Anda di halaman 1dari 8

Nama : Arsyid Nur Rahman

NIM : 190533646855
Prodi : S1 Pendidikan Teknik Informatika 2019
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Tugas

1. Cari kasus di media social, berupa video dari televisi yang menunjukkan aktualisasi
nilai-nilai Pancasila
2. Paling tidak 3 kasus / berita
3. Deskripsikan isi dari kasus tersebut
4. Berikan analisis terhadap masing-masing kasus tersebut berasaskan aktualisasi nilai-nilai
Pancasil
5. Berikan rekomendasi sikap kita terhadap masing-masing kasus tersebut

Paparan Jawaban

Kasus 1

Judul : Komisi X Soroti Kemerosotan Peringkat PISA Indonesia

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191205095309-25-454332/komisi-x-soroti-
kemerosotan-peringkat-pisa-indonesia

Deskripsi

Kemerosotan peringkat Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2018
disebut Komisi X DPR RI jadi petunjuk masih banyak hal yang harus dilakukan pemangku kepentingan
pendidikan di tanah air. Pemerintah pun diminta membuat langkah terobosan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam bidang matematika, ilmu alam, dan pemahaman bacaan. "Peringkat Indonesia
yang menempati posisi 75 dari 80 negara menjadi indikator jika kemampuan rata-rata siswa kita dalam
bidang matematika, ilmu alam, dan cara memahami bahan bacaan masih jauh tertinggal dibandingkan para
siswa di banyak negara lain," ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, di kompleks Parlemen, Senayan,
Jakarta, Rabu (4/12). Untuk diketahui PISA merupakan test standar global yang diselenggarakan oleh The
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Sepuluh besar negara yang
mempunyai siswa dengan kemampuan rata-rata terbaik adalah China, Singapura, Macau, Hongkong,
Estonia, Kanada, Finlandia, Irlandia, Korea Selatan, dan Polandia. Indonesia secara global berada di
peringkat 75 dari 80 negara yang berpartisipasi dalam tes tersebut. Di Asia Tenggara peringkat Indonesia
ada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Huda menjelaskan persoalan
Pendidikan di Indonesia memang kompleks. Baik pada aspek pemerataan akses Pendidikan, kompetensi
guru, distribusi anggaran, hingga keterbatasan sarana dan prasana. Kendati demikian berbagai persoalan
tersebut tidak boleh menjadi penghalang upaya untuk menghadirkan Pendidikan berkualitas. "Di sini
dibutuhkan terobosan apakah dalam metode Pendidikan melalui perubahan kurikulum, penyederhanaan
regulasi, atau penambahan alokasi anggaran," ujarnya. Politisi PKB ini mengingatkan jika Indonesia akan
menghadapi bonus demografi dalam beberapa tahun mendatang. Kondisi tersebut akan menimbulkan
masalah besar, jika ternyata tidak dibarengi dengan perbaikan kualitas sumber daya manusianya. "Bonus
demografi bisa menjadi bencana, jika ternyata SDM yang kita hasilkan dari Lembaga Pendidikan kita tidak
mampu membekali mereka untuk bersaing di dunia kerja," katanya. Huda kembali mengingatkan agar ada
evaluasi distribusi anggaran Pendidikan yang mencapai Rp 500 triliun dalam setiap tahun. Anggaran
tersebut relatif besar jika distribusinya fokus dan terkontrol dalam satu kementerian. "Selama ini anggaran
tersebut terdistribusi dalam banyak pintu Kementerian/Lembaga (K/L) atau pemerintah daerah yang
terkadang fokus penggunanya tidak sama satu dengan yang lainnya. Kondisi ini harus diperbaiki ke
depan," pungkasnya.

Analisis Kasus

Berita pada laman CNN Indonesia pada hari kamis 5 Desember 2019 pukul 09.56 WIB
mempublis artikel mengenai kemerosotan peringkat PISA Indonesia yaitu di peringkat 75
dari 80 negara, DPR RI Komisi X Syaiful Huda menyoroti hal tersebut hingga mendiskusikan
bagaimana untuk meningkatkan daya saing bagi siswa baik berupa perbaikan kurikulum.
Karena adanya bonus demogradi akan menjadi ancaman bagi Indonesia karena dari sdm yang
belum mampu bersaing dengan negara lain. Akhir-akhir ini anggaran didistribusikan ke
berbagai pintu hingga khusus pendidikan kurang begitu optimal. Untuk mencapai tujuan yang
tertuang dalam Pancasila yaitu mecerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan
umum diperlukan skill sdm yang mumpuni dalam mengolah segala apapun, baik itu sumber
daya alam maupun fasilitas lainnya. Pada era sekarang pendidikan mulai sedikit diperhatikan
lebih, karena Pancasila benar-benar mengutamakan akhlak, karakter dari sdm, pembentukan
sdm melalu berbagai strategi baik dalam pendidikan perlu adanya evaluasi untuk bersaing
dengan negara lain supaya tidak tertindas dan dijadikan lahan ekonomi bagi negara lain.

