Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PEMBELAJARAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Kelompok 4 :
• Aprilia Melisa 20035114
• Najwa Fadhila 20035134
• Rani Damayanti 20035138
• Refni Juwita Amanda 20036140
• Tiara Ampiyanti 20035150

Dosen Pengampu :
Dr.Andromeda,M.Si
Effendi,S.Pd.,M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
LEMBAR DISKUSI MAHASISAWA
PENDEKATAN PEMBELAJARAN

N Jenis – jenis Pengertian Tujuan Prinsip – prinsip Langkah – langkah


o Pendekatan pendekatan pendekatan

1 Pendekatan suatu proses 1. Untuk 1. berpusat pada a) Mengamati


pembelajaran yang meningkatkan peserta didik,
Saintifik (Observing)
dirancang supaya kemampuan membentuk
peserta didik secara berpikir peserta students self Melihat,
aktif mengkonstruk didik, concept,
mengamati,
konsep, hukum, atau membentuk terhindar dari
prinsip melalui kemampuan verbalisme membaca,
kegiatan mengamati, dalam (mengurangi
mendengar,
merumuskan menyelesaikan banyaknya guru
masalah, masalah secara dalam menyimak (tanpa
mengajukan/merumu sistematik berbicara),
dan dengan alat)
skan hipotesis, 2. menciptakan 2. memberikan
mengumpulkan data kondisi kesempatan b. Menanya
dengan berbagai pembelajaran kepada peserta
(Questioning)
teknik, menganalisis supaya peserta didik untuk
data, menarik didik merasa mengasimilasi Mengajukan
kesimpulan, dan bahwa belajar dan
pertanyaan dari
mengkomunikasikan merupakan suatu mengakomodas
(M. Hosnan, 2014 kebutuhan i konsep; yang faktual
:34). 3. melatih peserta prinsip; atau
sampai yang
didik dalam hukum,
mengemukakan mendorong bersifat
ide-ide, peningkatan
hipotesis;
meningkatkan kemampuan
hasil belajar berpikir peserta diawali dengan
peserta didik didik,
bimbingan guru
4. Dan 3. meningkatkan
motivasi belajar sampai dengan
mengembangkan
peserta didik
mandiri
karakter peserta dan motivasi
guru untuk (menjadi suatu
didik.
mengajar,
kebiasaan)
memberi
kesempatan c. Mengumpulka
kepada peserta
n Informasi
didik untuk
berlatih Menentukan
kemampuan
data yang
berkomunikasi,
4. serta adanya diperlukan dari
proses validasi
pertanyaan yang
konsep; hukum;
dan prinsip diajukan,
yang telah
menentukan
dikonstruk oleh
peserta didik sumber data
dalam struktur
(benda,
kognitifnya (M.
Hosnan, 2014: dokumen, buku,
34-37)
eksperimen),
mengumpulkan
data
. d)
Mengasosiasi/Mengola
h
Menganalisis data
dalam bentuk membuat
kategori, menentukan
hubungan data/kategori,
menyimpulkan dari
hasil analisis data;
dimulai dari
unstructured-uni
structure-
multistructurecomplicat
ed structure
e) Mengomunikas
ikan
Menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam
bentuk lisan, tulisan,
diagram, bagan,
gambar, atau media
lainnya
2 Pendekatan Heryana (2015) Pendekatan proses
proses berpendapat bahwa merupakan alternatif
“pendekatan proses yang dapat
adalah pendekatan meningkatkan hasil
dalam proses belajar belajar menulis baik di
mengajar yang kelas rendah maupun di
menekankan kelas tinggi. Adapun
pembentukan untuk strategi pembelajaran
memperoleh menulis berdasarkan
pengetahuan dan pendekatan proses
mengomunikasikan menurut Blake dan
perolehannya “. Spenato (Khalik dan
Pendekatan proses Faisal, 2008)
adalah pendekatan
mempunyai tahapan:
belajar mengajar
yang mengarah
kepada 1. Strategi pra
pengembangan
menulis
kemampuan
mental,fisik, dan
sosial yang mendasar Strategi ini berfokus
untuk menggerakkan
pada pencurahan
kemampuan yang
lebih tinggi dalam sejumlah topik sesuai
diri pribadi murid .
tema pemilihan dan
conny (1992:62)
menjelaskan bahwa penentuan topik sesuai
keterampilan berarti
tema dan
kemampuan
menggunakan mengembangkan topik
pikiran atau nalar.
menjadi kerangka
Sedangkan perbuatan
yang efisien dan karangan, serta menulis
efektif dan mencapai
judul bila dianggap
untuk mencapai
suatu hasil tertentu perlu.
termasuk kreatifitas
2. Strategi
pengedrafan

