Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN /TERM OF REFERENCE

SURVEILANS DAN DETEKSI DINI PENYAKIT KUSTA


DALAM RANGKA INTENSIFIKASI PENEMUAN KASUS KUSTA
TAHUN 2021
================================================================

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum
(1) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
(2) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
(3) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
(4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan;
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
(6) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Penyakit Menular;
(7) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
(8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019
tentang Penanggulangan Kusta;
(9) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/308/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kusta;
(10) Kepmenkes Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
(11) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang Penanggulangan
Penyakit Kusta dan Frambusia;
(12) Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit kusta, Kemenkes RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2015;

2. Gambaran Umum
Secara nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah low
endemic dengan angka prevalensi kusta di bawah 1 per 10.000 penduduk.
Walaupun demikian angka penemuan kasus baru insiden 5 per 100.000
penduduk (target 10/100.000 penduduk). Ini menggambarkan bahwa
penularan penyakit ini di masyarakat terus berlangsung. Suatu kenyataan
bahwa sebagian besar dari penderita kusta adalah dari golongan ekonomi
lemah. Kecacatan yang terjadi dan ada pada penderita kusta akan menjadi
penghalang bagi penderita kusta dalam kehidupan bermasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan
dalam pembangunan bangsa dan negara. Disamping cacat yang timbul,
pendapat yang keliru dari masyarakat terhadap kusta, rasa takut yang
berlebihan atau leprophobia akan memperkuat persoalan sosial ekonomi
penderita kusta. Penemuan secara dini tanpa kecacatan hingga RFT
(Release From Treatment/berhenti minum obat MDT (Multi Drug Therapy)
Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”
setelah dianggap sudah sembuh) merupakan tujuan dari keberhasilan
program Kusta sehingga eliminasi kusta dapat lebih cepat terwujud dan kusta
tidak lagi menjadi masalah kesehatan dalam masyarahat.
Kegiatan Program Kusta yang telah dilaksanakan di wilayah Nusa Tenggara
Timur pada tahun 2019 dari 22 kabupaten/kota didapatkan data untuk PR
(Prevalensi Rate) 0,80 / 10.000 penduduk, tetapi untuk penduduk yang
diobati (P/D) masih relative tinggi yaitu 3,32 dari rasio P/D 0,8 – 1,2 dari
sebagian data yang diolah dan dianalisa masih adanya kekurangan dalam
kualitas pelayanan program MDT, dan dimungkinkan masih adanya
pencatatan dari register penderita yang seharusnya sudah keluar tetapi belum
dikeluarkan dari register.
Indonesia memiliki target eliminasi kusta di seluruh provinsi pada tahun
2020 dan eliminasi kusta di seluruh kabupaten/ kota seluruh Indonesia pada
tahun 2024 (eliminasi kusta yaitu angka prevalensi < 1/ 10.000 penduduk).
Dari 22 kabupaten kota di provinsi Nusa Tenggara Timur yang angka
prevalensi ratenya lebih dari 1>10.000 penduduk ada 6 kabupaten yaitu Kota
Kupang, TTU, Sabu Raijua, Alor, Flores Timur dan Lembata, sedangkan 16
kabupaten yang angka prevalensi ratenya kurang dari 1< 10.000 penduduk
serta kasus kusta anak tahun 2019 untuk NTT 8% masih lebih dari target
nasional yaitu< 5%. Dengan situasi ini perlu dilakukan intervensi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan kusta di Indonesia secara bertahap di
provinsi dan kabupaten/kota

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan komitmen pemerintah dalam pengendalian penyakit kusta
b. Mengupayakan keterampilan petugas disemua puskesmas dalam
mendeteksi kasus kusta
c. Mempertahankan keterampilan petugas di semua unit pelayanan dalam
tatalaksana pasien kusta
d. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya
deteksi dini kusta dan frambusia
e. Mengupayakan kecukupan logistik

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta dan frambusia ini
dilaksanakan dengan cara swakelola, untuk mencapai keluaran dilakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk perjalanan dinas petugas
provinsi, kabupaten, puskesmas dan kader/tokoh masyarakat dalam
rangka melakukan penemuan kasus secara dini dimasyarakat dan
sekolah – sekolah atau pada anak usia sekolah dasar (SD), dengan
maksud untuk mencegah ditemukannya penderita yang sudah cacat.
b. Kegiatan ini dilaksanakan di 12 kabupaten/kota yang Prevalssi Ratenya
diatas 1/10.000 penduduk, Tahun 2017 Kab.Ende, Tahun 2019 yakni
Kabupaten Kupang, TTS, Malaka, Sikka dan Sabu Raijua, Tahun 2020 :
TTU, Belu, Alor, Flores Timur, Sumba Timur dan Lembata.

Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”
D. PENERIMA MANFAAT
1. Penderita kusta, keluarga dan masyarakat.
2. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Puskesmas.
3. Kementerian Kesehatan
4. Negara

E. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Kegiatan Pengendalian Program Kusta ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli
sampai dengan Oktober Tahun Anggaran 2021
No Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Intensifikasi Penemuan
V V V V
Kasus Kusta

F. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari DIPA
Satuan Kerja Dinas Kesehatan, Kepndudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi
NTT (05) Program P2 Kusta Tahun Anggaran 2021 sebesar Rp.949.980.000,-
(Sembila Ratus Empat Puluh Sembilan Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh
Ribu Rupiah), dengan rincian anggaran biaya terlampir.

Kupang, Pebruari 2021


Penanggung jawab kegiatan
Kepala Bidang P2P

Ir. Erlina R. Salmun, M.Kes


NIP.196709191997032003

Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”
Motto Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT : “Melayani Sepenuh hati untuk
Masyarkat NTT yang Sehat.”

Anda mungkin juga menyukai