Anda di halaman 1dari 6

A.

Delik makar dalam KUHP


Pengertian dari makar berasal dari kata “aanslag” (belanda) yang berarti
serangan atau “aanval” yang berarti suatu penyerangan dengan maksud
tidak baik (Misdadige Aanranding).
Dalam pasal 87 KUHP untuk dapat dikatakan makar bila melakukan
salah satu dari 2 macam perbuatan makar, yaitu jika :
1. Adanya niat untuk melakukan bentuk perbuatan makar.
2. Niat itu telah nyata diwujudkan oleh pelaku dengan adanya
permulaan pelaksanaan niat makar tertentu.
Jadi, untuk membuktikan unsur perbuatan makar haruslah menilai dari
pembuktian niat dengan suatu perbuatan dengan adanya bentuk
permulaan pelaksanaan niat makar dalam suatu perbuatannya.
Dalam pelaksanaan perbuatan makar dapat dikriteriakan dalam 3
kriteria :
1. Obyektif : yang telah dilakukan terdakwa benar-benar mendekatkan
pada kondisi yang potensial mewujudkan delik.
2. Subyektif : yang telah dilakukan terdakwa harus benar-benar dapat
dinilai bahwa tidak lagi ada keraguan niat untuk mewujudkan delik
yang diniatinya.
3. Perbuatan terdakwa harus dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum.
Bentuk makar dalam KUHP dapat digolongkan dalam 3 (tiga) bentuk
yaitu :
1. Pasal 104 KUHP : dalam pasal ini tindak pidana makar dimaksud
dengan melakukan pembunuhan terhadap Presiden dan Wakil
Presiden untuk merampas kemerdekaan mereka atau menjadikan
mereka tidak mampu memerintah .
Diancam dengan pidana paling lama seumur hidup.
2. Pasal 106 KUHP : makar yang dimaksud merupakan perbuatan agar
suatu wilayah negara atau keseluruhan wilayah negara jatuh
ketangan musuh.

Studi Komparasi Antara Konsep Delik Makar Dengan Jarimah AL Baghyu Hukum
Pidana Islam | 1
Diancam pidana penjara seumur hidup atau paling lama dua puluh
tahun.
3. Pasal 107 KUHP :
(1)Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan,
diancam pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2)Pemimpin dan pengatur makar dalam ayat 1, diancam dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Bila diuraikan lebih lanjut maka perbuatan makar dapat dirumuskan
menjadi 6 rumusan dalam modul kuliah pidana politik Pak Kholiq :
a. Dengan maksud membunuh presiden dan wakil presiden.
b. Dengan maksud merampas kemerdekaan presiden dan wakil
presiden.
c. Dengan maksud menjadikan presiden dan wakil presiden tidak
mampu menyelenggarakan pemerintahaan.
d. Dengan maksud menjual Negara kepada asing.
e. Dengan maksud memisahkan suatu wilayah NKRI (seperatisme)
f. Dengan maksud menggulingkan pemerintah yang sah.
- Mengganti bentuk pemerintah
- Mengganti kepala pemerintah
- Mengganti system pemerintah1

1
Modul Kuliah Muh. Abdul Kholiq, SH., M. Hum Bab Makar.
Studi Komparasi Antara Konsep Delik Makar Dengan Jarimah AL Baghyu Hukum
Pidana Islam | 2
B.Delik makar dalam hukum pidana Islam
Dalam buku Ahmad Azhar Basyir “ikhtisar Fikih Jinayat” pengertian al
baghyu didifinisikan oleh 3 madzab :
a. Malikiyah
b. Hanafiyah
c. Syafi’iyah
Ketiga pendapat tersebut memiliki kesamaan yang pada pokoknya terkait
dengan pemberontakan yang berdasarkan suatu alasan (ta’wil) yang tidak
benar dan tidak taat atau patuh terhadap imam atau ulil amri.2
Dalam hal ini makar dalam islam masuk dalam kategori pemberontakan
karena terdapat ketidak patuhan terhadap pemimpin dan adanya upaya
untuk menjatuhkan kepemimpinan yang berkuasa.
Hal ini sangat berbeda dengan pendefinisian tentang delik makar yang
berbeda dengan delik pemberontakan dalam KUHP. Dalam Islam
perbuatan makar sudah dapat dikategorikan sebagai pembangkang atau
pemberontak yang dapat di jatuhi hukuman.
Unsur – unsur jarimah al-baghyu dalam buku Ahmad Wardi Muslich “Hukum
Pidana Islam” :
[1] Pembangkangan terhadap Kholifah (kepala negara)
Untuk terwujudnya jarimah pemberontakan disyaratkan harus ada upaya
pembangkangan terhadap kepala negara. Pengertian membangkang
adalah menentang kepala negara dan berupaya untuk menghentikannya,
atau menolak melaksanakan kewajiban sebagai warga negara. Kewajiban
atau hak tersebut bisa hak Allah SWT dan bisa juga hak individu.
Contohnya seperti penolakan untuk membayar zakat, penolakan untuk
melaksanakan putusan hakim, seperti hukuman had zina atau hukuman
qishosh.
[2] Pembangkangan dilakukan dengan kekuatan
Agar tindakan pembangkangan dianggap sebagai pemberontakan,
disyaratkan harus disertai dengan penggunaan dan pengerahan kekuatan.
Apabila sikap tersebut tidak disertai dengan penggunaan kekuatan maka
hal itu tidak dianggap sebagai pemberontakan. Contohnya : keengganan
untuk membai’at seorang Kholifah setelah ia didukung oleh mayoritas