Pada tahap ini, fokus


kegiatan pembelajaran
adalah siswa
menuangkan ide atau
gagasannya secara
tertulis berdasarkan
kerangka karangan
yang telah disusun
sebelumnya tanpa
memperhatikan
kesalahan. Hal ini, agar
perhatian siswa terfokus
pada aspek isi atau
gagasan yang akan
ditulis

sedang kesalahan itu


dapat diperbaiki secara
utuh pada tahapan
berikutnya.

3. Strategi
perbaikan isi

Strategi perbaikan isi


difokuskan pada
perbaikan isi/gagasan
karangan. Perbaikan isi
karangan dilakukan
dengan menambah,
membuang, menukar
gagasan yang dianggap
belum lengkap, yang
berlebihan/tumpang
tindih

dan tidak sistematis,


atau memperbaiki
gagasan yang kurang
logis.

4. Strategi
penyuntingan

Strategi penyuntingan
berfokus pada
peninjauan penggunaan
pilihan kata yang
kurang tepat dan
penerapan penggunaan
ejaan/penulisan
huruf/kata serta
penggunaan tanda baca
yang kurang tepat.

3 Pendekatan Pembelajaran dengan 1. Pengaktifan


pendekatan kontekstual
konseptual (Contextual Teaching pengetahuan yang
and Learning, CTL) sudah ada (activating
adalah suatu
pendekatan knowledge).
pembelajaran yang
dimulai dengan 2. Pemerolehan
mengambil,
mensimulasikan, pengetahuan baru
menceritakan, (acquiring knowledge)
berdialog, bertanya
jawab atau berdiskusi dengan cara
pada kejadian dunia
nyata kehidupan mempelajari secara
sehari-hari yang keseluruhan dulu,
dialami siswa,
kemudian diangkat kemudian
kedalam konsep yang
memperhatikan
akan dipelajari dan
dibahas. detailnya.
Berns dan Ericson
(2001), yang 3. Pemahaman
menyatakan bahwa
pembelajaran dengan pengetahuan
pendekatan kontekstual (understanding
adalah suatu konsep
pembelajaran yang
dapat membantu guru knowledge), yaitu
menghubungkan
materi pelajaran dengan cara
dengan situasi nyata, menyusun:
dan memotivasi siswa
untuk membuat (a) Konsep
koneksi antara
pengetahuan dan sementara
penerapannya di
kehidupan sehari-hari (hipotesis),
dalam peran mereka
sebagai anggota (b) melakukan
keluarga, warga negara sharing kepada
dan pekerja, sehingga
mendorong motivasi orang lain agar
mereka untuk bekerja
keras dalam mendapat
menerapkan hasil tanggapan
belajarnya.
(validisasi) dan
atas dasar
tanggapan itu

(c) konsep
tersebut direvisi
dan
dikembangkan.

