Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan perusahaan Walk
Through Survey sebagaimana mestinya. Laporan Walk Through Survey disusun
untuk melengkapi rangkaian kegiatan Pelatihan Hiperkes dan Kesehatan Kerja
yang dilaksanakan pada 24 Februari – 2 Maret 2020. Laporan ini memaparkan
mengenai Kesehatan Kerja dan Ergonomi pada perusahaan PT. Agri Wangi
Indonesia.
Dalam usaha penyelesaian laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna perbaikan kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................2
1.3 Ruang Lingkup....................................................................................2
1.4 Dasar Hukum......................................................................................3
1.5 Gambaran Umum Perusahaan.............................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8
2.1 Kesehatan Kerja.................................................................................8
2.2 Ergonomi...........................................................................................16
2.3 Antopometri......................................................................................19
2.4 Aplikasi Prinsip Ergonomi di Tempat Kerja....................................21
2.5 Pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba.............................................22
BABA III HASIL PENGAMATAN...................................................................25
3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan...........................................................25
3.2 Program Pelayanan Kesehatan..........................................................25
3.3 Training and Development Program.................................................26
3.4 Pemeriksaan Kesehatan....................................................................27
3.5 Kesesuaian Pekerja dengan Alat.......................................................27
3.6 Program Pemenuhan Gizi Pekerja, Kantin atau Ruang Makan........28
3.7 Penyakit Akibat Kerja.......................................................................28
3.8 Sarana P3K dan Tim.........................................................................29
3.9. Personil Kesehatan............................................................................29
BAB IV RUMUSAN MASALAH...................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................34
5.1 Kesimpulan.......................................................................................34
5.2 Saran.................................................................................................35
ii
BAB VI PENUTUP..............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
perhatiaan perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi pekerja dengan
peraturan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 1/1970 tentang keselamatan kerja.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat
K3 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan
ke perusahaan PT. Agri Wangi Indonesia pada tanggal 28 Februari 2020, yang
berlokasi di Kawasan Sentul, Bogor dimana perusahan ini bergerak dibidang
packing teh kemasan. Melalui laporan ini kami, dokter muda Universitas Trisakti
menyampaikan hasil inspeksi secara objektif dan subjektif pada PT. Agri Wangi
Indonesia , beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan
terkait penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.
6
- Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
- Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan
tingkat resiko yang diterima).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
- Kantin / ruang makan
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
Prinsip Ergonomi:
- Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
- Efisiensi Kerja.
- Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
- Faktor Manusia dalam Ergonomi.
Beban Kerja :
- Berdiri terlalu lama.
- Kelelahan.
- Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)
7
Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat
kerja
Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan
Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedik perusahaan
Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan
SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja
Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan di tempat kerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 609 tahun 2012
tentang pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
PP No. 44 tahun 2005 tentang penyelenggaraan program jaminan
kecelakaan kerja dan jaminan kecelakaan.
1.5 Gambaran Umum Perusahaan
Alamat Perusahaan :
Jalan Elang No. 88 RT. 05 RW. 04, Desa Sanja, Kawasan Industri Branta
Mulya Citeureup, Sanja, Kec. Citeureup, Bogor, Jawa Barat 16810
Jumlah Pegawai Perusahaan :
Jumlah total pegawai perusahaan adalah 750 orang pekerja.
Asuransi Pegawai :
8
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Kelembagaan P2K3 :
Perusahaan ini memiliki kelembagaan P2K3. Dengan jumlah P2K3 yaitu
12 orang
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Kesehatan Kerja
2.1.1 Definisi
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,
mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan
kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan
mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekadar mengobati,
merawat, atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh
karenanya, perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan
kesehatan seoptimal mungkin. 1
Status kesehatan seseorang menurut Blum ditentukan oleh empat faktor
sebagai berikut.
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia
(organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan
kecacatan, rehabilitasi.
d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.1
Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum. Konsep kesehatan bukan sekadar “kesehatan pada
sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk
semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).1
10
Keselamatan kerja sama dengan hygiene perusahaan. Kesehatan kerja
memiliki sifat sebagai berikut:
a. Sasarannya adalah manusia.
b. Bersifat medis.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau
material - material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing terhadap
kesehatan pekerja. Ridley (2008) menyatakan bahwa kita harus memahami
karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh terhadap
material tersebut untuk meminimasi risiko material terhadap kesehatan.
