.
b.Batasan karakteristik:
1)Mayor (harus terdapat) : suhu tubuh lebih dari 37ºC per oral atau 38,8ºC per
rectal
2).Minor (mungkin terdapat) : kulit kemerahan, hangat pada sentuhan,
peningkatan frekuensi pernapasan, takikardia,
menggigil/merinding, dehidrasi, sakit dan nyeri yang
spesifik atau umum(sakit,
malaise/kelelahan/kelemahan), kehilangan napsu
makan.
c.Tujuan : Suhu tubuh normal
d.Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37, nyeri otot hilang
e.Intervensi :
1). Beri kompres air kran
R/ Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
2). Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai
toleransi )
R/ Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
3). Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
R/ Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap
keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
4). Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah )
tiap3 jam sekali atau lebih sering.
R/ Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan
cairan dan elektrolitdalam tubuh. Tanda vital merupakanacuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
5). Kolaborasi:pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai Program.
R/Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang
tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien
f.Evaluasi:Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai dengan
S.O.A.P.
31
32
32
33
c.Intervensi :
1). Monitor keadaan umum pasien
R/ Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
2). Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
R/ Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak
terjadi presyok / syok
3). Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan
R/ Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan
dapat segeradiketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera
diberikan.
4). Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
R/ Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh
secara hebat
5).Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
R/ Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut
d..Evaluasi:Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai dengan
S.O.A.P.
33
34
e.Intervensi :
1). Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R/ Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2). Observasi dan catat masukan makanan pasien
R/ Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsimakanan
3). Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
R/ Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
4). Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu
makan
R/ Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
masukan juga mencegah distensi gaster.
5). Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
6). Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
f. Evaluasi:Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai
dengan S.O.A.P.
34
10
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
I. DEFINISI:
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau
virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
II. PATHOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang di dapat dari metabolisme. Sifat prosesitu adalah oksidasi
dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan
ke otak melalui system kardiofaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi pecah menjadi CO2 dan air. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membrane diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
atpase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya :
10
11
10
11
IV.PENANGGULANGAN
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu :
3. Memberantas kejang secepat mungkin. Obat pilihan utama adalah diazepam
yang diberikan secara iv.
4. Pengobatan penunjang. Bila tidak berhenti fenobarbital atau paraldehide 4 %
secara iv.
5. Memberika pengobatan rumatan :
a. Profilaksis intermiten
b. Profilaksis jangka panjang
6. Mencari dan mengobati penyebab.
V.PENGKAJIAN
Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, keterbatasan dalam aktivitas.
Sirkulasi : Tanda-tanda vital meningkat (suhu tubuh naik)
Eliminasi : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus
sfingter
Makanan/ cairan : Mual/muntah, kerusakan jaringan lunak/gigi (cedera
selama kejang)
Neurosensori : Riwayat kejang berulang, riwayat infeksi serebral
Kenyamanan :Sakit kepala, perubahan tonus otot, mengalami
penurunan kesadaran.
Pernafasan :Sianosis, pernapasan menurun/cepat, peningkatan
sekresi mucus.
11
12
12
13
f.Evaluasi:Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai dengan
S.O.A.P.
cemas, depresi.
e.Intervensi :
penkes.
dimengerti.
f.Evaluasi:Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai dengan
15
S.O.A.P
A. Definisi
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda –
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
( Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis,
namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. (Askandar, 2001).
B. Klasifikasi
Klasifikasi dari National Diabetes Data Group dalam Silvia A. Price (1995):
1. DM Tipe I / DMT I (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
a. Awitan terjadi pada semua usia, tetapi biasanya usia muda (<30 tahun)
b. Biasanya bertubuh kurus saat didiagnosis dan penurunan berat badan baru saja terjadi.
a. Disertai dengan keadaan yang dapat menyebabkan penyakit pankreatitis seperti obat-obatan
4. Diabetes Gestasional
a. Faktor resiko mencakup kegemukan, usia >30 tahun, riwayat diabetes pada keluarga, pernah
C. Etiologi
a. Faktor Genetik
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe (Human Leukocyte
Antigens) HLA. Herediter: identical twins 25% - 50%, sibling 6%, offspring 5% of
inheriting the disease.
b. Faktor Imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Islet Cell Antibodies ( ICAs )muncul, meningkat dari bulan ke tahun lalu merusak sel beta.
Mengakibatkan perusakan pada 80%-90% sel beta. Contoh: coxsacie virus (yang merupakan
etiologi juga pada pancreatitis herediter)
2. Diabetes Mellitus 2 (Type 2 diabetes 90% - 95% in the US)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia.
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th, hal ini karena sensitivity
terhadap hormone insulin menurun karena proses penuaan dan kemunduran organ.
b. Obesity ( 85% of all people with type 2 DM ).
