Barsihannor
Email: barsihannor03@gmail.com
ABSTRACT
The National Sharia Arbitration Board (BASYARNAS) is an institution that
functions to resolve sharia disputes peacefully outside the general court.
Arbitration is arranged under the protection of Law no. 30 of 1999 states that
arbitration has the authority to resolve problems related to civil law. Covers
economic issues, business, financial trade, and industry that apply sharia
principles. The purpose of this paper is to determine the effectiveness of the
role of sharia arbitration in resolving sharia banking disputes in Indonesia. The
method used in this research is descriptive qualitative with a juridical normative
approach in resolving Islamic banking disputes in Indonesia. Sharia arbitration
in Indonesia is considered quite effective in resolving sharia banking disputes.
Because the disputing parties are more dominant in choosing sharia arbitration
to resolve their problems, this is also due to the fact that sharia arbitration is
more flexible in proposing conditions for resolving disputes, is more efficient in
terms of cost and time and prioritizes peace. In addition, the legal principles
used in sharia arbitration institutions are in accordance with the Koran, hadith
and also the MUI Fatwa.
Keywords: Sharia Arbitration, Sharia Banking, Effectiveness, Disputes
ABSTRAK
Badan arbitrase syariah nasional (BASYARNAS) ialah lembaga yang berfungsi
untuk menyelesaikan sengketa syariah secara damai diluar peradilan umum.
Arbitrase disusun didalam lindungan UU No. 30 tahun 1999 tercantum
mengenai bahwa arbitrase memiliki kewenangan dalam mengatasi
problematika yang berkaitan dengan hukum perdata. Mencakup permasalahan
ekonomi, bisnis, perdagangan keuangan, dan industri yang mengaplikasikan
prinsip syariah. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui efektivitas peran
arbitrase syariah dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah di
Indonesia. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif
deskriptif dengan pendekatan normatif yudiris dalam menyelesaikan sengketa
perbankan syariah di Indonesia. Arbitrase syariah di Indonesia dianggap cukup
efektif dalam menyelesaikan sengketa-sengketa perbankan syariah. Karena
para pihak yang bersengketa lebih dominan memilih arbitrase syariah untuk
1
2
Menyelesaikan Sengketa Bisnis Syariah”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 05.02, (2021), h,
181-182.
3
sudah muncul pada tahun 1980-an, namun terealisasinya pada tahun 1991.3
Bank muamalat sebagai pelopor yang berbasis syariah yang didirikan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Bank Muamalat menjadi awal mula munculnya bank yang menerapkan
prinsip berbasis syariah. Dilain sisi juga bank-bank konvensional mulai
membuka anak perusahaan yang menerapkan prinsip berbasis syariah
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan bisnis syariah seperti BUMN
syariah, klinik syariah, pasar syariah, pegadaian syariah. Alquran dan hadist
harus dijadikan sebagai pedoman utama untuk penerapan prinsip syariah.
Proses pengerjaan di lapangan tentunya tidak akan pernah terlepas dengan
problematika atau sengketa antar sesama yang bekerja sama.4
Diantara faktor-faktor penyebab yang sering terjadi didialam sengketa
ekonomi syariah adalah akad yang dilakukan secara satu pihak dan tidak
terbuka satu dengan yang lain. Isi akad juga yang dinilai sangat sulit, salah
satu pihak yang kurang jeli dalam melakukan perjanjian, Salah satu pihak
tidak mempunyai kepribadian yang jujur dan amanah dalam melakukan
akad, dan salah satu pihak tidak dapat melakukan akad sesuai perjanjian
dan juga melakukan pelanggaran hukum.5
Selain penyelesaian sengketa di dalam pengadilan (litigasi), juga ada
yang diakui penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non litigasi) di
Indonesia. Langkah ini dapat ditempuh seuai kesepakatan dan
kesukarelaan pihak yang bersangkutan (kekeluargaan).6 Prosedur tersebut
sesuai dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang wewenang
Peradilan Agama dalam proses peradilan untuk menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah.7 Hal ini juga sesuai dengan penjelasan yang tertera pada
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama.8 Kedua jalur diluar pengadilan (non litigasi) yaitu untuk
menyelesaikan sengketa melalui perdamaian dan kesepakatan bersama.