Pengetahuan tentang substansi yang digunakan dalam pekerjaan serta cara
substansi tersebut masuk ke dalam tubuh merupakan pengetahuan penting bagi
pekerja. Dengan pengetahuan tersebut, pekerja dapat mengetahui reaksi tubuh
terhadap substansi kimia tersebut sehingga dapat meminimasi timbulnya
penyakit.1
11
diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang
kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan
perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan
pemberian gizi makanan bagi pekerja.
c. Pelayanan kesehatan Kuratif
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Upaya penatalaksanaan
penyakit yang timbul pada saat bekerja merupakan langkah untuk
meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus memberi
motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur
dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
d. Pelayanan kesehatan Rehabilitatif
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya
12
Dalam pelaksanaan program kesehatan kerja, di dalamnya terkandung
kewajiban pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja. Pemeriksaan
kesehatan dilakukan oleh dokter perusahaan yang ditunjuk oleh pengusaha dan
telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 01/MEN/1976. Tujuan dari dilakukan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum adalah memperoleh dan
mempertahankan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya selama bekerja
maupun setelah bekerja.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja terbagi atas tiga ,antara lain:
a. Pemeriksaan kesehatan awal
Ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi
kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular
yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang
akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang
bersangkutan dan tenaga kerja lainnya terjamin. Pemeriksaan yang
dilakukan antara lain, pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru, laboratorium rutin dan pemeriksaan lain yang berkaitan
dengan pekerjaan tertentu.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter perusahaan.
Pemeriksaan dimaksudkan untuk menilai kemungkinan adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin (deteksi dini) yang kemudian
perlu dikendalikan dengan usaha pencegahan. Semua perusahaan harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-
kurangnya 1 tahun sekali.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter perusahan
secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan bertujuan untuk
menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau
kelompok tenaga kerja tertentu.
13
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat dilakukan terhadap:
1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu.
2. Tenaga kerja usia lebih dari 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan kesehatannya. Perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
kebutuhan.
2.1.4 Sarana P3K
Sarana P3K di tempat kerja diatur dalam Permenakertrans RI No.
15/MEN/VIII/2008. Dalam Permenakertrans tersebut, dijabarkan bahwa
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja (P3K) adalah upaya
memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami
sakit atau cidera di tempat kerja.4
Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang
P3K, kotak P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi,
fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. Pengusaha wajib
menyediakan ruang P3K dalam hal proses produksi mempekerjakan pekerja/buruh
100 orang atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang
harus dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat
dengan tempat parkir kendaraan. Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut, yaitu terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna
dasar putih dengan lambang P3K berwarna putih dengan lambang P3K berwarna
hijau dengan isi kotak sesuai dengan Permenakertrans yang mengatur.
Penempatan kotak P3K juga harus pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau
dengan diberi tanda arah yang jelas dan cukup cahaya serta mudah diangkat
14
apabila digunakan dan disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada, dan
dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
15
Seorang pegawai tak mungkin bekerja jika baginya tidak tersedia
cukup tempat untuk bergerak tanpa mendapat gangguan dari teman
sekerjanya, gangguan dari mesin ataupun dari tumpukan bahan. Dalam
keadaan tertentu kepadatan temapt kerja dapat berakibat buruk bagi
kesehatan pegawai, tetapi pada umumnya kepadatan termaksud
menyangkut masalah efisiensi kerja.
6. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus diusahakan dengan meniadakan
penyebabnya, apakah sebab itu merupakan sebab teknis atau sebab yang
datang dari manusia.
7. Pencegahan Kebakaran
Kebakaran yang tidak terduga, kemungkinan terjadi di daerah
beriklim panas dan kering serta lingkungan industri tertentu. Pencegahan
senantiasa lebih baik daripada memadamkan kebakaran, tetapi harus
ditekankan pentingnya peralatan dan perlengkapan lainnya untuk
pemadaman kebakaran, yang harus dipelihara dalam keadaan baik.
8. Gizi
Pembahasan lingkungan kerja tidak dapat lepas tanpa
menyinggung tentang masalah jumlah dan nilai gizi makanan para
pegawai. Di beberapa negara jumlah makanan pegawai tiap hari hanya
sedikit melebihi yang diperlukan badannya, jadi hanya cukup untuk hidup
dan sama sekali kurang untuk dapat mengimbangi pengeluaran tenaga
selama menjalankan pekerjaan yang berat. Dalam keadaan yang demikian
tidak dapat diharapkan bahwa pegawai akan sanggup menghasilkan
keluaran yang memerlukan energi berat, yang biasanya dapat dihasilkan
oleh pegawai yang sehat, cukup makan, lepas dari kesulitan akibat iklim
yang harus dihadapi.
16
dan Kesehatan Kerja (K3). Kebisingan di tempat kerja merupakan faktor
yang perlu dicegah dan dihilangkan karena akan dapat mengakibatkan
kerusakan.
