Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Ny.

S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS NEOPLASMA OVARIUM KISTIK, DI RUANG ICU RS IBNU
ZINA YAYASAN WAKAF UMI MAKASSAR

OLEH

NAMA : SUKMA SAPUTRI

NIM : B 0321 711

PRODI : PROFESI NERS

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2022
LAPORAN PENDAHULUAN NOK

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista
adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly,
2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
Neoplasma Ovarium Kistik adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh
secara alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat
menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan.
Neoplasma ovarium kistik adalah semua tumor ovarium yang padat,
tetapi tidak semua neoplasma itu ganas meskipun semuanya mempunyai
potensi maligna.( Hanifa W, 2005, Ilmu kandungan, edisi 2, hal 362 ).

B. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
 Kista non fungsional.
 Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
 Kista fungsional.
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
b. Kista neoplasma
 Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
 Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
 Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
 Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
 Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
D. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.Kista-
kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit
tersebut diluar cakupan artikel ini.
E. PATHWAY

Degenerasi Infeksi
ovarium ovarium

Histerektomi Kistoma pembesaran Ruptur


ovari ovarium ovarium

Kurang Oovorektomi Resiko


informasi
perdarahan
Luka operasi
Kurang Gangguan
pengetahuan Diskontinuitas perfusi
jaringan jaringan

cemas
Port d’entry

anestesi Resti injuri


Pembatasan
Resiko
Komplikasi nutrisi
infeksi
peritonia Peristaltic Nervus
Metabolisme usus vagus
menurun menurun
Peritonitis
Reflex
Hipolisis Absorbsi air menelan
Resiko Nyeri di kolon
perdarahan
Asam laktat Resiko
Resiko aspirasi
konstipasi
keletihan

Gangguan metabolisme

Self care
defisit
F. KOMPLIKASI
1. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
2. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kiste.
2. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian
gurita abdomen yang ketat.
I. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
e. Nyeri sanggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan
kesehatan segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
e. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
f. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
B1. Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
B2. Mata
a) Sklera                  : ikterik/tidak
b) Konjungtiva        : anemis/tidak
c) Mata                    : simetris/tidak
B3. Leher
a) pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
B4. Dada (Pernafasan)
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
B5. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
B6. Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
B7. Eliminasi, urinasi
a) Adanya konstipasi
b) Susah BAK
g. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
h. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
i. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
j. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
k. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
2) Ultrasonografi untuk mengetahui letak batas kista.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3) PK perdarahan
4) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
5) Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
C. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan NIC LABEL : Pain 1. Berguna dalam pengawasan
agen injuri asuhan Management keefektifan obat,dan
biologi keperawatan 1. Kaji dan catat membedakan karakteristik nyeri.
selama 3x24 jam kualitas, lokasi dan Perubahan pada karakteristik
diharapkan nyeri durasi nyeri. Gunakan nyeri menunjukan terjadinya
pasien berkurang skala nyeri dengan abses atau peritonitis
NOC : pasien dari 0 (tidak 2. Berguna untuk mengetahui nyeri
 Pain Level ada nyeri) – 10 (nyeri dan respon nyeri pasien
 Pain control paling buruk). 3. Untuk mengetahui aktivitas apa
 Comfort level 2. Gunakan komunikasi yang dapat meningkatkan dan
Kriteria Hasil : terapeutik untuk mengurangi nyeri pasien sehingga
 Mampu mengetahui nyeri dan perawat dapat menegakan
mengontrol respon pasien implementasi dengan benar
nyeri (tahu terhadap nyerinya 4. Untuk mengetahui masalah lain
penyebab nyeri, 3. Kaji dengan pasien yang ditimbulkan dari nyeri
mampu faktor-faktor yang 5. Untuk meminimalisir respon
menggunakan dapat meningkatkan/ ketidaknyamanan pasien
tehnik mengurangi nyerinya 6. Berguna untuk mengurangi nyeri
nonfarmakologi 4. Kaji efek dari dan meminimalisir penggunaan
untuk pengalaman nyeri terapi farmakologik
mengurangi terhadap kualitas 7. Mencegah terjadinya dosis yang
nyeri, mencari tidur, nafsu makan, berlebihan
bantuan) aktivitas dan suasana
 Melaporkan hati
bahwa nyeri 5. Control lingkungan
berkurang sekitar pasien yang
dengan dapat memberikan
menggunakan respon tidak nyaman,
manajemen misalnya temperature
nyeri ruangan, pencahayaan
 Mampu dan kebisingan
mengenali nyeri 6. Ajarkan tekhnik
(skala, nonfarmakologis,
intensitas, (misalnya guided
frekuensi dan imageri, distraksi,
tanda nyeri) relaksasi, terapi
 Menyatakan musik, massage),
rasa nyaman sebelum, setelah, dan
setelah nyeri jika mungkin selama
berkurang nyeri berlangsung,
 Tanda vital sebelum nyeri
dalam rentang meningkat, dan
normal selama nyeri
berkurang
Ajarkan tentang
penggunaan
farmakologikal dalam
mengurangi nyeri
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan NIC :  Membina hubungan saling
diagnosis dan asuhan Anxiety Reduction percaya dengan pasien agar
pembedahan keperawatan (penurunan kecemasan) pasien menjadi trust dan
selama 3x 24 jam  Gunakan pendekatan kooperatif dengan tindakan
diharapakan cemasi yang menenangkan keperawatan
terkontrol  Nyatakan dengan jelas  Agar pasien mengetahui
NOC : harapan terhadap tujuan dan manfaat dari
 Anxiety control pelaku pasien intervensi yang dilakukan
 Coping  Berikan informasi  Memberikan informasi yang
Kriteria Hasil : faktual mengenai benar agar pasien tidak serig
 Klien mampu diagnosis, tindakan timbul pertanyaan dalam
mengidentifikas prognosis dirinya yang akan
i dan  Dorong keluarga untuk meningkatkan kecemasan
mengungkapka menemani pasien  Pasien akan lebih nyaman
n gejala cemas  Instruksikan pasien apabila ditemani oleh
 Mengidentifika menggunakan teknik keluarga
si, relaksasi  Relaksasi efektif dalam
mengungkapka  Barikan obat untuk menenangkan fikiran pasien
n dan mengurangi kecemasan sehingga dapat mengurangi
menunjukkan tingkat kecemasan
tehnik untuk  Obat anti ansietas dapat
mengontol menurunkan tingkan
cemas kecemasan
 Vital sign
dalam batas
normal
 Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan  Monitor tanda-tanda  Agar tidak terjadi pendarahan
asuhan perdarahan  Untuk mengetahui nilai HB dan
keperawatan gastrointestinal HT sesuai nilai normal
selama 3x24 jam  Catat nilai HB dan HT  Untuk mengetahui hasil
diharapakan pasien sebelum dan sesuah trombosit setiap waktu
menunjukkan terjadi pendarahan  Agar tidak terjadinya
perdarahan dapat  Monitor nilai lab pendarahan
diminimalkan (koagulasi) yang  Tubuh tidak kekurangan pasoka
meliputi PT, PTT, darah sehingga terjadi
Trombosit penurunan trombosit
 Pertahankan bedrest  Pasien tidak mengatalami
selama pendarahan pendarahan
aktif  Tidak terjadi pendarahan saat
 Lindungi pasien dari bab dan tidak mengalami
trauma yang dapat dehidrasi
menyebabkan
pendarahan
 Hindari terjadi
konstipasi dengan
menganjurkan
mempertahankan
intake cairan

