Anda di halaman 1dari 54

WALIKOTA KOTAMOBAGU

PROVINSI SULAWESI UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU


NOMOR TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN SANGADI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


WALIKOTA KOTAMOBAGU,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kota Kotamobagu dalam


melaksanakan tahapan pemilihan Sangadi perlu
melakukan penegakan protokol kesehatan
untuk mencegah aktivitas yang menimbulkan
penyebaran penularan Corona Virus Disease
2019 yang membahayakan kesehatan
masyarakat;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31
ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, telah ditetapkan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Pemilihan Sangadi;
c. bahwa Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pemilihan
Sangadi, perlu disesuaikan dengan dinamika
sosiologis akibat bencana non alam yaitu
pandemi Corona Virus Disease 2019, sehingga
perlu diubah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Pemilihan Sangadi;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Kotamobagu Di Provinsi
Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4680);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6398);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
diubah beberapakali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 248, Tambahan Lembaran
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik indonesia Tahun 2019 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6321);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018
tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 73, Tambahan
Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor
6205);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112
Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2029), sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2020
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1409);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
157);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82
Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4),
sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 4);
11. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Pemilihan Sangadi
(Lembaran Daerah Kota Kotamobagu Tahun
2015 Nomor 4 Tambahan Lembaran Daerah
Kota Kotamobagu Nomor 4);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KOTA KOTAMOBAGU
dan
WALIKOTA KOTAMOBAGU

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN
PEMILIHAN SANGADI.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Pemilihan Sangadi (Lembaran Daerah Kota
Kotamobagu Tahun 2015 Nomo 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kota Kotamobagu Nomor 4), diubah
sebagai berikut:

1. Ketentuan pada Pasal 1 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud
dengan:
1. Daerah adalah Kota Kotamobagu.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota
Kotamobagu.
3. Walikota adalah Walikota Kotamobagu.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kotamobagu.
5. Kecamatan adalah bagian wilayah dari
Daerah Kota Kotamobagu yang dipimpin oleh
Camat.
6. Kelurahan adalah bagian wilayah dari
Kecamatan sebagai perangkat Kecamatan.
7. Desa adalah Desa dan Desa Adat yang
selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Sangadi dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
9. Sangadi adalah pejabat Pemerintah Desa
yang mempunyai wewenang, tugas dan
kewajiban untuk menyelenggarakan rumah
tangga Desanya dan melaksanakan tugas
dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
10. Calon Sangadi adalah bakal calon Sangadi
yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan
Sangadi sebagai calon yang berhak dipilih
menjadi Sangadi.
11. Perangkat Desa adalah unsur staf yang
membantu Sangadi dalam penyusunan
kebijakan dan koordinasi yang diwadahi
dalam sekretariat Desa, dan unsur
pendukung tugas Sangadi dalam
pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam
bentuk pelaksana teknis dan unsur
kewilayahan.
12. Badan Permusyawaratan Desa yang
selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan
yang anggotanya merupakan wakil dari
Penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
13. Musyawarah Desa adalah musyawarah
antara Pemerintah Desa, dan unsur BPD,
yang diselenggarakan oleh BPD untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
14. Pemilihan Sangadi adalah pelaksanaan
kedaulatan rakyat di Desa dalamrangka
memilih Sangadi yang bersifat langsung,
umum, bebas, rahasia,jujur dan adil.
15. Pemilihan Sangadi Serentak adalah
Pemilihan Sangadi yang dilaksanakan satu
kali atau bergelombang pada satu hari yang
sama.
16. Pemilihan Sangadi Antar Waktu adalah
pemilihan Sangadi karena Sangadi berhenti
dan sisa masa jabatannya lebih dari 1 (satu)
tahun yang dilaksanakan melalui
Musyawarah Desa.
17. Panitia Pemilihan Sangadi tingkat desa yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan
Sangadi adalah Panitia yang dibentuk oleh
BPD untuk menyelenggarakan proses
Pemilihan Sangadi.
18. Panitia Pemilihan Sangadi tingkat
Daerah/Kota/Kota Kotamobagu adalah
panitia yang dibentuk Walikota pada tingkat
Daerah dalam mendukung pelaksanaan
Pemilihan Sangadi.
19. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
yang selanjutnya disingkat KPPS adalah
kelompok yang dibentuk oleh Panitia
Pemilihan Sangadi untuk melaksanakan
pemungutan suara dan penghitungan suara
di tempat pemungutan suara.
20. Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya
disebut COVID-19 adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome - Corona Virus-2 yang
telah menjadi pandemi global berdasarkan
penetapan dari Organisasi Kesehatan Dunia
dan ditetapkan sebagai bencana non
alamnasional berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Sebagai Bencana Nasional.
21. Protokol Kesehatan adalah tata cara
penanganan kesehatan dalam mencegah dan
mengendalikan pandemi COVID-19.
22. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang
selanjutnya disingkat Satgas COVID-19
adalah organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan dan mengendalikan
implementasi kebijakan strategis yang
berkaitan dengan penanganan COVID-19.
23. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya
disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
24. Camat adalah pemimpin dan koordinator
penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan pemerintahan dari Walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi
Daerah.
25. Pimpinan Kepolisian Adalah pejabat tertinggi
Organisasi Polisi Republik Indonesia yang
ada di daerah/wilayah Pemilihan Sangadi
sebagai penanggung jawab keamanan dan
ketertiban masyarakat.
26. Pimpinan Satuan Teritorial Tentara Nasional
Indonesia adalah pejabat tertinggi Tentara
Nasional Indonesia di daerah.
27. Pimpinan Kewilayahan Tentara Nasional
Indonesia adalah pejabat tertinggi Tentara
Nasional Indonesia yang berada di
kecamatan.
28. Unsur terkait lainnya adalah unsur dari
perangkat daerah atau unit perangkat daerah
yang melaksanakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan, komunikasi informasi,
kesatuan bangsa dan politik, pemberdayaan
masyarakat desa dan hukum dan
pemerintahan.
29. Pemilih Sementara adalah pemilih yang
disusun berdasarkan data Daftar Pemilih
Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah
diperbaharui dan dicek kembali atas
kebenarannya serta ditambah dengan
pemilih baru.
30. Hari adalah hari kerja.
2. Ketentuan Pasal 7 ayat (2) diubah, sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7
(1) Pemilihan Sangadi Secara Serentak
dilaksanakan melalui tahapan:
a. persiapan;
b. pencalonan;
c. pemungutan suara; dan
d. penetapan.
(2) Tahapan proses pemilihan Sangadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara berurutan sesuai
dengan jadwal yang ditentukan dengan
Keputusan Walikota.

3. Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 9
Persiapan pemilihan di Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, terdiri atas
kegiatan:
a. pemberitahuan BPD kepada Sangadi tentang
akhir masa jabatan yang disampaikan 6
(enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatan;
b. pembentukan Panitia Pemilihan Sangadi oleh
BPD ditetapkan dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir
masa jabatan;
c. laporan akhir masa jabatan Sangadi kepada
Walikota, disampaikan dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan
akhir masa jabatan;
d. perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh
panitia kepada Walikota melalui Camat
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah terbentuknya Panitia Pemilihan
Sangadi; dan
e. persetujuan biaya pemilihan dari Walikota
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak diajukan oleh panitia.

