Anda di halaman 1dari 101

ANALISIS SOSIAL II DAN REKSOS

Disusun oleh Sahabat Muhammad Usman Ali

A. Pengertian Analisis Sosial


Sekilas balik pengertian analisis sosial adalah
skema mengenai interaksi anatar factor dalam rangka
melakukan sebuah usaha untuk memecahkan sebuah
permasalahan. Tindakan tersebut bukan lah sebuah
Tindakan eksekusi yang dapat berdiri sendiri guna
menyelesaikan masalah, akan tetapi hal ini dapat
dijadikan sebagai Langkah awal untuk dapat
menemukan benang merah yang menjadi acuan untuk
memilih action yang tepat kedepannya. Mungkin
dibenak pembaca akan muncul sebuah pertanyaan,
bagaimana pandangan pelaku analisis sosial
merupakan hal yang bersifat objektif?. Tentu saja
tidak, disebabkan oleh munculnya sebuah gagasan
mengadakan ANSOS berawal dari asumsi dari
individual atau kelompok. Lalu, setelah menangkap
dan memahami realitas yang di hadapi oleh
masyarakat, permasalahan yang terjadi di masyarakat,
potensi yang ada di masyarakat. sehingga dapat
mengetahu tindakan apa yang tepat untuk dilakukan
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Dalam hal
bagaimana Langkah-langkah melakukan analisis
sosial telah di sebutkan dalam materi ANSOS 1 di
kegiatan MAPABA beberapa bulan yang lalu, maka
dari itu peserta sudah dianggap sudah memahami
terkait hal tersebut. Selanjutnya, tulisan dibawah ini
akan lebih memberikan penjelasan yang lebih
mendalam perihal korelasi dengan analisis wacanan,
peranan, implementasi, serta rekayasa sosial.

B. Peranan Ansos dalam Strategi Gerakan PMII


Paradigma gerakan PMII adalah kritis
transformatif, artinya PMII dituntut peka dan mampu
membaca realitas sosial secara objektif (secara kritis),
sekaligus terlibat aktif dalam aksi perubahan sosial
(transformatif). Transformasi sosial yang dilakukan
PMII akan berjalan secara efektif jika kader PMII
memiliki kesadaran kritis dalam melihat realitas
sosial. Kesadaran kritis akan muncul apabila dilandasi
dengan cara pandangan luas terhadap realitas sosial.
Untuk dapat 48 melakukan pembacaan sosial secara
kritis, mutlak diperlakukan kemampuan analisis sosial
secara baik. Maksudnya, strategi Gerakan PMII
dengan paradigma kritis transformative akan dapat
terlaksana secara efektif apanila ditopang dengan
kematangan dalam analisis sosial (ANSOS).
Seperti contoh, menurunnya kualitas
pendidikan akibat adanya pandemic yang
mengharuskan pembelajaran dilakukan secara online/
daring. Berdasarkan survei UNICEF terhadap 4.016
responden dari 34 provinsi dengan rentang usia 14-24
tahun, 69% merasa bosan belajar dari rumah (BDR).
Selama BDR, responden mengalami dua tantangan
utama, yakni 35% kesulitan akses internet dan 38%
kurang bimbingan baru. kita sebagai agen perubahan
setidaknya perlu mengetahui apa yang menjadi
penyebab terjadinya penurunan kualitas pendidikan
dengan melalui kegiatan analisis sosial, jadi kita
mengetahui penyebab masalah melalui realita
(kenyataan) yang ada, setelah menganalisis penyebab
maka sesuai langkah-langkah analisis sosial,
selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari beberapa
pendapat atau penyebab yang ada.

C. Implementasi Analisis Sosial Dengan Metode


SWOT

Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang


dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa
1960- 1970an. Analisa ini merupakan sebuah akronim
dari huruf awalnya yaitu Strenghts (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan)
dan Threat (Ancaman). Metode analisa SWOT bisa
dianggap sebagai metoda analisa yang paling dasar,
yang berguna untuk melihat suatu topik atau
permasalahan dari 4 sisi yang berbeda. Hasil analisa
biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah
keuntungan dari peluang yang ada, sambil
mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.

Analisa ini bersifat deskriptif dan terkadang


akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua orang yang
menganalisis sebuah organisasi akan memandang
berbeda ke empat bagian tersebut. Berikut
implementasi penerapan dan contoh analisis SWOT
terhadap pembelajaran daring di SDN 1
Wringinanom:
a. Strength (kekuatan)
Situasi atau kondisi yang merupakan
kekuatan dari organisasi atau program pada
saat ini. Strenght ini bersifat internal dari
organisasi atau sebuah program, Contoh:
- Biaya yang lebih efisien
- Bisa di lakukan dimana saja
b. Weakness (Kelemahan)
Kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak
berjalan dengan baik atau sumber daya yang
dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak
dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu
terkadang lebih mudah dilihat daripada
sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal
yang menjadikan kelemahan itu tidak
diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak
dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada,
Contoh:
- Kurangnya interaksi antara siswa dan
guru
- Prasarana yang tidak memadai
c. Opportunity (Kesempatan)
Faktor positif yang muncul dari lingkungan
dan memberikan kesempatan bagi organisasi
atau program kita untuk memanfaatkannya.
Opportunity tidak hanya berupa kebijakan
atau peluang dalam hal mendapatkan modal
berupa uang, 50 akan tetapi bisa juga berupa
respon masyarakat atau isu yang sedang
diangkat, Contoh:
- Peluang bagi orang tua untuk lebih bisa
mendampingi anak belajar di rumah
- Terealisasikan pendidikan 4.0 di
Indonesia karena adanya tuntutan
ppembelajaran selama pandemic
d. Threat (Ancaman)
Faktor negatif dari lingkungan yang
memberikan hambatan bagi berkembangnya
atau berjalannya sebuah organisasi dan
program. Ancaman ini adalah hal yang
terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak
yang ingin mencoba untuk kontroversi atau
out of stream (melawan arus) namun pada
kenyataannya organisasi tersebut lebih
banyak layu sebelum berkembang, Contoh:
- Sinyal dan jaringan internet yang kurang
memadai menghambat proses belajar
mengajar
- Terancamnya data pribadi disalah
gunakan pihak yang tidak bertanggung
jawab

Dalam contoh-contoh tersebut maka kita


dapat melihat apa yang dapat kita lakukan
dan kita gunakan, serta apa yang tidak dapat
kita lakukan serta harus kita lengkapi.

A. Pengertian Rekayasa Sosial

Rekayasa sosial (social engineering) pada


prinsipnya adalah upaya mengubah masyarakat untuk
menuju atau mencapai arah yang diinginkan. Atau
dengan kata lain, rekayasa sosial merupakan
perubahan sosial yang direncanakan (planned social
change). Selain itu, rekayasa sosial juga dapat
dimaknai sebagai ‘kesengajaan’ atau seni 51
memanipulasi suatu pergerakan ilmiah dari visi ideal
tertentu yang bertujuan untuk memungkinkan
perubahan sosial yang beragam bentuknya. Perubahan
sosial dilakukan karena munculnya problem-problem
sosial sebagai impact dari eksistensi perbedaan.
Dalam rekayasa sosial diupayakan kiat, strategi dan
upaya untuk mengusahkan kehidupan sosial yang
lebih baik. Sebuah rekayasa sosial dilakukan karena
situasi sosial berjalan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Tindakan kolektif untuk memecahkan
masalah sosial biasanya ditandai dengan perubahan
bentuk dan fungsionalisasi kelompok, lembaga atau
tatanan vital lainnya.

B. Problem Sosial

Problem atau masalah sosial adalah


ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan
masyarakat yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Baik antar individu, individu dengan
kelompok, antar kelompok dan lain sebagainya. Jika
terjadi bentrokan antara unsurunsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau
masyarakat. Problem sosial juga bisa dikatakan
sebagai bentuk interaksi sosial yang negatif.
Dari segi bentuk, ada dua jenis masalah sosial
yaitu, manifest social problem yang berarti dampak
dari masalah sosial langsung dirasakan oleh
masyarakat, dan latent social problem yang
merupakan lawan dari manifest. Pada latent social
problem, dampak masalah sosial tidak dirasakan
secara langsung (tersembunyi). Sedangkan berdasar
penuturan Soerjono Soekanto, setidaknya ada 4
golongan masalah sosial berdasarkan faktor
penyebabnya, diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor biologi merupakan penyebab masalah


yang berkaitan dengan gangguan fisik seperti
penyakit dan gangguan kesehatan. Misalnya
wabah penyakit, pandemi dan sebagainya.
b. Faktor psikologis merupakan penyebab
masalah sosial yang berkaitan dengan
gangguan kejiwaan seseorang. Seperti
depresi, kecemasan, perasaan tidak aman
hingga keinginan bunuh diri.
c. Faktor ekonomi merupakan penyebab
masalah sosial yang berkaitan dengan
pendapatan kekayaan dan upaya pemenuhan
kebutuhan hidup. Jelas saja contohnya seperti
kemiskinan.
d. Faktor budaya menunjukkan latar belakang
terjadinya masalah sosial berkaitan unsur-
unsur nilai dan norma sosial seperti adat
istiadat dan kebiasaan. Di era sekarang,
misalnya seperti kenakalan remaja.
C. Unsur-Unsur Sosial dan Aksi Sosial
Menurut Philip Kotler, gambaran dari unsur sosial
dan aksi sosial yang dapat dilakukan dalam kontruksi
rekayasa sosial, antara lain sebagai berikut:
1) Cause (sebab), yaitu usaha, upaya atau tujuan
sosial yang dipercayai dapat memberi solusi
atau jawaban pada suatu masalah.
2) Change agency (pelaku perubahan), yaitu
sekelompok yang memiliki misi utama untuk
memajukan sebab sosial
3) Change target (sasaran perubahan) individu,
kelompok atau lembaga yang ditetatpkan
sebagai target dari upaya perubahan
4) Change (saluran), yaitu media untuk
menyampaikan pengaruh dari setiap perilaku
perubahan ke sasaran perubahan.
5) Change strategy (strategi perubahan) yaitu,
teknik utama untuk mempengaruhi yang
dilakukan oleh perilaku perubahan untuk
menimbulkan dampak.

D. Strategi Perubahan Sosial


Aspek fundamental yang perlu diperhatikan
dalam melakukan perubahan adalah penentuan
sasaran, peristiwa, 53 perubahan itu sendiri, dan
bagaimana melakukan perubahan tersebut. Sasaran
dari yang ingin diubah dapat berbeda-beda. Sasaran
perubahan dapat difokuskan kepada tiga hal, seperti
perubahan yang terakait karakteristik individu, aspek
budaya dan aspek struktital yang berkaitan dengan
masalah kelompok, organisasi, intitusi, komunitas,
atau masyarakat, dan masyarakat global. Setiap upaya
penciptaan perubahan membutuhkan strategi-strategi
tertentu. Strategi dasar dalam upaya perubahan di
masyarakat diantaranya adalah strategi fasilitatif,
strategi re-edukatif, strategi persuasif, dan strategi
kekuasaan. Sejalan dengan perkembangan
kompleksitas masyarakat, karakteristik masyarakat
pun semakin kompleks dan heterogen. Sehingga
masalah sosial yang timbul pun semakin kompleks
dan beragam. Dengan keadaan tersebut, strategi yang
akan diterapkan hendaknya dilakukan secara terpadu,
simultan dan berkesinambungan.
NAHDLATUN NISA