Post operasi
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan NIC LABEL : Pain 1. Berguna dalam
injuri fisik keperawatan selama Management pengawasan keefektifan
3x24 jam diharapkan 1. Kaji dan catat kualitas, obat,dan membedakan
nyeri pasien berkurang lokasi dan durasi nyeri. karakteristik nyeri.
NOC : 2. Gunakan skala nyeri Perubahan pada
 Pain Level, dengan pasien dari 0 (tidak karakteristik nyeri
 Pain control, ada nyeri) – 10 (nyeri menunjukan terjadinya
 Comfort level paling buruk). abses atau peritonitis
Kriteria Hasil : 3. Gunakan komunikasi2. 2. Berguna untuk
 Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui nyeri dan
nyeri (tahu penyebab mengetahui nyeri dan respon nyeri pasien
nyeri, mampu respon pasien terhadap 3. Untuk mengetahui
menggunakan tehnik nyerinya aktivitas apa yang dapat
nonfarmakologi untuk 4. Kaji dengan pasien meningkatkan dan
mengurangi nyeri, faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri pasien
mencari bantuan) meningkatkan/ sehingga perawat dapat
 Melaporkan bahwa mengurangi nyerinya menegakan implementasi
nyeri berkurang 5. 5. Kaji efek dari dengan benar
dengan menggunakan pengalaman nyeri 4. Untuk mengetahui
manajemen nyeri terhadap kualitas tidur, masalah lain yang
 Mampu mengenali nafsu makan, aktivitas dan ditimbulkan dari nyeri
nyeri (skala, suasana hati Untuk meminimalisir
intensitas, frekuensi 6. Control lingkungan respon
dan tanda nyeri) sekitar pasien yang dapat ketidaknyamanan
 Menyatakan rasa memberikan respon tidak pasien
nyaman setelah nyeri nyaman, misalnya
berkurang temperature ruangan,
 Tanda vital dalam pencahayaan dan
rentang normal kebisingan
7.
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan NIC Label : 1. Untuk mengetahui
penurunan pertahanan keperawatan selama 3x Infection Protection adanya tanda dan
primer 24 jam diharapakan gejala infeksi
1. Monitor tanda dan
infeksi terkontrol 2. Untuk mengetahui
gejala infeksi sistemik
NOC : adanya tanda dan
dan local
 Immune Status gejala infeksi
2. Inspeksi adanya
 Knowledge : Infection 3. Untuk mengurangi
kemerahan/drainase
control paparan patogen dari
pada kulit
 Risk control luar
3. Batasi pengunjung
Kriteria Hasil : 4. Untuk mencegah
4. Edukasikan px dan
 Klien bebas dari tanda infeksi
keluarga cara
dan gejala infeksi
menghindari infeksi
 Mendeskripsikan
Infection Control Mencegah infeksi
proses penularan
1. Untuk mengurangi
penyakit, factor yang 1. Ajarkan Px dan
agen infeksi yang
mempengaruhi pengunjung mencuci
dapat timbul
penularan serta tangan untuk menjaga
2. Untuk meningkatkan
penatalaksanaannya, kesehatan
imun
 Menunjukkan 2. Gunakan "universal
3. Untuk mencegah
kemampuan untuk precaution"
adanya infeksi
mencegah timbulnya 3. Anjurkan px
4. Untuk memantau
infeksi perbanyak istirahat
keadaan luka px
 Jumlah leukosit dalam 4. Instruksikan px
secara regular
batas normal mendapat antibiotik,

