Anda di halaman 1dari 10

MODUL 5

PEMERIKSAAN KEPADATAN STANDART

A. Pendahuluan

Proses pemadatan tanah pada prinsipnya adalah usaha untuk mem perkecil
jarak antara butiran tanah (solid) dengan jalan mengurangi volume udara yang ada
di dalam pori tanah tersebut. Semakin kecil jarak antara butiran tanah semakin
banyak jumlah butiran yang ada dalam satu satuan volume tanah, sehingga tanah
dikatakan semakin padat.

Kepadatan tanah dinyatakan sebagai berat kering maksimum butiran per


satuan volume tanah (dry density) yang dinotasikan dengah γdry. Tanah dapat
dipadatkan apabila mengadung kadar air tertentu. Proses pemadatan tanah
kelempungan pada kondisi kering (dry) atau sebaliknya pada kondisi jenuh tidak
akan menghasilkan kepadatan yang nraksimum. Kadar air yang diperlukan untuk
mendapatkan kepadatan maksimum disebut kadar air optimum (water content
optimum).

Pada pengujian pemadatan dengan proctor standar manual kemungkinan


sering terjadi kesalahan pada usaha yang diberikan karena human error yaitu pada
tinggi jatuh penumbuknya. Tinggi jatuh penumbuk yang sudah memiliki
ketentuan yaitu pada pengujian pemadatan menggunakan proctor standar sebesar
12 in, sedangkan pada pengujiannya tinggi jatuh tersebut dapat berbeda-beda dan
tidak sesuai dengan ketentuan tinggi jatuh proctor standar, maka untuk
meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi pada pemadatan menggunakan
proctor standar manual tersebut, pengujian pemadatan dapat dilakukan
menggunakan dengan automatic compactor. Perbedaan dari dua metode ini yaitu
banyaknya lapisan yang dipakai pada saat pengujian, Pada pengujian
menggunakan proctor standar banyak lapisannya adalah 3 lapisan, dikarenakan
pada pengujian pemadatan menggunakan automatic compactor hanya dapat
dilakukan dengan 1 lapisan. Berdasarkan hal tersebut, maka studi yang akan
dilakukan pada penelitian ini yaitu idealisasi hasil uji automatic compactor
dengan proctor standar manual.

B. Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah :

1. Sebuah cetakan diameter 101,60 mm mempunyai kapasitas 943 cm3 ± 8


cm3 dengan diameter dalam 101,60 mm ± 0,41 mm dan tinggi 116,43 mm
± 0,13 mm.
2. Alat penumbuk tangan (manual). Penumbuk dari logam dengan massa
2,495 kg ± 0,009 kg dan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan
rata, diameter 50,80 mm ± 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter
penumbuk tidak boleh kurang dari 50,42 mm. Penumbuk harus dilengkapi
dengan selubung yang dapat mengatur jatuh bebas setinggi 305 mm ± 2
mm di atas permukaan tanah yang akan dipadatkan. Selubung harus
mempunyai paling sedikit 4 buah lubang udara berdiameter tidak kurang
dari 9,50 mm dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19,00 mm
dari kedua ujung. Selubung harus cukup longgar sehingga batang
penumbuk dapat jatuh bebas tidak terganggu.
3. Alat pengeluar benda uji (extruder). Terdiri dari sebuah dongkrak,
pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai.
4. Timbangan. Tiga buah timbangan masing-masing berkapasitas 11,5 kg
dengan ketelitian 1 gram, kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan
kapasitas 311 gram dengan ketelitan 0,01 gram.
5. Oven Pengering
6. Pisau Perata
7. Saringan No. 4.
8. Alat Pencampur (Talam, Alat Pengaduk dan Sendok)
9. Cawan
10. Gelas ukur
C. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Contoh tanah dalam keadaan gembur dan kering udara sebanyak 6 unit x
2,5 kg
2. Kantong plastik penyimpanan benda uji
3. Air Bersih