Adapun penyelesaian sengketa secara non litigasi bisa melalui negosiasi,
mediasi, konsiliasi, arbitrase, arbitrase syariah. Sehingga para pihak yang
4Nurul Fitriyah dan Riqqa Soviana, “Efektivitas Peran Arbitrase Syariah dalam
Menyelesaikan Sengketa Bisnis Syariah”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 05.02, (2021), h,
182.
5Zaidah Nur Rosidah dan Layyin Mahfiana, “Efektifitas Penerapan Prinsip Syariah
Ditinjau Dari Asas Kepastian Hukum”, Keadilan Dan Kemanfaatan, Jurnal Tamwil, 3.1, (2017),
h, 42.
12Nurul Fitriyah dan Riqqa Soviana, “Efektivitas Peran Arbitrase Syariah dalam
Menyelesaikan Sengketa Bisnis Syariah”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 05. 02, (2021), h,
183.
13Muhammad Faqih Al-Gifari, Skripsi, “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah
peradilan maupun non peradilan, tetapi fokus utama penelitian pada artikel
ini adalah pada Badan Arbitrase Syariah (BASYARNAS).
B. Metode Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan metode normatif melalui
literatur kajian pustaka (library research) terhadap buku-buku yang
berhubungan dengan tema penelitian yang dibuat, dan juga bersumber dari
beberapa penelitian.14. Sedangkan metode penelitian menggunakan
kualitatif, penelitian kualitaitif merupakan penelititan yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan
cara-cara lain dari kantitatifikasi (pengukuran).15
Adapun objek penelitian ialah badan arbitrase. Data yang dipakai
dalam penelitian berupa data sekunder, data sekunder adalah data yang
didapat dari buku, majalah berupa laporan pemerintah, artikel dan lain
sebagainya.16 Seperti dalam Undang-Undang Dasar 1945 UU No. 30 Tahun
1999 tentang arbitrase dan alternatif untuk menyelesaikan sengketa serta
jurnal jurnal dari penelitian. Pengumpulan data menggunakan library
research yang mencari teori, konsep, temuan dan pendapat yang didapat
dari kajian literatur seperti Undang-Undang yang mengatur system
arbitrase, buku, serta jurnal yang berhubungan dengan penelitian.17
C. Pembahasan
1. Fenomena Sengketa Perbankan Syariah di Indonesia
Indonesia mayoritas penduduk muslim terbesar di Indonesia.
Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies
Centre (RISSC) atau MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, ada
231,06 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam.18 Indonesia
menjadi Negara urutan pertama disusul oleh negara pakistan yang
berada di urutan kedua, berdasarkan edisis tersebut sebab dari jumlah
itu setara dengan 86,7% dari total penduduk Indonesia. Proporsi
penduduk muslim di Indonesia pun mencapai 11,92% dari total
populasinya di dunia. Bukan mustahil jumlah ini akan terus bertambah.
Menyelesaikan Sengketa Bisnis Syariah”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 05. 02, (2021), h,
185.
18Viva Budy Kusnandar, “RISSC: Populasi Muslim Indonesia Terbesar di Dunia”,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/03/rissc-populasi-muslim-indonesia-
terbesar-di-dunia (diakses pada 10 April 2022, pukul 10:29).
6
Menyelesaikan Sengketa Bisnis Syariah”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 05.02, (2021), h,
182.
21 A. Rahmat Rosyadi, Arbitrase Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif (Jakarta:
Penyelesaian Sengketa.
25 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Tentang Kekuasaan Kehakiman.
26Herman Efendi, dkk, “Ligitimasi Hukum Abitrase Syariah Dalam Penyelesaian
Sengketa Keuangan Syariah di Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah.Vol. 6 No.2.
(2021), h, 36.
8
Sengketa Keuangan Syariah di Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah.Vol. 6 No.2.
(2021), h, 36.
29Atin Meriati Isnaini, Batas Kewenangan Penyelesaian Sengketa Syariah Antara
Sengketa Keuangan Syariah di Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah.Vol. 6 No.2.
(2021), h, 37-38.
31Muthia Sakti, dan Yuliana Yuli W, Tanggung Jawab Badan Arbitrase Syariah
Nasional (Basyarnas) Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Jurnal Yuridis Vol.
4 No. 1, 2017, h, 78-79.
10
Menyelesaikan Sengketa Bisnis Syariah”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 05.02, (2021), h,
187.
11
35Zaidah Nur Rosidah dan Layyin Mahfiana, “Efektifitas Penerapan Prinsip Syariah
2019). 234.
37Ibid., 25
38Ibid., 25
12