Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 8

PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA


A. Pendahuluan
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai,
dengan atau tanpa menciderai dirinya. Berdasarkan pengalaman kasus beberapa kejadian di
rumah sakit kadang tidak diperhatikan, yaitu pasien jatuh pada saat sedang mendapatkan
pelayanan di rumah sakit baik itu pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.
B. Pengertian
World Health Organization (WHO) mendefinisikan jatuh sebagai "an event which results in
a person coming to rest inadvertently on the ground or floor or some lower level". Jatuh
adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melibatkan seseorang
mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996).
Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh merupakan salah satu dari 6 (enam) SKP
Sasaran keselematan pasien. Pada umumnya proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun
dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun termasuk peningkatan kejadian
risiko jatuh.

C. Tujuan
1. Mengkaji risiko jatuh pada pasien
2. Mengevaluasi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alcohol
3. Pengkajian gaya berjalan dan keseimbangan serta alat bantu jalan yang digunakan
pasien
4. Menentukan intervensi pencegahan jatuh atau penatalaksanan bila terjadi jatuh

D. Faktor Penyebab Jatuh :


1. Faktor Intrinsik (Dari Dalam Diri)
a. Gangguan gaya berjalan;
b. Kelemahan otot anggota gerak bawah;
c. Kekakuan sendi; dan
d. Kehilangan kesadaran (pingsan).
2.  Faktor Lingkungan
a. Lantai yang licin atau tidak rata;
b. Tersandung benda-benda; dan
c. Penglihatan berkurang karena cahaya yang kurang.

E. Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia :


1. Alat dan perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil atau tergeletak di
bawah.
2. Tempat tidur yang rendah.
3. WC jongkok
4. Tempat berpegangan yang tidak kuat :
 Lantai yang tidak datar.
 Karpet yang tidak dilem dengan kuat.
 Lantai yang licin atau basah.
 Penerangan yang tidak baik.
 Alat bantu yang tidak tepat.

Faktor Situasional (Kemungkinan) :

1. Aktivitas
 Berjalan
 Naik turun tangga
 Mengganti posisi
2. Lingkungan
 terjadi di rumah (70%)
 terjadi di tangga (10%)
 di area lainnya (20%)
3. Penyakit
 Sesak nafas
 Nyeri dada tiba-tiba (pada penderita jantung)
 Stroke
 Parkinson

F. Komplikasi Jatuh Pada Lansia :


1. Perlukaan
 Robek atau tertariknya otot (kesleo)
 Patah tulang ( Tulang panggul, tulang paha, lengan bawah, tungkai
2. Kecacatan
3. Meninggal dunia

G. Pencegahan Jatuh
Di rumah :
1. Latihan Fisik : Latihan fisik diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi,
dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan.
2. Management obat-obatan : Memperhatikan efek samping reaksi dari obat yang
dikonsumsi dan kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama.
3. Modifikasi Lingkungan : Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas dan dingin, taruh
barang-barang yang sering diperlukan berada dalam jangakauan , gunakan karpet
antislip di depan kamar mandi, pertahankan lantai supaya tidak licin, pasang pegangan
tangan di tempat yang diperlukan , berikan penerangan yang memadai, hindari
penggunaan furniture yang beroda
4. Memperbaiki kebiasaan lansia, misalnya: berdiri dari posisi duduk atau jongkok jangan
terlalu cepat , hindari mengangkat barang yang berat, hindari olahraga yang berlebihan
5. Alas kaki, hindari sandal yang berhak tinggi, pakai sandal yang berhak pendek, jangan
berjalan hanya dengan menggunakan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan, pakai sandal yang anti slip
6. Alat bantu jalan Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang
mendasarinya. Penggunaan alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan
roda, karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.
Cane (tongkat jalan), crutch (tongkat ketiak), dan walker.
Di Rumah Sakit :
Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Langkah-langkah
diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisik
1. Aktifitas Umum yang dilaksanakan :
a. Menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko.
2. Aktifitas Khusus yang dilaksanakan :
a. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan
“Asesmen Risiko Jatuh”.
b. Melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan asesmen ulang pada semua
pasien (setiap hari / Bila ada perubahan )
c. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh
dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”
d. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif,
dan
e. Mengurangi risiko cidera akibat jatuh.
Asesmen risiko jatuh awal akan dilakukan :
1. Perawat akan melakukan Asesmen Risiko Jatuh pada seluruh pasien yang masuk di
IGD untuk pasien dewasa menggunakan formulir dengan asesmen risiko jatuh yang
mengacu kepada Morse Fall Scale, sedangkan untuk pasien anak menggunakan skala.
Untuk rawat jalan menggunakan formulir get up and go pasien ditandai dengan pita
kuning diikat di lengan.
2. Perawat akan melakukan reasesmen risiko jatuh dalam waktu 4 jam dari pasien
masuk di rawat inap dan mencatat hasil asesmen ke dalam rekam medis pasien.
3. Jika hasil asesmen risiko jatuh ditemukan adanya risiko jatuh dengan skala sedang
sampai berat maka pasien akan diberikan stiker warna kuning pada gelang identitas
yang mengidentifikasikan bahwa pasien dengan risiko jatuh.
Asesmen ulang risiko jatuh akan dilakukan :
1. Setiap pasien rawat inap akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap hari atau
bila ada perubahan kondisi pasien.
2. Penilaian risiko jatuh dengan menggunakan formulir pengkajian risiko jatuh untuk
pasien dewasa menggunakan formulir dengan asesmen risiko jatuh yang mengacu
kepada Morse Fall Scale dan untuk rawat jalan menggunakan form get up and go.
3. Untuk mengubah kategori dari risiko sedang dan tinggi ke risiko jatuh rendah
diperlukan skor <5 dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut

Mitigasi Risiko
Dari hasil asesmen diperoleh parameter risiko yang telah dilengkapi dengan skor
tingkatan (derajat) risiko; yang selanjutnya dianalisa faktor mitigasinya berupa langkah
langkah intervensi yang harus dilakukan.
Jenis intervensi yang dilakukan sangat beragam tergantung parameter risikonya; misalnya
memperbaiki kondisi lingkungan dan fasilitas rumah sakit (memasang karpet anti slip,
memamasang atau memperbaiki rel pegangan, memasang dan memperbaiki pengaman
tempat tidur, memasang dan memperbaiki kursi tunggu, dan lain-lain). Hal lain yang
lebih spesifik seperti memperbaiki jarak jangkauan barang atau fasilitas yang biasa
digunakan oleh pasien seperti bell panggilan, memastikan roda tempat tidur terkunci,
memastikan pagar pengaman tempat tidur terpasang/dinaikkan dan terkunci.
Hal penting lainnya adalah turut melibatkan pasien dan keluarga dalam mengurangi
risiko jatuh; misalnya dengan melalui edukasi, penjelasan kondisi lingkungan,
menjelaskan jadwal kunjungan nakes, dll.
H. Cara Menolong Lansia Jatuh
1. Cara bangun dari jatuh tanpa penolong :
a. Mengangkat badan dengan bantuan siku, mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut
dan kedua lengan lurus
b. Pegang permukaan kursi atau benda untuk membantu berdiri - Hadapkan tubuh ke
kursi untuk berdiri
c. Putar badan pelan-pelan dan duduk di kursi
2. Cara yang dapat dilakukan setelah jatuh jika tidak bisa bangun
a. Menarik perhatian dengan cara memukul benda atau membunyikan alarm yang ada
b. Temukan bantal/guling/pakaian yang digulung dan diletakan dibawah kepala
c. Untuk menghindari dingin gunakan taplak atau selimut untuk menutupi tubuh

I. Pengkajian Faktor Resiko Jatuh


Formulir Pengkajian Resiko Jatuh Morse
Rumah Sakit : ____________________ NIRM : ___________________
Alamat : ____________________ Nama : ___________________
Tgl masuk : ____________________ Jenis kelamin : ___________________
Jam : ____________________ Tgl Lahir : ___________________
Ruang Rawat : ____________________

PEMANTAUAN RESIKO JATUH PASIEN DEWASA


BERDASARKAN PENILAIAN SKALA MORSE FALLS SCALE (MFS)
No Pengkajian Skala Skoring 1 Skoring 2 Skoring 3
Saat masuk Tgl Tgl
1 Riwayat Jatuh : apakah pasien Tidak 0
pernah jatuh dalam 3 bulan Ya 25
terakhir?
2 Diagnosa Skunder : Apakah pasien Tidak 0
memiliki lebih dari penyakit ? Ya 25
3 Alat bantu jalan : 0
Bed rest/dibantu perawat
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda 30
sekitar
4 Terapi intra vena : Apakah saat ini Tidak 0
pasien terpasang infus? Ya 20
5 Gaya berjalan/Cara berpindah: 0
Normal/bedrest/immobile
( tidak dapat bergerak sendiri)
Lemah/tidak bertenaga 10
Gangguan/ tidak normal 20
(pincang/diseret)
6 Status mental : 0
Pasien menyadari kondisi dirinya
Pasien mengalami keterbatasan 15
daya ingat
Total Nilai
Paraf dan nama petugas yang menilai

Keterangan :
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi >51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

Anda mungkin juga menyukai