PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Kelompok 4 :
• Aprilia Melisa 20035114
• Najwa Fadhila 20035134
• Rani Damayanti 20035138
• Refni Juwita Amanda 20036140
• Tiara Ampiyanti 20035150
Dosen Pengampu :
Dr.Andromeda,M.Si
Effendi,S.Pd.,M.Sc
3. Strategi
perbaikan isi
4. Strategi
penyuntingan
Strategi penyuntingan
berfokus pada
peninjauan penggunaan
pilihan kata yang
kurang tepat dan
penerapan penggunaan
ejaan/penulisan
huruf/kata serta
penggunaan tanda baca
yang kurang tepat.
(c) konsep
tersebut direvisi
dan
dikembangkan.
4. Mempraktekan
pengetahuan dan
pengalaman tersebut
(applying knowledge).
Melakukan refleksi
(reflecting knowledge)
terhadap strategi
pengembangan
pengetahuan tersebut
4 Pendekatan STEM merupakan
akronim dari
STEM Science,Technology,
Engineering, and
Mathematics. Istilah
ini pertama kali
diluncurkan oleh
National Science
Foundation (NSF)
Amerika Serikat (AS)
pada tahun 1990-an
sebagai tema gerakan
reformasi pendidikan
untuk menumbuhkan
angkatan kerja bidang-
bidang STEM, serta
mengembangkan
warga negara yang
melek STEM (STEM
literate), serta
meningkatkan daya
saing global Amerika
Serikat dalam inovasi
iptek (Hanover
Research, 2011).
Awalnya istilah yang
digunakan adalah
SMET namun diubah
menjadi STEM untuk
membantu
mempromosikannya
(Sanders, dalam
Chesky dan
Wolfmeyer, 2015: 26).
Model Pembelajaran
3. Problem Besed Learning (PBL) Menurut Duch (1995,h. Langkah-langkah operasional dalam
201), Problem Based proses pembelajaran yang
Learning (PBL) dikonsepkan oleh Kementrian
merupakan model Pendidikan dan Kebudayaan adalah
pembelajaran yang sebagai berikut:
menantang siswa untuk a) Konsep Dasar (Basic Concept);
“belajar bagaimana Fasilitator memberikan konsep
belajar”, bekerja secara dasar, petunjuk, referensi, atau
berkelompok untuk link dan skill yang diperlukan
mencari solusi dari dalam pembelajaran tersebut.
permasalahan dunia nyata. Hal ini dimaksudkan agar
Masalah ini digunakan peserta didik lebih cepat masuk
untuk mengikat siswa pada dalam atmosfer pembelajaran
rasa ingin tahu pada dan mendapatkan peta yang
pembelajaran yang akurat tentang arah dan tujuan
dimaksud pembelajaran.
Menurut Arends (Trianto, b) Pendefinisian Masalah
2007,h. 68), Problem (Defining The Problem); Dalam
Based Learning (PBL) langkah ini fasilitator
merupakan suatu menyampaikan scenario atau
pendekatan pembelajaran permasalahan dan peserta didik
di mana siswa dihadapkan melakukan berbagai kegiatan
pada masalah autentik brainstorming dan semua
(nyata) sehingga anggota kelompok
diharapkan mereka dapat mengungkapkan pendapat, ide,
menyusun pengetahuannya dan tanggapan terhadap scenario
sendiri, menumbuh secara bebas, sehingga
kembangkan keterampilan dimungkinkan muncul berbagai
tingkat tinggi dan inkuiri, macam alternative pendapat.
memandirikan siswa, dan c) Pembelajaran Mandiri (Self
meningkatkan kepercayaan Learning); Peserta didik
dirinya. mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang
sedang dinvestigasi. Sumber
yang dimaksud dapat dalam
bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar
dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua
tujuan utama,yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi
dan mengembangkan
pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah
didiskusikan dikelas, dan (2)
informasi dikumpulkan dengan
satu tujuan yaitu dipresentasikan
di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat
dipahami.
d) Pertukaran Pengetahuan
(Exchange Knowledge);
Setelah mendapatkan sumber
untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah
pembelajaran mandiri,
selanjutnya pada pertemuan
berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan
kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan cara peserta
didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya
e) Penilaian (Assessment);
Penilaian dilakukan dengan
memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester
(UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen,
dan laporan
Perbedaan kedua model pembelajaran tersebut terletak pada urutan kronologis proses
pembelajaran dan bagaimana peserta didik dirancang untuk terlibat dengan variabel
pembelajaran di sekitarnya.
