Anda di halaman 1dari 7

Mengajar dalam Keterbatasan di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit korona virus 2019 di


seluruh dunia untuk semua negara. Penyakit ini disebabkan oleh korona virus jenis baru
yang diberi nama SARS-COV-2. Wabah Covid-19 pertama kali dideteksi di kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019 dan ditetapkan
sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020.
Virus korona ini sangat berahaya dan mematikan.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran virus korona oleh tiap-tiap
negara mulai dari berdiam diri dirumah saja, bekerja dari rumah sampai pada isolasi
wilayah. Masing-masing negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Di Indonesia
mulailah diberlakukan pembatasan sosial, yang lebih dikenal dengan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB).
Tanggal 16 Maret 2020 adalah awal kebijakan pemberlakuan siswa belajar dari
rumah. Setiap sekolah menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui sistem dalam
jaringan (daring). Interaksi anatara guru dengan siswa menggunakan media telpon
genggam berbasis android melalui aplikasi whatsapp grup. Peran orang tua siswa disini
adalah menjadi penghubung antara guru dengan siswa. Malasahpun bermula dari sini.
Tidak semua siswa dapat mendampingi putra-putrinya saat pembelajaran daring. Ada
sebagian besar dari mereka, orang tua bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Ada juga
satu telpon genggam digunakan untuk tiga orang anak yang masih sekolah. Ada pula
yang memiliki telpon genggam tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk membeli
paket internet guna melakukan pembelajaran daring.
Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Ketika melihat kondisi siswa
dimana kedua orang tua bekerja, saya memberikan kebijakan khusus dalam hal batas
waktu pengumpulan tugas yang saya berikan dalam pembelajaran daring. Saya
memberikan batas waktu pengumpulan tugas sampai jam 23.59, hal tersebut saya
lakukan agar orang tua dapat tetap mendampingi putra-putrinya mengikuti pembelajaran
daring. Dalam masa pandemi, pada tingkat sekolah dasar, yang dihadapi guru tidak
hanya para siswa, tetapi juga orang tua dari siswa tersebut dan tak jarang saya sebagai
seorang guru harus cerdas menata kesabaran dalam menghadapi berbagai keluhan para
orang tua siswa. Sebagian dari mereka mengeluhkan tak sanggup mengajari putra-
putrinya, ada pula yang mengeluhkan siswa tidak mau mengerjakan tugas dari guru dan
lebih memilih untuk bermain. Berbagai cara saya lakukan untuk memotivasi siswa agar
siswa tetap mengikuti pembelajaran daring. Mulai dari melalui telppon, hingga
panggilan melalui whatsapp video, karena kita tidak dapat betatap muka secara
langsung.
Bantuan dari pemerintah untuk dunia pendidikan berupa paket internet kuota
belajar sangat membantu kelancaran proses pembelajaran jarak jauh yangg dilakukan di
sekolah saya. Bantuan paket internet untuk guru dan siswa sangat bermanfaat dalam
kelangsungan pembelajaran jarak jauh. Paket internet yang diberikan dapat digunakan
untuk mengakses berbagai informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan
diberikan guru kepada siswa, untuk media pembelajaran seperti google classroom, dan
untuk whatsapp dimana aplikasi whatssapp digunakan sebagai sarana komunikasi antara
guru, siswa dan orangtua siswa.
Namun, secanggih apapun kemajuan teknologi, terbukti kehadiran seorang guru
dalam pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring. Pertama
melalui interaksi antara guru dengan siswa secara tatap muka guru dapat menilai secara
efektif berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Tidak dengan pembelajaran daring,
Dalam pembelajaran daring guru tidak sapat menilai kemampuan sikap, pengetahuan
dan keterampilan siswa dengan sebenar-benarnya. Kenyataan yang terjadi, dalam
pembelajaran jarak jauh, tak jarang dari orang tua siswa langsung memberikan jawaban
kepada putra-putrinya, bukan mengarahkan siswa untuk menjawab soal yang diberikan
guru, sehingga disini jelas hasil kerja orang tua, bukan hasil kerja siswa. Kedua, dalam
mengerjakan soal ulangan yang diberikan guru, nilai sikap sosial siswa dalam hal
kejujuran guru pun tidak dapat menilai keadaan yang sebenarnya. Karena dikerjakan
dirumah, banyak kemungkinan yang dapat terjadi yang membuat siswa bertindak tidak
jujur. Mulai dari melihat buku catatan, mencari jawaban melalui internet dalam hal ini
menggunakan google, bahkan orangtua siswa yang mengerjakan soal ulangan putra-
putrinya. Jika seperti ini, bagaimana guru dapat menilai sikap sosial dalam hal kejujuran
secara objektif?