2. Faktor kimia
- Debu dapat menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya: silikosis,
asbestosis dan lainnya.
- Uap dapat menyebabkan demam uap logam (metal fume fever),
dermatosis.
- Gas dapat menyebabkan keracunan, misalkan CO, H2S, Pb dan
lainnya.
- Larutan zat kimia dapat menyebabkan iritasi pada kulit
- Awan atau kabut
17
3. Faktor biologi
- Misalkan bibit penyakit antraks atau brusella yang menyebabkan
penyakit akibat kerja pada tenaga kerja penyamak kulit
4. Faktor fisiologi/ergonomi
- Kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang tidak benar dalam
melakukan pekerjaan dan lain-lain yang dapat menimbulkan
kelelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat
menyebakan terjadi perubahan fisik.
5. Faktor mental-psikologis
- Hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik dapat
menyebabkan depresi atau penyakit psikosomatis.
2.2 Ergonomi
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan
erat dengan produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi
adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal, maupun tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan lingkungan
yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien,
selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan proses kerja.
Prinsip ergonomi adalah mencocokkan pekerjaan untuk pekerja. Ini berarti
mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja,
bukan mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang
efektif menyediakan workstation, peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan
efisien bagi pekerja untuk digunakan. Hal ini juga menciptakan lingkungan kerja
yang sehat, karena mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau
menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur
18
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban
kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja;
(2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja;
(3) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi, dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka
kesakitan akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan
kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur
kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cidera, kepuasan
kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:(1)
tekhnik; (2) fisik; (3) pengalaman psikis; (4) anatomi, utamanya yang
berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian; (5)
anthropometri; (6) sosiologi; (7) fisiologi, terutama berhubungan dengan
temperatur tubuh, oxygen up take dan aktivitas otot; (8) disain; dan sebagainya.
Ditinjau dari asal katanya, ergonomi berarti bidang studi yang mempelajari
tentang hukum-hukum pekerjaan (dalam bahasa Yunani, ergos = pekerjaan,
nomos = hukum). Namun, bila didefinisikan secara bebas, ergonomi adalah
bidang studi multidisplin yang mempelajari prinsip-prinsip dalam mendesain
peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia yang menggunakannya.
Ergonomi dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi
kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, akan
19
menambah nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan
keselamatan kerja, mengurangi kelelahan/stres akibat pekerjaan, mengurangi
cuti sakit akibat penyakit muskuloskeletal akibat kerja, meningkatkan kepuasan
kerja, dan memperbaiki kualitas hidup.
Sebagai bidang studi multidisiplin, ergonomi mencakup berbagai aspek
ilmu yang sangat luas. Pada dasarnya, ergonomi dapat dibagi menjadi 3
kelompok spesialisasi ilmu, yaitu :
1. Ergonomi fisik, yang meliputi sikap kerja, aktivitas mengangkat
beban, gerakan repetitif, penyakit muskuloskeletal akibat kerja, tata
letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Ergonomi kognitif, yang meliputi beban mental akibat kerja,
pengambilan keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi
manusia-mesin, pelatihan yang berhubungan dengan sistem
perencanaan pekerja.
3. Ergonomi organisasi, meliputi komunikasi, manajemen sumber daya
pekerja, perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja, kerja sama tim
kerja, perencanaan partisipasi kerja, ergonomi komunitas, paradigma
kerja yang baru, pola kerja jarak jauh dan manajemen kualitas kerja.
20
kondisi lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di
sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran
mekanis, warna, baubauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja
yang bising, panas, bergetar atau atmosfer yang tercemar akan
memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja operator.
3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan yaitu mengurangi gerakan kerja yang secara berlebih.
Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat
memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan kerja.
2.3 Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi
dan karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat gravitasi, dan
massa segmen tubuh manusia. Ukuran-ukuran bagian tubuh manusia sangat
bervariasi, tergantung pada:
1. Umur. Dimensi-dimensi tubuh manusia terus bertambah sampai
akhir usia belasan tahun, setelah itu dimensi tubuh relative konstan
dan menjelang masa geriatric, dimensi tubuh akan berkurang lagi.
2. Jenis kelamin. Umumnya dimensi-dimensi tubuh laki-laki lebih
besar dari wanita, kecuali untuk dimensi lebar pinggul.
3. Ras. Penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa
suatu peralatan yang didesain pas untuk 90% laki-laki Amerika
memang cocok untuk 90% laki-laki Jerman, tetapi hanya cocok
untuk 80% laki-laki Perancis, 65% laki-laki Italia, 45% laki-laki
Jepang.
4. Pekerjaan. Pengemudi truk biasanya lebih tinggi dan lebih berat
dari populasi pada umumnya, pekerja tambang bawah tanah
memiliki lingkaran batang tubuh, lengan, dan tungkai yang lebih
lebar.
21
5. Periode dari masa ke masa. Diet dan gaya hidup dapat mengubah
dimensi tubuh manusia dari masa ke masa. Penelitian lain di
Amerika dan Indonesia menyatakan terjadi peningkatan tinggi dan
berat badan pada individu yang lahir pada generasi berikutnya.
22
disesuaikan agar tungkai atas berada dalam posisi horizontal ke
muka dan tungkai bawah tegak lurus di atas lantai.
2.3.1.2 Dimensi Dinamis
Dimensi-dimensi ini diukur pada saat tubuh dalam posisi
mengerjakan beberapa aktivitas fisik. Pada kebanyakan aktivitas fisik,
misalnya mengemudi mobil, menjangkau peralatan di meja kerja, merakit
peralatan elektronik, dan lain-lain, anggota tubuh manusia bekerja
bersama-sama secara terkoordinasi.
Oleh sebab itu, batas maksimal ukuran praktis jangkauan lengan
tidak semata-mata berdasarkan panjang lengan. Dimensi ukuran tersebut
akan dipengaruhi oleh ukuran-ukuran dari gerak bahu, rotasi batang tubuh,
luasnya punggung membungkuk, dan penyelesaian pelaksanaan fungsi-
fungsi pekerjaan oleh tangan dan jari. Dengan demikian, ukuran-
ukurannya menjadi suatu ilustrasi yang kompleks yang disebut
somatografi.
23
pada saat bekerja, penataan tempat kerja, perbaikan pencahayaan, pengendalian
kebisingan, kebersihan tempat kerja. Oleh sebab itu, pemeliharaan toleransi
biomekanika kerja merupakan hal yang esensial untuk mencapai prinsip-prinsip
desain ergonomic yang baik, guna mencegah terjadinya kegagalan komponen-
komponen anatomi tubuh akibat terjadinya stress fisik yang kumulatif. (2)
24
Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdapat kewajiban pengusaha untuk melakukan
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja melalui(4) :
1. Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja yang dapat dituangkan dalam Peraturan
Perusahaan (PP) atau Perjajian Kerja Bersama (PKB)
2. Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
3. Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari
tindak dan perlakuan diskriminatif.
4. Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundan-undangan yang berlaku.
25
Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan kerjasama
dan saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah
6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen
Tes HIV di tempat kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia,
tidak bolehdigunakan untuk menskrining pelamar atau pekerja.
7. Kerahasiaan
Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus
dibatasi oleh aturan dan kerahasiaan.
b. Pencegahan Narkoba
26
Seperti yang tercantum Pasal 2 (1) Pengusaha wajib melakukan upaya
aktif pencegahan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja”. (2) a.
Penetapankebijakan; b. Penyusunan dan pelaksanaan program. Pasal
3“Pengusaha dan pekerja/buruh dapat berkonsultasi dengan pemerintah yang
terkait“. Pasal 4“Pengusaha dapat meminta pekerja/buruh yang diduga
menyahgunakan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya untuk melakukan
tes dengan biaya ditanggung oleh perusahaan”
BAB III
27
HASIL PENGAMATAN
28
preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja. Pada perusahaan ini para pekerja diberikan alat
pelindung diri berupa masker, tetapi tidak semua memakainya dan selain
masker rata-rata tidak memakai alat pelindung diri lainya. Untuk
pemberian gizi pekerja tidak disediakan kantin. Pada perusahaan ini juga
ada pengetesan dahak kerjasama dengan pihak luar untuk skrinning
pekerja.
Pelayanan kesehatan Kuratif
Suatau kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditunjukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada
saat bekerja merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja
dalam bekerja, sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki
kesehatan yang optimal. Penyakit yang sering timbul dalam suatu lokasi
pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam mengambil langkah promosi
dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
kerja optimal dilaksanakan. Jika perkerja pada perusahaa ini sakit ataupun
mengalami kecelakaan kerja, akan dilakukan pertolongan pertama oleh
petugas K3 yang merupakan pekerja terkualifikasi dan akan diantar ke
Rumah Sakit yang bekerjasama dengan perusahaan.
Pelayanan kesehatan Rehabilitatif
Suatu kegaitan dan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pada perusahaan ini
untuk melakukan rehabilitasi sampai pekerja bisa bekerja dengan normal
kembali dilakukan.
29
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan kerja adalah
adanya pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik sejak awal sebelum
bekerja, selama bekerja, maupun setelah bekerja. Tujuan dari pemeriksaan
kesehatan ini ditunjukan agar selain tenaga kerja yang diterima di awal berada
dalam kondisi kesehatan setinggi-tingginya, juga untuk memantau status
kesehatan pekerja serta mendeteksi dini apakah ada penyakit akibat kerja yang
ditimbulkan akibat proses produksi
3.4.Pemeriksaan Kesehatan
PT. Agri Wangi Indonesia mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Awal
kepada calon tenaga kerja. Pemeriksaan awal yang dilakukan di tempat yang
sudah ditunjuk.
PT. Agri Wangi Indonesia melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
maupun khusus. Perusahaan memiliki dokter perusahaan. Perusahaan juga akan
memberikan surat izin sakit untuk tenaga kerja yang memang diperlukan untuk di
istirahatkan hingga sembuh.
30
3.6. Program Pemenuhan Gizi Pekerja, Kantin atau Ruang Makan
Pada PT. Agri Wangi Indonesia terdapat ruang makan atau kantin untuk
tenaga kerja yang berukuran ±12 m2. Untuk kebutuhan gizi pekerja atau makanan,
pekerja membawa makanan sendiri dari rumah atau membeli makanan di luar. Hal
ini disebabkan karena tenaga kerja merasa bosan dengan makanan yang pernah
disediakan oleh perusahaan, sehingga makanan cenderung banyak yang tersisa.
Untuk saat ini perusahaan hanya menyediakan air mineral. Pada PT. Agri Wangi
Indonesia tidak mempunyai ahli gizi, sehingga untuk menu makanan diatur oleh
tenaga kerja sendiri.
31
perusahaan dan satu orang paramedic. Jika kecelakaan yang dialami tenaga kerja
di perusahaan tidak bisa ditangani oleh dokter perusahaan, tenaga kerja tersebut
diantarkan ke rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahan yaiti Rumah Sakit
Sentra Medika. Tenaga medis ini ditugaskan untuk menolong P3K tenaga kerja
dan mengingatkan agar tenaga kerja mengutamakan kesehatan kerja.
32
BAB IV
RUMUSAN MASALAH
33
Proses Pelayanan - Isi kotak P3K tidak 1.Terhambatnya - Penyediaan Isi kotak P3K sesuai Permenaker No 2/
Kesehatan sesuai standar penanganan kasus standar (kassa steril, perban, plester, Men/ 1980 tentang
kecelakaan di kapas, kain segitiga/mitela, gunting, Pemeriksaan
tempat kerja. peniti, sarung tangan sekali pakai, Kesehatan Tenaga
masker, pinset povidone iodin, alcohol Kerja dalam
70%) penyelenggaraan
keselamatan kerja
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil walk through survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang
dapat ditarik adalah:
Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan, dokter ataupun paramedis yang
bekerja pada perusahaan.
Dari aspek ergonomis sikap dan posisi tubuh pekerja kurang ergonomis,
dikarenakan kursi yang disediakan kurang ergonomis.
PT. Agri Wangi Indonesia mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Awal
kepada calon tenaga kerja.
PT. Agri Wangi Indonesia mempunyai program pemeriksaan kesehatan
berkala maupun khusus.
Pada hampir semua bagian, para pekerja melakukan pekerjaannya dalam
posisi mobile seperti berdiri dan duduk sesuka pekerja dalam posisinya.
Pada perusahaan PT. Agri Wangi Indonesia ini untuk pencegahan terhadap
HIV dan narkoba adalah dengan penyuluhan yang dilakukan oleh dokter
perusahaan tersebut.
Pada bagian proses produksi sudah menggunakan APD tetapi belum
memenuhi standar, APD yang digunakan hanya berupa masker dan Jas.
Pada PT. Agri Wangi Indonesia terdapat ruang makan maupun kantin
untuk tenaga kerja.
Perusahaan menyediakan kotak P3K hampir di setiap devisi atau bagian
produksi.
Penyakit Akibat Kerja yang terjadi belum terdapat. Tetapi ada beberapa
yang terkena TBC.
5.2 Saran
35
Dari hasil walk through survey yang kami lakukan, maka kami ajukan
beberapa saran yaitu :
Menggunakan kursi yang sesuai dan ergonomis untuk para pekerja.
Penyuluhan tentang penggunaan APD yang baik dan benar seperti
menggunakan APD, menggunakan APD sesuai dengan fungsi yang
semestinya
36
BAB VI
PENUTUP
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39
40
1