Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kami semua tidak dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya
walaupun dalam bentuk maupun isi yang sederhana.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun petunjuk
bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah wawasan para
pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun
sangat penulis butuhkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah kami yang akan
datang.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua. Aamiin…

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1: PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4

B. RUMUSAN MASALAH 5

C. TUJUAN 5

BAB 2: PEMBAHASAN 6

A. DEFINISI STRES 6

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES 9

C. GEJALA STRES 12

D. DAMPAK DARI STRES 14

E. PENGENDALIAN STRES 16

BAB 3: PENUTUP 21

A. KESIMPULAN 21

B. SARAN 21

DAFTAR PUSTAKA 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut
tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang
terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja.

Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal
apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan
dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan
mengganggu kestabilan dalam bekerja.

Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya
kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya. Lingkungan kerja yang tidak
kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi
pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress
dalam kerja.

Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan oleh para ahli, salah
satunya adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stress
adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau
lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stress kerja
berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat mengganggu produktivitas kerja
perusahaan dan merugikan diri karyawan itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi pokok pembahasan
pada makalah ini, antara lain:

1. Apa itu stres kerja ?

2. Apa faktor-faktor penyebab stres ?

3. Apa gejala yang terjadi ketika stres ?

4. Apa dampak yang dapat di timbulkan oleh stres ?

5. Bagaimana cara pengendalikan stres ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada, antara lain:

1. Mengetahui definisi dari stres.

2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres.

3. Mengetahui gejala yang terjadi ketika stres.

4. Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari stres.

5. Mengatahui cara pengendalikan stres.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. DEFINISI STRES

Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan),
atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Menurut Charles
D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai
seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stres adalah keadaan yang bersifat internal,
yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol.

Selain itu, menurut Heger (1994) stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat
merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang
dirasakannya. Namun, berhadapan dan suatu stressor (sumber stress) tidak selalu mengakibatkan
gangguan scara psikologis maupun fisiologis.

Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang
dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308)
mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a physical or psychological deviation from the
normal human state that is caused by stimuli in the work environment. Yang kurang lebih memiliki
arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik
seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada.
Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu
proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat
kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami
stres yang terlalu besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut
untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya(Handoko 1997:200)

Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik
maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam.

Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian
diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.

Adapun jenis – jenis stress menurut Quick dan Quick (1984) ada 2 jenis, yaitu :

1. Eustres

Merupakan hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat
membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan
dengan pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Contohnya adalah dalam pekerjaan kita di tuntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
dealine yang sudah ditetapkan, apabila kita bisa menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan
deadline yang ditetapkan maka pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada kita.

2. Disstres

Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif (bersifat
merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan dan kematian. Contohnya adalah perusahaan menuntut kita untuk
meningkatkan produksi barang, tetapi tidak memiliki alat yang memadai untuk meningkatkan
produksi barang tersebut, sehingga para karyawan harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi
permintaan perusahaan tersebut.

Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali tidak
menyadari, menurut Robert (dalam Hawari; 1999:50) tahapan stres dikemukakan sebagai berikut:

1. Stres tingkat pertama. Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan tajam tidak
sebagaimana biasanya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini
biasanya menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari sebenarnya cadangan
energinya sedang menipis.

2. Stres tingkat kedua. Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang,
keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah setelah makan
siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan
tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai.

3. Stres tingkat ketiga. Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan gejala-gejala:
gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan tidur, perasaan tegang semakin meningkat,
badan terasa goyang dan mau pingsan.

4. Stres tingkat empat. Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri: sulit
untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan
kemampuan untuk menanggapi, situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan lainya terasa berat,
tidur semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan
takut yang tidak dapat dijelaskan.