Pandemi covid-19 memberi dampak buruk hampir disemua bidang, salah satunya
adalah bidang pendidikan. Dengan semakin bertambahnya pasien positif covid-19,
lembaga pendidikan melakukan penutupan sementara sampai batas waktu yang belum
ditetapkan guna memperkecil penyebaran virus covid-19. Gangguan dalam proses
belajar dan mengajar berdampak pada guru, siswa, dan semua yang telibat dalam dunia
pendidikan. Sejak pemerintah mengumumkan belajar dari rumah, seluruh aktivitas
belajar dilakukan secara jarak jauh melalui konferensi video, dokumen digital dan
sarana daring lainnya, serta siaran TVRI.
Pandemi tak hanya mengubah paradigma tetapi juga cara mengajar, sebuah
transformasi digital. Pembelajaran jarak jauh pada awal pasti ada hambatan. Kegiatan
Belajar Mengajar Pembelajaran Jarak Jauh era new normal perlu strategi pada proses
pembelajaran. Bukan hal yang mudah tetapi suatu tantangan. Pembelajaran jarak jauh
bukan sekedar memindahkan belajar di sekolah ke rumah. Ada banyak hambatan karena
itu kita membuka diri untuk evaluasi. Perlu ada harmonisasi antara sekolah, Dinas
Pendidikan , orangtua dan anak.
        Pengalaman saya mengajar online menggunakan media whatsapp grup. Pada
awalnya canggung tetapi kemudian menjadi biasa. Pembelajaran jarak jauh dilengkapi
pula dengan sarana belajar menggunakan media google form, google classroom,
youtube, voicenote, dan lain-lain. Kenyataan tak semua guru paham teknologi. Karena
itu sebagai guru kita harus siap untuk berubah mindset dan memperkaya wawasan
dalam mengajar. Seorang guru adalah seorang pembelajar. Karena guru yang senang
belajar ,akan memotivasi siswanya untuk senang belajar juga. Oleh karena itu gurupun
harus belajar untuk memotivasi siswanya agar tetap semangat belajar.
        Hal pertama yang guru lakukan sebelum mengajar adalah empati, mengerti
kebutuhan belajar siswa. Belajar adalah membebaskan diri menuju masa depan yang
lebih baik. Belajar itu bukan sekedar perubahan berpikir dari tidak bisa menjadi bisa.
Tetapi belajar adalah momentum besar untuk mencerdaskan jiwa dan pikiran. Bukan
sekedar transfer ilmu pengetahuan tetapi juga perubahan karakter pada diri siswa.
Dalam pembelajaran jarak jauh saya menggunakan media google classroom untuk
kelas, video pembelajaran yang saya dapat akses melalui Tangerang Belajar, dan video
pembelajaran yang saya buat sendiri. Tujuan dari pembuatan video pembelajaran yang
saya buat adalah untuk menyesuaikan dengan apa uang akan saya sampaikan kepada
siswa. Pembuatan google classroom dan video pembelajaran saya lakukan secara
otodidak, melalui bekajar langkah demi langkah dari tutorial yang ada di youtube.
Banyak pelatihan yang diselenggarakan untuk peningkatan pengajaran
pembelajaran jarak jauh. Namun tidak tidak semua guru dapat mengikuti pelatihan
tersebut, terlebih lagi dimasa pandemi dimana kita tidak dianjurkan melakukan
kumpulan orang banyak. Jadi pelatihan peningkatan pengajaran pembelajaran jarak jauh
diberikan untuk perwakilan guru yang ditunjuk. Mereka yang berkesempatan
memperoleh pelatihan menggunakan media pembelajaran untuk pembelajaran jarak
jauh sungguh beruntung. Tetapi saya tidak berkecil hati. Saya memotivasi diri saya
sendiri untuk bisa. Saya harus kreatif dan inovatif untuk siswa saya, agar mereka tidak
jenuh mengikuti pembelajaran jarak jauh dan agar mereka tetap bersemangat walau
mereka belajar dari rumah. Dimulai dari saya sebagai guru mereka. Saya mulai
mempelajari classroom untuk siswa saya. Saya adalah seorang guru kelas 5B di SDN
Darussalam Kecamatan Batuceper Kota Tangerang.