Rekomendasi / Solusi Kasus

Evaluasi bagi kita sebagai masyarakat dan bagi pemangku kepentingan untuk mengutamakan
karakter, akhlak, karena karakter sdm yang tangguh pasti akan mudah untuk memoles
kemampuan intelktual. Karena dalam diri masuia Indonesi terdapat karakter yang mendjadi
patokan dalam membuat segala perubahan yaitu Pancasila jika kita meninggalkan nilai dasat
itu pasti kita tidak memiliki pegangan untuk bersaing dengan negara lain. Bahkan kita tidak
percaya akan kemampuan kita sendiri, maka dari itu untuk mewujudkan tujuan yang telah
dicantumkan dalam Pancasila yaitu mencerdesakan kehidupan bangsa dan memajukan
kesejahteraan umum diperlukan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam
mengevaluasi dan membentuk perubahan nyata mulai dari karakter yang kuat yaitu dari nilai
religious tau akan hak dan kewajiban bagi diri sendiri otomati yang lain akan mengikuti
perubahan tersebut.
Kasus 2

Judul : Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara Indonesia

Sumber :

http://news.unair.ac.id/2020/02/17/kewarganegaraan-ganda-bagi-warga-negara-indonesia/

https://www.kompasiana.com/pradinelaorente/5e64e391097f3649731fb212/masalah-
kewarganegaraan-ganda

https://republika.co.id/berita/qd5je3428/ini-beragam-permasalahan-anak-
berkewarganegaraan-ganda

Deskripsi

Kewarganegaraan adalah sebuah keanggotaan yang memiliki hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan
politik di dalam sebuah kesatuan politik atau Negara yang diberikan kepada orang terebut,
kewarganegaraan itu diatur dalam sebuah undang-undang No. 12 tahun 2006 yang ditetapkan tanggal 1
Agustus 2006. Undang-undang tersebut menerangkan asas kewarganegaraan. Sedangkan asas
kewarganegaraan memiliki pengertian asas yang dimana mendasari kepemilikian kewarganegaraan
seseorang. Dari asas kewarganegaraan tersebut kita dapat mengenal asas ius soli yang dimana
kewarganegaraan masyarakat tersebut ditentukan karena berdasarkan tempat lahir, ada juga ius sanguinis
yang menentukan kedudukan masyarakat tersebut ditinjau dari keturunan , dan yang terakhir yaitu
naturalisasi kedudukan masyarakat tersebut didasari karena permohonan izin atau pemberian. Akan tetapi
masih banyak sekali warga negara Indonesia yang melanggar ketentuan tersebut sebagai masyarakat
berkedudukan ganda. Di Indonesia hal seperti ini beberapa kali terjadi pada masyarakat, public figure,
sampai pejabat. Adapun contoh salah satu contoh kewarganegaraan ganda di Indonesia. Kasus
kewarganegaraan ganda Manohara Odelia Pinot bebrapa tahun lalu terdapat berita yang viral yang
menghebohkan yaitu cerita seorang gadis belia yang berkedudukan di Indonesia yang menikah dengan
bangsawan negeri Jiran Malaysia yang hidup bersama dengan suaminya di negara Malaysia. Yang kita
ketahui tidak ada yang salah dengan cerita di atas. Akan tetapi cerita tersebut berubah menjadi cerita
penculikan dan penganiayaan dari kejadian tersebut Manohara Odelia Pinot mengkritik pemerintah
Indonesia karena baginya pemerintah tidak memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia
yang berada di luar negeri yang tercantum di UU No 12 tahun 2006. Akan tetapi jika ditelusuri seluk beluk
dari riwayat Manohara sendiri kasus yang terjadi ini berkaitan dengan masalah kewarganegaraan yang di
miliki oleh Manohara. Manohara diketahui ternyata memiliki kewarganegaraan ganda dari pernikahan
kedua orang tuanya, ibunya yang merupakan WNI dan ayahnya yang berwarga negara asing. Jika
mengunakan asas iou soli, Manohara lahir dan dibesarkan di negara Indonesia. Seharusnya Mohana
menjadi warga negara Indonesia saat berusia 18 tahun atau sudah menikah. Akan tetapi saat masalah itu
terjadi Manohara berusia 17 tahun dan pada saat itu masih memiliki dua kewarganegaran dan memohon
perlindungan dari Indonesia.hal ini melanggar hukum di Indonesia, dikarenakan Indonesia sendiri tidak
menerima sistem kewarganegaraan ganda bagi warga negara yang sudah memenuhi syarat. Dan Indonesia
memiliki sistem perlindungan warga negara yang berada di luar negeri hanya diberikan kepada warga
negara Indonesia yang bekerja dan menempuh pendidikan diluar negeri. Bukan untuk seseorang yang
diperistri oleh warga negara asing dan tinggal menetap diluar. Juga diketahui bahwa ayah biologi
Manohara adalah seorang warga Prancis yang memilliki kewarganegaraan Amerikat Serikat. Sedangkan
ayah tiri Manohara yang memberikan tambahan nama belakang Pinot di nama Manohara adalah seorang
berwarganegara Jerman. Dengan kondisis seperti ini, maka masalah Manohara dapat di ambil dari
kependudukan ganda berdasarkan keturunan ayahnya. Ayah Manohara juga meminta bantuan kepada
negra Amerika Serikat untuk menanganai kaus tersebut karena Manohara juha memiliki kewarganegaraan
Amerika Serikat.