4. Diantara Pasal 11 dan Pasal 12 disisipkan 1 (satu)


Pasal, yakni Pasal 11A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 11A
Pembentukan Panitia Pemilihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), disampaikan
secara tertulis oleh BPD kepada Walikota melalui
camat.

5. Ketentuan ayat (3) Pasal 12 diubah, sehingga


berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12
(1) Panitia sebagaimana dimaksud pada pasal 10
ayat (3) dipilih dari dan oleh anggota Panitia
Pemilihan Sangadi.
(2) Pemilihan Panitia Pemilihan Sangadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada hari yang sama setelah
acara pengambilan sumpah dan pelantikan
selesai.
(3) Tugas dan wewenang Panitia Pemilihan
Sangadi meliputi:
a. merencanakan, mengoordinasikan,
menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan;
b. merencanakan dan mengajukan biaya
pemilihan kepada Walikota melalui
Camat;
c. melakukan pendaftaran dan penetapan
pemilih;
d. mengadakan penjaringan dan
penyaringan bakal calon;
e. menetapkan calon yang telah memenuhi
persyaratan;
f. menetapkan tata cara pelaksanaan
pemilihan;
g. menetapkan tata cara pelaksanaan
kampanye;
h. memfasilitasi penyediaan peralatan,
perlengkapan dan tempat pemungutan
suara;
i. membentuk KPPS;
j. melaksanakan pemungutan dan
penghitungan suara;
k. menetapkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara dan mengumumkan
hasil pemilihan;
l. menetapkan calon Sangadi terpilih; dan
m. melakukan evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan pemilihan.
(4) Pembentukan KPPS sebagaimana ayat (3)
huruf i, dilakukan dalam hal terdapat
pembatasan jumlah pemilih dalam 1 (satu)
TPS berdasarkan keputusan atau kebijakan
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pembentukan KPPS sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (3) huruf i, diatur dengan
Peraturan Walikota.

6. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 14
(1) Walikota membentuk Panitia Pemilihan
Sangadi di Daerah yang ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
(2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terdiri dari:
a. unsur Forum Koordinasi Pimpinan
Daerah yaitu:
1. Walikota;
2. Pimpinan DPRD;
3. Pimpinan Kepolisian;
4. Pimpinan Kejaksaan; dan
5. Pimpinan satuan teritorial Tentara
Nasional.
b. Satgas Covid-19; dan
c. unsur terkait lainnya.
(3) Dalam kondisi bencana nonalam COVID-19,
Walikota membentuk sub kepanitian di
kecamatan pada Panitia Pemilihan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
terdiri dari:
a. unsur forum koordinasi pimpinan
kecamatan yaitu :
1. Camat
2. Pimpinan Kepolisian;
3. Pimpinan Kewilayahan Tentara
Nasional
b. satgas Covid-19 Kecamatan; dan
c. unsur terkait lainnya.
(4) Tugas Panitia Pemilihan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. merencanakan, mengoordinasikan dan
menyelenggarakan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan tingkat Daerah;
b. melakukan bimbingan teknis
pelaksanaan pemilihan Sangadi terhadap
Panitia Pemilihan Sangadi di Desa;
c. melaksanakan seleksi tambahan bagi
bakal calon yang memenuhi syarat lebih
dari 5 (lima) orang;
d. menetapkan jumlah surat suara dan
kotak suara;
e. memfasilitasi pencetakan surat suara dan
pembuatan kotak suara serta
perlengkapan pemilihan Iainnya;
f. menyampaikan surat suara dan kotak
suara dan perlengkapan pemilihan
lainnya kepada panitia pemilihan;
g. memfasilitasi penyelesaian permasalahan
pemilihan Sangadi di Daerah;
h. melakukan pengawasan penyelenggaraan
pemilihan Sangadi dan melaporkan serta
membuat rekomendasi kepada Walikota;
dan
i. melakukan evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan pemilihan.
(5) Tugas sub kepanitiaan pemilihan di
Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), meliputi :
a. melakukan sosialisasi dan edukasi
Protokol Kesehatan dalam pelaksanaan
Pemilihan Sangadi kepada Panitia
Pemilihan di Desa, calon Sangadi,
masyarakat Desa dan Satgas COVID-19 di
Desa serta unsur terkait lainnya;
b. mengawasi penerapan Protokol Kesehatan
dalam Pemilihan Sangadi; dan
c. menyampaikan hasil pengawasan
penerapan Protokol Kesehatan dalam
Pemilihan Sangadi kepada ketua Panitia
Pemilihan di Daerah.
(6) Ketentuan mengenai tugas Panitia Pemilihan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4) huruf c, huruf d, dan huruf e,
pelaksanaannya dapat ditugaskan kepada
Desa yang diatur dengan peraturan Walikota.
7. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 19
(1) Daftar pemilih yang digunakan pada saat
pelaksanaan Pemilihan Umum terakhir di
Desa, digunakan sebagai daftar pemilih
sementara untuk pemilihan.
(2) Pelaksanaan pemilihan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), termasuk pemilihan
Walikota dan/atau Gubernur Sulawesi Utara.
(3) Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dimutakhirkan dan divalidasi sesuai
data penduduk di Desa.
(4) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dilakukan karena:
a. memenuhi syarat usia pemilih, yang
sampai dengan hari dan tanggal
pemungutan suara pemilihan sudah
berumur 17 (tujuh belas) tahun;
b. belum berumur 17 (tujuh belas)
tahun,tetapi sudah/pernah menikah;
c. telah meninggal dunia;
d. pindah domisili ke desa lain; atau
e. belum terdaftar.
(5) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Panitia Pemilihan
Sangadi menyusun dan menetapkan daftar
pemilih sementara.

8. Ketentuan Pasal 20 ayat (1) diubah, sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20
(1) Daftar pemilih sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5),
diumumkan oleh panitia pemilihan pada
tempat-tempat yang mudah dijangkau
masyarakat dengan bantuan perangkat desa,
pengurus Rukun Tetangga atau Rukun
Warga lainnya untuk mendapat tanggapan
masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu
penyusunan daftar pemilih sementara.

9. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 27
(1) Calon Sangadi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia Dan Bhinneka
Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat
sekolah menengah pertama atau
sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh
lima) tahun pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi Sangadi;
g. tidak sedang menjalani hukuman pidana
penjara;
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali
5 (lima) tahun setelah selesai menjalani
pidana penjara dan mengumumkan
secara jujur dan terbuka kepada publik
bahwa yang bersangkutan pernah
dipidana serta bukan sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang;
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai
dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. berbadan sehat;
k. tidak pernah sebagai Sangadi selama 3
(tiga) kali masa jabatan;
l. bersedia tidak mengundurkan diri dari
bakal calon dan atau calon sangadi; dan
m. memenuhi kelengkapan dan keabsahan
persyaratan administrasi pencalonan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
administrasi pencalonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf m, diatur
dalam Peraturan Walikota.

10. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 29
(1) Panitia Pemilihan melaksanakan penjaringan
bakal calon Sangadi secara transparan dan
demoktratis.
(2) Calon Sangadi yang berhak dipilih paling
sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5
(lima) orang.
(3) Dalam hal bakal calon Sangadi yang
memenuhi syarat atau yang mendaftarkan
diri dan/atau memenuhi syarat hanya 1
(satu) orang atau tidak ada, panitia
pemilihan memperpanjang waktu
pendaftaran selama 20 (dua puluh) hari
setelah diumumkan pendaftaran ulang calon
Sangadi.
(4) Apabila bakal calon yang memenuhi
persyaratan tetap kurang dari 2 (dua) orang
setelah perpanjangan waktu pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Walikota menunda pelaksanaan pemilihan
Sangadi sampai dengan waktu yang
ditetapkan kemudian.
(5) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) masa jabatan
Sangadi berakhir, Walikota mengangkat
penjabat Sangadi dari Aparatur Sipil Negara
di lingkungan Pemerintah Daerah.
(6) Dalam hal bakal calon yang memenuhi
persyaratan lebih dari 5 (lima) orang,Panitia
Pemilihan melakukan seleksi tambahan
dengan menggunakan kriteria pengalaman
bekerja di lembaga pemerintahan, tingkat
pendidikan, usia dan persyaratan lain yang
ditetapkan Walikota.
(7) Persyaratan lain yang ditetapkan oleh
Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dapat berupa penilaian terhadap hasil
pelaksanaan seleksi tertulis, wawancara dan
komunikasi publik oleh Panitia Pemilihan
Daerah kepada bakal calon yang memenuhi
persyaratan lebih dari 5 (lima) orang.
(8) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) dilaksanakan setelah Panitia
Pemilihan Sangadi berkoordinasi dengan
Panitia Pemilihan tingkat Daerah.
11. Ketentuan Pasal 31 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 31
(1) Setelah menetapkan calon Sangadi yang
berhak dipilih, Panitia Pemilihan
melaksanakan rapat terbuka dengan calon
Sangadi untuk mengundi nomor urut dan
mengambil gambar calon Sangadi.
(2) Hasil pengundian nomor urut dan tanda
gambar calon Sangadi dituangkan dalam
berita acara penetapan nomor urut dan
tanda gambar calon Sangadi yang
ditandatangani oleh semua calon dan Panitia
Pemilihan.
(3) Berita acara penetapan nomor urut dan
tanda gambar calon Sangadi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), menjadi dasar
untuk dilakukan pencetakan dalam surat
suara pemilihan Sangadi.
(4) Nomor urut dan tanda gambar calon sangadi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
dapat diganti atau diubah.
(5) Panitia Pemilihan mengumumkan secara
luas kepada masyarakat tentang nama,
nomor urut dan tanda gambar calon Sangadi
yang berhak dipilih paling lambat 7 (tujuh)
hari sejak tanggal ditetapkan.
(6) Pengumuman sebagaimana dimaksud da1am
ayat (5), bersifat final dan mengikat.
(7) Ketentuan Iebih lanjut mengenai bentuk dan
format berita acara penetapan nomor urut
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur
dalam Peraturan Walikota.

12. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 32
(1) Untuk memperoleh suara sebanyak-
banyaknya calon Sangadi dapat melakukan
kampanye.
(2) Jadwal, tempat pelaksanaan dan metode
kampanye dari masing-masing calon Sangadi
ditentukan oleh Panitia Pemilihan Sangadi.
(3) Jadwal dan tempat pelaksanaan kampanye
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditentukan secara bergiliran dan tidak
bertabrakan.
(4) Metode kampanye sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dapat dilakukan di media
masa cetak, elektronik, media online dan
media sosial dengan memperhatikan azas
kepatutan, mengedepankan program dan
tidak menyerang calon lain.
(5) Metode kampanye sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diteruskan oleh Panitia
Pemilihan.
(6) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga)
hari sebelum dimulainya masa tenang.
(7) Pada kegiatan kampanye, calon Sangadi
dilarang melakukan segala bentuk kegiatan
yang berpotensi menciptakan kerumunan
dan sulit menjaga jarak yaitu deklarasi, iring-
iringan, konvoi dan mengundang massa
pendukung baik di dalam maupun di luar
ruangan
(8) Calon Sangadi yang melanggar larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
dikenakan sanksi administratif sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
(9) Kampanye dilaksanakan dengan materi
mengenai penanganan COVID-19 dan
dampak sosial ekonomi di Desa
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan kegiatan kampanye diatur
dalam Peraturan Walikota

13. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 33
(1) Pelaksana Kampanye dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila,
Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan
keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras,
golongan, calon dan/atau Calon yang
lain;
d. menghasut dan mengadu-domba
perseorangan atau masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;
f. mengancam untuk melakukan kekerasan
atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang, sekelompok
anggota masyarakat, dan/atau Calon
yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat
peraga Kampanye Calon;
h. menggunakan fasilitas pemerintah,
tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
i. membawa atau menggunakan gambar
dan/atau atribut Calon lain selain dari
gambar dan/atau atribut Calon yang
bersangkutan; dan
j. menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya kepada peserta Kampanye.
(2) Pelaksana Kampanye dalam kegiatan
Kampanye dilarang mengikutsertakan:
a. kepala desa;
b. perangkat desa; dan/atau
c. anggota BPD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis
pelaksanaan kampanye Calon Sangadi
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Sangadi.

14. Di antara Pasal 33 dan Pasal 34 disisipkan 2 (dua)


Pasal baru, yakni Pasal 33A dan Pasal 33B
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33A
Calon Sangadi yang melanggar larangan
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (1) dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis dalam hal calon Sangadi
melanggar larangan walaupun belum terjadi
gangguan; dan
b. penghentian kegiatan kampanye di tempat
terjadinya pelanggaran atau di suatu wilayah
yang dapat mengakibatkan gangguan
terhadap keamanan yang berpotensi
menyebar ke wilayah lain.

Pasal 33B
(1) Masa tenang selama 3 (tiga) hari sebelum
hari dan tanggal pemungutan suara.
(2) Hari dan tanggal pemungutan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan oleh Walikota.

15. Ketentuan Ayat (4) Pasal 38 diubah, sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38
(1) Setelah daftar pemilih tetap diumumkan,
Panitia Pemilihan melakukan pengisian kartu
pemilih untuk setiap pemilih yang namanya
tercantum dalam daftar pemilih tetap.
(2) Kartu pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berisi nomor pemilih, nama lengkap
pemilih, tempat/tanggal Iahir, jenis kelamin,
dan alamat pemilih.
(3) Kartu pemilih sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), diisi oleh panitia
berdasarkan daftar pemilih tetap.
(4) Pengadaan kartu pemilih dilaksanakan oleh
Panitia Pemilihan ditingkat Desa.

16. Ketentuan Pasal 41 ayat (3) diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 41
(1) Pemungutan suara pemilihan diselengarakan
paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum
masa jabatan Sangadi berakhir.
(2) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dilakukan dengan
memberikan suara melalui surat suara yang
berisi nomor, gambar, dan nama calon.
(3) Pelaksanaan pemungutan suara dimulai
pukul 07.00 WITA pagi dan berakhir pukul
13.00 WITA siang.
(4) Pemberian suara untuk pemilihan dilakukan
dengan mencoblos salah satu calon dalam
surat suara.

17. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 49
(1) Jumlah pemilih di TPS ditentukan Panitia
Pemilihan.
(2) Jumlah Pemilih di TPS sebagaimana pada
ayat (1) berdasarkan wilayah.
(3) Wilayah sebagaimana di maksud pada ayat
(2) adalah Dusun.
(4) Jumlah pemilih di TPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling tinggi 500
(lima ratus) orang setiap TPS dalam kondisi
bencana non alam COVID-19.
(5) Kartu pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), diisi oleh Panitia
Pemilihan Sangadi berdasarkan daftar
pemilih tetap.
(6) Pengadaan kartu pemilih dilaksanakan oleh
Panitia Pemilihan Sangadi di tingkat Desa.

18. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 50
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara,
Panitia Pemilihan Sangadi melakukan:
a. pembukaan kotak suara;
b. mengeluarkan seluruh isi kotak suara;
c. pengidentifikasian jenis dokumen dan
peralatan; dan
d. penghitungan jumlah setiap jenis
dokumen dan peralatan.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dapat dihadiri oleh saksi dari calon, BPD,
pemantau, dan warga masyarakat.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dibuatkan berita acara yang
ditandatangani oleh ketua, dan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang anggota Panitia
Pemilihan Sangadi, serta dapat
ditandatangani oleh saksi dari Calon
Sangadi.

19. Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 51
(1) Sebelum pemungutan suara Panitia
Pemilihan Sangadi memberikan penjelasan
mengenai tata cara pemungutan suara.
(2) Dalam pemberian suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemilih diberi
kesempatan oleh Panitia Pemilihan Sangadi
berdasarkan urutan kehadiran pemilih.
(3) Apabila menerima surat yang ternyata rusak,
pemilih dapat meminta surat suara pengganti
kepada Panitia Pemilihan Sangadi, kemudian
Panitia Pemilihan Sangadi memberikan surat
suara pengganti hanya 1 [satu] kali.
(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara
memberikan suara, pemilih dapat meminta
surat suara pengganti kepada Panitia
Pemilihan Sangadi, kemudian Panitia
Pemilihan Sangadi memberikan surat suara
pengganti paling banyak 1 (satu) kali.

20. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 54
(1) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh
Panitia Pemilihan Sangadi setelah
pemungutan suara berakhir.
(2) Pelaksanaan penghitungan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai
pada pukul 13.30 Wita sampai selesai.
(3) Sebelum penghitungan suara dimulai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia
Pemilihan Sangadi menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara
berdasarkan salinan daftar pemilih tetap
untuk TPS;
b. jumlah pemilih dari TPS lain;
c. jumlah surat suara yang tidak terpakai;
dan
d. jumlah surat suara yang dikembalikan
oleh pemilih karena rusak atau keliru
dicoblos.
(4) Saat proses penghitungan suara, dapat
dihadiri oleh:
a. Calon Sangadi dan/atau 1 (satu) orang
saksi Calon Sangadi;
b. Panitia Pemilihan Sangadi dan/atau
unsur panitia pemilihan di desa;
c. BPD yang terdiri dari ketua, wakil ketua
dan anggota maksimal 3 (tiga) orang
dan/atau unsur BPD;
d. 1 (satu) orang perwakilan Panitia
Pemilihan Daerah;
e. 1 (satu) orang perwakilan sub kepanitiaan
di Kecamatan;
f. 1 (satu) orang perwakilan yang memiliki
kernampuan di bidang kesehatan atau
tim dari Satgas COVID-19 Desa;
dan/atau
g. 1 (satu) orang perwakilan dari setiap
lembaga kemasyarakatan Desa dan
lembaga adat Desa.
(5) Saksi calon yang hadir dapat mengajukan
keberatan terhadap jalannya penghitungan
suara oleh Panitia Pemilihan Sangadi apabila
ternyata terdapat hal yang tidak sesuai
dengan peraturan perundangundangan
tentang pemilihan Sangadi.
(6) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh
saksi Calon Sangadi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (5), Panitia Pemilihan Sangadi
dapat menerima keberatan dimaksud dan
mengadakan pembetulan.
(7) Setelah selesai penghitungan suara di TPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitia
Pemilihan Sangadi membuat berita acara
hasil penghitungan suara yang
ditandatangani oleh ketua dan paling sedikit
3 (tiga) orang anggota Panitia Pemilihan
Sangadi.
(8) Panitia Pemilihan Sangadi memberikan
salinan berita acara hasil penghitungan
suara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7),
kepada setiap saksi calon yang hadir
sebanyak 1 (satu) eksemplar serta sertifikat
hasil penghitungan suara di tempat umum.
(9) Berita acara beserta kelengkapannya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (8),
dimasukkan dalam sampul khusus yang
disediakan dan dimasukan ke dalam kotak
suara yang pada bagian luar ditempel label
atau segel.
(10) KPPS menyerahkan berita acara hasil
penghitungan suara, surat suara, dan alat
kelengkapan administrasi pemungutan dan
penghitungan suara kepada Panitia
Pemilihan Sangadi segera setelah selesai
penghitungan suara.
(11) Panitia Pemilihan Sangadi melaksanakan
pleno rekapitulasi basil penghitungan suara.
(12) Saat proses rekapitulasi penghitungan suara,
dihadiri oleh:
a. Calon Sangadi didampingi 1 [satu] orang
saksi;
b. Panitia Pemilihan Sangadi;
c. BPD yang terdiri dari ketua, wakil ketua
dan anggota maksimal 3 (tiga) orang;
d. 1 (satu) orang perwakilan Panitia
Pemilihan Daerah;
e. 1 (satu) orang perwakilan sub kepanitiaan
di kecamatan;
f. 1 (satu) orang perwakilan yang memiliki
kemampuan di bidang kesehatan atau
tim dari Satgas COV1D-19 Desa; dan
g. 1 (satu) orang perwakilan dari setiap
lembaga kemasyarakatan Desa dan
lembaga adat Desa.
(13) Panitia Pemilihan Sangadi melakukan
rekapitulasi hasil perhitungan suara paling
lama 1 X 24 Jam.
(14) Panitia Pemilihan Sangadi menyerahkan
berita acara hasil rekapitulasi penghitungan
suara, surat suara, dan alat kelengkapan
administrasi pemungutan dan penghitungan
suara kepada BPD segera setelah selesai
pleno rekapitulasi penghitungan suara.
(15) Dalam hal terdapat unsur yang tidak hadir
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dibuat
dalam berita acara.