4. Mempraktekan
pengetahuan dan
pengalaman tersebut
(applying knowledge).

Melakukan refleksi
(reflecting knowledge)
terhadap strategi
pengembangan
pengetahuan tersebut
4 Pendekatan STEM merupakan
akronim dari
STEM Science,Technology,
Engineering, and
Mathematics. Istilah
ini pertama kali
diluncurkan oleh
National Science
Foundation (NSF)
Amerika Serikat (AS)
pada tahun 1990-an
sebagai tema gerakan
reformasi pendidikan
untuk menumbuhkan
angkatan kerja bidang-
bidang STEM, serta
mengembangkan
warga negara yang
melek STEM (STEM
literate), serta
meningkatkan daya
saing global Amerika
Serikat dalam inovasi
iptek (Hanover
Research, 2011).
Awalnya istilah yang
digunakan adalah
SMET namun diubah
menjadi STEM untuk
membantu
mempromosikannya
(Sanders, dalam
Chesky dan
Wolfmeyer, 2015: 26).

Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Pengertian Tahapan Prosedur


No
1 Pembelajaran Inquiry Priansa & Donni Clevery 2003 (dalam Wardoyo 2015,
hlm. 67) mengatakan terdapat
(2017, hlm. 258) yang
beberapa langkah dalam proses
mengungkapkan pembelajaran menggunakan
metode inquiry learning, yaitu
bahwa Inquiry
sebagai berikut.
learning adalah model a) Exploration tutorial; Dalam
tahap ini, siswa akan
pembelajaran yang
melakukan kegiatan
mendorong peserta didik eksplorasi untuk menemukan
sesuatu yang baru
untuk mengajukan
berdasarkan pemahaman awal
pertanyaan dan menarik yang dimiliki mereka.
b) Self directed learning;
simpulan dari prinsip-
Selanjutnya, siswa belajar
prinsip umum berdasarkan secara mandiri berdasarkan
dari perkembangan
pengalaman dan kegiatan
pemahaman setelah tahapan
praktis. Artinya, eksplorasi didapatkannya.
Artinya bahwa setelah
pembelajaran ini menuntut
melakukan tahapan eksplorasi
siswa untuk mencari dan maka siswa akan menemukan
konsep baru yang harus
menemukan sendiri
dipelajari, dan dipahami
pengetahuan yang mereka secara mandiri.
c) Review tutorial; Merupakan
butuhkan, lewat
tahapan ketiga dimana pada
pertanyaan atau tahapan ini siswa
mempresentasikan hasil
penyelidikan.
temuan yang didapatkannya
dari proses self directed
Sementara menurut W.Gulo learning.
Pembelajaran inquiry berarti d) Consolidation tutorial
suatu rangkaian kegiatan siswa bersama-sama dengan
belajar yang melibatkan anggota kelompoknya
secara maksimal seluruh melakukan konsolidasi
kemampuan siswa untuk
terhadap hal-hal yang mereka
mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, temukan. Konsolidasi
analitis, sehingga dilakukan dengan diskusi
mereka dapat merumuskan kelompok maupun presentasi.
sendiri penemuannya e) Plenary tutorial
dengan penuh percaya diri yaitu siswa merefleksikan
(Gulo dalam Anam, pembelajaran individu dan
Khoirul, 2017, hlm. 11). kelompok dengan fasilitator.
Dalam tahapan ini penguatan
diberikan oleh fasilitator
pendamping yang
memberikan pembimbingan
pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
2 Pembelajaran Discovery Discovery Menurut Syah (2017, hlm. 243)
learning adalah model langkah atau tahapan dan prosedur
mengajar yang pelaksanaan Discovery learning
dilaksanakan oleh guru adalah sebagai berikut:
dengan cara mengatur
a) Stimulation (stimulus), memulai
proses belajar dengan
kegiatan proses mengajar belajar
sedemikian rupa sehingga
dengan mengajukan pertanyaan,
siswa mendapatkan
anjuran membaca buku, dan
pengetahuan yang
aktivitas belajar lainnya yang
sebelumnya belum
mengarah pada persiapan
diketahui dan sebelumnya
peecahan masalah;
dengan cara tidak
b) Problem
disampaikan terlebih
statement (pernyataan/identifikasi
dahulu akan tetapi siswa
menemukannya secara masalah), yakni memberi
mandiri (Daryanto dan kesempatan kepada siswa untuk
Karim, 2017). mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah
Model
yang relevan dengan bahan
pembelajaran discovery
pelajaran, kemudian salah
learning didefinisikan oleh
satunya dipilih dan dirumuskan
Rusman (dalam Ertikanto,
dalam bentuk hipotesis (jawaban
2016) sebagai sebuah
sementara atas pertanyaan
model pembelajaran yang
masalah);
mendukung seorang
c) Data
individu atau kelompok
collection (pengumpulan
untuk menemukan
data), memberi kesempatan
pengetahuannya sendiri
kepada para siswa untuk
berdasarkan dengan
mengumpulkan informasi
pengalaman yang
sebanyak-banyaknya yang
didapatkannya oleh setiap
relevan untuk membuktikan
individu.
benar atau tidaaknya
hipotesis;
d) Data processing (pengolahan
data), mengolah data dan
informasi yang telah
diperoleh para siswa melalui
wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan;
e) Verification (pembuktian),
yakni melakukan
pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi, dihubungkan
dengan hasil data processing;
f) Generalization (generalisasi),
menarik sebuah simpulan
yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan
memperhatikan hasil
verifikasi.