2
Akhmad Azhar Basyir. 2000. Ikhtisar Fikih Jinayat. Yogyakarta : UII Pres.
Studi Komparasi Antara Konsep Delik Makar Dengan Jarimah AL Baghyu Hukum
Pidana Islam | 3
Muslimin, walaupun ia mengajak orang lain untuk memecat Kholifah
tersebut, dan tidak tunduk kepadanya; atau menolak melaksanakan
kewajiban tetapi baru sebatas ajakan semata. Dalam sejarah misalnya
sayidina Ali menolak untuk membaiat Abu Bakar, walaupun kemudian ia
membaiatnya. Demikian pula Sa’ad bin Ubadah tidak mau membaiat Abu
Bakar, sampai ia meninggal. Contoh lain seperti pembangkangan
kelompok Khowarij dari pemerintahan sayidina Ali. Mereka tidak dianggap
sebagai pemberontak, sampai ia mewujudkan sikapnya itu dengan
menggunakan kekuatan. Jadi apabila baru sebatas ide, sikep tersebut
belum termasuk pemberontakan.
[3] Adanya niat melawan hukum
Untuk terwujudnya tindak pidana pemberontakan, disyaratkan adanya niat
yang melawan hukum dari mereka yang membangkang. Unsur ini
terpenuhi apabila seseorang bermaksud menggunakan kekuatan untuk
menjatuhkan Kholifah atau tidak menaatinya. Apabila tidak ada maksud
untuk keluar dari Kholifah, atau tidak ada maksud untuk menggunakan
kekuatan maka perbuatan pembangkang itu belum dikategorikan sebagai
pemberontakan.3

Namun dalam hal ini terdapat perbedaan prespektif pemikir Islam bahwa
pembangkangan terhadap peraturan bukanlah kategori pemberontakan
karena merupakan bentuk normal dalam suatu pemerintahan terdapat
hukuman yang harus dijatuhkan merupakan bentuk kewajiban
pemerintah.

Hukuman bagi para pemberontak atau pembangkang :

1. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdulloh bin Umar r.a dari
Rosululloh s.a.w beliau bersabda;
“barang siapa yang telah memberikan kepercayaan kepada Imam dengan
ke dua tanganya dan sepenuh hatinya maka hendaklah ia
menaatinyasesuai dengan kemampuannya. Apabila datang orang lain yang
menentang dan melawannya maka pukullah leher orang lain tersebut.”

2. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dari Arfajah ibn Syuroyh, ia
berkata;
Saya mendengar Rosululloh s.a.w bersabda; “barang siapa yang datang
kepada kamu sekalian, sedangkan kamu telah sepakat kepada seorang
pemimpin, untuk memecah belah kelompok kalian maka bunuhlah ia.”

3. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dari Arfajah ibn Syuroyh, ia
berkata;
Nanti akan terjadi beberapa peristiwa, barang siapa yang berkehendak
memecah belah urusan umat ini, yang sudah disepakati maka bunuhlah ia
dengan pedang dimanapun ia berada.”

Dari ayat-ayat dan hadis-hadis yang telah dikemukakan di atas, jelaslah

3
Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta. Sinar Grafika.
Studi Komparasi Antara Konsep Delik Makar Dengan Jarimah AL Baghyu Hukum
Pidana Islam | 4
bahwa pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah merupakan
tindakan pidana yang dapat dikenai hukuman.4

C. Kesimpulan

Dalam makalah ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa delik makar
dalam KUHP merupakan suatu awalan atau permulaan dari suatu
pemberontakan dan hal ini berbeda dengan jarimah Al Baghyu dalam
prespektif Islam yang menggabungkan permulaan pemberontakan
dengan pemberontakan itu sendiri dengan perbedaan beratnya suatu
hukuman atau sanksi yang diberikan.

Persamaan dapat dilihat dari unsur penggulingan suatu kekuasaan


dengan cara yang melawan hukum atau dengan alasan yang tidak baik.

4
http://ngobrolislami.wordpress.com/2011/02/17/konsep-hukum-pidana-islam-jarimah-
pemberontakan/
Studi Komparasi Antara Konsep Delik Makar Dengan Jarimah AL Baghyu Hukum
Pidana Islam | 5
DAFTAR PUSTAKA
Modul Kuliah Muh. Abdul Kholiq, SH., M. Hum Bab Makar.

Akhmad Azhar Basyir. 2000. Ikhtisar Fikih Jinayat. Yogyakarta : UII Pres.

Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta. Sinar Grafika.

http://ngobrolislami.wordpress.com/2011/02/17/konsep-hukum-pidana-
islam-jarimah-pemberontakan/

Studi Komparasi Antara Konsep Delik Makar Dengan Jarimah AL Baghyu Hukum
Pidana Islam | 6

Anda mungkin juga menyukai