21. Ketentuan Pasal 55 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 55
(1) Calon Kepala Desa terpilih yang meninggal
dunia, berhalangan tetap atau
mengundurkan diri dengan alasan yang
dapat dibenarkan sebelum pelantikan, calon
terpilih dinyatakan gugur dan Walikota
mengangkat pegawai negeri sipil dari
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagai
Penjabat Kepala Desa.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melaksanakan tugas dan
wewenang Kepala Desa sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa hasil pemilihan
langsung secara serentak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

22. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 56
(1) Penghitungan ulang surat suara di TPS
dilakukan jika dari hasil penelitian dan
pemeriksaan terbukti terdapat satu atau
lebih penyimpangan.
(2) Penyimpangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat berupa:
a. penghitungan suara dilakukan secara
tertutup;
b. penghitungan suara dilakukan di tempat
yang kurang penerangan cahaya;
c. saksi calon, panitia, pengawas,
pemantau, dan penduduk Desa tidak
dapat menyaksikan proses penghitungan
suara secara jelas;
d. penghitungan suara dilakukan di tempat
lain di luar tempat dan waktu yang telah
ditentukan; dan/atau.
e. terjadi ketidak konsistenan dalam
menentukan surat suara yang sah dan
surat suara yang tidak sah.

23. Ketentuan Pasal 57 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 57
Pemungutan suara di TPS dapat diulang, apabila
berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan
Panitia Pemilihan Sangadi Daerah, terbukti
terdapat satu atau lebih dari keadaan:
a. pembukaan kotak suara dan/atau berkas
pemungutan dan penghitungan suara tidak
dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan;
b. petugas panitia meminta pemilih memberi
tanda khusus, menandatangani, atau
menulis nama atau alamatnya pada surat
suara yang sudah digunakan;
c. seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih
dari satu kali, pada TPS yang sama atau TPS
yang berbeda;
d. petugas panitia merusak lebih dari satu
surat suara yang sudah digunakan oleh
pemilih sehingga surat suara tersebut
menjadi tidak sah; dan/atau
e. seorang pemilih yang tidak terdaftar sebagai
pemilih, mendapat kesempatan memberikan
suara pada TPS.

24. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 59
(1) Calon kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dari jumlah suara sah ditetapkan
sebagai calon kepala Desa terpilih.
(2) Dalam hal calon kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak lebih dari 1
(satu) orang, calon terpilih ditetapkan
berdasarkan wilayah perolehan suara sah
yang lebih luas.
(3) Pelaksanaan perolehan suara sah yang lebih
luas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Walikota.

25. Ketentuan Pasal 62 ayat (2) diubah, sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 62
(1) Keberatan terhadap penetapan hasil
pemilihan hanya dapat diajukan oleh calon
Sangadi kepada Walikota dalam waktu paling
lambat 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil
pemilihan.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), hanya berkenaan dengan hasil
penghitungan suara yang mempengaruhi
terpilihnya calon.
(3) Panitia Pemilihan Sangadi Daerah dapat
meminta keterangan dari Calon Sangadi
Penggugat, Calon Sangadi Tergugat, Panitia
Pemilihan Sangadi, BPD, Panitia Pemilihan
Sangadi Daerah, dan Camat yang dituangkan
dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh
pemberi keterangan diatas meterai.
(4) Walikota memutus sengketa hasil
penghitungan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), dengan
memperhatikan masukan dari Panitia
Pemilihan Sangadi, BPD, Camat, dan Panitia
Pemilihan Sangadi Daerah, serta Berita Acara
Pemilihan Sangadi.
(5) Putusan Walikota sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) bersifat final dan mengikat.

26. Ketentuan Pasal 64 diubah sebingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 64
(1) Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk
melantik Sangadi terpilih paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak diterbitkan keputusan
pengesahan dan pengangkatan Sangadi.
(2) Biaya pelantikan Sangadi dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja Daerah.
(3) Pelantikan Sangadi terpilih dilaksanakan
secara langsung atau virtual/elektronik.
(4) Dalam hal pelantikan Sangadi terpilih
dilaksanakan sccara langsung, proses
pelantikan dihadiri oleh:
a. calon Sangadi terpilih bersama 1 (satu)
orang pendamping;
b. forum komunikasi pimpinan Daerah;
c. Camat;
d. perangkat acara; dan
e. undangan lainya.
27. Di antara BAB III dan BAB IV disisipkan 1 (satu)
BAB baru, yaitu BAB IIIA sehingga berbunyi
sebagai berikut:

BAB IIIA
PEMILIHAN KEPALA DESA DALAM KONDISI
BENCANA NONALAM CORONA VIRUS DISEASE
2019

28. Di antara Pasal 65 dan Pasal 66 disisipkan 7


(tujuh) Pasal baru yakni Pasal 65A, Pasal 65B,
Pasal 65C, Pasal 65D, Pasal 65E, Pasal 65F dan
Pasal 66G sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 65A
(1) Dalam hal Panitia Pemilihan Sangadi
membentuk KPPS, KPPS melaksanakan
tugas sebagaimana tersebut dalam:
a. Pasal 50 Ayat (1) dan Ayat (3);
b. Pasal 51 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3) dan
Ayat (4); dan
c. Pasal 54 Ayat (1), Ayat (3), Ayat (5), Ayat
(6), Ayat (7) dan Ayat (8).
(2) Pelaksanaan tahapan Pemilihan Sangadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dalam
kondisi bencana non-alam Covid-19
dilakukan dengan penerapan protokol
kesehatan.
(3) Penerapan protokol kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), meliputi:
a. melakukan pengukuran suhu tubuh bagi
seluruh unsur pelaksana paling tinggi
37,3° (tiga puluh tujuh koma tiga derajat
celcius);
b. penggunaan alat pelindung diri berupa
masker yang menutupi hidung dan mulut
hingga dagu dan/atau dengan pelindung
wajah serta sarung tangan sekali pakai
bagi Panitia Pemilihan Sangadi dan
pemilih;
c. penyediaan tempat sampah tertutup di
TPS untuk pembuangan sarong tangan
sekali pakai;
d. tidak melakukan jabat tangan atau
kontak fisik serta menjaga jarak antara 1
(satu) sampai dengan 2 (dua) meter;
e. menghindari terjadinya kerumunan baik
di dalam maupun luar ruangan;
f. penyediaan tempat cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir serta hand
sanitizer di tempat penyelenggaraan;
g. panitia dan pemilih membawa alat tulis
masing-masing;
h. melalakukan penyemprotan disinfektan
pada tempat pelaksanaan
penyelenggaraan sebelum dan sesudah
pelaksanaan kegiatan;
i. penyusunan tata letak tempat duduk
dengan penerapan jaga jarak;
j. penyediaan sumber daya kesehatan
sebagai antisipasi keadaan darurat
berupa obat, perbekalan kesehatan,
dan/atau personel yang memiliki
kemampuan di bidang kesehatan atau
tim dari satuan tugas Penanganan Covid-
19 Desa; dan
k. protokol kesehatan pencegahan Covid-19
sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan dalam keputusan Walikota.

