Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH OBJEK KAJIAN ANTROPOLOGI ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Dalam memahami agama terutama agama islam, tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Islam
sebagai agama yang Rahmatal lil’alamin( rahmat seluruh alam) harus di pahami secara menyeluruh dari
segala aspeknya. Adanya pemahaman yang sempit terhadap islam ( Al-qur’an dan Hadis) membuat umat
islam semakin tertinggal jauh dengan umat yang lain (non muslim) baik dari segi pengetahuan,polotik,
ekonomi, sosial maupun budaya. Pemahaman yang sempit tersebut juga menimbulkan perpecahan di
kalangan umat Islam, sehingga Islam makin lemah dalam percaturan kehidupan negara-negara dunia.

Salah satunya adalah memahami islam dari konsep antropologi. Memahami antropologi dalam objek
kajian islam merupakan hal yang penting dalam memahami islam secara kaaffah.

b. Rumusan Masalah

1. Apa definisi antropologi?

2. Bagaimana pendeketan antropologi dalam studi islam?

3. Bagaimana signifikasi antropologi dalam pendekatan studi islam?

4. Bagaimana kajian antropologi dalam kajian islam?

c. Tujuan penulisan makalah

1. Mengetahui definisi antropologi.

2. Mengetahui bagaimana pendekatan antropologi dalam studi islam.

3. Mengetahui signifikasi antropologi dalam pendekatan studi islam.

4. Mengetahui kajian antropologi bagi kajian islam.

BAB II

PEMBAHASAN

a. Definisi Antropologi
Antropologi secara harfiah berasal dari bahasa Yunani, dari kata antropos yang berarti manusia dan
logos yang berarti ilmu. Antropologi adalah ilmu yang membahas tentang manusia[1]. Antropologi
berusaha untuk mengkaji sistem-sistem yang berkaitan dengan kehidupan manusia, masyarakat, serta
budayanya. Mengkaji agama dengan menggunakan pendekatan antropologi membuahkan ilmu yang
dikenal dengan istilah antropologi agama.

Kajian agama melalui tinjauan antropologi dapat diartikan sebagai salah satu upaya untuk memahami
agama dengan melihat wujud praktik keagamaan (tindakan, perilaku) yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat. Kajian ini diperlukan sebab elemen-elemen agama bisa dijelaskan dengan tuntas melalui
pendekatan antropologi dan juga ilmu sosial lainnya.

Artinya, dalam memahami ajaran agama manusia dapat dijelaskan melalui bantuan ilmu antropologi,
dengan menggunakan (bantuan) teori-teori di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bahwa agama mempunyai fungsi, melalui simbol-simbol atau nilai-nilai yang dikandungnya dan “hadir di
mana-mana”. Oleh karenanya, agama ikut mempengaruhi, bahkan membentuk stuktur sosial, budaya,
ekonomi, politik dan kebijakan umum. Dengan pendekatan ini kajian studi agama dapat dikaji secara
komprehensif melalui pemahaman atas makna terdalam dalam kehidupan beragama di masyarakat.
Kemudian dapat terlihat bahwa ada korelasi antara agama dengan berbagai elemen kehidupan
manusia/masyarakat. Meski demikian, tulisan ini hanya memberi gambaran pentingnya kajian studi
agama dari sudut pandang antropologi.

b. Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami
agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa
cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam
disiplin ilmu agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-
kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan
dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke
lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan
teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi
dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan
kepada penelitian historis.

Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-pendekatan lain. Para peneliti
antropologi harus melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus menimbulkan
pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang spesifik, dan mempraktekkan
metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi dapat dianggap sebagai ilmu keragaman manusia, dalam
tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan demikian, antropologi agama akan menjadi penyelidikan
scientific keragaman agama manusia. Sebagaimana ungkapan yang berbunyi :
“Theanthropologicalstudyof religionmustbedistinguishedand distinguishablefrom these
otherapproachesin somemeaningfulways;itmustdooroffersomethingthattheothersdonot.Itmust
raiseitsownspecificquestions,come fromitsownspecificperspective,andpractice itsownspecific
method.Anthropologycanbestbethoughtofasthescience ofthediversityofhumans,in theirbodies
andtheirbehavior.Thus,theanthropologyofreligionwillbethescien-tificinvestigationofthe
diversityofhumanreligions”

Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami
agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami
perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi
akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting
untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.

Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam
memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan-persoalan yang dialami
manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya. Pergumulan dalam kehidupan
kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya. Para antropolog menjelaskan
keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan membedakan apa yang mereka sebut sebagai
'common sense' dan 'religious atau mystical event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan
kegiatan sehari-hari yang biasa diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan
teknologi, sementera itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan
kemampuan nalar maupun teknologi[2].

Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap
tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang
mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak
pada interpretasi dan pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk
memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah
dipraktikkan-Islam that is practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia.
Karena begitu pentingnya penggunaan pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin
Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologiterhadap agama. yaitu :

1. Bercorakdescriptive, bukannya normative.

2. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah local practices , yaitu praktik konkrit
dan nyata di lapangan.

3. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan
secara lebih utuh (connections across social domains).

4. Comparative, artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai
tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
c. Signifikasi Antropologi dalam Pendekatan Studi Islam

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami
agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa
cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologis dalam melihat suatu masalah digunakan pula
untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Powam Rahardjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.

Penelitian antropologi yang Grounded Research, yakni penelitian yang penelitinya terlibat dalam
kehidupan masyarakat yang ditelitinya. Seorang peneliti datang ke lapangan tanpa ada prakonsepsi
apapun terhadap fenomena keagamaan yang akan diamatinya. Fenomena-fenomena tersebut
selanjutnya disatukan dengan menggunakan kerangka teori tertentu. Misalnya seperti penelitian yang
dilakukan oleh Geetz tentang struktur-struktur sosial di Jawa yang berlainan.

Struktur-struktur sosial yang dimaksud adalah Abangan (yang intinya berpusat dipedesaan), santri (yang
intinya berpusat di tempat perdagangan atau pasar), dan priyayi (yang intinya berpusat di kantor
pemerintahan, dikota). Adanya tiga struktur sosial yang berlainan ini menunjukkan bahwa dibalik kesan
yang didapat dari pernyataan bahwa penduduk Mojokuto itu sembilan puluh persen beragama Islam.
Tiga lingkungan yang berbeda itu berkaitan dengan masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam
di Jawa yang telah mewujudkan adanya Abangan yang menekankan pentingnya aspek-aspek animistik,
santri yang menekankan pentingnya aspek-aspek Islam dan priyayi yang menekankan aspek-aspek
Hindu[3].

d. Kajian Antropologi Bagi Kajian Islam

Penjelasan antropologi sangat berguna untuk membantu mempelajari agama secara empirik. Kajian
agama dalam empiris dapat diarahkan kedalam dua aspek yaitu manusia dan buadaya. Tanpa
memahami manusia maka pemahman tentang agama tidak akan menjadi sempurna, kebudayaan yang
memberikan arti bagi kehidupan dan prilaku manusia yang tidak bisa dipisahkan dalam memahami
manusia. Kajian antropologi memberikan fasilitas bagi kajian islam untuk lebih melihat keragaman
pengaruh budaya islam terhadap praktek islam.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari uraiyan di atas dapat di tarik beberapa kesimpulan antara lain :


1.Antropologi adalah ilmu yang membahas tentang manusia.

2.Dan antropologi agama adalah ilmu yang membahas tentang pemahaman agama dengan
menggunakan pendekatan antropologi itu sendiri.

3.Memahami islam dalam konteks sejarah dan budaya saja tidak lengkap tampa memahami manusia

Daftar Pustaka

http://karissadewi.blogspot.co.id/2013/03/makalah-antropology-dalam-kajian-islam.html

http://pascasarjanastainkds.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-antropologi-dalam-studi-
islam_8948.html

Jurnal religo UIN Sunan Gunung Djati

Anda mungkin juga menyukai