Awalnya saya menggunakan ,media whatsapp grup dan google form untuk kelas
sebelumnya pada bulan Maret sampai Juni 2020. Pada tahun pembelajaran 2020/2021
saya menggunakan aplikasi google classroom untuk kelas 5B. Tepatnya tanggal 13 Juli
2020, melalui whatsapp grum setelah melakukan peerkenalan secara virtual dengan
siswa, saya memperkenalkan google classroom kepada siswa dan orang tua. Saya
menjelaskan langkah demi langkah untuk menggunkan aplikasi google classroom. Ada
hambatan? Pastinya. Hambatan selalu ada untuk sesuatu hal yang baru., terlebih lagi
utntuk para orang tua siswa yang kurang menguasai teknologi. Tapi hal tersebut saya
jadikan tantangan, bahwa saya bisa menhadapinya. Perubahan memang sulit, tetapi hal
itu bukan tidak mungkin untuk terjadi. Melalui whatsapp video, saya menjelaskan
langkah-langkah mendapatkan dan menggunakan google classroom. Dan, usaha tidak
akan pernah mengkhianati hasil. Dalam waktu dua minggu, seluruh siswa kelas 5B
dapat menggunakan aplikasi google classroom sebagai salah satu media pembelajaran
jarak jauh.
Selain google classroom saya menggunakan google form untuk melakukan
penilaian ulangan harian siswa. Soal ulangan tersebut saya lampirkan ke dalam google
classroom. Untuk penjelasan materi pelajaran yang berlangsung, saya menggunakan
video pembelajaran yang saya buat sendiri. Video pembelajaran yang saya gunakan
adalah dari aplikasi screen cast o matic dan pengeditan video menggunakan aplikasi
kine master. Sebelum membuat video pembelajaran, saya menyiapkan bahan ajar
menggunakan microsoft power point, yang setelah itu direkam melalui aplikasi screen
cast o matic. Video pembelajaran yang saya buat saya lampirkan dalam google
classroom sebagai materi pembelajaran dan latihan soal siswa. Saya juga memberikan
absensi online melalui google classroom. Saya mendokumentasikan video pembelajaran
yang dibuat kedalam channel yotube saya, raisa khoirin. Sampai sekarang ini saya sudah
mempunyai 35 video pembelajaran yang saya buat sendiri. Saya merasa bahagia
sekaligus bangga terhadap dirisaya, karena saya mampu membuat video pebelajaran.
Walaupun video pembelajaran yang saya buat tak sehebat mereka yang memahami
Teknologi Informasi Komputer, saya merasa puas dengan hasil karya saya sendiri.
Sayapun melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang guru dengan mengajarkan
materi pelajaran lewat video pembelajaran.
Setiap materi pelajaran, hendaknya disampaikan kepada siswa melalui penjelasan
dari gurumya. Terlebih lagi untuk pelajaran matematika, dimana siswa tidak dapat
memahami materi pelajaran hanya dengan membaca. Penjelasan dari guru merupakan
kunci dari tingkat paham siswa akan materi yang dipelajari. Nah, lewat video
pembelajaranlah media yang digunakan guru untuk menyampaikan dan menjelaskan
materi pelajaran. Siswa pun bersemangat jika gurunya lah yang menjelaskan, karena
dengan video, siswa dapat melihat gurunya meskipun tak dapat bertatap muka secara
langsung. Selain itu, jika dirasa ada materi yang belum dipahami secara menyeluruh.
Sayapun dengan senang hati mennjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa atau
orangtua siswa baik mmelalui telpon atau pesah whatssap. Disini kerjasama antara gusu,
siswa dan orang tua sangat berpengaruh terhadap pembelajaran jarak jauh.
Saya juga adalah orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Anak saya duduk di
bangku kelas 3 sekolah dasar. Saya merasakan juga kerepotan mengajari anak sendiri
ditengah pandemi seperti ini. Tugas saya bertambah. Mendampingi anak sendiri
mengikuti pembelajaraan jarak jauh dan memberikan pembelajaran kepada siswa saya.
Rasa lelah pastinya ada. Terlebih ketika anak mengalami kejenuhan. Saya harus kreatif
menberikan semangat kepadanya. Semangat belajar siswa sayapun ada kalanya
menurun. Disinalah tugas saya untuk memberikan inovasi dalam pembelajaran jarak
jauh di kelas saya. Dalam pembelajaran, saya tidak hanya menilai pengetahuan siswa,
tetapi juga saya menilai sikap dan keterampilan siswa. Sayapun mengajari siswa untuk
membuat video dalam menilai keterampilan siswa, misalnya dalam pemanfaatan barang
bekas, saya menugaskan siswa untuk membuat prakarya dan memvideokan langkah-
langkah cara membuat prakarya tersebut. Sebagian besar siswa antusias membuat video
mereka sendiri. Namun adapula yang kurang percaya diri dalam membuat video,
disinilah saya bertugas untuk memberikan semangat, dengan menelpon siswa agar
tampil percaya diri dalam pembuatan video. Meskipun hanya lewat telpon, umumnya
mereka merasa bahagia karena merasa diperhatikan oleh gurunya.