Pasal 65B
Protokol kesehatan untuk tahap persiapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65A Ayat (2),
dikhususkan dalam pembentukan Panitia
Pemilihan oleh BPD.
Pasal 65C
(1) Tahap pencalonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25, Pasal 31 dan Pasal 32 yang
meliputi kegiatan pendaftaran, pengambilan
nomor urut dan Kampanye wajib dilakukan
dengan penerapan protokol kesehatan.
(2) Penerapan protokol kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), paling sedikit
meliputi:
a. pada kegiatan pendaftaran, pengambilan
nomor urut dan kampanye, Calon
Sangadi dilarang melakukan segala
bentuk kegiatan yang berpotensi
menciptakan kerumunan dan sulit
menjaga jarak yaitu deklarasi, iring-
iringan, konvoi dan mengundang massa
pendukung baik di dalam maupun di luar
ruangan;
b. pada kegiatan kampanye, melakukan
ketentuan meliputi:
1. dilarang melaksanakan kegiatan
bazar, konser, pertunjukan seni
budaya, pawai kendaraan bermotor
serta kegiatan lomba dan olahraga
bersama;
2. pelaksanaan Kampanye diutamakan
menggunakan media cetak dan
media elektronik dan/atau media
sosial;
3. dalam hal Kampanye tidak dapat
dilakukan sebagaimana dimaksud
dalam angka 2, dapat dilaksanakan
dengan membatasi jumlah peserta
yang hadir paling banyak 50 (lima
puluh) orang dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan;
4. pembagian bahan Kampanye harus
dalam keadaan bersih, dibungkus
dengan bahan yang tahan terhadap
zat cair, telah disterilisasi dan dapat
disertai dengan identitas calon
Kepala Desa berupa nama, gambar,
nomor urut dan pesan Calon Kepala
Desa;
5. bahan kampanye diutamakan
berupa masker, sabun cari, hand
sanitizer, disinfektan berbasis
alkohol 70% (tujuh puluh persen)
dan/atau klorin serta sarana cuci
tangan; dan
6. Calon Sangadi atau pelaksana
kampanye yang positii terpapar
Covid-19 dilarang terlibat dalam
kegiatan kampanye.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf b, dilaksanakan dengan materi
mengenai penanganan Covid-19 dan dampak
sosial ekonomi di Desa.
(4) Pengambilan nomor urut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), dihadiri oleh:
a. Calon Sangadi;
b. Panitia Pemilihan Sangadi yang terdiri
ketua, wakil ketua dan anggota
palingbanyak 3 (tiga) orang;
c. 1 (satu) orang perwakilan Panitia
Pemilihan Daerah;
d. 1 [satu] orang perwakilan sub kepanitiaan
di Kecamatan;
e. 1 (satu) orang perwakilan yang memiliki
kemampuan di bidang kesehatan atau
tim dari satuan tugas penanganan Covid-
19 Desa; dan
f. 1 (satu) orang perwakilan masing-masing
dari lembaga kemasyarakatan desa dan
Lembaga Adat Desa.
(5) Dalam hal terdapat unsur yang tidak hadir
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
dibuat dalam berita acara.

Pasal 65D
(1) Penerapan protokol kesehatan untuk tahap
pemungutan suara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 50,
Pasal 51, Pasal 54, Pasal 56 dan Pasal 57,
dengan mekanime meliputi:
a. melakukan identifikasi kondisi kesehatan
terhadap daftar pemilih tetap yang
berdomisili dan beraktifitas di luar Desa;
b. tersedianya pembatas transparan pada
meja Panitia Pemilihan Sangadi untuk
menghindari terjadi kontak langsung
antara panitia dengan pemilih;
c. menetapkan waktu pemungutan suara
disesuaikan dengan jumlah pemilih jika
pemilih tidak hadir sesuai waktu yang
telah ditentukan tetap dapat memberikan
hak pilih di akhir waktu pemungutan
suara;
d. pemungutan suara wajib
mempertimbangkan kondisi demografi
Desa, zona penyebaran Covid-19 serta
penyusunan tata letak tempat duduk
dengan memperhatikan penerapan jaga
jarak;
e. bagi pemilih yang sudah melakukan hak
pilih diberikan tinta dengan
menggunakan alat tetes; dan
f. berkas dokumen dan/atau perlengkapan
secara fisik yang disampaikan dibungkus
dengan bahan yang tahan terhadap zat
cair.
(2) Saat proses perhitungan suara, dihadiri oleh:
a. calon Sangadi didampingi 1 (satu) orang
saksi;
b. Panitia Pemilihan Sangadi;
c. BPD yang terdiri dari ketua, wakil ketua
dan anggota maksimal 3 (tiga) orang;
d. 1 (satu) orang perwakilan Panitia
Pemilihan Daerah;
e. 1 (satu) orang perwakilan sub kepanitiaan
di Kecamatan;
f. 1 (satu) orang perwakilan yang memiliki
kemampuan di bidang kesehatan atau
tim dari Satgas Covid-19 Desa; dan
g. 1 (satu) orang perwakilan masing-masing
dari lembaga kemasyarakatan Desa dan
lembaga adat Desa.
(3) Dalam hal terdapat unsur yang tidak hadir
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Dibuat dalam berita acara.
(4) Pelantikan Sangadi terpilih dilaksanakan
secara langsung atau virtual/elektronik.
(5) Dalam hal pelantikan Sangadi terpilih
dilaksanakan secara langsung, proses
pelantikan dihadiri oleh:
a. calon Sangadi terpilih bersama 1 (satu)
orang pendamping;
b. forum komunikasi pimpinan daerah;
c. Camat;
d. perangkat acara; dan
e. undangan lainnya.
(6) Pelantikan secara langsung sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5), dengan
mempertimbangkan jarak dan kapasitas
ruangan paling banyak dihadiri 50% (lima
puluh persen).

Pasal 65E
(1) Calon Sangadi, Panitia Pemilihan Sangadi,
pendukung dan unsur lain yang melanggar
protokol kesehatan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 65A sampai dengan Pasal 65D
dikenai sanksi.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), meliputi:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis I;
c. teguran tertulis II; dan
d. diskualifikasi.
(3) Sanksi teguran lisan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), huruf a, dikenakan kepada
Calon Sangadi, pendukung, dan unsur lain
yang terlibat oleh Panitia Pemilihan Sangadi.
(4) Sanksi teguran lisan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), huruf a, dikenakan kepada
Panitia Pemilihan Sangadi oleh sub
kepanitiaan di Kecamatan.
(5) Sanksi teguran tertulis I sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), huruf b, dikenakan
kepada Calon Sangadi oleh sub kepanitiaan
di Kecamatan berdasarkan laporan dari
Panitia Pemilihan Sangadi.
(6) Sanksi teguran tertulis II sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), huruf c, dikenakan
kepada Calon Sangadi oleh Walikota
berdasarkan rekomendasi dari Panitia
Pemilihan Daerah atas laporan dari sub
kepanitiaan di Kecamatan.
(7) Sanksi diskualifikasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), huruf d, dikenakan kepada
Calon Sangadi oleh Walikota berdasarkan
rekomendasi dari Panitia Pemilihan Daerah
atas laporan dari sub kepanitiaan di
Kecamatan dan Satgas Covid-19.

Pasal 65F
Walikota selaku ketua Satgas Covid-19 Daerah
berdasarkan rekomendasi dari Panitia Pemilihan
Daerah, dapat menunda pelaksanaan pemilihan
Sangadi jika situasi penanganan protokol
kesehatan pencegahan dan pengendalian Covid-
19 tidak dapat dikendalikan.

Pasal 65G
(1) Walikota melaporkan pelaksanaan Pemilihan
Sangadi kepada gubernur dan menteri dalam
negeri melalui direktorat jenderal bina
pemerintahan desa.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), meliputi:
a. laporan hasil persiapan Pemilihan
Sangadi paling lama 14 (empat belas) hari
sebelum pelaksanaan tahapan
pemungutan suara dan perbitungan
suara;
b. laporan pelaksanaan Pemilihan Sangadi
paling lama 14 (empat belas) hari setelah
pelaksanaan tahapan pelantikan Sangadi
terpilih.

29. Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 68
(1) Pimpinan dan Anggota BPD yang
mencalonkan diri dalam Pemilihan Sangadi
diberhentikan sejak yang bersangkutan
ditetapkan menjadi calon Sangadi
(2) Dalam hal Ketua BPD mencalonkan diri
dalam pemilihan sangadi, tugas ketua BPD
dilaksanakan oleh Wakil Ketua BPD
sepanjang belum adanya penetapan Ketua
BPD yang baru.
(3) Dalam hal wakil ketua BPD juga
mencalonkan diri sebagai calon Sangadi
maka tugas ketua dan wakil ketua BPD
dilaksanakan oleh anggota yang ditunjuk
berdasarkan kesepakatan.

30. Ketentuan Pasal 69 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 69
(1) Kepala Desa yang berhenti dan/atau
diberhentikan dengan sisa masa jabatan
lebih dari satu tahun, Walikota mengangkat
PNS dari pemerintah daerah kabupaten/kota
sebagai penjabat kepala Desa sampai dengan
ditetapkan kepala Desa antar waktu hasil
musyawarah Desa.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 6
(enam) bulan sejak kepala Desa
diberhentikan.
(3) Masa jabatan kepala Desa yang ditetapkan
melalui musyawarah Desa terhitung sejak
tanggal pelantikan sampai dengan habis sisa
masa jabatan kepala Desa yang
diberhentikan.

31. Ketentuan Pasal 70 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 70
(1) BPD membentuk Panitia Pemilihan Sangadi
antar waktu.
(2) Pembentukan Panitia Pemilihan Sangadi
antar waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
pimpinan BPD.
(3) Panitia Pemilihan Sangadi antar waktu terdiri
atas perangkat Desa dan unsur masyarakat.
(4) Panitia Pemilihan Sangadi antar waktu
sebagaimana dimaksud ayat (3), jumlahnya
disesuaikan dengan beban tugas dan
kemampuan anggaran pendapatan belanja
Desa.
(5) Panitia Pemilihan Sangadi antar waktu
sebagaimana dimaksud ayat (4) bertanggung
jawab kepada pimpinan BPD.

32. Ketentuan Pasal 71 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 71
(1) Panitia Pemilihan Sangadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) melakukan
penjaringan dan penyaringan bakal calon
Sangadi antar waktu.
(2) Penyaringan bakal calon Sangadi menjadi
calon Sangadi ditetapkan paling sedikit 2
(dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga)
orang calon.
(3) Dalam hal jumlah calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang memenuhi
persyaratan lebih dari 3 (tiga) orang, panitia
melakukan seleksi tambahan.
(4) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) terdiri atas:
a. memiliki pengalaman mengenai
pemerintahan Desa;
b. tingkat pendidikan; dan/atau
c. persyaratan lain yang ditetapkan
Walikota.
(5) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan
kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pemilihan
Sangadi memperpanjang waktu pendaftaran
selama 7 (tujuh) hari.
(6) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan
tetap kurang dari 2 (dua) orang setelah
perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), BPD menunda pelaksanaan
musyawarah Desa Pemilihan Sangadi sampai
dengan waktu yang ditetapkan oleh BPD.

33. Ketentuan Pasal 72 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 72
(1) Pemilihan Sangadi antar waktu dilaksanakan
melalui tahapan:
a. persiapan;
b. pelaksanaan; dan
c. pelaporan.
(2) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pembentukan Panitia Pemilihan Sangadi
antar waktu oleh BPD paling lama dalam
jangka waktu 15 (lima belas) hari
terhitung sejak Sangadi diberhentikan;
b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
oleh panitia pemilihan kepada penjabat
Sangadi paling lama dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
panitia terbentuk;
c. pemberian persetujuan biaya pemilihan
oleh penjabat kepala Desa paling lama
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak diajukan oleh panitia
pemilihan;
d. pengumuman dan pendaftaran bakal
calon kepala Desa oleh panitia pemilihan
dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari;
e. penelitian kelengkapan persyaratan
administrasi bakal calon oleh panitia
pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh)
hari; dan
f. penetapan calon kepala Desa antar waktu
oleh panitia pemilihan paling sedikit 2
(dua) orang calon dan paling banyak 3
(tiga) orang calon yang dimintakan
pengesahan musyawarah Desa untuk
ditetapkan sebagai calon yang berhak
dipilih dalam musyawarah Desa.
(3) Tahapan pelaksanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penyelenggaraan musyawarah Desa
dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis
pelaksanaan pemilihannya dilakukan
oleh panitia pemilihan;
b. pengesahan calon kepala Desa yang
berhak dipilih oleh musyawarah Desa
melalui musyawarah mufakat atau
melalui pemungutan suara;
c. pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa
oleh panitia pemilihan dan peserta
musyawarah Desa melalui mekanisme
musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara yang telah disepakati
oleh musyawarah Desa;
d. pelaporan hasil pemilihan calon kepala
Desa oleh panitia pemilihan kepada
musyawarah Desa; dan
e. pengesahan calon terpilih oleh
musyawarah Desa.
(4) Peserta musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c melibatkan
unsur masyarakat.
(5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) berasal dari:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan
perlindungan anak;
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin;
atau
k. unsur masyarakat lain sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.
(6) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf k diwakili paling banyak
5 (lima) orang dari setiap dusun atau sebutan
lain.
(7) Jumlah peserta musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
ayat (5) dibahas dan disepakati bersama BPD
dan pemerintah Desa dengan memperhatikan
jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih
di Desa yang ditetapkan dengan keputusan
BPD.
(8) Tahapan pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. pelaporan hasil pemilihan Sangadi
melalui musyawarah Desa kepada BPD
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
musyawarah Desa mengesahkan calon
kepala Desa terpilih;
b. pelaporan calon Sangadi terpilih hasil
musyawarah Desa oleh ketua BPD
kepada Walikota paling lambat 7 (tujuh)
hari setelah menerima laporan dari
panitia pemilihan;
c. penerbitan keputusan Walikota tentang
pengesahan pengangkatan calon kepala
Desa terpilih paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya laporan
dari BPD; dan
d. pelantikan Sangadi oleh Walikota paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkan keputusan pengesahan
pengangkatan calon kepala Desa terpilih
dengan urutan acara pelantikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(9) Tahapan pelaksanaan pemilihan Sangadi
antar waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat
dipersingkat dengan mempertimbangkan
efisiensi dan efektifitas yang pelaksanaannya
ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

34. Ketentuan ayat (2) huruf b dan huruf g Pasal 73


diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 73
(1) Sangadi berhenti karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Sangadi diberhentikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam)
bulan karena menderita sakit yang
mengakibatkan baik fisik maupun
mental, tidak berfungsi secara normal
yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter yang berwenang dan/atau tidak
diketahui keberadaannya;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Sangadi;
d. melanggar larangan sebagai Sangadi;
e. adanya perubahan status Desa menjadi
kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa
atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru,
atau penghapusan Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai
Sangadi; dan/atau
g. dinyatakan sebagai terpidana yang
diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BPD melaporkan
kepada Walikota melalui Camat.
(4) Laporan pimpinan BPD kepada Walikota
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memuat materi kasus yang di alami oleh
Sangadi yang bersangkutan.
(5) Atas laporan pimpinan BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Walikota melakukan
kajian untuk proses selanjutnya.
(6) Pemberhentian Sangadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Walikota.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pemberhentian Sangadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Walikota.

35. Ketentuan Pasal 74 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 74
Kepala Desa dapat diberhentikan sementara oleh
Walikota karena :
a. tidak melaksanakan kewajiban sebagai
kepala desa;
b. melanggar larangan sebagai Kepala Desa;
c. dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun berdasarkan register perkara di
pengadilan; dan
d. ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak
pidana korupsi, teroris, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara.

36. Pasal 75 dihapus

37. Pasal 76 dihapus

38. Ketentuan Pasal 80 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 80
(1) Biaya Pemilihan Sangadi dan tugas Panitia
Pemilihan Daerah yang pelaksanaannya
ditugaskan kepada Desa dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(2) Biaya Pemilihan Sangadi Antar Waktu
melalui musyawarah Desa dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja Desa.
(3) Biaya Pemilihan Sangadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam kondisi
COVID-19 dapat didukung dari anggaran
pendapatan dan belanja Desa sesuai
kemampuan keuangan Desa.
39. Diantara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB baru, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi
sebagai berikut:

BAB VIIIA
KETENTUAN LAIN-LAIN

40. Di antara Pasal 81 dan Pasal 82 disisipkan 1


(satu) Pasal baru, yakni Pasal 81A sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 81A
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyelenggaraan Pemilihan Sangadi Serentak
dan Pemilihan Sangadi Antar Waktu, diatur
dengan Peraturan Walikota.
(2) Walikota selaku ketua Satgas COVID-19
Daerah berdasarkan rekomendasi dari
Panitia Pemilihan di tingkat Daerah dapat
menunda pelaksanaan Pemilihan Sangadi
jika situasi penanganan COVID-19 tidak
dapat dikendalikan.
(3) Ketentuan mengenai Pemilihan Sangadi
dalam kondisi bencana nonalam COVID-19
berlaku sampai berakhirnya masa status
keadaan darurat bencana sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal masa status keadaan darurat
bencana yang ditetapkan oleh Pemerintah
berakhir pada saat tahapan pelaksaan
Pemilihan Sangadi sudah berjalan maka
Pemilihan Sangadi tetap dilaksanakan sesuai
jadwal yang telah ditentukan Panitia
Pemilihan Daerah dan Panitia Pemilihan
Sangadi.

Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota
Kotamobagu.

Ditetapkan di Kotamobagu
pada tanggal 2021
WALIKOTA KOTAMOBAGU

TATONG BARA

Diundangkan di Kotamobagu
pada tanggal 2021
SEKRETARIS DAERAH KOTAKOTAMOBAGU

SANDE DODO

LEMBARAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2021 NOMOR

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

NOMOR TAHUN 2021


TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN SANGADI

I. UMUM
Bahwa, Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat, diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bahwa, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan dalam Pasal

18 ayat (7), Pasal 188 ayat (2), dan Pasal 188 ayat (2) UUD 1945

yaitu memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

memberikan kejelasan status dan kepastian hukum bagi

mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;

melestarikan dan memajukan adat, tradisi serta budaya


masyarakat desa; membentuk pemerintahan desa yang

profesional, efesien dan efektif, terbuka serta bertanggungjawab;

memajukan perekonomian masyarakat desa; serta memperkuat

masyarakat desa sebagai subyek pembangunan.

Bahwa, Permendagri Nomor 66 Tahun 2017 merupakan

perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82

Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala

Desa, untuk dapat menampung kekurangan dan perkembangan

terkait kebutuhan yang terjadi dalam Penggangkatan dan

Pemberhentian Kepala Desa. Selanjutnya, Pemerintah Daerah

dalam melaksanakan tahapan pemilihan Kepala Desa perlu

melakukan penegakan protokol kesehatan untuk mencegah

aktivitas yang menimbulkan penyebaran/penularan Corona Virus

Disease 2019 yang membahayakan kesehatan masyarakat, oleh

karena itu terhadap Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015

tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pemilihan Sangadi, perlu

disesuaikan dengan dinamika sosiologis akibat bencana nonalam

yaitu pandemi Corona Virus Disease 2019 sehingga perlu diubah.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas
Angka 2
Pasal 7
Cukup jelas
Angka 3
Pasal 9
Cukup jelas
Angka 4
Pasal 11A
Cukup jelas
Angka 5
Pasal 12
Cukup jelas
Angka 6
Pasal 14
Cukup jelas
Angka 7
Pasal 19
Cukup jelas
Angka 8
Pasal 20
Cukup jelas
Angka 9
Pasal 27
Cukup jelas
Angka 10
Pasal 29
Cukup jelas
Angka 11
Pasal 31
Cukup jelas
Angka 12
Pasal 32
Cukup jelas
Angka 13
Pasal 33
Cukup jelas
Angka 14
Pasal 33A
Cukup jelas
Angka 15
Pasal 38
Cukup jelas
Angka 16
Pasal 41
Cukup jelas
Angka 17
Pasal 49
Cukup jelas
Angka 18
Pasal 50
Cukup jelas
Angka 19
Pasal 51
Cukup jelas
Angka 20
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Ketentuan ini berlaku dalam hal, Panitia
Pemilihan Sangadi membentuk KPPS.
Ayat (11)
Cukup jelas
Ayat (12)
Cukup jelas
Ayat (13)
Cukup jelas
Ayat (14)
Cukup jelas
Ayat (15)
Cukup jelas

Angka 21
Pasal 55
Cukup jelas
Angka 22
Pasal 56
Cukup jelas
Angka 23
Pasal 57
Cukup jelas
Angka 24
Pasal 62
Cukup jelas
Angka 25
Pasal 64
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 65A
Cukup jelas.
Pasal 65B
Cukup jelas.
Pasal 65C
Cukup jelas.
Pasal 65D
Cukup jelas.
Pasal 65E
Cukup jelas.
Pasal 65F
Cukup jelas.
Pasal 65G
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 4
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 68
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 69
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 70
Cukup jelas.

Angka 31
Pasal 71
Cukup jelas.
Angka 32
Pasal 72
Cukup jelas.
Angka 33
Pasal 73
Cukup jelas.
Angka 34
Pasal 74
Cukup jelas.
Angka 35
Pasal 75
Cukup jelas.
Angka 36
Pasal 76
Cukup jelas.
Angka 37
Pasal 80
Cukup jelas.
Angka 39
Pasal 81A
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2021
NOMOR

Anda mungkin juga menyukai