Analisis Kasus

Masalah Kewarganegaraan Ganda 8 Maret 2020 19:22 Diperbarui: 8 Maret 2020 19:16
3340 0 0. Dari asas kewarganegaraan kita dapat mengetahui 2 asas, yaitu yang pertama asas
ius soli yang dimana kewarganegaraan ditentukan oleh tempat kelahiran dan asas ius
sanguinis diman kewarganegaraan ditentukan oleh keturunan. Biasanya permasalahan
kewarganegaraan ganda ini terjadi pada pasangan yang berasal dari negara menganut asas ius
sanguinis namun melahirkan anak di negara yang menganut ius soli, sehingga menimbulkan
kewarganegaraan yang dimiliki anak tersebut ganda. Adapun contoh salah satu contoh
kewarganegaraan ganda di Indonesia. Kasus kewarganegaraan ganda Manohara Odelia Pinot
bebrapa tahun lalu terdapat berita yang viral yang menghebohkan yaitu cerita seorang gadis
belia yang berkedudukan di Indonesia yang menikah dengan bangsawan negeri Jiran
Malaysia yang hidup bersama dengan suaminya di negara Malaysia. Akan tetapi cerita
tersebut berubah menjadi cerita penculikan dan penganiayaan dari kejadian tersebut
Manohara Odelia Pinot mengkritik pemerintah Indonesia karena baginya pemerintah tidak
memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia yang berada di luar negeri yang
tercantum di UU No 12 tahun 2006. Dan ternyata masalahnya terletak pada kewarganegaraan
ganda yang dimiliki dari perkawinan orangtuanya.

Rekomendasi / Solusi Kasus

Jadi kewarganegaraan seseorang yang memiliki kewarganegaraan ganda harus memutuskan


kewarganegaraan apa yang akan dipilih dari salah satu kewarganegaraan saat ia berusia 18
tahun atau sudah menikah, Manohara pada saat itu berumur 17 akan tetapi ia sudah menikah
jadi Manohara pada saat itu sebenarnya sudah bisa memilih kewarganegaraan. Jadi
kewarganegaraan Manohara juga bisa menjadi kewarganegaraan Malaysia karena suaminya
memiliki kewarganegaraan Malaysia. Status kewarganegaraan ini menghambat pihak yang
berwenang untuk mengambil langkah hukum. Dikarenakan juga kasus ini juga menyangkut
2 negara, sehingga penyelesaian masalah ini tidak bisa dilakukan secara sepihak.
Kasus 3

Judul : Pelanggaran HAM Belum Selesai, Negara Berdosa

Sumber :

https://kontras.org/2020/09/01/september-hitam-2020-pelanggaran-ham-belum-tuntas-negara-berdosa/