3. Problem Besed Learning (PBL) Menurut Duch (1995,h. Langkah-langkah operasional dalam
201), Problem Based proses pembelajaran yang
Learning (PBL) dikonsepkan oleh Kementrian
merupakan model Pendidikan dan Kebudayaan adalah
pembelajaran yang sebagai berikut:
menantang siswa untuk a) Konsep Dasar (Basic Concept);
“belajar bagaimana Fasilitator memberikan konsep
belajar”, bekerja secara dasar, petunjuk, referensi, atau
berkelompok untuk link dan skill yang diperlukan
mencari solusi dari dalam pembelajaran tersebut.
permasalahan dunia nyata. Hal ini dimaksudkan agar
Masalah ini digunakan peserta didik lebih cepat masuk
untuk mengikat siswa pada dalam atmosfer pembelajaran
rasa ingin tahu pada dan mendapatkan peta yang
pembelajaran yang akurat tentang arah dan tujuan
dimaksud pembelajaran.
Menurut Arends (Trianto, b) Pendefinisian Masalah
2007,h. 68), Problem (Defining The Problem); Dalam
Based Learning (PBL) langkah ini fasilitator
merupakan suatu menyampaikan scenario atau
pendekatan pembelajaran permasalahan dan peserta didik
di mana siswa dihadapkan melakukan berbagai kegiatan
pada masalah autentik brainstorming dan semua
(nyata) sehingga anggota kelompok
diharapkan mereka dapat mengungkapkan pendapat, ide,
menyusun pengetahuannya dan tanggapan terhadap scenario
sendiri, menumbuh secara bebas, sehingga
kembangkan keterampilan dimungkinkan muncul berbagai
tingkat tinggi dan inkuiri, macam alternative pendapat.
memandirikan siswa, dan c) Pembelajaran Mandiri (Self
meningkatkan kepercayaan Learning); Peserta didik
dirinya. mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang
sedang dinvestigasi. Sumber
yang dimaksud dapat dalam
bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar
dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua
tujuan utama,yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi
dan mengembangkan
pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah
didiskusikan dikelas, dan (2)
informasi dikumpulkan dengan
satu tujuan yaitu dipresentasikan
di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat
dipahami.
d) Pertukaran Pengetahuan
(Exchange Knowledge);
Setelah mendapatkan sumber
untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah
pembelajaran mandiri,
selanjutnya pada pertemuan
berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan
kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan cara peserta
didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya
e) Penilaian (Assessment);
Penilaian dilakukan dengan
memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester
(UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen,
dan laporan