D. Gambar Peralatan

Gambar 5.1 Silinder dan alat pemukul Gambar 5.2 Timbangan digital

Gambar 5.3 Saringan no.4 Gambar 5.4 Set alat pemadatan


E. Cara Pelaksanaan

1. Persipan benda uji

a) Bila contoh tanah dari lapangan dalam kondisi basah, maka harus
dikeringkan dengan cara dijemur sampai kering permukaan
b) Tanah yang kering, ditumbuk dengan menggunakan palu karet kemudian
disaring dengan menggunakan saringan no.4
c) Benda Uji dibagi menjadi 6 sampel, dicampur dengan air dengan kadar
yang sudah ditentukan kemudian diaduk sampai homogeny.
d) Setelah dicampur dan dimasukkan kedalam plastik, maka benda uji
dibiarkan minimal 8 jam agar kadar air menjadi merata.
2. Proses pengerjaan pengujian
a) Ambil contoh tanah dari lapangan sebanyak ± 20 kg yang telah
dibersihkan dari sampak organik dan anorganik.
b) Tumbuk tanah menggunakan pemukul karet/kayu lalu diayak
menggunakan saringan No. 4
c) Contoh tanah yang telah disaring diambil sebagian untuk diuji kadar
airnya.
d) Masukkan masing-masing sampel tanah ke dalam 6 tempat yang berbeda
dengan penambahan kadar air 50 – 100 cc.
Sampe
1 2 3 4 5 6
l
Tanah 2500 2500 2500 2500 2500 2500
Air 200 250 300 350 400 450
e) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1)
serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
f) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci
dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari
100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
g) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
h) Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3
lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah
dipadatkan kira-kira 125 mm.
i) Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit
melebihi 1/3 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan
sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas
atau rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh
uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk dengan massa
2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 305 mm di atas
permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 kali.
 lakukan pemadatan untuk lapis 2 dan lapis 3 dengan cara yang sama
seperti untuk lapis 1.
j) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau perata,
sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
k) Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1 gram (B2).
l) Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara
vertikal menjadi 2 bagian yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh
yang mewakili dari salah satu bagian untuk pengujian kadar air, sesuai
SNI 03-1965-1990.
m) Lakukan langkah g s/d l untuk sampel-sampel tanah lainnya.

F. Metode Perhitungan

1) Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut:


(B 2−B 1)
ρ= ……………………………………………………….…..… (1)
V
dengan pengertian:
ρ = Adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3;
B1 = Adalah massa cetakan dan keping alas, dinyatakan dalam gram;
B2 = Adalah massa cetakan, keping alas dan benda uji, dinyatakan dalam gram;
V = Adalah volume benda uji atau volume cetakan, dinyatakan dalam cm3.

2) Hitung kadar air benda uji dengan rumus sebagai berikut:


A−B
W= x 100 % ……………………………...………………….…… (2)
B−C
dengan pengertian:
w = Adalah kadar air, dinyatakan dalam %;
A = Adalah massa cawan dan benda uji basah, dinyatakan dalam gram;
B = Adalah massa cawan dan benda uji kering, dinyatakan dalam gram;
C = Adalah massa cawan, dinyatakan dalam gram.

3) Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut:


ρ
ρd = x 100 % ………………………………………………… (3)
(100+ w)
dengan pengertian:
ρd = Adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3;
ρ = Adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3;
w = Adalah kadar air, dinyatakan dalam %.

4) Hitung ZAVL dengan rumus sebagai berikut:


GS
ZAVL=
1+(( ) )w
100
xGS

Dimana :
GS : Berat Jenis Tanah (Gunakan GS = 2,5 untuk praktikum ini)
w : kadar air

Persiapan Contoh Uji :


Nomor Sampel : 1 2 3 4 5 6
Massa Tanah Basah (gr) 2500 2500 2500 2500 2500 2500
Kadar Air Awal (%) 15,64 15,64 15,64 15,64 15,64 15,64
Penambahan Air (cc) 200 250 300 350 400 450

Kepadatan :
Nomor Sampel : 1 2 3 4 5 6
Massa Tanah Basah + Cetakan
5946 6006 6164 6000 5900 5904
(gr)
Massa Cetakan (gr) 4405 4405 4405 4405 4405 4405
Massa Tanah Basah (gr) 2500 2500 2500 2500 2500 2500
Isi Cetakan (cm3) 944 944 944 944 944 944
Kepadatan Basah, ρ (gr/cm )3
1.63 1.70 1.86 1.69 1.58 1.59
Kepadatan Kering, ρd (gr/cm3) 1.37 1.39 1.50 1.31 1.22 1.22

Kadar air :
Nomor Cawan : 1 2 3 4 5 6
Massa Tanah Basah +
67.6 68.6 69.6 70.64 71.04 71
Cawan (gr)
Massa Tanah Kering +
59.64 59.6 59.64 59 59.06 59.06
cawan (gr)
Massa Air (gr) 200 250 300 350 400 450
Massa Cawan (gr) 17.46 18 18.6 18.46 19 20
Massa Tanah Kering (gr) 42.18 41.6 41.04 40.54 40.06 39.06
18.87 21.63 24.26 28.71 29.90 30.56
Kadar Air (%)
2 5 9 2 5 8

ZAVL :
No. Sampel 1 2 3 4 5 6
1.6986 1.6224 1.5559 1.4553 1.4305 1.4170
ZAVL
1 6 6 4 1 7

G. Penggambaran Grafik
a) Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X) dan
kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian
gambarkan sebuah kurva yang halus yang menghubungkan titik-titik
tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan, tentukan kepadatan kering
maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
b) Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air pada
derajat kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak boleh
memotong garis jenuh dan pada harga kadar air yang tinggi grafik
pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh tersebut.
H. Form Laporan
I. Kesimpulan

J. Saran

Anda mungkin juga menyukai