Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI

MADRASAH
TENTANG

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI


MADRASAH

Oleh :

Kelompok 7
Safira awaliah (190101151)

Khairul Majdi (190101165)

Muhammad Rifqi (190101177)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pembelajaran Aqidah Akhlak di
madrasah tentang “Model Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pembelajaran
Aqidah Akhlak kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Penyusun,

(Kelompok 4)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 2
C. Tujuan …………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 3

A. Pengertian Model Pembelajaran…………………………….….. 3


B. Macam-macam Model Pembelajaran ………………….………. 4
C. Model-model Pembelajaran aqidah Akhlah di Madrasah ……. 7

BAB III PENUTUP ……………………………………………………… 11

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 12

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran aqidah akhlak sebagai suatu proses pengembangan potensi


kreatifitas siswa, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi
berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa,
dan negara serta agama.

Pendidikan sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat di era


global harus dapat memberikan dan memfasilitasi bagi tumbuh dan
berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Pendidikan harus
menumbuhkan berbagai potensi peserta didik, keterampilan intelektual, sosial
dan personal tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja tetapi juga
inspirasi, kreativitas, moral, emosi dan spiritual. (Suprijono, 2011 : 12).

Pendidikan Agama Islam pada dasarnya bertujuan mengantarkan dan


membentuk manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta membentuk manusia yang cerdas, terampil, berbudi luhur, bertanggung
jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya kebahagiaan dunia dan
akhirat.( Hawi, 2014:21 ) Salah satu materi Pendidikan Agama Islam yang harus
diajarkan kepada peserta didik yaitu pendidikan akhlak. Tujuan dari pendidikan
akhlak yaitu membentuk diri yang religius dan berakar pada hati nurani, sikap
yang religius akan memisahkan anak dari kebiasaan buruk dan sifat negatif.
Akan tetapi tujuan tersebut akan sulit dicapai manakala dalam proses
pembelajaran kurang memperhatikan model pembelajaran dan juga metode
pembelajaran.

Pengertian menurut Syaiful Sagala (2005: 175) sebagaimana dikutip oleh


Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
2

pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar


mengajar. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus Suprijono,
2011: 46).

Pemakaian model pembelajaran yang tepat sangat membantu terhadap


keberhasilan materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu model
pembelajaran harus dipilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Karena
tidak ada suatu model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi, maka
pemakaian model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi masing-
masing.

Jadi, disini saya tertarik untuk membahas mengenai model pembelajaran


yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak di madrasah khususnya
madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran ?
2. Apa saja bentuk model-model pembelajaran ?
3. Bagaimana model pembelajaran aqidah akhlak di madrasah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran
2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran aqidah akhlah di
madrasah
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Model menurut KBBI adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu
yang akan dibuat atau dihasilkan.
Sedangkan pengertian pembelajaran dalam KBBI adalah psoses, cara,
pembuatan, menjadi makhluk hidup belajar. Pembelajaran dapat dikatakan
sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap
pemahaman.1
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang
dibuat yang digunakan dalam proses pembelajara (proses menjadikan makhluk
hidup belajar).2
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum
model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang
diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45),
model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu.
Pengertian menurut Syaiful Sagala (2005: 175) sebagaimana dikutip
oleh Indrawati dan Wanwan Setiawan (2009: 27), mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id

2
Juni Ahyar dan Mujir, Kamus Istilah Ilmiah (Jawa Barat : CV. Jejak, 2019) Hal.26
4

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa


model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Macam-macam Model Pembelajaran


Berikut akan dijelaskan beberapa model pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran :3
1. Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model


pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau
keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran
berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. (Depdiknas, 2010:
24).
Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung
atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran
ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara
langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang
melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini
berpusapada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran
dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta
didik, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah
Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan
masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model
pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).

3
Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd, Model dan Metode pembelajaran di Sekolah (Semarang :
UNISSULA Press, 2013) Hal. 16
5

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang


efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto,
2010:92).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian,
dan percaya diri.

3. Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
atau CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa
secara nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa:2006: 102).
Menurut Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa CTL adalah
suatu konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.
Johnson (dalam Nurhadi: 2003: 12) merumuskan bahwa CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna/arti dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menghadirkan dunia
nyata di dalam kelas untuk menghubungkan antara pengetahuan yang ada
6

untuk diterapkan dalam kehidupan siswa. Dengan CTL memungkinkan


proses belajar mengajar yang tenang dan menyenangkan, karena
pembelajarannya dilakukan secara alamiah, sehingga memungkinkan
peserta dapat mempraktekkan secara langsung materi yang dipelajarinya.

4. Model Pembelajaran Kooperatif


Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing
adalah cooperative learning. Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 49)
Pada hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau
strategi pembelajaran gotong-royong yang konsepnya hampir tidak jauh
berbeda dengan metode pembelajaran kelompok.
Menurut Sholihatin dan Raharjo (2007: 4) Pada dasarnya
cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di
mana keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen.
Berdasarkan pengertian kooperatif yang dikemukakan oleh ahli di
atas, menurut penulis pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
adalah kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja kelompok untuk
bekerjasama saling membantu. Tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5
orang,siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter).

5. Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)


Menurut Zaini (2008: 67)) model pembelajaran Index Card Match
(mencari pasangan) adalah model pembelajaran yang cukup
menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya. Materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan
7

catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan
terlebih dahulu sehingga peserta didik ketika masuk ruangan kelas sudah
memiliki bekal pengetahuan.
Dengan model pembelajaran Index Card Macth, peserta didik
dapat belajar aktif dan berjiwa mandiri. Walaupun dilakukan dengan cara
bermain, model pembelajaran Index Card Macth dapat merangsang peserta
didik untuk melakukan aktivitas belajar secara bertanggung jawab dan
disiplin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan prestasi belajar
dapat meningkat. Asek-aspek dalam pembelajaran Index Card Match
menurut Maryati (2010: 13)

C. Model Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah


Dari beberapa model pembelajaran yang dijelaskan di atas,
sebenarnya semua model bisa digunakan dalam pembelajaran aqidah
akhlak, yaitu menyesuaikan dengan materi ajar. Akan tetapi, model
pembelajaran yang sesuai dan banyak digunakan dalam pembelajaran
aqidah akhlak di madrasah khususnya Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah adalah model pembelajaran Kontekstul (CTL) dan
Kooperatif.
Berikut akan dijelaskan model pembelajaran Kontekstual (CTL)
dan kooperatif :

1. Model Pembelajaran Kontekstual


Model pembelajaran ini biasanya cocok diterapkan pada
saat materi menghindari akhlak tercela seperti, riya,
namimah,ghibah, dll. Karena model pembelajaran ini mengkaitkan
pembelajaran siswa dengan kehidupan nyata.
Dengan mempelajari bahayanya sifat riya maupun ghibah,
maka dia akan bisa mengaplikasikan ke kehidupan sehari-harinya
agar tidak melakukan hal tersebut. dan masih banyak lagi materi
yang sesuai menggunakan model pembelajaran ini, misalnya adab
makan minum, adab dalam sholat, dll. Dengan kita mempelajari
8

materi menggunakan model pembelajaran kontekstual maka kita


akan menerapkan adab makan minum yang benar di kehidupan
sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif ini bisa diterapkan dalam
semua materi aqidah akhlak. Seperti iman kepada allah, iman kepada
malaikat, iman kepada hari kiamat, dll. Model pembelajaran ini
memiliki tipe lagi yaitu sbb :4

a. Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw para siswa
bekerja dalam tim yang heterogen, para siswa tersebut
diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit dan
diberikan “lembar ahli” yang dibagi atas topik-topik yang
berbeda, yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing
anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua siswa
selesai membaca, siswa-siswa yang dari tim yang bereda yang
memiliki fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok
ahli” untuk mendiskusikan topic mereka. Setelah itu para ahli
kembali ke timnya secara bergantian mengajari teman satu
timnya mengenai topic mereka.

b. Tipe CIRC
Cooperative Integrated Reading And Composition
(CIRC) atau kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu
suatu model pembelajaran menyeluruh dengan cara membaca
dan menulis yang melibatkan kerja sama murid dalam suatu
kelompok dimana kesuksesan kelompok tergantung pada
kesuksesan masing-masing individu dalam kelompok tersebut
(Slavin,2010: 5).

4
Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd, Model dan Metode pembelajaran di Sekolah (Semarang : UNISSULA
Press, 2013) Hal. 58
9

c. Tipe NHT
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran
berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Numbered Head Together (NHT) dikembangkan
oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut (Trianto. 2009: 82).

d. Tipe Make a Match (membuat sebuah kartu)


Menurut Suprijono (2011: 94) Merupakan tipe yang
menggunakan kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu
berisi pertanyaanpertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

e. Tipe STAD
Menurut Slavin (2010: 143) pembelajaran Student
Teams Achievement Divisions ( STAD ) merupakan salah satu
dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru
mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa perlu ditempatkan
dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin,
dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja
di kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menguasai materi tersebut.

f. Tipe TGT
10

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali


satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan individu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademiknya
sebelumnya setara seperti mereka. Jadi inti dari TGT adalah
siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, kamudian mereka
melakukan permainan dengan anggota kelompok lain untuk
memperoleh skor bagi kelompok mereka.

BAB III
PENUTUP
11

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua model pembelajaran bisa digunakan
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, akan tetapi yang sering dan paling sesuai
dengan pembelajaran aqidah akhlak di madrasah baik Madrasah Tsanawiyah
maupun madrasah Aliyah adalah model pembelajaran Kooperatif dan
Kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA
12

Juni Ahyar dan Mujir, Kamus Istilah Ilmiah (Jawa Barat : CV. Jejak, 2019)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id

Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd, Model dan Metode pembelajaran di Sekolah (Semarang
: UNISSULA Press, 2013)

Anda mungkin juga menyukai