A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
(1) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
(2) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
(3) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
(4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan;
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
(6) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Penyakit Menular;
(7) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
(8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019
tentang Penanggulangan Kusta;
(9) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/308/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kusta;
(10) Kepmenkes Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
(11) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang Penanggulangan
Penyakit Kusta dan Frambusia;
(12) Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit kusta, Kemenkes RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2015;
2. Gambaran Umum
Secara nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah low
endemic dengan angka prevalensi kusta di bawah 1 per 10.000 penduduk.
Walaupun demikian angka penemuan kasus baru insiden 5 per 100.000
penduduk (target 10/100.000 penduduk). Ini menggambarkan bahwa
penularan penyakit ini di masyarakat terus berlangsung. Suatu kenyataan
bahwa sebagian besar dari penderita kusta adalah dari golongan ekonomi
lemah. Kecacatan yang terjadi dan ada pada penderita kusta akan menjadi
penghalang bagi penderita kusta dalam kehidupan bermasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan
dalam pembangunan bangsa dan negara. Disamping cacat yang timbul,
pendapat yang keliru dari masyarakat terhadap kusta, rasa takut yang
berlebihan atau leprophobia akan memperkuat persoalan sosial ekonomi
penderita kusta. Penemuan secara dini tanpa kecacatan hingga RFT
(Release From Treatment/berhenti minum obat MDT (Multi Drug Therapy)
Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”
setelah dianggap sudah sembuh) merupakan tujuan dari keberhasilan
program Kusta sehingga eliminasi kusta dapat lebih cepat terwujud dan kusta
tidak lagi menjadi masalah kesehatan dalam masyarahat.
Kegiatan Program Kusta yang telah dilaksanakan di wilayah Nusa Tenggara
Timur pada tahun 2019 dari 22 kabupaten/kota didapatkan data untuk PR
(Prevalensi Rate) 0,80 / 10.000 penduduk, tetapi untuk penduduk yang
diobati (P/D) masih relative tinggi yaitu 3,32 dari rasio P/D 0,8 – 1,2 dari
sebagian data yang diolah dan dianalisa masih adanya kekurangan dalam
kualitas pelayanan program MDT, dan dimungkinkan masih adanya
pencatatan dari register penderita yang seharusnya sudah keluar tetapi belum
dikeluarkan dari register.
Indonesia memiliki target eliminasi kusta di seluruh provinsi pada tahun
2020 dan eliminasi kusta di seluruh kabupaten/ kota seluruh Indonesia pada
tahun 2024 (eliminasi kusta yaitu angka prevalensi < 1/ 10.000 penduduk).
Dari 22 kabupaten kota di provinsi Nusa Tenggara Timur yang angka
prevalensi ratenya lebih dari 1>10.000 penduduk ada 6 kabupaten yaitu Kota
Kupang, TTU, Sabu Raijua, Alor, Flores Timur dan Lembata, sedangkan 16
kabupaten yang angka prevalensi ratenya kurang dari 1< 10.000 penduduk
serta kasus kusta anak tahun 2019 untuk NTT 8% masih lebih dari target
nasional yaitu< 5%. Dengan situasi ini perlu dilakukan intervensi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan kusta di Indonesia secara bertahap di
provinsi dan kabupaten/kota
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan komitmen pemerintah dalam pengendalian penyakit kusta
b. Mengupayakan keterampilan petugas disemua puskesmas dalam
mendeteksi kasus kusta
c. Mempertahankan keterampilan petugas di semua unit pelayanan dalam
tatalaksana pasien kusta
d. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya
deteksi dini kusta dan frambusia
e. Mengupayakan kecukupan logistik
Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”
D. PENERIMA MANFAAT
1. Penderita kusta, keluarga dan masyarakat.
2. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Puskesmas.
3. Kementerian Kesehatan
4. Negara
Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”
Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”