4 Project Besed Learning (PjBL) Menurut Afriana (2015), Langkah-langkah pembelajaran


pembelajaran berbasis
PjBL adalah sebagai berikut :
proyek merupakan model
pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik 1. Penentuan pertanyaan
dan memberikan
mendasar (start with essential
pengalaman belajar yang
bermakna bagi peserta question)
didik.
2. Menyusun perencanaan proyek
Pengalaman belajar peserta
didik maupun konsep (design project)
dibangun berdasarkan
3. Menyusun jadwal (create
produk yang dihasilkan
dalam proses pembelajaran schedule)
berbasis proyek.
4. Memantau siswa dan kemajuan
Grant (2002)
mendefinisikan project proyek (monitoring the students
based learning atau
and progress of project)
pembelajaran berbasis
proyek merupakan model 5. Penilaian hasil (assess the
pembelajaran yang
outcome)
berpusat pada peserta didik
untuk melakukan suatu 6. Evaluasi Pengalaman
investigasi yang mendalam
(evaluation the experience)
terhadap suatu topik.
Peserta didik secara
konstruktif melakukan
pendalaman pembelajaran
dengan pendekatan
berbasis riset terhadap
permasalahan dan
pertanyaan yang berbobot,
nyata, dan relevan.
Sedangkan Made Wena
(dalam Lestari, 2015: 14)
menyatakan bahwa model
Project Based Learning
adalah model
pembelajaran yang
memberikan kesempatan
kepada pendidik untuk
mengelola pembelajaran
dikelas dengan melibatkan
kerja proyek. Kerja proyek
merupakan suatu bentuk
kerja yang memuat tugas-
tugas kompleks
berdasarkan kepada
pertanyaan dan
permasalahan yang sangat
menantang dan menuntun
peserta didik untuk
merancang, memecahkan
masalah, membuat
keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta
memberikan kesempatan
peserta didik untuk bekerja
secara mandiri.

PERBEDAAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN DISCOVERY

Kesamaan antara model pembelajaran discovery learning dan inquiry-based


learning terletak terutama pada kebutuhan berpikir kritis, yang nantinya akan memicu peserta
didik untuk menghasilkan segudang pertanyaan atau inkuiri. Selain itu, kedua model
pembelajaran ini juga menekankan keaktifan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan
baru.

Perbedaan kedua model pembelajaran tersebut terletak pada urutan kronologis proses
pembelajaran dan bagaimana peserta didik dirancang untuk terlibat dengan variabel
pembelajaran di sekitarnya.

Dalam discovery learning, peserta didik dianggap sudah memiliki pengetahuan dan
pengalaman sebagai dasar pengembangan pengetahuan baru yang akan diperoleh. Peserta didik
kemudian membuat hipotesis dan melakukan pengumpulan data serta pembuktian melalui
kegiatan pengamatan, percobaan, atau manipulasi objek, sebelum mengambil keputusan
sebelum akhirnya menemukan kebenaran teori.

Sebaliknya, inquiry-based learning menuntut peserta didik untuk terlibat langsung dengan
fenomena dan kasus kehidupan nyata tanpa membekali mereka dengan teori tetap. Peserta didik
dituntut untuk menghasilkan aturan dan teori pemandu berdasarkan pengamatan mereka
terhadap kasus dan fenomena nyata tersebut.

Inquiry menekankan pada proses mencari atau penelitiannya,


sedangkan discovery menekankan pada penemuannya. Jika seseorang menggunakan metode
pencarian (berinkuiri), kemungkinan besar akan menemukan, dan suatu penemuan (discovery)
adalah hasil dari suatu pencarian.
PERBEDAAN PBL DAN PjBL

PBL merupakan pembelajaran yang diawali dengan adanya permasalahan, peserta didik
ditantang untuk dapat memecahkan masalah yang ada. Masalah tersebut dapat berasal dari
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari atau permasalahan yang "sengaja"
diciptakan guru untuk membuat peserta didik tertantang mencari solusi dari permasalahan
tersebut, dan tentu saja membuat peserta didik menguasai materi pelajaran yang sedang
diajarkan.