Deskripsi

Sejumlah peristiwa kelam hak asasi manusia di Bulan September dari masa ke masa senantiasa hadir
dalam mengingatkan negara memenuhi tanggung jawabnya. Tragedi pembantaian 1965-1966, tragedi
Tanjung Priok 1984, tragedi Semanggi II 1999, Pembunuhan Munir 2004, hingga brutalitas aparat dalam
aksi Reformasi Dikorupsi 2019 menunjukkan rantai kekerasan terus berlanjut tanpa ada satupun mata
rantai yang diselesaikan secara tuntas dan secara berkeadilan. Dari rangkaian peristiwa yang berlangsung
hingga kini, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan mengenangnya sebagai September
Hitam. Pertama, tragedi pembantaian ’65- ‘66 Negara belum juga mampu memenuhi tanggung jawabnya
untuk memberikan keadilan terhadap para korban. Kedua, tragedi Tanjung Priok ’84 negara tidak memiliki
arah kebijakan yang berpihak kepada koran untuk memberikan rasa keadilan dalam bentuk kompensasi,
restitusi dan rehabilitasi. Ketiga, Tragedi Semanggi II ’99, Kejaksaan Agung hingga kini masih belum
melanjutkan proses hukum atas hasil penyelidikan Komnas HAM. Alih-alih mengalami kejelasan
perkembangan kasus, Februari lalu Jaksa Agung justru sempat mengemukakan bahwa Tragedi Semanggi I
dan II bukan termassuk pelanggaran HAM Berat. Keempat, kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir Said
Thalib, tidak juga menyentuh aktor utama peristiwa ini. justru negara menunjukkan hal yang kontradiktif
dengan tidak menyampaikan kepada publik hasil temuan Tim Pencari Fakta. Kelima, brutalitas aparat
kepolisian dalam aksi Reformasi Dikorupsi 2019 yang menjadi catatan kelam penanganan aksi
pascareformasi. Atas kemandekan pada proses hukum, Ketiadaan mekanisme yang adil, transparan, dan
akuntabel serta keberpihakan kepada korban dan keluarga korban atas rangkaian peristiwa yang terjadi
pada Bulan September menggambarkan Negara Berdosa. KontraS melihat bahwa negara semakin menjauh
untuk menuntaskan deretan peristiwa di atas. Negara semakin tidak punya malu menunjukkan langkahnya
dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM tersebut. Hal ini terlihat dari aktor-aktor yang terlibat
dalam peristiwa pelanggaran HAM tersebut masih bisa menduduki posisi atau jabatan penting dalam
pemerintahan, pernyataan pejabat publik yang kontradiktif dengan arah penyelesaian kasus, hingga
ketidakjelasan dalam merevisi UU Pengadilan HAM.

Analisis Kasus

Berita dari laman KontraS memaparkan sejumlah peristiwa kelam hak asasi manusia tidak
diselesaikan secara tuntas dan secara keadilan seperti : Tragedi pembantaian 1965-1966,
tragedi Tanjung Priok 1984, tragedi Semanggi II 1999, Pembunuhan Munir 2004 dan
brutlitas apparat dalam aksi Reformasi Dikorupsi 2019. Terlalu banyak peristiwa di Bulan
September yang mengingatkan akan tanggung jawab negara yang tidak kunjung diselesaikan
dengan mengenangnya sebagai September Hitam yang menggambarkan negara yang penuh
dosa. Peristiwa peristiwa tersebut mulai dari pembantaian para korban belum mendapatkan
keadilan, hingga brutalitas apparat kepolisian yang mejadi penanganan aksi pascareformasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hukum negara sudah menjadi berat sebelah, dan hukum
akan mendukung bagi orang yang berkuasa. Sudah terbukti bahwa aktor yang berperan
didalamnya masih menduduki jabatan tinggi di pemerintahan negara. KontraS telah melihat
bahwa negara sudah semakin jauh dari keadilan.

Rekomendasi / Solusi Kasus

Evaluasi bagi pihak yang berwenang atas hukum negara seperti Jaksa Agung melakukan
penyidikan terhadap seluruh kasus pelanggaran HAM yang belum dituntaskan dengan
mandat UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM melalui proses yudisial. Lalu ada
pemulihan yang dilakukan Komnas HAM kepada seluruh korbansebagai bentuk reparasi, dan
DPR RI segera melakukan revisi terhadap UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
agar dapat secara lebih efektif menjadi landasan hukum baik bagi penyelesaian kasus-kasus
pelanggaran HAM berat secara yudisial maupun pemenuhan hak reparasi bagi korban

Anda mungkin juga menyukai