A. Historis Gerakan Perempuan dalam PMII


Perbaikan kaderisasi di tubuh Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sedikit atau
banyaknya telah dirasakan oleh kader-kader
PMII se-Indonesia, baik dalam linkup
penerimaan kader di setiap daerah merasakan
semakin ada perkembangan ataupun sebaliknya,
tentu mereka mempunyai takaran tersendiri yang
berbeda dalam sisi menentukan sebuah
perkembangan yang terjadi ataupun tidak sama
sekali. Sebagai organisasi kaderisasi, jelas PMII
tidak lepas dari upaya-upaya upgrading atau
pembaruan baik dalam segi materi, konten,
silabus, atau bahkan akan dicetuskannya
kurikulum dalam ber-PMII. Termasuk
memberikan ruang terbuka untuk kader-kader
Korp PMII putri (Kopri) sebagai wadah untuk
memperbaiki dan menyerukan perubahan dalam
ranah publik.
Pada tahun periode 2014, PB PMII
memperkenalkan istilah baru yang sebelumnya
belum digunakan dalam kaderisasi formal PMII
dalam membungkus istilah pergerakan kaum
perempuan, yakni Nahdlatun Nisa’ atau
kebangkitan perempuan. Bisa jadi dua
kemungkinan, pertama untuk membuat hubungan
PMII dan NU semakin terlihat harmonis (setelah
keputusan Muktamar ke-33 NU di Jombang yang
memutuskan PMII sebagai banom
kemahasiswaan NU), istilah yang biasanya
nampak liberal seperti gender dan feminisme
lantas dibungkus dengan istilah Nahdlatun Nisa’.
Kedua, memang ada niatan baik untuk
memberikan ruang bahkan mendorong kader
Kopri untuk bangkit dengan membawa
perubahan dalam masyarakat di berbagai sektor,
seperti sosial, politik, pendidikan, budaya, dan
ekonomi.
Nahdlatun Nisa secara etimologi berarti
kebangkitan perempuan dari masa ke masa yang
kemudian gerakannya 32 menjadi pembaharu
tanpa membongkar tradisi. Jika dikaitkan dengan
kata bangkit, maka sontak mindset kita langsung
dibawa kepada gaya hidup kebarat-baratan
dimana gerakan gender awal mula diteriakkan
pada abad ke-18. Dalam sejarahnya sendiri,
perempuan Indonesia yang selalu berada dibawah
laki-laki dalam mendapatkan hak berpendidikan,
kesehatan dan ekonomi politik, membuat
perempuan Indonesia tergugah untuk
menyuarakan hak. Dalam hal ini, perempuan
sebagai madrasatul ula dan harus berbakti kepada
suami, tidak boleh melupakan kodratnya.
Kalaupun kemudian kendala tidak boleh bekerja,
itu bukan halangan bahwa perempuan tidak bisa
berkarir dan menyuarakan hak.
Kemudian bagaimana cara perempuan
mengimbangi propaganda gender tersebut?
Perempuan harus keluar dari zona irasionalnya
sehingga ketika melangkah ke jenjang berikut
yang lebih tinggi bukan lagi pertanyaan “apakah
aku mampu” tetapi harus berganti menjadi
“apakah aku mau?”, mempertajam pengetahuan
dengan membiasakan membaca dan
menganalisa..
Adapun untuk sejarah gerakan perempuan di
Indonesia dari masa ke masa. di antarannya
sebagai berikut.
1) Perempuan Masa Pra-Kemerdekaan
Pada masa penjajahan, perlakuan
ketidakadilan yang dialami perempuan
Indonesia, khususnya dalam lingkup keluarga,
ditulis pada surat-surat kartini dari tahun 1878
sampai 1904 yang dibukukan pada permulaan
abad ke-20. Surat-surat kartini banyak
berbicara tentang nilainilai tradisi (khususnya
Jawa) yang cendrung membelenggu
perempuan, tergantung pada laki-laki sehingga
perempuan menjadi kaum yang tidak berdaya.
Kartini menetapkan permasalahan penindasan
perempuan pada permasalahan system budaya
masyarakat. Dan mengecam system
kolonialisme yang progresif. Strategi
perjuangan yang dilakukan oleh kartini untuk
mengatasi permasalahan yang dialami
kaumnya adalah dengan 33 melalui
pendekatan pendidikan. Satu pendekatan yang
cukup brilian dalam konteks pada masa itu.
Sebagai bukti adalah berdirinya Indische
Vereeniging yang selanjutnya bernama
Perhimpunan Indonesia, didirikannya
organisasi perempuan tahun 1912 yaitu Poetri
Mardika atas bantuan Budi Utomo.
Langkahlangkah perjuangan Kartini tersebut
ternyata menjadi stimulus bagi perjuangan
perempuan di masa-masa berikutnya.
Sehingga memunculkan organisasi
perempuan yang modern. Organisasi ini tidak
hanya berjuang melawan penjajah tapi juga
melawan adat istiadat yang mendiskriminasi
perempuan. Program utamanya adalah
memajukan perempuan dalam pendidikan dan
menghilangkan perlakuan tidak adil terhadap
kaum perempuan.
2) Gerakan Perempuan Pasca Proklamasi
Peran perempuan di era pasca proklamasi
tidak hanya berkutat pada patriarki dan
pendidikan saja, namun ke ranah politik juga,
sehingga peran perempuan rawan menjadi
korban politik. Sorotan pada masa ini adalah
Gerwani, organisasi wanita yang aktif di
Indonesia pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Pada tahun 1946, didirikanlah salah satu
organisasi perempuan berbasis NU dimana
Nyai Djuasih adalah ketuanya pada periode
1950-1952. Meski menjadi sosok perintis
Muslimat NU, Nyai Djuaesih tak begitu
menonjol sebagai organisator dalam
kepengurusan Muslimat. Dia lebih populer
sebagai mubalighat dalam kepengurusan
Muslimat NU Jawa Barat. "Di dalam Islam
bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik
mengenai pengetahuan agama dan
pengetahuan lain. Kaum wanita pun wajib
mendapatkan didikan yang selaras dengan
kehendak dan tuntutan agama. Karena itu,
kami wanita yang tergabung dalam NU mesti
bangkit," pidatonya di atas mimbar mantap
Sontak, pidatonya membuat para hadirin
terpesona. Dia akhirnya dikenal sebagai
sosok perempuan NU yang pertama kali naik
mimbar dalam forum resmi organisasi. Isi
pidatonya terkait tanggung jawab yang sama
dalam organisasi menjadi rintisan pandangan
dan cikal bakal lahirnya Muslimat NU
3) Gerakan Perempuan Rezim Orde Baru
Pemerintahan Orba diidentikkan dengan
peraturan yang otoriter. Orba
menginstruksikan sebuah ideologi gender
yang bersifat ibuisme, sebuah paham yang
melihat kegiatan ekonomi perempuan sebagai
bagian dari perannya sebagai ibu dan
pertisipasi politik sebagai tak layak. Politik
gender ini termanfestasi dalam dokumen-
dokumen negara seperti GBHN, UU
Perkawinan no. 1/1974 dan Panca Dharma
Wanita. Pada era ini juga terbentuk organisasi
perempuan Dharma Wanita, Dharma Pertiwi
dan PKK. Adanya organisasi ini dianggap
sebagai langkah untuk membekukan gerakan
perempuan, sehingga terkesan perempuan
“dikandangkan”, bentuk-bentuk pemikiran
perempuan dibatasi sehingga dibentuk
organisasi perempuan yang mengurusi
kegiatan domestik saja.
Pada masa orde baru ternyata ada
semacam jejak trauma atas penghianatan PKI
yang berimbas pada jalannya organisasi
perempuan. Peristiwa pemberontakan PKI
membawa perubahan besar dan mendasar
bagi perkembangan kehidupan masyarakat,
termasuk pada gerakan perempuan karena
dampaknya adalah tumbuhnya sikap syak
wasangka. Selain itu, pada masa orba tak
sedikit permasalahan perempuan yang
mengemuka seperti kekerasan terhadap
perempuan yang mengemuka seperti
kekerasan terhadap perempuan, kasus
Marsinah, kurangnya perlindungan TKW.
Juga banyak sekali kasus pengeksploitasi
tubuh perempuan untuk tujuan ekonomi
poltik
4) Gerakan Perempuan Era Reformasi
Berbeda dengan pergerakan pada masa
pra dan kemerdekaan yang juga bertujuan
merebut serta mempertahankan kemerdekaan,
organisasi perempuan masa kini sudah lebih
berkonsentrasi pada permasalahan yang
bersifat sosial kemasyarakatan, pendidikan
serta aspek lain yang dirasa perlu dalam
usaha pemberdayaan perempuan.
B. PERSPEKTIF PEREMPUAN DALAM PMII