5. Stres tingkat kelima. Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat, yaitu: keletihan yang
mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu dikerjakan, gangguan sistem pencernaan,
perasaan yang mirip panik 6. Stres tingkat keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat
tidak jarang penderita dibawa ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain: debaran
jantung yang amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran, dan
pingsan. Menurut Selye (dalam Hidayat; 1998:231) stres kerja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1) Tahap Alarm Stage, awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang ditimbulkan
penekanan. Jika penekanan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu pesan biokimia keseluruh
sistem dalam tubuh. Dengan tanda terjadinya dalam waktu yang sangat singkat, mempunyai
ketegangan yang tinggi, denyut jantung meningkat, tekanan darah naik

2) Tahap Resistance (perlawanan), bila stres terus berlangsung maka gejala yang semula ada akan
menghilang karena terjadi penyesuaian dengan lingkungan dan peningkatan daya tahan terhadap
stres.

3) Tahap Kolaps/Exhaustion (kehabisan tenaga), tubuh tidak mampu mengatasi stres yang
dialami, energi menurun dan terjadi kelelahan, akhirnya muncul gangguan bahkan sampai kematian.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan stres kerja menunjukkan
manifestasi di bidang fisik dan psikis, di bidang fisik berupa kelelahan sedangkan di bidang psikis
berupa kecemasan dan depresi, hal ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang
mengalami defisit terus-menerus semakin habis, sehingga daya tahan terhadap stres sangat lemah.

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES


Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan atas 3 golongan
yaitu :

1. Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.

2. Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta dan
lain-lain.

3. Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.

Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:

1. Faktor Lingkungan.

Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu

1) Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu
menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.

2) Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia,
banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian
semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada yang
berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.

3) Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun menambah
peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal
dan menyesuaikan diri dengan itu.

4) Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam
abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-
orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.

2. Faktor Organisasi

Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari
kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang
menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas,
penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di
dalamnya, yaitu:

1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.

2) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi
dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran menciptakan harapan-
harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila karyawan
diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran
tercipta bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa
yang harus dikerjakan.

3) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya
dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres
yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4) Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan
peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber stres.

3. Faktor Individu

Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.

1) Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan
pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah
hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.

2) Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan
mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan
mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.

3) Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalah
kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu
sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.

Reaksi terhadap stres kerja bervariasi antara orang yang satu dengan yang lain, perbedaan ini sering
disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang tampaknya dapat merubah dampak stres bagi
individu. Menurut Smet (1994:131) faktor yang mempengaruhi pengalaman stres kerja menjadi lima
(5), yaitu:

1. Variabel dalam kondisi individu: umur, tahap perkembangan, jenis kelamin, temperamen,
faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, dan kondisi fisik.

2. Karakteristik kepribadian: introvert-ektrovert, stabilitas emosi secara umum, tipe kepribadian


A, locus of control, kekebalan dan ketahanan.

3. Sosial-kognitif: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial.

4. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima

5. Strategi koping, mempunyai dua fungsi menurut Lazarus & Folkam (dalam Smet; 1994:145),
yaitu:

1) Emotion-Focused Coping (fokus pada emosi) di gunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stres, dengan cara penghindaran, pengambilan jarak, perhatian yang bersifat selektif, dan
pengambilan makna dari kejadian-kejadian yang negatif.

2) Problem-Focused Coping (fokus pada pemecahan masalah). Individu akan mengatasinya


dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru, individu akan cenderung melakukan
strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi.

Menurut Sarafino (1990:94) faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja terdiri dari:

1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan (kebisingan, temperature, udara yang lembab,
penerangan dikantor yang kurang terang.
2. Kurang control.

3. Kurangnya hubungan interpersonal.

4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja.

Menurut Sunaryo (2004:216) faktor-faktor yang mempengaruhi stres adalah:

1. Faktor biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik

2. Faktor psiko-edukatif/sosio-cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi


yang mempengaruhi.

Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996:343-350) yaitu:

1. Lingkungan fisik

Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi.

2. Individual

Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:

Ø Konflik peran: Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima pesan-
pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai. Misalnya adanya tekanan
untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak cocok.

Ø Peran ganda: Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu
mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak
adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban-kewajiban dalam
mengerjakan suatu pekerjaan.

Ø Beban kerja berlebih: Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu
banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu
merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau
standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.

Ø Tidak adanya kontrol: Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya
pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan,
waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.

Ø Tanggung jawab: Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang, namun
tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.

