Anda di halaman 1dari 4

KEBIJAKAN PUBLIK TENTANG ISU PERPANJANGAN MASA JABATAN

PRESIDEN JOKO WIDODO 3 PRIODE

Tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik

Dosen Pengampu : Muhammad Haidir SP.,SH.,MH

Disusun Oleh :

Faqih Hayatan (1921020626)

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H/ 2022 M
KEBIJAKAN PUBLIK TENTANG ISU PERPANJANGAN MASA JABATAN
PRESIDEN JOKO WIDODO 3 PRIODE

Analisis Dampak dari kebijakan publik tentang isu perpanjangan masa jabataan Presiden
Joko Widodo 3 priode, Bila propaganda 3 periode tersebut terus dilanjutkan maka akan
berbahaya untuk ekonomi, sosial, politik Indonesia. Indonesia akan memasuki krisis baru
yaitu krisis politik dan kepemimpinan serta tidak mungkin jabatan presiden 3 periode.
Sebab, dalam pasal 7 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah diatur masa jabatan Presiden
dan Wakil Presiden maksimal 2 periode.

dampak pertama, pemerintah akan kehilangan fokus kerja mengatasi pemulihan


ekonomi dan kesehatan akibat Covid-19. Ini akibat beberapa menteri atau elit di
pemerintahan malah sibuk menciptakan propaganda perpanjangan masa jabatan Jokowi.

Dampak hilangnya fokus pemulihan ekonomi dan penanganan Covid-19, terbukti telah
menyebabkan naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok, BBM yang langka dan naik,
minyak goreng mahal, harga daging, hingga gula pasir juga naik.

Semua itu merupakan tugas pokok pemerintahan yang kini dilalaikan oleh pemerintah.
Kenaikan harga disikapi dengan tidak kompeten, pemerintah pun belum serius
menciptakan pekerjaan kepada rakyat

Dampak kedua, Pemerintah akan menciptakan kerusuhan sosial terbaru dari kalangan sipil
pro demokrasi yang menentang cita-cita bangsa. Protes sosial mulai dari gerakan
mahasiswa hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM), akan bermunculan di berbagai
daerah melawan propaganda itu.

Dampak ketiga, Pemerintah hanya akan mengundang kontroversi politik di kalangan


pimpinan partai politik koalisinya dan para menteri dari kalangan profesional dengan
propaganda isu Jokowi 3 Periode.

Semuanya akan berujung kepada instabilitas yang akan menyusahkan rakyat sendiri. Bila
Presiden seorang negarawan harusnya presiden berhenti melakukan gerakan bawah tanah
tiga periode dan fokus menuntaskan pemerintahan sampai 2024.

Media cetak TEMPO.CO

Selasa, 5 April 2022

https://nasional.tempo.co/read/1578581/ahli-kebijakan-publik-ungkap-3-dampak-
berbahaya-isu-jokowi-3-periode
Faktor-faktor isu kebijakan publik keluar :

1. Ada upaya sistematis dalam wacana Jokowi 3 periode


melihat kemungkinan bertemunya kepentingan antara simpatisan Jokowi yang
menginginkan tiga periode dengan pihak elite yang sengaja mengarahkan isu itu. Misalnya,
soal viral video seorang penjual es cendol yang mengatakan mendukung Joko
Widodo pada 2024. Setelah ditelusuri, ternyata penjual es di Sidoarjo itu diupah Rp 200
ribu untuk membuat konten itu. “Ini jelas sistematis, ada yang menggerakkan,”

2. Bermunculan baliho mendukung Jokowi 3 periode


Baliho berisi ajakan mendukung Jokowi 3 periode bermunculan di Surabaya, Rabu, 16
Maret 2022. Baliho bergambar Presiden Joko Widodo dan desain Ibu Kota Negara
bertuliskan Satu Komando #2024 Ikut Pak Jokowi itu setidaknya ditemukan di tiga titik
sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani hingga Wonokromo. Pemasang baliho
mengatasnamakan Sapulidi Pengikat Kebhinekaan. Di bawahnya tertera 31 elemen.

3. Kepala desa berteriak Jokowi 3 periode


Seorang kepala desa dari Aceh Tenggara, bernama Muslim, menyampaikan permintaan
khusus kepada Luhut Binsar Pandjaitan. Permintaan ini menyangkut perpanjangan masa
jabatan Jokowi yang akan berakhir di 2024.

4. Ada Luhut di struktur organisasi APDESI


Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) berencana deklarasi serentak
mendukung Jokowi 3 periode setelah lebaran. APDESI yang diurus kepala desa aktif ini
mengakui sejumlah menteri berada di struktur organisasi, salah satunya Menteri
Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Mayoritas masyrakat Indonesia menolak Jokowi 3 priode "Sekitar 74% warga menghendaki
agar ketetapan tentang masa jabatan presiden hanya dua kali harus dipertahankan. Yang
ingin masa jabatan Presiden diubah hanya 13%, dan yang tidak punya sikap 13%," kata
Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando, dalam peluncuran hasil survei nasional SMRC
bertajuk "Sikap Publik Nasional terhadap Amendemen Presidensialisme dan DPD" yang
dilakukan secara daring pada Minggu (20/6/2021) di Jakarta. Survei nasional SMRC
tersebut dilakukan pada 21-28 Mei 2021. Penelitian melalui wawancara tatap muka ini
melibatkan 1.072 responden yang dipilih melalui metode penarikan sampel random
bertingkat

Menurut pribadi saya sendiri dalam segi perpanjangan masa jabatan Presiden, bapak
Jokowi terlalu berani bila ini benar-benar terjadi untuk mengambil langkah dan keputusaan
perpanjang masa jabatan presiden, karena Ketentuan masa jabatan kepresidenan diatur
dalam Pasal 7 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), yang
menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan. Sebagai lembaga yang memiliki kewenangan mengubah dan menetapkan UUD
1945, MPR RI tidak pernah melakukan pembahasan apapun untuk mengubah Pasal 7 UUD
1945

Anda mungkin juga menyukai