1) PEREMPUAN DALAM PMII


Dalam konteks Indonesia, wacana
kepemimpinan perempuan sesuai dengan isu
gender dan pembangunan sudah menjadi
projek dunia ketiga yang telah diadopsi oleh
Indonesia. Paradigma tersebut telah mampu
mengalahkan pola interaksi pemerintah dalam
memaknai perempuan dalam pembangunan.
Hal ini ditandai dengan hal yang signifikan
suburnya lembaga-lembaga perempuan yang
memfokuskan programnya pada pengkajian,
pendidikan dan penelitian mengenai
pemberdayaan perempuan dalam berbagai
bidang. Dilingkungan Nahdlatul ‘Ulama
(NU), yang secara struktural dapat dirujuk
pada keberadaan PMII dengan Korps
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri
atau disingkat KOPRI adalah wadah untuk
pengembangan anggota dan kader perempuan
yang tergabung dalam organisasi Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang aktif
memperjuangkan kesetaraan gender dalam
Islam. PMII merupakan organisasi
pengkaderan mahasiswa 37 Islam yang
berideologi Ahlussunah wal jama’ah
(ASWAJA) dan berasaskan pancasila. PMII
memiliki tujuan membentuk pribadi muslim
Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT,
berbudi luhur, berilmu, cakap, dan
bertanggungjawab dalam mengamalkan
ilmunya serta komitmen memperjuangkan
cita-cita kemerdekaan Indonesia. Keduanya
merupakan suatu kesatuan dan totalitas
berorganisasi antara PMII dan KOPRI
sebagai bentuk perjuangan perempuan atas
tuntutan sosial bahwa peranan dalam
organisasi antara laki-laki dan perempuan
tidak dibedakan.
Organisasi KOPRI adalah sebuah alat
perjuangan dalam mencapai tujuan bersama.
Sikap masa bodoh, rendah diri, dan penakut
adalah sesuatu yang tidak seharusnya ada di
KOPRI. Emansipsi wanita yang selalu
diperjuangkan harus dilakukan secara
bersama-sama dengan organisasi lain yang
memiliki tujuan yang sama. Berjalan bersama
dan seirama dengan turut meningkatkan
kemampuankemampuan dan daya perjuangan
dalam berorganisasi. Dengan adanya wadah
KOPRI yang menganut paham Ahlussunnah
Wal Jama’ah, KOPRI sebagai organisasi
mahasiswa akan menyatukan antara ilmu dan
amal, antara teori dan pelaksanaan, serta
melaksanakan kegiatan masyarakat yang
mengarah kepada kepentingan agama, nusa,
dan bangsa, juga tidak bertentangan dengan
norma agama. Wadah perempuan KOPRI
merupakan organisasi yang menentang
ketidakadilan terhadap perempuan. Masalah
yang terjadi pada perempuan seringnya
karena konstruksi sosial di masyarakat. Maka
dalam hal ini KOPRI melakukan advokasi di
masyarakat dengan membimbing anggota,
kader, dan masyarakat untuk menjadi
perempuan yang cerdas dalam menghadapi
kehidupan, mengajak mereka untuk
mengetahui dan memahami tentang hak-hak
perempuan.
Gerakan KOPRI harus lebih masif dan
terorganisir dalam menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi terhadap
perempuan untuk melakukan perubahan.
Sebagai 38 kader yang harus mengawal isu-
isu tentang perempuan KOPRI juga harus
memiliki terobosan lain untuk bergerak
dalam isu-isu sosial lainnya, sehingga
merumuskan tiga strategi gerakan yaitu:
a) Gerakan sosial, yaitu advokasi kepada
masyarakat dalam kebijakan publik yang
tidak berpihak kepada perempuan.
b) Gerakan politik, yaitu penguasaan leading
sector untuk kader kader perempuan PMII.
c) Gerakan sains dan teknologi, yaitu
menggunakan produk sains dan teknologi
dalam ranah geraknya.
Hadirnya Korps Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Putri (KOPRI) sebagai salah satu
organisasi pemberdayaan mahasiswi,
melakukan gerakan pemberdayaan
perempuan yang benar-benar mampu
menempatkan posisinya sebagai agen of
change, agen perubahan. Perubahan
ditingkatan nalar atau mindset maupun
perubahan pada praksis gerakan yang nyata
sehingga dapat menjadi sebuah sinergitas
gerakan antara nalar dan perilaku hidup.
2) Peran Perempuan dalam Organisasi
ORGANISASI merupakan gabungan sejumlah
orang yang saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Keterlibatan
seseorang dalam organisasi baik yang
berbentuk organisasi formal maupun informal,
didasari keinginan untuk memperoleh sesuatu
seperti: keinginan untuk menambah
pengetahuan, mengembangkan diri, atau
sekedar memperluas jaringan pertemanan
belaka. Jika kita mengamati, banyak sekali
muncul organisasi di semua kalangan. Apakah
dikalangan professional, buruh, ibu rumah
tangga, remaja, mahasiswa dan lain
sebagainya. Anggota dalam organisasi tersebut
umumnya terdiri dari berbagai strata
pendidikan, ekonomi, umur, suku/budaya,
agama maupun jenis kelamin, baik laki-laki
maupun perempuan, keduanya sama-sama
punya peluang besar 39 untuk menempati
kedudukan penting dalam organisasi. Melihat
kecenderungan yang tampak saat ini,
khusunya pada organisasi kemahasiswaan,
perempuan telah menempat beberapa posisi-
posisi penting dalam organisasi.
C. OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN
PEREMPUAN
1) Tipe dan Gaya Kepemimpinan Efektif
Pemimpin diartikan sebagai seseorang yang
dapat mempengaruhi orang lain dan
memiliki otoritas manajerial. Kepemimpinan
yaitu apa yang dilakukan pemimpin.
Kepemimpinan adalah proses memimpin
sebuah kelompok dan mempengaruhi
kelompok itu untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam teori-teori awal
kepemimpinan berfokus pada pemimpin
(teori sifat) dan bagaimana upaya pemimpin
berinteraksi dengan anggota kelompoknya
(teori perilaku). Teori sifat (trait theories)
berdasarkan fokus dan riset kepemimpinan
pada tahun 1920-an dan 1930-an terletak
dalam menyelami sifat pemimpin yaitu,
karakteristik yang dapat membedakan antara
pemimpin dan non pemimpin. Sifatsifat
dipelajari adalah fisik, penampilan, golongan
sosial, stabilitas emosi, kelancaran berbicara,
dan kemampuan bersosial dalam hubungan
bermasyarakat. Dengan memiliki sifat yang
tepat, maka kemungkinan besar seorang
individu dapat menjadi seorang pemimpin
yang efektif. Berikut ini tujuh sifat yang
berkaitan dengan kepemimpinan yang
efektif:
a) Penggerak (drive). Pemimpin
menunjukkan tingkat usaha yang tinggi.
Mereka memiliki keinginan yang relatif
tinggi terhadap keberhasilan, ambisius,
memiliki banyak semangat, tidak kenal lelah
dalam aktivitasnya, dan menunjukkan
kinerja.
b) Hasrat untuk memimpin (desire to lead).
Pemimpin memiliki hasrat yang kuat untUK
mempengaruhi dan memimpin orang lain.
Mereka menunjukkan kemauan untuk
menerima tugas dan tanggung jawab.
c) Kejujuran dan integritas (honesty and
integrity). Pemimpin membangun hubungan
terpercaya dengan bawahannya dengan cara
jujur dan tidak menghianati, dan selalu
menjaga konsistensi antara katakata dan
perbuatannya.
d) Kepercayaan diri (self confidence).
Pemimpin harus dapat menunjukkan
kepercayaan diri agar dapat meyakinkan
pengikutnya terhadap keputusan dan tujuan
yang harus dicapai.
e) Kecerdasan (intelligence). Pemimpin
harus cukup cerdas agar dapat
mengumpulkan, menyatukan, dan
menerjemahkan banyak informasi, dan
mereka harus dapat menciptakan visi,
memecahkan permasalahan, dan mengambil
keputusan yang tepat.
f) Pengetahuan yang relevan mengenai
pekerjaan (jobrelevant knowledge).
Pemimpin yang efektif memiliki
pengetahuan tingkat tinggi mengenai
perusahaan, industri, dan permasalahan
teknis. Dengan pengetahuan yang mendalam,
pemimpin dapat membuat kebijakan terbaik
dan memahami implikasi kebijakan tersebut.
g) Extraversion. Pemimpin adalah orang
yang penuh semangat. Suka bergaul, tegas,
dan jarang sekali berdiam atau menarik diri.
2) Kepemimpinan Perempuan
Kepemimpinan diartikan sebagai suatu cara
dan metode seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain sedemikian rupa
sehingga orang tersebut dengan sadar
mengikuti dan mematuhi segala
kehendakNya.8 Perempuan diartikan sebagai
makhluk tertentu yang diciptakan oleh Allah
SWT yang memiliki ciri menstruasi,
mengandung, melahirkan dan menyusui.9
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan perempuan adalah
suatu cara atau metode yang dilakukan oleh
jenis manusia ciptaan Allah SWT yang
memiliki ciri-ciri menstruasi, mengandung,
melahirkan, dan menyusui yang dapat
mempengaruhi orang lain sedemikian rupa
sehingga orang tersebut dengan sadar
mengikuti dan mematuhi segala
kehendaknya. Kata kunci kepemimpinan
terletak pada tugas seseorang untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan. Bukan
semata-mata kekuasaan yang ke- banyakan
berujung pada kemudahan fasilitas dan
kemudahan mengakses kebijakan secara
cepat dan mudah.
Dalam peran publik ini, menurut Islam
diperbolehkan melakukan peran-peran
tersebut dengan konsekuensi bahwa ia dapat
dipandang mampu dan memiliki kapasitas
untuk menduduki peran-peran itu. Dalam
peran publik, perempuan memiliki berbagai
aktivitas yang bersifat peran sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam
ranah domestik, yaitu urusan rumah tangga,
bukan hanya kaum laki-laki saja yang
menjadi pemimpin, kaum perempuan pun
juga memiliki tugas memimpin urusan
rumah tangganya. Sebagaimana hadits
Rasulullah :
‘’setiap manusdia keturunan adam adalah
kepala, maka seorang pria adalah kepala
keluarga, sedangkan wanita aqdealah
kepala rumah tangga.’’ (H.R. ABU
HURAIRAH)
Pandangan mengenai persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan juga gencar
disuarakan oleh kaum feminis. Perspektif
Feminis terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu
Feminisme Liberal, Feminisme Marxis,
Feminisme Radikal, dan Feminisme Sosialis.
Golongan Feminisme Liberal
mengasumsikan bahwa kebebasan dan
keseimbangan berakar pada rasoinalitas.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu,
dasar perjuangan mereka adalah menuntut
kesempatan dan hak yang sama bagi setiap
individu termasuk perempuan atas dasar
kesamaan keberadaannya sebagai makhluk
rasional. Sementara kehidupan tradisional
ditandai dengan karakter yang sebaliknya.
Nilai-nilai tradisional inilah yang
menyebabkan perempuan tidak bisa bersaing
secara adil dengan laki-laki, karena potensi
perempuan dibatasi dari dunia publik yang
senantiasa produktif dan dinamis. Aturan
yang adil adalah dengan membebaskan
perempuan dalam seluruh aspek kehidupan
dan menyejajarkannya dengan laki laki.10
Golongan Feminisme Liberal ini
menghendaki agar perempuan diintegrasikan
secara total di dalam semua peran, termasuk
bekerja di luar rumah.
Feminisme Marxis berpendapat bahwa
ketertinggalan yang dialami oleh perempuan
bukan disebabkan oleh tindakan individu
secara sengaja, tetapi akibat dari struktur
sosial, politik, dan ekonomi yang erat
kaitannya dengan sistem kapitalisme.
Menurut mereka, tidak mungkin perempuan
dapat memperoleh kesempatan yang sama
seperti pria jika mereka masih tetap hidup
dalam masyarakat yang berkelas. Fokus
gerakan ini berkisar pada 10 Muslikhati,
Kepemimpinan Perempuan dalam Peran
Gender (Yogyakarta: 2004), 32. hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan perempuan,
bagaimana pranata keluarga dikaitkan
dengan sistem kapitalisme, bagaimana
pekerjaan perempuan dalam mengurus
rumah tangga tidak dianggap penting dan
dianggap bukan pekerjaan, bagaimana para
perempuan itu jika terjun dalam pasar tenaga
kerja diberi pekerjaan yang membosankan
dan memperoleh upah yang lebih rendah
dibandingkan dengan pria.
Feminisme Radikal berpendapat bahwa
struktur masyarakat dilandaskan pada
hubungan hierarkis berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki sebagai suatu kategori
sosial mendominasi kaum perempuan
sebagai kategori sosial yang lain karena laki-
laki diuntungkan dengan adanya subordinasi
perempuan. Dominasi laki- laki atau
subordinasi perempuan ini, menuntut
mereka, merupakan suatu model konseptual
yang bisa menjelaskan berbagai bentuk
penindasan yang lain. Menurut aliran ini
jenis kelamin seseorang adalah faktor yang
paling berpengaruh dalam menentukan posisi
sosial, pengalaman hidup, kondisi fisik dan
psikologis, serta kepentingan dan nilai-
nilainya.
Feminisme Sosialis mengasumsikan bahwa
hidup dalam masyarakat yang kapitalistik
bukan satu-satunya penyebab utama
keterbelakangan perempuan sebagai
perempuan. Selain di negara negara kapitalis,
di negaranegara sosialis, para perempuannya
juga terjun dalam pasaran tenaga kerja dan
sebagian besar secara ekonomi mereka sudah
mandiri. Sedangkan kaum feminis Muslim
secara umum sepakat bahwa sistem patriarki
yang sudah begitu mengakar di masyarakat
memang dipengaruhi 12 Ihromi, Kiprah
Perempuan, 87 oleh doktrin agama yang
mengkoordinasikan perempuan di bawah
superioritas laki-laki. Pandangan ini memang
bisa jadi benar tetapi pada saat yang sama
bisa juga salah. Sebab dalam tradisi doktrin
Islam sendiri, ide Al-Quran yang menjunjung
tinggi persamaan laki-laki dan perempuan
seringkali berbenturan dengan sifat ordiner
masyarakat Islam yang cenderung
bermacammacam. Al-Quran pada dasarnya
memberikan justifikasi yang sangat jelas
tentang kesejajaran antara laki-laki dan
perempuan. Namun, pada kenyataannya
kadangkala landasan normatif dan ideal ini
berhadapan dengan realitas sejarah yang
nyata berseberangan dengan Al-Quran.
Dalam dunia Islam, gerakan feminisme juga
telah berkembang dan menjadi wacana bagi
beberapa feminis Muslim. Feminis Muslim
dunia seperti Rifaat Hassan, Fatima
Mernissi, Nawal Sadawi, Ami- na Wadud
Muhsin, dan beberapa feminis Muslim dari
Indonesia seperti Wardah Hafidz, Lies
Marcoes Natsir, Siti Ruhaini, dan Nurul
Agustina berusaha membongkar berbagai
macam pengetahuan normatif yang bias
kepentingan laki-laki, khususnya
menyangkut relasi gender. Mereka
menyadari bahwa banyak hukum agama,
misalnya hukum personal keluarga, praktek
keagamaan, dan termasuk pula soal
keabsahan kepemimpinan sosial-politik
apalagi keagamaan bagi perempuan, disusun
berdasarkan asumsi patriarki.
Pusat persoalan-persoalan yang didiskusikan
oleh para feminis Muslim adalah berbagai
hukum yang oleh para ahli hukum klasik
diklaim sebagai hukum yang dilandasi ayat-
ayat tertentu dari Al-Quran. Kebanyakan
yang didiskusikan dalam hal ini adalah
hukum-hukum mengenai status personal,
termasuk poligami, hukum fisik oleh suami
terhadap istri, perceraian sepihak di luar
hukum oleh suami, mas kawin, hak
memelihara anak, tunjangan anak, hukum
waris, tatacara berpakaian, dan akses
perempuan ke ruang publik serta kantor
umum, terutama kantor (atau jabatan) kepala
negara. Yang lebih baru lagi, beberapa
komunitas telah mulai mengangkat persoalan
kepemimpinan ibadah, khususnya sebagai
imam shalat berjamaah di hari Jum·at.
Format Politik
1. Format Politik Orde Lama
Orde Lama merupakan sebutan bagi masa
pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden
Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno adalah
presiden Indonesia pertama yang menjabat
pada periode 1945 – 1966. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia
(bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami
berdasarkan paradigma yang berkembang
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya
konflik ideologi. Masa orde lama adalah
masa pencarian bentuk implementasi
Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.
Pancasila diimplementasikan dalam bentuk
yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Pada saat itu, kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat
merdeka.Menurut ahli ketatanegaraan di
Indonesia, Indonesia pernah mengalami 5
pergantian system pemerintahan. Dan 4
diantaranya terjadi pada masa orde lama.
Diantaranya :
a. Periode 17 Agustus 1945-27 Desember
1949
Sistem pemerintahan yang
diamanatkan oleh UUD pada saat itu
sebenarnya adalah sistem presidensiil.
Kepala negara sekaligus menjabat sebagai
kepala pemerintahan dan menterimenteri
bertanggung jawab kepada presiden.
Tetapi ternyata, sistem 14 presidensiil ini
tidak bertahan lama. Menurut ketentuan
Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945,
sebelum MPR, DPR, dan Dewan
Pertimbangan Agung terbentuk, presiden
akan menjalankan kekuasaannya dengan
bantuan sebuah Komite Nasional. Berarti
kedudukan Komite Nasional hanyalah
sebagai pembantu presiden. Nyatanya
pada tanggal 16 Oktober 1945, dengan
dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden
No X yang menyatakan bahwa KNIP
sebelum terbentuknya MPR dan DPR
diserahi kekuasaan legeslatif dan ikut
menetapkan GBHN.
KNIP sendiri dijalankan oleh
sebuah Badan Pekerja yang bertanggung
jawab kepada KNIP (bukan kepada
presiden). Badan Pekerja ini diketuai oleh
Sutan Syahrir. Berarti dengan
dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden
No X tersebut, KNIP yang semula
berperan sebagai pembantu presiden
berubah menjadi badan legeslatif yang
merangkap fungsi sebagai DPR dan MPR
sekaligus. Menteri-menteri kemudian
tidak bertanggung jawab lagi kepada
presiden, tetapi bertanggung jawab
kepada KNIP. Tanggal 14 November
1945 terbentuklah kabinet parlementer
dengan PM Sutan Syahrir. Yang berarti
sistem presidensiil telah beralih menjadi
sistem parlementer.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus
1950
Diawali dari adanya Konferensi
Meja Bundar yang secara jelas
menyebutkan keberadaan dari Republik
Indonesia Serikat. Salah satu hasil dari
KMB sendiri menyebutkan dibentuknya
Uni Indonesia Belanda, yang terdiri dari
dua negara yaitu RIS dan Belanda. Berarti
negara Indonesia saat itu telah berubah
menjadi negara serikat. Pengakuan
kedaulatan oleh Belanda kepada RIS yang
sekaligus menandai perubahan Indonesia
menjadi negara serikat ini terjadi pada
tanggal 27 Desember 1949. 1) Konstitusi
yang berlaku pada masa itu adalah
Konstitusi RIS 1949. Bentuk negara RIS
adalah federasi, terbagi dalam 7 15 buah
negara bagian dan 9 buah satuan
kenegaran yang kesemuanya bersatu
dalam ikatan federasi RIS. 2) Sistem
pemerintahannya adalah parlementer.
Sistem pemerintahan parlementer
ditandai dengan terbentuknya Senat RIS
yang beranggotakan wakil-wakil dari
negara bagian. Sistem kabinetnya disebut
dengan Kern Kabinet, yaitu PM, Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan,
dan Menteri Ekonomi mempunyai
kedudukan yang istimewa.
c. Periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959
Konstitusi RIS ternyata tidak
berumur panjang. Hal ini disebabkan isi
konstitusi tersebut tidak mengakar dari
kehendak rakyat dan bukan pula
merupakan keputusan politik dari rakyat
Indonesia. Akibatnya, timbul tuntutan
dimana-mana untuk kembali ke negara
kesatuan. Satu per satu negara atau daerah
bagian menggabungkan diri kembali ke
dalam RI. Negara bagian yang lain juga
semakin sulit diperintah. Ini jelas akan
mengurangi kewibawaan negara serikat.
Untuk mengatasi keadaan tersebut
akhirnya Pemerintah Indonesia Serikat
mengadakan musyawarah dengan
Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Dalam musyawarah tersebut dicapai
kesepakatan bahwa akan bersama-sama
melaksanakan negara kesatuan sebagai
jelmaan Negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945
dan untuk itu diperlakukan UUD
Sementara. Akhirnya dibentuklah panitia
yang bertugas merencanakan sebuah
rancangan UUDS Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Panitia tersebut
dipimpin oleh Soepomo untuk RIS dan
Abdul Halim untuk RI. Melalui UU
Federal No 17 Tahun 1950 (LN RIS 1950
No 56) ditetapkan perubahan KRIS 1949
menjadi UUDS 1950.
d. Periode 5 Juli 1959 (masa UUD 1945
pasca Dekrit Presiden)
Konstituante yang diharapkan
dapat merumuskan UUD guna
menggantikan UUDS 1950 ternyata tidak
mampu menyelesaikan tugasnya. Hal ini
jelas akan menimbulkan keadaan
ketatanegaraan yang membahayakan
persatuan dan keselamatan negara.
Presiden selaku Panglima Tertinggi
Angkatan Perang mengeluarkan Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Isi dari
Dekrit tersebut salah satunya adalah
memberlakukan kembali UUD 1945 dan
tidak berlaku kembali UUDS 1950. 1)
Konstitusi yang dipakai adalah UUD
1945. 2) Bentuk negara adalah kesatuan
3) Sistem pemerintahannya adalah
presidensiil Selain sistem pemerintahan
yang berganti berkali-kali, pada masa
orde lama Indonesia mengalami beragam
gejolak politik lainnya, yakni :
1. Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang
pembentukan Federasi Malaysia dan
menyebut bahwa hal tersebut adalah
sebuah "Rencana NeoKolonial" untuk
memuluskan rencana komersial
Inggris di wilayah tersebut. Selain itu
dengan dibentuknya Federasi
Malaysia dianggap soekarno akan
memperluas pengaruh imperialisme
negara-negara Barat di kawasan Asia
dan memberikan celah kepada negara
Australia dan Inggris untuk
mempengaruhi perpolitikan regional
Asia. Menanggapi keputusan PBB
untuk mengakui kedaulatan Malaysia
dan mengijinkan Malaysia menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, presiden Soekarno
mengumumkan pengunduran diri
Indonesia dari keanggotaan PBB pada
tanggal 20 Januari 1965 dan
mendirikan Konferensi Kekuatan
Baru (CONEFO) sebagai tandingan
PBB dan GANEFO sebagai tandingan
Olimpiade. Pada tahun itu juga
konfrontasi ini kemudian
mengakibatkan pertempuran antara
pasukan Indonesia dan Malaysia
(yang didukung penuh oleh Inggris).