Dalam discovery learning, peserta didik dianggap sudah memiliki pengetahuan dan
pengalaman sebagai dasar pengembangan pengetahuan baru yang akan diperoleh. Peserta didik
kemudian membuat hipotesis dan melakukan pengumpulan data serta pembuktian melalui
kegiatan pengamatan, percobaan, atau manipulasi objek, sebelum mengambil keputusan
sebelum akhirnya menemukan kebenaran teori.
Sebaliknya, inquiry-based learning menuntut peserta didik untuk terlibat langsung dengan
fenomena dan kasus kehidupan nyata tanpa membekali mereka dengan teori tetap. Peserta didik
dituntut untuk menghasilkan aturan dan teori pemandu berdasarkan pengamatan mereka
terhadap kasus dan fenomena nyata tersebut.
PBL merupakan pembelajaran yang diawali dengan adanya permasalahan, peserta didik
ditantang untuk dapat memecahkan masalah yang ada. Masalah tersebut dapat berasal dari
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari atau permasalahan yang "sengaja"
diciptakan guru untuk membuat peserta didik tertantang mencari solusi dari permasalahan
tersebut, dan tentu saja membuat peserta didik menguasai materi pelajaran yang sedang
diajarkan.
Dalam pemecahan masalah, peserta didik akan menggunakan segala upaya untuk mencari
referensi dan sumber data yang mendukung pemecahan masalah. Kegiatan mencari informasi
dan data, serta berdiskusi dan membuat inferensi merupakan bagian dari pendekatan saintifik.
Hasil akhir dari PBL adalah solusi atau jalan keluar yang didapatkan peserta didik untuk
mengatasi masalah yang ada. Hasil akhir dapat berupa sebuah ide atau gagasan atau kesimpulan
yang relevan untuk pemecahan masalah.
Secara tidak langsung dalam proses pemecahan masalah, peserta didik akan secara aktif
untuk belajar dan pada akhirnya menguasai materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dalam
PBL guru harus dapat mengontrol kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat terfokus
memecahkan permasalahan yang ada, bukan melebar ke topik yang lain.
Sedangkan PjBL merupakan model pembelajaran yang diawali dengan adanya proyek
yang harus dibuat atau dikerjakan siswa. Sekilas PBL dan PjBL memang hampir mirip, namun
dalam sintaks dan hasil akhir pembelajaran memiliki perbedaan. Pada PjBL hasil akhir
pembelajaran adalah produk yang dibuat peserta didik. Produk tersebut dapat berupa rancang
bangun suatu produk, atau bahkan produk itu sendiri.
Dalam PjBL hasil akhir yang dibuat peserta didik merupakan salah satu komponen
penilaian. Produk peserta didik harus memenuhi kriteria dari proyek yang dilaksanakan.
Sehingga produk dan presentasi peserta didik atas produk yang dibuat merupakan hal yang
penting dalam model pembelajaran ini.
Referensi :
Blanchard, M. R., & Sampson, V. (2012). Assessment of the Ways Students Generate
Arguments in Science Scientific Argumentation: Trends in Views and
Practice. Journal of Research in Science Teaching, 1122–1148.
Dawson, V. M., & Venville, G. (2010). Teaching strategies for developing students’
argumentation skills about socioscientific issues in high school genetics.
Research in Science Education, 133– 148
Stohlmann, M., Moore, T., & Roehrig, G. (2012). Considerations for Teaching
Integrated STEMEducation. Journal of Pre-College Engineering Education
Research, 28-34.
Priansa, Donni. J. (2017). Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran (Inovatif, Kreatif,
dan Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
Anam, Khoirul. (2017). Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Metode dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.