Anda di halaman 1dari 4

Ujian Tengah Semester

Perpajak 1 Kelas D

Nama: Galuh Prameswari

NIM: FO321102

1. Asas – asas pemungutan pajak :


Dengan berdasar pada bukunya yang berjudul “Wealth of Nations”, Adam Smith
dikenal dengan 4 asas pemungutan pajak menurut pendapatnya sendiri, yaitu:
1.   Asas Equality (Keseimbangan atau Keadilan)
Pemungutan pajak, negara harus menyesuaikan dengan kemampuan dan
juga penghasilan yang diperoleh atau diterima dari Wajib Pajak. Negara
tidak boleh bertindak diskriminatif atau seenaknya sendiri dalam hal
melakukan pemungutan pajak terhadap Wajib Pajak. Jadi, dalam asas ini
menyiratkan bahwa Wajib Pajak yang memiliki kemampuan lebih dan harta
yang dimiliki juga banyak, maka pemungutan pajak yang dibebankan
kepadanya juga dengan tarif yang tinggi disesuaikan dengan kemampuan
ekonomis yang dimilikinya.
2. Asas Certainty (Kepastian Hukum)
Asas ini menunjukkan bahwa semua pungutan pajak harus didasarkan pada
Undang-Undang (UU) yang berlaku, sehingga bagi pihak-pihak yang
melanggar atas pungutan pajak ini akan dikenakan sanksi hukum yang
sesuai dengan Undang-Undang (UU). Penetapan pajak harus dilakukan
secara transparan sesuai dengan hukum yang berlaku, yaitu Undang-
Undang (UU).
3. Asas Convinience of Payment (Tepat Waktu)
Dalam asas ini, pungutan pajak harus berdasarkan dengan saat yang tepat
bagi Wajib Pajak (saat yang paling baik). Misalnya adalah disaat wajib pajak
baru menerimakan penghasilannya atau menerima hadiah. Hal ini bertujuan
agar Wajib Pajak tidak merasa dibebani atau keberatan atas pajak yang
dipungut.
4. Asas Efficiency (Efisiensi atau Ekonomis)
Asas ini terkait dengan biaya pemungutan pajak yang diusahakan untuk
dapat sehemat mungkin. Asas ini menjadi patokan agar tidak terjadi biaya
pemungutan pajak yang lebih besar dari hasil pemungutan pajak.Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pemungutan pajak harus dilakukan secara tepat
dan benar agar tujuan dari pemungutan pajak ini dapat tercapai.

Sistem pemungutan pajak

Sistem pemungutan pajak adalah mekanisme yang akan digunakan dalam melakukan
penghitungan besaran pajak yang harus dibayarkan. Di Indonesia sendiri telah diberlakukan 3
jenis sistem pemungutan pajak yang meliputi:
1. Self Assessment System
Merupakan sebuah sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran
pajak yang perlu untuk dibayarkan oleh wajib pajak secara mandiri. Bisa dikatakan bahwa
wajib pajak memiliki peran aktif dalam melakukan penghitungan sekaligus membayar dan
melaporkan pajaknya.

2. Official Assessment System


Sistem pemungutan pajak  official assessment membebankan wewenang dalam
menentukan besarnya pajak yang terutang pada petugas perpajakan. Dimana petugas
perpajakan tersebut berperan sebagai pihak pemungut pajak yang dibebankan kepada
seorang wajib pajak. Pada sistem pemungutan pajak ini, setiap wajib pajak berperan pasif
dan nilai pajak yang terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya surat ketetapan
pajak oleh petugas perpajakan.
3. Withholding System
Dalam sistem pemungutan pajak ini, besaran pajak yang harus dibayarkan dihitung oleh
pihak ketiga. Dimana pihak ketiga yang dimaksud ini bukan merupakan wajib pajak dan
juga bukan merupakan petugas perpajakan. Seperti contohnya dalam pemotongan
penghasilan yang diperoleh seorang karyawan, dimana hal tersebut dilakukan oleh
seorang bendahara sebuah instansi atau HRD dalam sebuah perusahaan.

2. a) Jenis – jenis tarif pajak:


1. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan
naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya
2. Tarif Degresif
Tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan
semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi
perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak,
persentasenya akan tetap.
4. Tarif Tetap atau Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif tetap juga
dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan.

b) Subjek dan Objek Pajak

 Subjek Pajak
Subjek Pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk
memperolah penghasilan dan menjadi sarana untuk dikenakan Pajak
Penghasilan. Subjek Pajak berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun
2008 :
1. Subjek Pajak orang pribadi.
2. Subjek Pajak warisan yang belm terbagi sebagai salah satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
3. Subjek Pajak badan.
4. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Subjek pajak dalam negeri:


1. Subjek Pajak Orang Pribadi
- Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka 12 bulan.
- Orang pribadi yang dalam suatu Tahun Pajak berada di Indonesia dan
mempunyai miat bertempat tinggal di Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan
- Pembentukannya berdasarkan undang-undang.
- pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD.
- pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD. Penerimaannya masuk ke
dalam anggran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
- Pembukuannya diperiksa aparat pengawas fungsional negara
3. Subjek Pajak Warisan
- warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.

Subjek pajak luar negeri:

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indoensia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka 12 bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
3. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak
dari nenjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.

Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan


kemamuan ekonomi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasala dari Indonesia ataupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Bnetuk-bentuk penghasilan :
1.

Anda mungkin juga menyukai