2. Gerakan 30 September Hingga 1965


PKI telah menguasai banyak dari
organisasi massa yang dibentuk
Soekarno untuk memperkuat
dukungan terhadap rezimnya dan,
dengan restu dari Soekarno, memulai
kampanye untuk membentuk
"Angkatan Kelima" dengan
mempersenjatai pendukungnya. Akan
tetapi para petinggi militer menentang
hal ini. Pada 30 September 1965,
enam jendral senior dan beberapa
orang lainnya dibunuh dalam upaya
kudeta yang disalahkan kepada para
pengawal istana yang loyal kepada
PKI. Panglima Komando Strategi
Angkatan Darat saat itu, Mayjen
Soeharto, menumpas kudeta dan
berbalik melawan PKI. Soeharto lalu
menggunakan situasi ini untuk
mengambil alih kekuasaan. Kemudian
lebih dari puluhan ribu orang yang
dituduh PKI kemudian dibunuh.
Jumlah korban jiwa pada 1966
diprediksi mencapai 500.000.
2. Format Politik Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang
merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi
total" atas penyimpangan yang dilakukan
oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde
Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga
1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini
terjadi 18 bersamaan dengan praktik
korupsiyang merajalela di negara ini. Selain
itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan
miskin juga semakin melebar. Pada 1968,
MPR secara resmi melantik Soeharto untuk
masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan
dia kemudian dilantik kembali secara
berturut-turut pada tahun 1973, 1978,
1983,1988, 1993, dan 1998. Presiden
Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia
politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam
negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno
pada akhir masa jabatannya. Salah satu
kebijakan pertama yang dilakukannya adalah
mendaftarkan Indonesia menjadi anggota
PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19
September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan
kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB",
dan menjadi anggota PBB kembali pada
tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun
setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Orde Baru memilih perbaikan dan
perkembangan ekonomi sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakannya
melalui struktur administratif yang
didominasi militer. DPR dan MPRtidak
berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan
seringkali dipilih dari kalangan militer,
khususnya mereka yang dekat dengan
Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi
rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
Pembagian PAD juga kurang adil karena 70%
dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus
disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan
jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Sistem pemerintahan orde baru mengubah
tatanan kehidupan rakyat dan negara demgan
berlandaskan kemurnian pelaksanaan
pancasila serta UUD 1945 untuk setiap
kebijakan pemerintah. Ketika menggantikan
Soekarno ia menyatakan akan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai
kritikan kepada orde lama dengan
menggunakan P4(Pedoman, Penghayatan,
Pengamalan Pancasila) atau ekaprasetia
pancasila akarsa. Walaupun demikian, tetap
saja ada penyimpangan masa orde baru yang
menyebabkan lengsernya Soeharto dalam
memimpin Indonesia. Beberapa
penyimpangan tersebut diantaranya :
a. Memusatkan kekuasaan ditangan presiden
b. Penyimpangan pancasila
c. Hak politik dibatasi
d. Kebebasan pers dibatasi
e. Pembangunan tidak merata
f. Pelanggaran HAM
g. Menurunnya kualitas birokrasi
h. Larangan ibadah untuk masyarakat
Tionghoa
i. Format Politik Masa Reformas
3. Masa Pemerintahan Bachruddin Habibie
(1998-1999)
Masa pemerintahan B.J Habibie
berlangsung selama satu tahun mulai dari
tanggal 21 Mei 1998 hingga tanggal 20
Oktober 1999. Pengambilan sumpah oleh B. J
Habibie sebagai presiden Republik Indonesia
dilakukan di Credential Room, Istana
Merdeka. Kebijakan Pada Masa
Pemerintahan B. J Habibie di Era Reformasi.
a. Pembentukan Kabinet Reformasi
Pembangunan Sehari setelah dilantik
menjadi presiden Republik Indonesia B. J
Habibie berhasil membentuk kabinet yang
diberi nama dengan Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kabinet Reformasi
Pembangunan ini terdiri dari 36 Menteri,
yaitu 4 Menteri Negara dengan tugas
sebagai menteri koordinator, 20 Menteri
Negara yang dipimpin oleh Departemen,
dan 12 Menteri Negara yang memimpin
tugas tertentu.
b. Pelaksanaan Sidang Istimewa MPR 1998
Untuk mengatasi krisis mengatasi politik
berkepanjangan maka diadakannya sidang
istimewa MPR yang akan berlangsung
dari tanggal 10 hingga 13 November
1998. Menjelang diadakannya sidang
istimewa tersebut terjadi peristiwa unjuk
rasa para mahasiswa dan organisasi sosial
politik.Karena adanya tekanan dari
masyarakat yang dilakukan secara terus-
menerus maka sidang istimewa MPR
ditiadakan atau ditutup pada tanggal 13
15 November 1998. Dan sidang 20
istimewa tersebut telah meghasilkan 12
ketetapan yang diwarnai dengan voting
dan aksi walk out.
c. Melakukan Reformasi di Bidang Politik
Reformasi pada bidang politik yang telah
dilakukan adalah dengan memberikan
kebebasan kepada seluruh masyarakat
untuk membuat partai politik, dan rencana
pelaksanaan pemilu untuk menghasilkan
lembaga tinggi negara yang representatif.
d. Pemilihan Umum Tahun 1999 Pemilihan
umum setelah reformasi merupakan
pemilu yang pertama yang diadakan pada
tanggal 7 Juni 1999. Pelaksanaan pemilu
ini dianggap Demokratis apabila
dibandingkan dengan pemilu sebelumnya,
karena prinsipnya Luber dan Jurdil.
Pemilu ini diikuti oleh 48 Partai politik
yang telah lolos dari verifikasi dan
memenuhi syarat menjadi OPP
(Organisasi Peserta Pemilu).
4. Masa Kepresidenan Abdurrahman Wahid
(1999-2001)
Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden
tidak terlepas dari peran MPR yang pada saat
itu menolak laporan pertanggungjawaban
Presiden Habibie. Akhirnya, Gus Dur terpilih
menjadi presiden melalui dukungan
partaipartai islam yang menjadi poros tengah.
Sedangkan wakilnya, dimenangkan oleh SC
Kaliber Rayon Tarbiyah dan Keguruan PKD
PMII RAYON TARBIYAH 2021 16
Megawati Soekarnoputri yang berhasil
mengalahkan Hamzah Haz. Kemudian
dilantik pada 21 Oktober 1999. Setelah
menjabat, pemerintahan Presiden Gus Dur
mengelurkan beberapa kebijakan politik,
beberapa di antarnya adalah
a. Departemen Penerangan dibubarkan,
dianggap mengganggu kebebasan pers.
b. Departemen Sosial dibubarkan, dianggap
sebagai sarang korupsi.
c. Menyetujui penggantian nama Irian Jaya
menjadi Papua pada akhir Desember
1999.
d. Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan
untuk beribadah dan merayakan tahun
baru imlek.
e. Diumumkannya nama-nama menteri
Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat
KKN. f. Pencabutan peraturan mengenai
larangan terhadap PKI dan penyebaran
Marxisme dan Leninisme.
f. Membekukan MPR dan DPR.