Ø Kondisi kerja

3. Kelompok

Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok. Karakteristik
kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu.Ketidakpercayaan dari mitra pekerja
secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan
komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya
hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.

4. Organisasional
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus.

B. GEJALA STRES

Secara umum seseorang yang mengalami stres pada pekerjaannya akan menampilkan gejala-gejala
yang meliputi 3 aspek, yaitu :

1. Physiological memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh,


meningkatnya kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit
kepala dan menyebabkan serangan jantung.

2. Psychological memiliki indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang,


gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.

3. Behavior (perilaku) memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas,


ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok
dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur, meningkatnya
agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan
teman, kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Adapun gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:

1. Kepuasan kerja rendah

2. Kinerja yang menurun

3. Semangat dan energi menjadi hilang

4. Komunikasi tidak lancar

5. Pengambilan keputusan jelek

6. Kreatifitas dan inovasi kurang

7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif

Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres

Dapat berupa tanda-tanda berikut ini:

1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan

Lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak
beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,

Tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat,
sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya
gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.

3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang

Berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi
meledak-ledak.
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat berupa

Tanda-tanda berikut ini:

1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air

Besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat
pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi
atau serangan jantung, kehilangan energi.

2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,

Gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup,
agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.

3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit

Untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.

4. Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada

Orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain
atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang
lain.

C. DAMPAK DARI STRES

Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan
merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah
fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit
yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel
kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.

Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress
dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem
auto-immune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood
seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.

Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan dengan
daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis,
lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress
yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting
response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.

Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan
penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit
lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya
kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.

Adapun dampak Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:


1. Dampak negatif dari stres

Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress
tersebut bersifat lama. Jika seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu lama dan
berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian dari diri kita
sebagai tempat berlabuhnya stress ini.

1. Menurunnya sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang
menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan tekanan darah,
penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.

2. Jika sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan, jengkel, emosi,
frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap pikiran kita.
Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk mengambil
keputusan, kurang kreatif, sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan masih banyak lagi.

3. Hati hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian seseorang
bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan suatu bentuk pelarian
dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka melakukan ini sebagai tindakan pelarian
dan kompensasi untuk melindungi diri sendiri. Misalnya seseorang yang tidak peminum dan
perokok, bisa berubah dengan seketika menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman
beralkohol dengan ukuran banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan jati diri
yang sebenarnya.

2. Sebagai dampak Positif dari stres

Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita akan
semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman
bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita mendengar bahwa Buku,
guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu sendiri.

D. PENGENDALIAN STRES

Manajemen stres dan teknik pengurangan stres

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak
yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang
tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres ditempat kerja
akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukan
cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru
akan menambah masalah lebih jauh.

Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penanggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi
terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya
ditempat kerja. Stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja
dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan
dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat. (margiati, 1999:76)

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen
mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada
tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk
melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atu ringan mungkin akan
memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berfikir untuk memberikan tugas
yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun
sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang
tepat dalam mengola stres, ada 2 pendekatan yaitu: pendekatan individu dan pendekatan organisasi

1. Pendekatan individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat
individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan
sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang
berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat,
kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2. Pendekatan Organisasional

Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang
semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu
strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan,
pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut dipengaruhi
diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam kerja dimana stress
tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi
dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada
setiap individu tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya
respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stress itu akan memberikan
dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stres yang dialami pekerja tersebut masih
dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen
stress dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat
mengurangi stress yang mereka alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya tekanan
yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen
untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

B. SARAN

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress yang dapat
digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah
stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi
karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).

DAFTAR PUSTAKA

http://almusyafahealth.blogspot.co.id/2015/07/makalah-stress-kerja.html

http://ilmukitaaddres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-stres-kerja.html

http://jhonmiduk8.blogspot.co.id/2015/10/makalah-stress-kerja.html

http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2011/02/stres-kerja-definisi-kategori-dan.html

http://muhammad-reza.blogspot.co.id/2013/03/stress-kerja_26.html

http://putrakolut.blogspot.co.id/2013/02/makalah-stres-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai