RIZKI ROFIDA
041911233035
PAM Syariah Saham Dana Falah berpedoman pada akad Wakalah bil Ujrah sebagaimana
fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (“DSN-MUI”) nomor 20/DSN-
MUI/IV/2001 dan akad Mudharabah sebagaimana fatwa DSNMUI nomor 20/DSN-MUI/N/2001
tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk Reksa Dana Syariah. PAM Syariah Saham Dana
Falah Mempunyai Komposisi Investasi Sebagai Berikut:
- minimum 80% (delapan puluh persen) dan maksimum 100% (seratus persen) dari Nilai
Aktiva Bersih pada Efek Syariah bersifat Ekuitas yang telah dijual dalam Penawaran Umum
dan/atau diperdagangkan di Bursa Efek baik di dalam maupun di luar negeri yang tercantum
pada Daftar Efek Syariah; dan
- minimum 0% (nol persen) dan maksimum 20% (dua puluh persen) dari Nilai Aktiva Bersih
pada Efek Syariah Berpendapatan Tetap dan/atau Sukuk dan/atau pasar uang syariah dalam
negeri dan/atau deposito syariah dan/atau Efek Syariah lainnya; sesuai peraturan perundang-
perundangan yang berlaku di Indonesia.
PT Paytren Aset Manajemen selaku Manajer Investasi Syariah melakukan penawaran umum
atas Unit Penyertaan PAM Syariah Saham Dana Falah secara terus menerus sampai dengan
5.000.000.000 (lima milyar) Unit Penyertaan. Setiap Unit Penyertaan PAM Syariah Saham Dana
Falah ditawarkan dengan harga sama dengan Nilai Aktiva Bersih awal yaitu sebesar Rp. 1.000,-
(seribu Rupiah) per Unit
Manajer Investasi Syariah Reksa Dana Syariah Dana Falah adalah PT Paytren Aset
Manajemen (selanjutnya disebut “Perseroan”) adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan
menurut dan berdasarkan Undang–Undang Negara Republik Indonesia berkedudukan dan
berkantor pusat di Jakarta yang Akta pendiriannya dimuat dalam Akta Nomor 73 tanggal 28 April
2017 dibuat dihadapan Cut Sari Luffiana Lufti, S.H. M.KN, Notaris di Bandung dan telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai Surat Keputusan
tertanggal 28 April 2017 No. AHU-0019964.AH.01.01 Tahun 2017. Wakil Manajer Investasi yang
melaksanakan pengelolaan Reksa Dana Syariah PAM Syariah Dana Safa, mengerti kegiatan-
kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal Pihak-pihak yang
terafiliasi dengan Manajer Investasi Syariah adalah PT Veritra Sentosa Internasional
Bank Kustodian Reksa Dana Syariah Dana Falah PT Bank CIMB Niaga Tbk merupakan
bank custodian yang telah mendapatkan Pernyataan Kesesuaian Syariah dari Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Pihak yang terafiliasi dengan bank custodian
Bitcoin merupakan mata uang kripto. Sehingga, pada dasarnya bitcoin ini bukanlah
termasuk efek seperti saham ataupun reksadana. Sedangkan, BEI merupakan Lembaga
yang digunakan sebagai tempat jual beli instrument efek jangka Panjang. bitcoin berprinsip
high risk high return, dan bisa berkali lipat lebih dari saham. Saham memiliki fundamental
yang bisa kita analisa. Namun bitcoin dikendalikan oleh perangkat lunak. Hari ini bisa saja
naik nilainya sangat tinggi namun bisa juga dalam hitungan detik atau menit turunnya
sangat jauh. Berani investasi, berani rugi.
Mata uang crypto itu bukan perusahaan. Aset crypto yang dimiliki oleh individu tidak
membuat individu tersebut menjadi salah satu pemilik perusahaan yang menciptakan aset
token atau coin crypto tersebut, makanya crypto dan saham itu dua hal yang berbeda
kecuali untuk mendapat capital gain atau keuntungan. Menurut Lo Kheng Hong, bitcoin
masih belum memiliki underlying asset, ini berbeda dengan saham. Ketika membeli saham,
ada underlying asset-nya. Selain asset, perusahaan dan kegiatan produksi yang dilakukan
perusahaan tersebut tentu jelas terlihat.
Menurut Direktur Utama BEI, saat ini tidak ada cryptocurrency di BEI. Menurutnya hal
tersebut merupakan wewenang dari Bank Sentral Indonesia. Bank Indonesia sendiri
menegaskan bahwa bitcoin tidak bisa menjadi alat pembayaran di Indonesia karena
menurut UUD 1945 mata uang yang berlaku di Indonesia hanyalah rupiah saja. Gubernur
Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tegas melarang lembaga-lembaga keuangan di
Indonesia untuk menggunakan mata uang kripto atau cryptocurrency sebagai alat
pembayaran maupun alat servis jasa keuangan. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
juga melarang lembaga jasa keuangan mulai dari perbankan, asuransi, hingga multifinance
memfasilitasi cryptocurrency (uang kripto). Larangan itu mencakup menggunakan,
memasarkan dan atau memfasilitasi perdagangan aset kripto. Sehingga, BEI tentu tidak
bisa memperdagangkan uang kripto, hal ini dikarenakan BEI tentu akan tunduk pada
kebijakan BI dan OJK.
Menurut Direktur Utama BEI, saat ini tidak ada cryptocurrency di BEI. Menurutnya
hal tersebut merupakan wewenang dari Bank Sentral Indonesia. Bank Indonesia sendiri
menegaskan bahwa bitcoin tidak bisa menjadi alat pembayaran di Indonesia karena
menurut UUD 1945 mata uang yang berlaku di Indonesia hanyalah rupiah saja