Kejatuhan pemerintahan Presiden


Abdurrahman Wahid tidak terlepas dari
akumulasi berbagai gagasan dan
keputusannya yang kontroversial. Hubungan
Presiden Abdurrahman Wahid dengan DPR
dan bahkan dengan beberapa menteri dalam
kabinet pemerintahannya terbilang tidak
harmonis. Gus Dur memberhentikan
Laksamana Sukardi sebagai Menteri Negara
Penanaman Modal dan Jusuf Kalla sebagai
Menteri Perindustrian dan Perdagangan
bahkan menyebabkan DPR mengajukan hak
interpelasinya.
5. Masa Kepresidenan Megawati Soekarnoputri
(2001- 2004)
Pada masa pemerintahan megawati ada
beberapa kebijakan yang dikeluarkan, yakni:
a. Membentuk kabinet gotong-royong
Melalui kabinet gotong royong, presiden
Megawati soekarnoputri telah telah
menunjukkan maneuver politik yang
pawai dan berhasil memberikan impresi
yang positif pada berbagai lapisan
masyarakat. Saat itu tumbuh dan
berkembang pendapat paa berbagai
masyarakat termasuk pelaku ekonomi,
kalangan birokrasi, pengamat politik dan
masyarakat kampus bahwa kabinet
gotong royong yang dilantik pada hari
jum'at 10 Agustus adalh cabinet yang
cukup tangguh. Pandangan tersebut
didasarkan atas kenyataan bahwa 26 dari
32 jabatan menteri dan setingkat menterri
dijabat oleh para professional yang
mengusai bidang tugas masing-masing.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya
cabinet gotong royong dalam
menjalankan pemerintahan, masyarakat
sangat dikecewakan. Pasalnya, kinerja
dari kabinet gotong royong tersebut
dinilai lamban dalam mengatasi masalah
yang terjadi dinegara kita saat itu.
Wacana publik tentang efektifitas tim
ekonomi kabinet gotong royong (KGR)
dalam menghantarkan Indonesia untuk
secepatnya keluar dari krisisyang telah
menggerogoti ekonomi dan kehidupan
sosial politik selama lima tahun terakhir
ini didominasi oleh pandangan bahwa
anggota kabinet gotong royong bertindak
sangat lamban dan tanpa koordinasi yang
penuh. Persepsi ini secara sadar banyak
digaungkan oleh kalangan akademisi dan
politisi baik secara kolektif maupun
secara perorangan yang pada gilirinnya
diterima sebagai suatu realitas oleh
masyarakat
b. Mendirikan komisi pemberantasan
korupsi.
c. Mengadakan pemilu yang demokratis.
6. Masa Kepresidenan Susilo Bambang
Yudhoyono
Kebijakan politik yang dikeluarkan
terbagi menjadi dua, yaitu kebijakan politik
dalam negeri dan luar negeri. Masing-masing
kebijakan tentunya dikeluarkan berdasarkan
kebutuhan Negara. Idealnya, kebijakan yang
dikeluarkan adalah yang menguntungkan dan
mengedepankan kepentingan rakyat banyak.
Kebijakan Politik dalam Negeri :
a. Pelaksanaan pemilu 1971
b. Penyederhanaan partai politik
c. Dwifungsi ABRI
d. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia :
a. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
b. Pemulihan hubungan diplomatik dengan
Malaysia dan Singapura dan pemutusan
hubungan dengan Tiongkok
c. Memperkuat Kerja Sama Regional dan
Internasional
A. Format Ekonomi
1. Orde Lama
Sebagai tokoh pejuang kemerdekaan,
proklamator sekaligus Presiden pertama
Indonesia, perekonomian Indonesia tidak
dapat lepas dari sosok Ir. Soekarno. Sebagai
orang yang pertama memimpin Indonesia
boleh dibilang Soekarno adalah peletak dasar
perekonomian Indonesia. Beberapa kebijakan
yang diambil dibawah pemerintahan
Soekarno diantaranya :
a. Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank
Indonesia.
b. Mengamankan usaha-usaha yang
menyangkut harkat hidup orang banyak
c. Berusaha memutuskan kontrol Belanda
dalam bidang perdagangan ekspor-impor
d. Serta beberapa kebijakan lainya yang
ditujukan untuk memajukan
perekonomian Indonesia.
Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
bergantian menggunakan sistem ekonomi
liberal dan sistem ekonomi komando. Hampir
seluruh program ekonomi pemerintahan
Soekarno kandas di tengah jalan.
Penyebabnya adalah :
a. Situasi politik yang diwarnai manuver
dan sabotase, terutama dari kelompok-
kelompok kanan (masyumi, PSI, dan
tentara AD) yang tidak menghendaki
kemandirian ekonomi nasional.
b. Pertarungan kekuasaan antar elit politik di
tingkat nasional yang berakibat jatuh-
bangunnya kabinet tidak memberikan
kesempatan kepada Soekarno dan
kabinetnya untuk teguh menjalankan
kebijakankebijakan tersebut.
c. Yang paling pokok: borjuasi dalam negeri
(pribumi) yang diharapkan menjadi
kekuatan pokok dalam mendorong
industrialisasi dan kegiatan perekonomian
justru tidak memiliki basis borjuis yang
tangguh.

Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)


Keadaan ekonomi dan keuangan pada masa
awal kemerdekaan amat buruk, antara lain
disebabkan oleh Inflasi yang sangat tinggi
yang dikarenakan beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada
waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah
RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku
di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda,
dan mata uang pendudukan Jepang.
Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerahdaerah yang dikuasai sekutu. Pada
Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI
(Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang Masa Demokrasi
Liberal (1950-1957) Masa ini disebut masa
liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip
liberal. Pada akhirnya sistem ini hanya
memperburuk kondisi perekonomian
Indonesia yang baru merdeka. Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1967) Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka
Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-
galanya diatur oleh pemerintah). Dengan
sistem ini, diharapkan akan membawa pada
kemakmuran bersama dan persamaan dalam
sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab
Sosialisme).
2. Orde Baru
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi
dan stabilisasi politik menjadi prioritasutama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha
pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok
rakyat.Kebijakan ekonominya diarahkan pada
pembangunan di segala bidang, tercermin
dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok,
pendidikan dan kesehatan, pembagian
pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan
berusaha, partisipasi wanita dan generasi
muda, penyebaran pembangunan, dan
peradilan. Semua itu dilakukan dengan
pelaksanaan pola umum pembangunan jangka
panjang (25-30 tahun) secara periodik lima
tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan
lima tahun). Pembangunan hanya
mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi kehidupan politikdan sosial yang
adil. Sehingga meskipun berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi
secara fundamental pembangunan nasional
sangat rapuh.
3. Masa Reformasi
Masa Pemerintahan BJ Habibie Dalam
menyelesaikan krisis moneter dan melakukan
perbaikan ekonomi Indonesia B. J Habibie
melakukan langkah langkah antara lain
sebagai berikut :
a. Merekapitulasi perbankan dan
menerapkan independensi Bank Indonesia
supaya bisa lebih fokus untuk mengurusi
perekonomian. Bank Indonesia
merupakan lembaga negara yang
independen yang berdasarkan Undang
Undang No. 30 Tahun 1999 mengenai
Bank Indonesia.
b. Mengesahkan Undang Undang No. 5
Tahun 1999 mengenai Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan yang Tidak
Sehat.
c. Mengesahkan Undang Undang No. 8
Tahun 1999 mengenai Perlindungan
Konsumen

Masa Pemerintahan Presiden K.H.


Abdurrahman Wahid Keadaan sistem
ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan
Presiden Abdurahman Wahid secara garis
ialah sebagai berikut :
a. Dibandingkan dengan pemerintahan
sebelumnya, kondisi perekonomian
Indonesia mulai mengarah pada
perbaikan, di antaranya pertumbuhan
PDB yang mulai positif, laju inflasi dan
tingkat suku bunga yang rendah, sehingga
kondisi moneter dalam negeri juga sudah
mulai stabil.
b. Hubungan pemerintah dibawah pimpinan
Abdurahman Wahid dengan IMF juga
kurang baik, yang dikarenakan masalah,
seperti Amandemen UU No.23 tahun
1999 mengenai bank Indonesia,
penerapan otonomi daerah (kebebasan
daerah untuk pinjam uang dari luar
negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus
tertunda.
c. Politik dan sosial yang tidak stabil
semakin parah yang membuat investor
asing menjadi enggan untuk menanamkan
modal di Indonesia.
d. Makin rumitnya persoalan ekonomi
ditandai lagi dengan pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
cenderung negatif, bahkan merosot
hingga 300 poin, dikarenakan lebih
banyaknya kegiatan penjualan daripada
kegiatan pembelian dalam perdagangan
saham di dalam negera.
4. Masa Pemerintahan Joko Widodo (2015)
Pada masa pemerintahan jokowi ada 7
paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan
oleh jokowi, yakni :
Kebijakan Jilid I
Kebijakan presiden Jokowi yang pertama
ada tiga langkah yaitu :
a. Mendorong daya saing industri nasional
melalui deregulasi, debirokrasi,
penegakan hukum dan kepastian usaha.
Jokowi mengatakan ada 89 peraturan
yang dirombak dari 154 peraturan yang
masuk ke tim.
b. Mempercepat proyek strategis nasional,
menghilangkan berbagai hambatan,
sumbatan dalam pelaksanaan dan
penyelesaian proyek strategis nasional.
c. Meningkatkan investasi di sektor properti
Kebijakan Jilid II
Inilah isi lengkap kebijakan ekonomi
tahap II Presiden Jokowi :
a. Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam
b. Pengurusan Tax Allowance dan Tax
Holiday Lebih Cepat
c. Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat
Transportasi.
d. Insentif fasilitas di Kawasan Pusat
Logistik Berikat.
A. Pengertian Aswaja Sebagai Manhaj Al-Harakah
Untuk mensistematisir dan menyusun secara
konsepsional dari fikroh ke harakah maka basis
argumentasinya harus melandaskan pada akar-akar
historis Nahdlatul Ulama dengan menyusun secara
lebih sistematis dan konsepsional gagasan-gagasan
baru yang bersifat kritis, dan kontektual, diantaranya
adalah bagaimana upaya menggerakkan trilogi NU
yang pernal muncul dalam sejarah ke-NU-an yaitu:
Nahdlatut Tujjar, Nahdlatul Wathon dan Taswirul
Afkar, menggerakkan wawasan strategis ke-aswaja-
an, tradisi nusantara, menggerakkan kaum
mustadh’afin, menggerakkan pribumisasi islam dan
menggerakkan semangat kebangsaan.
Pertama, bahwa secara historis aswaja adalah
sebuah proses yang lahir bukan terus menjadi tetapi
terus berkembang mengikuti dinamika zaman yang
selalu berubah. Aswaja secara historis kelahirannya
terbagi dalam dua fase, yaitu: sebagai sebuah ajaran
dan pemikiran yang sudah lahir dari masa
Rasulullah SAW. Hal ini dibuktikan dengan adanya
hadits nabi yang menyebut kata “Ahlussunnah Wal
Jama’ah” sebagai golongan umat yang akan selamat
dari 72 golongan yang akan masuk neraka. Tetapi
secara pelembagaan, aswaja mulai hadir pada masa
muculnya perpecahan aliran-aliran ilmu kalam yang
berujung pada “munculnya perumusan ilmu-ilmu
fiqih”.
Kedua, aswaja dalam lingkup dan tradisi NU
menjadi sebuah konsep “pelembagaan aswaja” yang
di dalamnya menyangkut rumusan fiqih, aqidah, dan
rumusan tasawuf. Rumusan-rumusan ini membentuk
“rumusan pemikiran dan gerakan”. Disebut
pemikiran, karena NU dengan konsep aswajanya
mampu mengembangkan berbagai metodologi 8
hukum-hukum syari’ah yang sebelumnya tidak ada.
Sementara disebut sebagai gerakan, karena aswaja
selalu menjadi ruh pergerakan para ulama, dari
mulai membuat gerakan ekonomi, gerakan politik,
gerakan kebudayaan, gerakan keagamaan, gerakan
pendidikan dan gerakan kebangsaan.
Ketiga, dalam perjalanannya, aswaja NU
menjadi ruh dalam menuangkan gagasan-gagasan
strategis, yang kemudian gagasan-gagasan ini juga
diakui dan diakomodir sebagai agenda
pembangunan nasional, seperti dengan adanya
gagasan kembali ke khittah nahdliyah 1926, NU
berhasil membangun kemandirian organisasi, NU
berhasil menjaga stabilitas pembangunan, dan NU
berhasil menjadi garda terdepan dalam menyebarkan
islam rahmatan lil ‘alaminmelalui gerakan islam
damai, dan islam kebangsaan. Dengan konsep
pribumisasi islam, NU telah menghadirkan dirinya
menjadi kekuatan tradisional yang progressif,
transformatif, kritis dan konstruktif.
Keempat, dalam perkembanganya, aswaja
harus mampu menjadi garda terdepan dalam
menggerakkan sendisendi kebangsaan. Semuanya
demi kemaslahatan, kemajuan bangsa dan kejayaan
islam. Dalam tataran ini aswaja harus memiliki
kemampuan untuk menyusun wawasan strategis
keaswaja-an yang meliputi: bagaimana tradisi ke-
nusantara-an, bagaimana menggerakkan kaum
mustadz’afin, bagaimana menggerakkan pribumisasi
islam, dan bagaimana menggerakkan solidaritas
kebangsaan. Dengan adanya transisi aswaja dari
madzhab menjadi manhaj al-fikri sebenarnya
memberikan udara segar bagi kita. Mengapa?
Karena dengan demikian nantinya kita akan dapat
menghasilkan pandangan-pandangan yang tentu
relevan dengan keadaan yang sedang kita alami pada
masa sekarang, bukan hanya itu hal ini membuka
pintu kreativitas umat. Tapi perlu kita sadari dengan
adanya transisi ini, kita dituntut untuk lebih giat,
termotivasi dalam usaha kita tafaquh fi al-din, agar
nantinya apa yang kita hasilkan benar-benar
membawa kemashlahatan bagi umat
B. Implementasi Aswaja Sebagai Ideologi Gerakan

Sebagai konfigurasi lintas sejarah aswaja


mengalami pergesaran makna dengan ditandai
dengan adanya tiga fase perkembangan.
1. Tahap embriona pemikiran sunni dalam bidang
teologi bersifat eklektik, yaitu menampung segala
perbedaan kemudian dipilih pendapat yang
dipilih paling benar, yang dipelopori oleh Imam
Hasan Al Basri.
2. Fase Keberhasilan seorang Imam Syafi’I
menetapkan hadits sebagai sumber hukum islam
kedua setelah Al-Qur’an dalam konstruksi
hukum islam. Salah satunya melahirkan metode
ushul fiqh yang menjadi pegangan kajian maupun
diskusi dari bidang teologi, fiqih, sosial, politik,
dan tasawuf.
3. Perumusan pemahaman sunni yang menolak
rasionalisme dokma di satu pihak dan Sebagian
menerima metode rasional dalam memahami
agama. Proses ini dilakukan oleh Abu Hasan Al
Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi.
Aswaja sebagai ideologi PMII wajib di
implementasikan sesuai dengan Trilogi pola gerakan
PMII.
Gerakan PMII sebagai anak kultural NU
dengan ideologi aswaja memiliki visi keislaman dan
kebangsaan yang inklusif toleran dan moderat yang
secara umum sama secara substansial dengan NU.
Ideologi PMII tergambar dalam NDP yang meliputi
nilai-nilai tauhid asy’ariyah maturidiyah, hubungan
manusia dengan allah, hubungan manusia dengan
manusia serta hubungan manusia dengan alam yang
berbeda dengan ideologi HMI, yang lebih
menekankan aksi-aksi intelektual melalui berbagai
kajian fatwa islam kontemporer. Juga berbeda
dengan IMM, yang nilai-nilai ideologi ke-
muhammadiyahannya secara praktis disajikan dalam
materi training pengkaderan atau darul arqom.
KAMMI dengan ideologinya yang islam pancasialis
yang secara umum sumber ideologinya dari al-qur’an
dan hadits yang pemakaiannya menggunakan
interpretasi pemikiran Hasan Al Banna yang
berafiliasi menjadi pemikiran politik organisasi
Ikhwanul Muslimin.
a. Sosial Ekonomi
Menyangkut bagaimana ahlu sunnah
wa aljama’ah dikerangkakan sebagai alat
baca, perlu kiranya kita mulai pembacaan dan
identifikasi persoalan yang dilanjutkan dengan
perumusan kerangka teoritis dengan
dilengkapi kerangka tawaran langkah-langkah
yang akan kita ambil baik strategis maupun
taktis.
Pertama, perlunya pembacaan yang
cukup cermat atas realitas sosial ekonomi
Indonesia. Ini diperlukan terutama untuk
mengurai lapis-lapis persoalan yang ada dan
melingkupi kehidupan sosial-ekonomi kita. Di
antara beberapa persoalan yang harus kita
dekati dalam konteks ini adalah; Fenomena
kapitalisme global yang termanifestasikan
melalui keberadaan wto, world bank dan juga
imf, serta institusi-institusi pendukungnya.
Hal lain yang juga menyangkut
persoalan ekonomi adalah perlunya elaborasi
atas rujukan-rujukan fiqhiyah (termasuk ushul
fiqh) bagi kerangka-kerangka operasional ahlu
sunnah wa al-jama’ah sebagai manhaj alfikr.
Pembicaraan mengenai berbagai persoalan
tersebut mengantar kita untuk menawarkan
langkah praktis berupa kerangka
pengembangan ekonomi yang kemudian kita
sebut sebagai konsep ekonomi bedikari.
Konsep ini secara umum bisa kita definisikan
sebagai konepsi pengelolaan ekonomi yang
dibangun di atas kemampuan kita sebagai
sebuah negara.untuk mendukung tawaran
tersebut, Lima langkah stategis kita usulkan:
1. Adanya penyadaran terhadap masyarakat
tentang struktur penindasan yang terjadi.
2. Penghentian hutang luar negeri
3. Adanya internalisasi ekonomi negara.
4. Pemberlakuan ekonomi political dumping.
5. Maksimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam dengan pemanfaatan tekhnologi
berbasis masyarakat lokal (society-based
technology)
b. Sosial Politik

Akar permasalahan sosial, politik,


hukum dan ham terletak pada masalah
kebijakan (policy). Satu kebijakan
seyogyanya berdiri seimbang di tengah relasi
“saling sadar” antara pemerintah, masyarakat
dan pasar. Tidak mungkin membayangkan
satu kebijakan hanya menekan aspek
kepentingan pemerintah tanpa melibatkan
masyarakat. Dalam satu kebijakan harus
senantiasa melihat dinamika yang bergerak
di orbit pasar. Dalam kasus yang lain tidak
bias jika kemudian pemerintah hanya
mempertimbangkan selera pasar tanpa
melibatkan masyarakat didalamnya.
Persoalan muncul ketika: 1).
Kebijakan dalam tahap perencanaan,
penetapan, dan pelaksanaannya seringkali
monopoli oleh pemerintah. Dan selama ini
kita melihat sedikit sekali preseden yang
menunjukan keseriusan pemerintah untuk
melibatkan masyarakat. 2). Kecendrungan
pemerintah untuk selalu tunduk kepada
kepentingan pasar, sehingga pada beberapa
segi seringkali mengabaikan kepentingan
masyarakat. Kedua kondisi tersebut jika
dibiarkan akan menggiring masyarakat pada
posisi yang selalu dikorbankan atas nama
kepentingan pemerintah dan selera pasar.
Dan akan menciptakan kondisi yang
memfasilitasi tumbuhnya dominasi dan
bahkan otoritarianisme baru.
Kemudian kaitannya dengan
ahlussunnah wal jama’ah yang juga menjadi
nilai dasar (NDP) PMII, dimana
substansinya adalah jalan tengah, maka
sudah sepatutnya bahwa PMII memposisikan
diri di tengah untuk mencari titik temu
sebagai solusi. Dengan sikap seperti itu,
PMII mengikuti nilai ahlussunnah wal
jama’ah. Nilai-nilai ahlussunnah wal jama’ah
seperti tawazun, akan dapat melahirkan nilai
ahlussunnah wal jama’ah yang ta’adul. 11
Dalam hal ini, yang menjadi titik tekan
adalah dengan strategi dapat meruntuhkan
kekuasaan dominan dan otoriter yang pada
akhirnya bermuara menjadi gerakan
revolusiner yang merupakan langkah akhir .
Ketika ada alternatif lain win win solution
atau ishlah bisa ditawarkan, maka cara
revolusioner meski dihindarkan.
c. Sosial Budaya
Persoalan social-budaya di Indonesia
dapat dilihat dengan menggunakan; pertama,
analisa terhadap kondisi social budaya
masyarakat, baik pada tingkatan lokal atau
pada tingkat global; Kedua, analisa nilai-nilai
budaya yang kemudian didalamnya terdapat
nilai-nilai ke-ahlussunnah wal jama’ah-an
sebagai nilai yang terpatri untuk melakukan
perubahan ketika kondisi sosial budaya
menjadi dasar pijakan. Dari itu semua,
pembentukan karakter budaya menjadi
tujuan akhirnya.
Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam
konteks sosial budaya dijadikan nilai-nilai
yang kemudian menjadi alat untuk
melakukan perubahan sosial budaya.
Ekplorasi terhadap permasalahan lokal
maupun global merupakan cara untuk
mengetahui akar persoalan sosial budaya
yang terjadi. Globalisasi tanpa kita sadari
telah merusak begitu dalam sehingga
mengaburkan tata sosial budaya Indonesia.
Ironisnya, masyarakat menikmati produk-
produk globalisasi sementara produk lokal
menjadi teralienasi.
Berangkat dari kondisi tersebut, perlu
adanya strategi budaya untuk melakukan
perlawanaan ketika hegemoni kapitalisme
global semakin “menggila”. Salah satu
strategi itu menjadikan nilai-nilai
Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai dasar
strategi gerakan. Strategi yang dimaksud bisa
dalam bentuk penguatan budaya-budaya
lokal.
Dalam konteks sosial budaya, posisi
negara dengan masyarakat bukanlah vis a vis
tetapi sebagaimana 12 negara, pasar dan
globalisasi secara umum dapat sejajar.
Terkait dengan itu, PMII harus dapat
menjembatani keinginan-keinginan
masyarakat terhadap negara agar kebijakan-
kebijakan negara tidak lagi merugikan
masyarakat dan tidak lagi menguntungkan
kapitalis global. PMII harus secara tegas
mengambil posisi ini untuk membantu
mengantisipasi dampak ekonomi pasar dan
globalisasi terhadap masyarakat.
Terutama untuk penerjemahan
kebijakan negara, kebijakan ekonomi pasar
kemudian globalisasi secara umum yang
berdampak pada pihak local yang sebetulnya
menjadi sasaran distribusi barang. Juga
mempengaruhi budaya. Disinilah peran PMII
dengan seperangkat nilainilai idealnya
seperti tawazun, tasamuh dan ta’adul
menjadi dasar guna menjembatani
kesenjangan antara wilayah internal
masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hal itu maka pilihan
agregasi PMII harus senantiasa
diorientasikan untuk mengerangkakan
formulasi rekayasa sosial yang diabdiakn
sebesar-besarnya bagi pemberdayaan
masyarakat dihadapan negara maupun pasar.
Sehingga dapat tercipta perimbangan
kekuatan yang akan memungkinkan
terbentuknya satu tatanan masyarakat yang
relasional-partisipatif antara negara, pasar,
PMII dan masyarakat, dimana PMII dengan
masyarakat merupakan kesatuan antara
system dengan subsisitem yang mencoba
menjembatani masyarakat, negara dan pasar.
PMII dengan demikian berdiri dalam gerak
transformasi harapan dan kebuthan
masyarakat dihadapan negara dan pasar
STRATEGI PENGEMBANGAN
1. Pentingnya Bersikap Kreatif dan Inovatif dalam
Pengembangan Ekonomi Organisasi
Dalam hal pengembangan organisasi, banyak hal
yang saling berkelindan satu dengan yang lain,
namun para kader lebih menitikberatkan perluasan
relasi internal maupun eksternal kampus hal ini tidak
sepenuhnya dapat disalahkan begitu saja. Pada
kenyataannya hal yang disebutkan sebelumnya juga
berperan penting dalam mengembangkan potensi
kader yang diharapkan mampu untuk terjun serta
berpartisipasi dalam dinamika yang terjadi di tengah
masyarakat sekitarnya. Akan tetapi yang kerap
dikesampingkan dalam proses kaderisasi suatu
organisasi khusunya di ruang lingkup mahasiswa/I
yakni bidang ekonomi. Mengapa hal tersebut dapat
dianggap krusial? Sebab ekonomi sangatlah
berkaitan dengan cara untuk memenuhi kebutuhan
dalam artian kegiatan konsumsi keperluan selama
tahap kaderisasi berlangsung. Namun, dalam kurun
waktu tertentu para kader hanya berperan sebagai
konsumen dalam siklus perekonomian yang sedang
berlangsung. Oleh sebab itu perlunya pemberian
bekal kepada calon kader PMII Tarbiyah dan
Keguruan agar kedepannya diharapkan mereka dapat
juga berperan baik itu sebagai produsen maupun
distributor barang atau jasa yang memiliki value
untuk ditawarkan kepada konsumen.
Ada beberapa hal yang perlu ditekankan sejak
dini kedalam benak untuk setiap calon pengusaha
dalam berbagai bidang. Yaitu setiap individu
haruslah memiliki sikap yang inovatif nan kreatif.
Inovasi adalah suatu penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah di
kenal sebelumnya. Orang atau wirausahawan yang
selalu berinovasi, maka ia dapat dikatakan sebagai
seorang wirausahawanyang inovatif. Seseorang yang
inovatif akan selalu berupaya melakuakn perbaikan,
menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda
dengan yang udah ada. Inovatif juga merupakan
sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh
seorang wirausahawan. Inovatif merupakan implikasi
dari karakteristik wirausahawan yang mampu
membawa perubahan pada lingkungan sekitarnya.
Inovatif secara tidak langsung menjadi sifat pembeda
antara wirausahawan dengan orang biasa, maupun
pengusaha.
Berikut ini adalah 3 langkah teknik untuk melatih
berpikir inovatif. 3 langkah untuk menumbuhkan
innovative thinking ini sangat sederhana yaitu bisa
disingkat dengan M-K-P.
1. Langkah 1: Masalah
Melatih berpikir inovatif yang paling mudah
adalah dengan berusaha mencari masalah
yang ada kemudian memecahkannya. Ada
begitu banyak sekali permasalahan yang
dialami setiap orang atau komunitas yang
hingga saat ini belum ditemukan solusinya.
Mereka yang berpikir inovatif biasanya
berpikir berawal dari masalah kemudian
mencoba menciptakan sesuatu untuk
memecahkan masalah tersebut.
2. Langkah 2: Kebutuhan
Dari sebuah masalah yang ditemukan, maka
di sisi lain hal tersebut dapat juga merupakan
sebuah kebutuhan. Mengubah sebuah
masalah menjadi kebutuhan akan menjadi
cara yang lebih powerful untuk melatih
berpikir inovatif.
3. Langkah 3: Peluang
Ketika sudah menganalisa masalah menjadi
kebutuhan, cari peluang apa yang bisa
digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Untuk melihat peluang. kita juga
bisa melihat apa passion atau melihat
expertise kita, atau bisa juga berkonsultasi ke
teman-teman kita. Semakin banyak peluang
yang lahir, justru akan semakin besar juga
pola pikir inovatif yang terbentuk.
Menurut Sudarma, Berpikir Kreatif merupakan
kemampuan yang meyebabkan seorang individu
dapat melahirkan suatu ide atau gagasan baru atau
gagasan kreatif mengenai suatu hal. Sedangkan
menurut Campbell berpikir kreatif sebagai suatu
produk mendefinisikan kreativitas sebagai sebuah
kegiatan ynag menghasilakan suatu yang baru atau
unik, berguna dan dapat dimengerti. Kemudian
Pehkonen juga mendefinikan berfikir devergen yang
didasar pada intuisi tapi masih dalam kesadaran.
Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam
suatu praktik pemecahan masalah, pemikiran
devergen menghasilkan banyak ide yang berguna
dalam menyelesaikan masalah.
Jadi, dapat dijelaskan bahwa berpikir kreatif
merupakan usaha untuk memecahkan suatu masalah.
Misalnya persaingan pasar yang sangat ketat dan
untuk memenangkan persaingan, maka seorang
entrepreneur/wirausahawan harus memiliki daya
kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut
sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju,
penuh dengan gagasan gagasan baru yang berbeda
dengan produk-produk yang telah ada selama ini di
pasar. Memahami kreativitas (daya cipta) akan
memberikan dasar yang kuat untuk membuat modul
atau perangkat tentang kewirausahaan. Peran sentral
dalam kewirausahaan adalah adanya kemampuan
yang kuat untuk menciptakan (to create or to
innovate) sesuatu yang baru.
Metode menghasilkan gagasan adalah sebuah
metode dimana seseorang mampu untuk
menghasilkan gagasan/ ide yang ia miliki.
Brainstorming adalah salah satu kegiatan yang dapat
dikategorikan metode menghasilkan gagasan.
Menurut Roestiyah (2008:73) metode
brainstorming yaitu teknik mengajar yang dilakukan
guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke
kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab,
menyatakan pendapat, atau memberi komentar
sehingga memungkinkan masalah tersebut
berkembang menjadi masalah baru. Secara singkat
dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan
banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia dalam
waktu yang singkat.
Sedangkan menurut Rawlinson (1977:27)
brainstorming adalah cara untuk mendapatkan
banyak ide dari sekelompok manusia dengan cara
yang singkat dari dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan metode brainstorming ini
siswa dilatih untuk mencari, menemukan dan
mengemukakan gagasannya sebanyak mungkin
dalam proses pembelajaran.
Metode ini melatih keaktifan siswa dalam
bertanya dan mengolah pertanyaan sehingga
mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Metode ini bertujuan untuk
mengumpulkan gagasan atau pendapat dalam rangka
menentukan dan memilih berbagai pernyataan
sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan
dengan pembelajaran. Dengan diterapkannya metode
ini maka akan terjadi proses pembelajaran yang lebih
aktif dengan gagasan-gagasan yang muncul dari para
siswa.
Adapun langkah-langkah dari penerapan metode
brainstorming ini menurut Rawlinson (1977:35) :
a) Menjelaskan persoalan, guru mengangkat
dan menjelaskan permasalahan yang
diangkat kemudian menjelaskan cara
siswa berpartisipasi dalam pembelajaran
tersebut.
b) Merumuskan kembali persoalan, guru
menjelaskan kembali persoalan dan siswa
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
c) Mengembangkan ide unik, maksudnya
mengembangkan ide-ide yang inovatif
dan diluar fariasi kebiasaan yang
mungkin bisa dikembangkan.
d) Mengevaluasi ide yang dihasilkan, guru
dan siswa mengevaluasi ide yang telah
terkumpul dan menyimpulkannya
Metode menghasilkan gagasan adalah sebuah
metode dimana seseorang mampu untuk
menghasilkan gagasan/ ide yang ia miliki.
Brainstorming adalah salah satu kegiatan yang dapat
dikategorikan metode menghasilkan gagasan.
Menurut Roestiyah (2008:73) metode
brainstorming yaitu teknik mengajar yang dilakukan
guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke
kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab,
menyatakan pendapat, atau memberi komentar
sehingga memungkinkan masalah tersebut
berkembang menjadi masalah baru. Secara singkat
dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan
banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia dalam
waktu yang singkat.
Sedangkan menurut Rawlinson (1977:27)
brainstorming adalah cara untuk mendapatkan
banyak ide dari sekelompok manusia dengan cara
yang singkat dari dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan metode brainstorming ini
siswa dilatih untuk mencari, menemukan dan
mengemukakan gagasannya sebanyak mungkin
dalam proses pembelajaran.
Metode ini melatih keaktifan siswa dalam
bertanya dan mengolah pertanyaan sehingga
mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Metode ini bertujuan untuk
mengumpulkan gagasan atau pendapat dalam rangka
menentukan dan memilih berbagai pernyataan
sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan
dengan pembelajaran. Dengan diterapkannya metode
ini maka akan terjadi proses pembelajaran yang lebih
aktif dengan gagasan-gagasan yang muncul dari para
siswa.
Adapun langkah-langkah dari penerapan metode
brainstorming ini menurut Rawlinson (1977:35) :
a) Menjelaskan persoalan, guru mengangkat dan
menjelaskan permasalahan yang diangkat
kemudian menjelaskan cara siswa
berpartisipasi dalam pembelajaran tersebut.
b) Merumuskan kembali persoalan, guru
menjelaskan kembali persoalan dan siswa
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
c) Mengembangkan ide unik, maksudnya
mengembangkan ide-ide yang inovatif dan
diluar fariasi kebiasaan yang mungkin bisa
dikembangkan.
d) Mengevaluasi ide yang dihasilkan, guru dan
siswa mengevaluasi ide yang telah terkumpul
dan menyimpulkannya.
2. Analisis Perencanaan Usaha
Banyak orang yang mengatakan bahwasanya ide atau
gagasan mahal harganya. Tentuanya tidak sembarang
ide, tetapi ide yang mempunya nilai komersial dan
ide itu ditulis dalam suatu rencana usaha atau
rencana bisnis. Sangat disayangkan apabila ide
tersebut terbuang secara cuma-Cuma diakibatkan
individu tersebut tidak menindak lanjuti sebuah ide
yang hebat yang juga memiliki nilai komersial
menjadi aksi nyata. Namun, ada hal yang perlu
dicatat sebelum menuju perwujudan gagasan menjadi
kenyataan harus adanya proses yang dapat
menjembatani antara hulu mencapai muara.
Jawabannya adalah business plan sebagai
pengetahuan ataupun menyiapkan langkah awal
bagaimana untuk menggali, menumbuhkan ataupun
menjaring ide-ide atau gagasan bisnis dan sekaligus
menuangkannya dalam sebuah rencana usaha/bisnis.
Realita di lapangan menunjukkan bahwa banyak
ide/gagasan-gagasan bisnis hebat dan ide-ide orisinil
yang justru lahir dari para kawula muda. Tentunya
kalau peluang atau kemampuan ini dikemas dengan
baik dan mampu dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat dikemas sebagai rencana usaha/bisnis
yang layak dan mampu diterapkan ke dalam sebuah
bisnis riil, tentunya akan banyak memberi manfaat
bagi para kawula muda sendiri dan sekaligus
memberikan kontribusi bagi masyarakat dan
lingkungannya.
Pengertian lain dari Perencanaan usaha/bisnis
(Business Plan) adalah rencanarencana tentang apa
yang dikerjakan dalam suatu bisnis ke depan
meliputi alokasi sumberdaya, perhatian pada faktor-
faktor kunci dan mengolah
permasalahanpermasalahan dan peluang yang ada.
Kadang-kadang banyak orang berpikir bahwa
perencanaan bisnis hanya untuk sebuah bisnis baru
atau sebuah proposal untuk mencari pinjaman dana
ke pihak perbankan atau bagaimana mendatangkan
investor baru dalam bisnis. Sebenarnya tidak
sederhana hal di atas, perencanaan bisnis juga
penting untuk suatu bisnis yang sedang berjalan.
Bisnis membutuhkan perencanaan untuk
pertumbuhan yang optimis dan pengembangan-
pengembangan dengan skala prioritas. Perencanaan
Usaha/Bisnis sendiri adalah suatu hasil pemikiran,
dimana isi dari perencanaan harus mampu
mendukung pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan/bisnis.
Prinsip Business Plan
Berikut adalah prinsip dalam bisnis plan :
1. Bisnis plan bersifat fleksibel dan
realistis
Prinsip rencana bisnis dibuat secara
realistis tetapi juga fleksibel atau
dengan cara mengerahkan pikiran.
Karena membuat yang masuk akal
namun tetap fleksibel itu tidaklah
mudah.
2. Merumuskan cara kerja secara efektif
dan efisien
Pastikan untuk menyusun secara tepat
dan akurat. Apabila bisnis plan
diterapkan, semua stake holder
sekiranya mampu melanjalankannya
tanpa mengalami banyak kendala.
3. Bisnis plan dapat diterima oleh semua
pihak
Prinsip yang ketiga adalah
memastikan bisnis plan yang dibuat
dapat diterima oleh semua pihak. Jika
usaha bisnis mengajak klien, maka
klien juga sepakat dengan bisnis plan
yang telah dibuat.
4. Pembuatan rencana bisnis meliputi
seluruh aspek kegiatan usaha
Pastikan jika bisnis plan dibuat dan
disusun dengan meliputi seluruh
aspek kegiatan usaha yang ada di sana
kecuali usaha kamu masih sangat
kecil dan bisa dikerjakan sendiri,
maka aspek yang dituliskan pun juga
lebih sedikit.
Manfaat Bussines Plan
Business plan dapat dijadikan sebagai
pengamanan sekaligus mekanisme pertahanan bagi
bisnis kamu dan membantu dalam mengetahui apa
yang terjadi dalam usaha dan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pengawasan. Dari segi
internal, bisnis plan bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan manajerial, sebagai
petunjuk pimpinan dalam menjalankan usaha dan
sebagai alat berkomunikasi dalam dunia bisnis.
Secara teknis, bisnis plan membantu kamu untuk
memperkecil risiko bisnis yang kamu buat, berlaku
juga untuk memaksimalkan peluang untuk
mendapatkan keuntungan. Dalam kasus umum,
bisnis plan pun juga membantu kamu mendapatkan
suntikan modal dari bank.
Unsur-Unsur dalam Business Plan
a. Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Peluang Bisnis
c. Tujuan Bisnis
b. Evaluasi Ide dan Konsep
a. Evaluasi Ide
b. Konsep
c. Chapter III
a. Services Planning and Description
b. Market and Marketing
c. Service Plan and Operational
Requirements
d. Organizational Aspect
e. Financial Aspect
f. Closing
g. Refrensi
PT BAHAGIA BE

PROPOSAL BISNIS

NGAJI BERSAMA
MENJADI INSAN MELEK AL-QUR'AN
OLEH :
ALVINA
KHURRIY
ATUL
AFDILLA
H ANISA
FITRI
MARDHO
TILLAH
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan
data proyeksi Globalreligiousfutures, penduduk
muslim indonesia yang berjumlah 229,62 juta
jiwa. Angka tersebut sebesar 10,51% dari total
penduduk muslim dunia. Namun ironisnya,
masih sangat banyak penduduk muslim
Indonesia yang belum bisa membaca Al-Qur’an,
baik itu dari kalangan anak-anak, remaja, bahkan
hingga orang dewasa.
Berdasarkan survey yang dilaksanakan
Kampus Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ)
Jakarta pada 2017 lalu, tidak kurang dari 50-60%
penduduk Muslim di Indonesia tidak bisa
membaca Al-Qur’an. Survei serupa yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren Tebu Ireng
pada 2015 silam menguak fakta yang tak kalah
mencengangkan. Jumlah penduduk Muslim
Indonesia yang mampu membaca Al- Qur’an
baru berjumlah 23%. Lalu Ketua Yayasan
Indonesia Mengaji Komjen Pol Syafruddin
menyampaikan bahwa dari seluruh penduduk
muslim Indonesia, yaitu 87,2% dari jumlah
penduduk Indonesia, ternyata hanya 35% yang
bisa membaca Alquran dan 65% persen itu tidak
bisa membaca Alquran. Data ini mengacu pada
kajian dan penelitian mendalam oleh organisasi
pemuda Islam dan tokoh-tokoh pemuda Islam.
Fakta ini tentunya sangat ironis mengingat
Indonesia acap kali disebut sebagai negara
Muslim terbesar di dunia. Namun belakangan,
tren belajar membaca Al-Qur’an kian marak.
Banyak umat Muslim, utamanya yang sudah
menginjak dewasa berbondong-bondong ingin
kembali mempelajari Al-Qur’an. Hal ini
diperkuat dengan tren hijrah yang juga kian
marak dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan.
Mengenai permasalahan di atas, maka
kami tertarik untuk melakukan studi
kelayakan usaha dalam bidang jasa pendidikan.
Kami akan memberikan pelayanan terbaik untuk
anak didik kami dengan biaya yang terjangkau
untuk semua kalangan.”Ngaji Bersama” menjadi
salah satu alternatif yang dipilih masyarakat
untuk bisa meningkatkan potensi membaca al-
quran yang dimiliki Masyarakat dan belajar
tajwid dengan baik dan benar.
B. Visi dan Misi
a) Visi
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia
yang cerdas berintelektual dan bertaqwa
kepada Allah SWT
b) Misi
 Memperkenalkan “Ngaji Bersama”
dengan berbagai keunggulannya
 Merekrut tenaga pembimbing
 Mengadakan kegiatan yang
mendukung pembelajaran
 Konsisten dalam membersamai
siswa dalam belajar membaca al-
quran
C. Profil Badan Usaha
a. Jenis Usaha
Jenis usaha yang akan dirintis yaitu, jasa
bimbingan belajar dengan variansi kelas.
Terdiri dari kelas Jilid 2, Jilid 3, Jus 27,
Ghorib dan Pasca
b. Nama Perusahaan
Perusahaan les privat ini bernama “ Ngaji
Bersama”
c. Lokasi
Dsn. Babat, Ds. BabatKumpul, Kec.
Pucuk, Kab. Lamongan, Kode pos. 62257
D. Sasaran
Seluruh masyarakat (Pelajar/Karyawan)
yang memiliki keinginan dan tuntutan agar dapat
mengaji/membaca al-Quran dengan baik dan
benar di daerah sekitar Dsn. Babat, Ds.
BabatKumpul, Kec. Pucuk, Kab. Lamongan,
Kode pos. 62257
E. Perencanaan Pemasaran
McCarthy (1996) dalam Kotler et al.
(2009) mengklasifikasikan alat untuk
merencanakan kegiatan dan program pemasaran
yang terintegrasi penuh ke dalam 4 kelompok
besar yang disebut sebagai 4P dari pemasaran,
yaitu product, price, place, promotion.
a. Product
Produk perusahaan tersedia dalam
bentuk jasa bimbingan belajar dengan paket
belajar yang bervariasi. Berikut uraian singkat
terkait berbagai kelas yang terdapat di “Ngaji
Bersama “ :
1).
Qiro
ati
jilid
2 (3x
perte
mua
n/
ming
gu)
2).
Qiro
ati
jilid
3 (3x
perte
mua
n/
ming
gu)
3).
Qiro
ati
juz
27
(3x
perte
mua
n/
ming
gu)
4).
Qiro
ati
Qori
b (3x
perte
mua
n/
ming
gu)
5).
Qiro
ati
Pasc
a (3x
perte
mua
n/
Harga Harga/
No Keterangan Bula
Pendafta pertemu nan
rn an
1 Qiroati jilid 2 50.000 5000 45.00
0
2 Qiroati jilid 3 50.000 5000 45.00
0
3 Qiroati juz 27 50.000 5000 45.00
0
4 Qiroati Qorib 50.000 5000 45.00
0
5 Qiroati Pasca 50.000 5000 45.00
0
ming
gu)
b. Price
Berikut merupakan biaya yang ditetapkan
untuk para siswa yang dibimbing di “Ngaji
Bersama” :
c. Place

SDN
Cungku SDN Babat Kumpul
p

Dusun Babat

Tempat belajar mengajar “Ngaji


Bersama” berada Dusun Babat, Desa Babat
Kumpul, Kecamatan Pucuk, Kabupaten
Lamongan. Alasan pemilihan lokasi ini
dikarenakan penulis tinggal di dusun tersebut
dan melihat potensi dusun yang kurang dalam
penguasan membaca Al-qur’an, hal ini dapat
diketahui bahwa pada tingkat dasar
masyarakat menyekolahkan anaknya di
pendidikan formal yaitu SD, karena sekolah
terdekat adalah SD, selain itu setelah
menginjak tingat menegah sebagian besar
masyarakat juga menyekolahkan anaknya di
sekolah formal yaitu SMP dan SMA.
d. Promotion
1. Penjualan langsung, metode ini
digunakan dengan cara para tenaga
pemasaran mengunjungi sekolah-sekolah
secara langsung untuk menawarkan
belajar di “Ngaji Bersama” kepada para
siswa.
2. Periklanan, digunakan dengan cara
menawarakan jasa bimbingan belajar di
situs internet baik itu dengan website
resmi perusahaan atau pun media sosial.
Karena untuk zaman modern seperti
sekarang, semua kalangan telah
berhubungan secara aktif dengan internet,
oleh sebab itu promosi dengan
memanfaatkan website dan sosial media dipandang sebagai cara yang
potensial dalam pemasaran “Ngaji Bersama”. Selian itu juga meningkatkan
kepercayaan pelanggan dengan disuguhkan konten-konten yang menarik dan
nyata
3. Promosi penjualan, metode ini dilakukan dengan publisasi terkait salah satu
ketentuan “Ngaji Bersama” yaitu, jika para siswa tidak berhasil dibimbing
maka pembiayaan akan dikembalikan 100%. Dengan ketentuan seperti itu,
tentu akan menghilangkan keraguan para orang tua dalam mendaftarkan
anaknya ke “Ngaji Bersama”.
F. Rencana Keuangan
a. Biaya Awal
No. Perlengkapan Biaya (Rp)
1. Sewa Tempat/ Bulan 700.000
2. Buku Qoroati 500.000
3. Spidol 10.000
4. Bangku lipat 400.000
5. White board 100.000
6. Kipas angin 350.000
7. Meja pengajar 300.000
8. Penghapus white board 10.000
9. 5 Pengajar/ bulan 1.750.000
10. 3 Staf / bulan 600.000
11. Lainnya (administrasi dll) 300.000
Total 5.020.000

b. Penjualan
Harga Harga/
No Keterangan Bulanan
Pendaftaran pertemuan
1 Qiroati jilid 2 100.000 5000 60.000
2 Qiroati jilid 3 50.000 5000 60.000
3 Qiroati juz 27 50.000 7000 84.000
4 Qiroati Qorib 50.000 7000 84.000
5 Qiroati Pasca 50.000 5000 60.000

4 NGAJI
BERSAMA
Total 50.000 25.000 420.000
 Bulan Pertama :
 Target Awal Peserta :
Jilid 2 : 10 orang x (60.000) = 600.000
Jilid 3 : 10 orang x (60.000) = 600.000
Jus 27 : 7 orang x (84.000) = 558.000
Qorib : 5 orang x (84.000) = 420.000
Pasca : 5 orang x (60.000) = 300.000 +
2.478.000
 Target Pendaftaran :
37 orang x 50.000 = 1.850.000 +
790.000
 Bulan Selanjutnya :
 Biaya Peserta = 2.940.000
c. Pengeluaran
 Bulan Pertama
 Modal = 3.970.000
 Bulan Selanjutnya
 Pengajar = 1.750.000
 Staf = 600.000
d. Keuntungan
No. Penerimaan Dana (Rp)
1 Pendaftaran 2.940.000
2. Biaya bimbingan/tahun 29.736.000
Total 32.676.000
No. Pengeluaran (Rp)
1. Modal 5.020.000
2. Pengajar / tahun 19.250.000
3. Staf 6.600.000
Total 30.870.000
Laba 1.809.000

G. Pendanaan

5 NGAJI
BERSAMA
a. Jumlah dana yang diperlukan
No. Keterangan Debit Kredit Saldo
1 Modal Awal 5.020.000 5.020.00
2 Modal yang disetor 3.000.000 -2.020.00
Kekurangan -2.020.00
b. Pinjaman
Pinjam dari bank = 2.000.000
c. Uang tunai
No. Uiran (Rp)
1. Fitri 5.00.000
2. Dila 5.00.000
Total 1.000.000
d. Modal yang disetor
No. Modal (Rp)
1 Uiran 1.000.000
2 Pinjaman 2.000.000
Total 3.000.000

H. Mendirikan bisnis
1. Struktur Organisasi
Sebagai awal usaha, bisnis bimbingan belajar mengaji mula-mula
membutuhkan 5 orang pelaksana dinatarnya manager dan wakil manager
sebagai pemilik dibantu oleh 3 staf bagian oprasionalm pengendaliian SDM
dan keuangan, susunan sebagai berikut :

Manager

Wakil
Manager

Staf Staf SDM Staf


Oprasional Keuangan

a). Direktur:

6 NGAJI
BERSAMA
a. Memimpin perusahaan dengan membuat kebijakan-
kebijakan perusahaan.
b. Memilih, menentukan, mengawasi pekerjaan karyawan.
c. Direktur untuk memimpin usaha secara keseluruhan
(mengkoordinasi jalannya usaha)
b). Wakil Direktur
a. Bekerjasama dengan ketua untuk mengatur jalannya perusahaan
b. Menggantikan baik rapat atau hal yang bersifat
kememimpinan direktur saat direktur berhalangan hadir
c). Staf Oprasional
a. Mengelola dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
operasi perusahaan.
b. Memangkas habis biaya-biaya operasi yang tidak
menguntungkan perusahaan.
c. Meneliti teknologi baru dan metode alternatif efisiensi.
d. Mengawasi produksi barang atau penyediaan jasa.
e. Mengawasi tata letak operasional, persediaan dan distribusi
barang. d). Staf SDM
a. Mencari pengajar yang berpengalam dan ahli
b. Memberikan pelatihan kepada pengajar
c. Menjaga mutu
pengajar e). Staf Keuangan
a. Mengatur anggaran dan mengelola biaya.
2. Teknologi yang di perlukan
Perangkat keras yang akan digunakan dalam bimbingan belajar ini antara lain:
 Sewa Tempat
 Buku Qoroati
 Bangku lipat
 White board
 Kipas angin
 Meja pengajar
 Penghapus white board
 Spidol

7 NGAJI
BERSAMA
 Lain-lainya
3. Pemasok
Dalam awal pendirian bisnis pendidikan ini, modal awal dari iuran pemilik,
pinjaman dan dana pembantu.

1 NGAJI
BERSAMA

Anda mungkin juga menyukai