Walau hanya lewat suara atau video call, siswa merasa gurunya peduli. Padahal
itu merupakan hal kecil yng dilakukan guru. Kata-kata motivasi belajarpun sering saya
sampaikan lewat pesan whatsapp atau saya sisipkan melalui video pembelajaram.
Mengajar dalam keterbatasan di masa pandemi dibutuhkan tingkat kesabaran yang
tinggi untuk semua pihak, yaitu guru, siswa dan orangtua. Pemanfaatan teknologi mau
tidak mau, suka tidak suka kita harus bisa menguasainya. Belajar adalah cara terbaik
untuk kita semua. Mengutip kalimat dari Mario Teguh, "Ikhlaslah belajar. Bahkan yang
paling berilmu dan bijak di antara kita masih rajin belajar."
Dalam masa pandemi ini tidak memungkinkan kita untuk bertatap muka secara
langsung. Pemanfaatan teknologi seperti pertemuan virtual melalui aplikasi zoom
menjadi salah satu solusi untuk bertemu dengan banyak orang tanpa menimbulkan
kerumunan. Hal tersebutpun dilakukan ketika sekolah saya menjadi pilot project
akreditasi daring tahun 2020. Semua memanfaatkan teknologi. Mulai dari upload file
yang dibutuhkan untuk penilaian akreditasi, hingga wawancara virtual melalui zoom
meeting. Bahkan penilaian proses pembelajaran pun menggunakan aplikasi zoom.
Tanggal 1 Desember 2020 saya ditunjuk kepala sekolah utuk mewakili
memberikan pembelajaran daring untuk penilaian proses pembelajaran melalui zoom
meeting dengan assesor dimana melibatkan perwakilan siswa pula. Dua hari waktu saya
mempelajari aplikasi zoom meeting. Karena belajar, alhamdulillah saya pun dapat
menggunakan aplikasi zoom meeting bersama perwakilan siswa dan assesor menilai
langsung proses pembelajaran yang saya lakukan dengan siswa dalam zoom tersebut.
Seperti yang saya lakukan saat memberikan pelajaran dalam classroom, sayapun
menyiapkan hal yang sama ketika penilaian proses pembelajaran akreditasi. Saya
menyaipkan bahan yang akan dipresentasikan pada siswa dan assesor,yang saya sispkan
menggunakan microsoft power point, membuat video pembelajaran yang menarik, dan
berinteraksi dengan siswa dalam zoom tersebut.
Seperti sebelumnya saya katakan, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.
Segala perjuangan seluruh personil SDN Darussalam membuahkan hasil. Nilai A
dengan, nilai 95 untuk akreditasi SDN Darussalam. Usaha dan doa memberikan hasil
terbaik. Alhamdulillah
Sama halnya dengan diri kita sebagai guru. Mengajar dalam keterbatasan di masa
pandemi bukanlah menjadi alasan untuk bersikap biasa saja menghadapinya. Kita
sebagai gutu dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran.
Kita juga harus menguasai teknologi yang ada. Kita bisa jika ada kemauan. Kemauan
untuk berubah menjadi lebih baik. Kemauan untuk mempelajari semua hal yang
memanfaatkan teknologi. Hal tersebut dilakukan guna menjawab tuntutan
perkembangan teknologi. Ada hikmah dibalik pandemi ini. Terutama bagi saya. Saya
bisa memanfaatkan aplikasi yang ada untuk pembelajaran jarak jauh. Google classroom,
google form, zoom meetng, video pembelajaran, youtube channel alhamdulillah saya
dapat menggunakannya.
Mengutip yang dikatakan Nelson Mandela, Pendidikan adalah senjata paling
mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia.
Kompetensi dan kualitas guru dalam memberikan pembelajaran akan menentukan
efektivitas pembelajaran. Intinya adalah bagaimana kualitas dan kompetensi guru untuk
kemudian dapat memanfaatkan teknologi dengan maksimal sehingga bisa menciptakan
pembelajaran yang efektif bagi siswanya.

Anda mungkin juga menyukai