 Menunjukkan jika dibutuhkan

perilaku hidup sehat 5. Ajarkan px dan Tube care


keluarga mengenai 1. Drainase mengikuti
tanda dan gejala gaya gravitasi
infeksi dan 2. Mencegah adanya
intruksikan untuk gelembung udara
melapor ke perawat pada WSD
jikan menemukan 3. Untuk memantau
tanda dan gejala tanda akumulasi
infeksi pada px cairan pada
Tube Care : Chest intrapreural
4. Untuk mencegah
1. Jaga kantong
adanya infeksi
drainase levelnya
di bawah dada
2. Monitor adanya
gelembung udara
pada "chest tube
drainage"
3. Observasi tanda
akumulasi cairan
pada intrapreural
 Ganti balutan(dressing)
di sekitar pemasangan
WSD setiap 48 - 72
jam bila diperlukan
3. Deficit personal Setelah dilakukan asuhan  Pertimbangkan 1. Memandirikan pasien
hyegene b.d imobilitas keperawatan selama usia pasien sesuai dengan umur
(nyeri pembedahan) 3x24 jam diharapakan ketika
pasien menunjukkan mempromosikan 2. Mengetahui tindakan
kebersihan diri aktivitas apa yang akan
NOC : perawatan diri dilakukan
 Kowlwdge : disease  Menentukann 3. Memudahkan pasien
process jumlah dan jenis membersihkan gigi dan
 Kowledge : health bantuan yang perawatan diri
Behavior dibutuhkan 4. Mencegah terjadinya
Kriteria Hasil :  Fasilitasi pasien iritasi pada kulit pasien
 Pasien bebas dari bau mandi dan 5. Agar kulit bersih dan
 Pasien tampak menggosok gigi lembab
menunjukkan dengan tepat 6. Agar pasien menjadi
kebersihan  Monitor bersih dan nyaman
 Pasien nyaman intergritas kulit 7. Menjaga kebersihan
pasien rambut klien
8. Agar tidak terjadi
 Jaga kebersihan iritasi pada kulit pasien
 Bantu 9. Agar pasien menjadi
memandikan nyaman
pasien dengan 10. Supaya pasien tidak
menggunakan bau badan dan pasien
kursi untuk menjadi wangi
mandi, bak
tempat mandi,
mandi dengan
berdiri, dengan
menggunakan
cara yang tepat
atau sesuai
dengan
keinginan pasien
 Cuci rambut
sesuai dengan
kebutuhan atau
keinginan
 Mandi dengan
air yang
mempunyai
suhu yang
nyaman
 Bantu dalam hal
perawatan
perineal jika
memang
diperlukan
Bantu dalam hal
kebersihan (misalnya
deodorant, parfum)

D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanakan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantarannya:
Intervensi dilaksanakan sesui dengan rencana setelah dilakukan
validasi: keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
paisen.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongrit
dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai,
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta:EGC.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.VA3JO0B6PMw

Anda mungkin juga menyukai