Pada pasien obesitas terjadi kenaikan kadar asam lemak bebas didalam plasma sehingga
meningkatkan sekresi VLDL oleh hati yang melibatkan keluaran triasil gliserol dan
17
Involving both heredity (in first or second generation) and environmental factors. Identical
twins ( 58% - 78% than in general people )
d. Habitual physical inactivity.
Gaya hidup yang kurang baik dapat meningkatkan kolesterol serum. Sirkulasi Islet Cell
Antibodies (ICA) terjadi pada diabetes tipe 2. Merusak hati dan otot sehingga menurunkan
sekresi insulin dan merusak sekresi insulin.
3. Diabetes Mellitus karena penyakit lain
dideoksinosin (ddi)
e. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering
mengalami keguguran
Keluhan umum pasien DM adalah poliuria, polidipsia, dan polifagia. Sebaliknya yang
sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh
darah dan saraf. Keluhan lain yang dapat muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM yang sering ditemukan adalah :
a. Sering haus
e. Kesemutan
h. Penglihatan kabur
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap
dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Type 1 diabetes 10% in the US)
Gejala diabetes mellitus tipe 1 antara lain sering haus, poliuria, penurunan nafsu
makan dan berat badan, fatigue, mual, muntah. Keadaan ketoasidosis lebih rentan terjadi
pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 1. Penumpukan keton dalam darah dapat berakibat
munculnya nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi dan berlanjut menjadi ketoasidosis berat
yang mengakibatkan penurunan kesadaran yang berakhir pada koma dan bahkan kematian
(Milcohovich et al, 1999).
Gejala klasik diabetes mellitus adalah lelah, sering kencing, haus dan lapar, dan
penurunan berat badan. Semua manisfestasi itu merupakan konsekuensi dari tanda utama
diabetes yaitu hiperglikemia. Hiperglikemia dalam kadar tertentu mengakibatkan glukosuria
karena kapasitas absorpsi renal terlewati, sehingga mengakibatkan poliuria atau peningkatan
frekuensi urinasi. Poliuria dan glukosuria mengakibatkan peningkatan rasa haus dan lapar
19
dan terjadi peningkatan produksi glukosa dari bahan non-karbohidrat, sehingga terjadi
mobilisasi dan katabolisme lemak dan protein, ditunjukkan penurunan berat badan drastis
dan kelelahan fisik. Mobilisasi lemak dan proses oksidasi parsial hepatik menghasilkan
keton body, karena melebihi kapasitas oksidasi lemak dengan sempurna, mengakibatkan
ketonemia dan ketonuria. Hal ini menyebabkan eksresi masif kation, mengingat keton body
adalah anion. Keadaan ketonemia tanpa penanganan berlanjut menjadi ketoasidosis dan
bisa berakibat koma dan bahkan kematian.
2. Diabetes Mellitus 2 (Type 2 diabetes 90% - 95% in the US)
Sedangkan gejala diabetes mellitus tipe 2 antara lain sering haus, poliuria, peningkatan
nafsu makan, fatigue, penglihatan kabur, penyembuhan luka lambat, impotensi pada pria.
Gejala diabetes mellitus tipe 2 berkembang lebih lambat dan terdiagnosa lambat
sehingga keadaan hiperglikemia tidak teratasi dalam waktu yang lama dan mengakibatkan
terjadinya deposisi bahan yang mengandung glikogen, mukopolisakarida, atau glikoprotein di
antara sel, jaringan atau membran basalis kapiler. Proses ini berkaitan dengan terjadinya
angiopati dan neuropati. Pada keadaan yang paling buruk terjadi penyakit jantung, infeksi gusi
dan saluran kemih, penglihatan kabur, mati rasa pada tungkai bawah, dan penyembuhan luka
yang lambat (Milcohovich et al, 1999).
3. Diabetes Mellitus karena penyakit lain
Karena disebabkan oleh penyakit lain biasanya timbul gula darah yang tinggi jika
diperiksa, mual muntah, komplikasi diabete mellitus seperti neuropati. Kalau polifagi,
polidipsi,poliuri jarang muncul.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
Gejala diabetes mellitus gestasional antara lain sering haus, poliuria, peningkatan nafsu
makan dan berat badan, fatigue, mual, muntah.
Pengaruh diabetes mellitus dalam kehamilan.
a. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM.
Keadaan pre diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan dan
kala nifas.
b. Pengaruh penyakit gula terrhadap kehamilan di antaranya adalah dapat terjadi gangguan
Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati.
Bayi dengan: dismatur, cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa, potensial