Dalam pemecahan masalah, peserta didik akan menggunakan segala upaya untuk mencari
referensi dan sumber data yang mendukung pemecahan masalah. Kegiatan mencari informasi
dan data, serta berdiskusi dan membuat inferensi merupakan bagian dari pendekatan saintifik.
Hasil akhir dari PBL adalah solusi atau jalan keluar yang didapatkan peserta didik untuk
mengatasi masalah yang ada. Hasil akhir dapat berupa sebuah ide atau gagasan atau kesimpulan
yang relevan untuk pemecahan masalah.

Secara tidak langsung dalam proses pemecahan masalah, peserta didik akan secara aktif
untuk belajar dan pada akhirnya menguasai materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dalam
PBL guru harus dapat mengontrol kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat terfokus
memecahkan permasalahan yang ada, bukan melebar ke topik yang lain.

Sedangkan PjBL merupakan model pembelajaran yang diawali dengan adanya proyek
yang harus dibuat atau dikerjakan siswa. Sekilas PBL dan PjBL memang hampir mirip, namun
dalam sintaks dan hasil akhir pembelajaran memiliki perbedaan. Pada PjBL hasil akhir
pembelajaran adalah produk yang dibuat peserta didik. Produk tersebut dapat berupa rancang
bangun suatu produk, atau bahkan produk itu sendiri.

Dalam PjBL hasil akhir yang dibuat peserta didik merupakan salah satu komponen
penilaian. Produk peserta didik harus memenuhi kriteria dari proyek yang dilaksanakan.
Sehingga produk dan presentasi peserta didik atas produk yang dibuat merupakan hal yang
penting dalam model pembelajaran ini.
Referensi :

Heryana, D. (2015). Lensa Pends. Pengaruh Pendekatan Proses Terhadap Kemampuan


Membaca Pemahaman Isi Dongeng di Kelas V Sekolah Dasar, 1(1) hlm. 5.

Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan proses. Jakarta: Gramedia

Khalik, Faisal. 2008. Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia. FIP UNM.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Gonzalez, H. B. dan Kuenzi, J. J. (2012). Science, Technology, Engineering, and


Mathematics (STEM) Education: A Primer. Congressional Research Service,
1-27 hlm. [Online], (https://fas.org/sgp/crs/misc/R42642.pdf), diakses
Oktober 2018.

Hannover Research. (2011). K-12 STEM education overview.

Blanchard, M. R., & Sampson, V. (2012). Assessment of the Ways Students Generate
Arguments in Science Scientific Argumentation: Trends in Views and
Practice. Journal of Research in Science Teaching, 1122–1148.

Dawson, V. M., & Venville, G. (2010). Teaching strategies for developing students’
argumentation skills about socioscientific issues in high school genetics.
Research in Science Education, 133– 148

Rosnawati, R. (2012). Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika


untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Revitalisasi MIPA dan Pendidikan MIPA dalam
rangka Penguasaan Kapasitas Kelembagaan dan Profesionalisme Menuju
WCU, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. (Online),
(http://staff.uny.ac.id), diakses 12 September 2018.

Sanders, M. (2009). STEM, STEM education, STEMmania. The Technology Teacher,


68(4), 20- 26.

Stohlmann, M., Moore, T., & Roehrig, G. (2012). Considerations for Teaching
Integrated STEMEducation. Journal of Pre-College Engineering Education
Research, 28-34.
Priansa, Donni. J. (2017). Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran (Inovatif, Kreatif,
dan Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia.

Anam, Khoirul. (2017). Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Metode dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Syah, M. (2017). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai